14. PELAYANAN PELEPASAN

Tentang Hal Kerasukan Setan dan Pengusirannya

Erik de Boer Bab ini membahas pelayanan pelepasan dari Setan atau roh jahat. Dalam Perjanjian Baru, Yesus memiliki kuasa untuk menyembuhkan penyakit dan mengusir roh jahat. Kuasa itu diberikan-Nya juga kepada para murid-Nya. Apakah karunia pengusiran itu juga diberikan kepada gereja masa kini? Dan bagaimana kita tahu bahwa seorang kerasukan Setan? Dalam tugas penggembalaan, saya mendengarkan apa yang dikatakan oleh Injil.

Dan saya juga mendengarkan suara orang-orang. Dan seringorang-orang itu berbeban berat.

Sudah bertahun-tahun wanita itu menderita penyakit saraf yang semakin parah. Untunglah obat-obatan yang diberikan kepadanya agak memperlambat penyakitnya. Namun, anehnya, dia kadang-kadang mendengar suara-suara yang memaki-maki dan menghina dirinya.

Ada kalanya dia menuduh para tetangganya memaki-makinya sebagai ”pelacur”. Apakah itu gejala sampingan yang diakibatkan obat-obatannya? Atau mungkinkah dia mengidap juga gangguan jiwa? Apakah wanita, yang menganggap dirinya sangat rendah ini, begitu merasa bersalah sehingga hal itu terungkap dalam bentuk yang amat ganjil? Atau haruskah saya, sebagai pendetanya memperhitungkan kemungkinan bahwa dia didera oleh roh jahat? Pikiran wanita itu begitu ”dirasuki”, sehingga dia tidak bisa lagi berpegang pada janji anugerah Allah. Seorang pemuda sangat ingin melanjutkan studinya. Namun, sejak masa pubernya dia menunjukkan gejala-gejala gangguan jiwa. Dia mendengar suara-suara dalam kepalanya yang membuat dia berperilaku sangat aneh. Kalau terdengar deru pesawat terbang yang melintas di udara, dia ketakutan karena merasa dimata-matai. Ada kalanya dia tidak berani minum kopi yang dihidangkan kepadanya karena takut diracuni. Dan tanpa kehendaknya sendiri, kadang-kadang dia mengamuk dan meneriakkan sumpah serapah. Saya tahu diagnosis kejiwaannya, dan berdoa agar dia bisa memperoleh obat-obatan yang dapat menolongnya. Akan tetapi, haruskah saya juga memperhitungkan kemungkinan bahwa dia ”dirasuk” oleh roh jahat yang menghalanginya supaya tidak memperoleh ketenangan dalam kasih Allah? Bolehkah saya membicarakan kemungkinan itu dengan dia, dengan risiko bahwa pikirannya yang sakit akan menganggap kemungkinan itu memang benar? Ada lagi seorang wanita muda, yang tampaknya sehat walafiat. Namun, dia sama sekali tidak dapat mengungkapkan apa yang dirasakannya di dalam hati. Seakan-akan dia terkurung di dalam dirinya sendiri, dan senantiasa hidup di bawah awan yang gelap, yang menyebabkan segala-galanya bersifat negatif, sehingga dia tidak dapat menikmati hidupnya. Memang, menurut kata-katanya, dia mau juga menyerahkan diri kepada kasih Allah Bapa. Dia juga mau berdoa. Akan tetapi, nyatanya, dalam hatinya dia tidak menyerahkan diri kepada Allah, meskipun setiap hari Minggu dia beribadah di gereja dengan setia. Apakah yang sebetulnya begitu ”merasuki” pikirannya sehingga dia tidak bisa merasa dirinya bebas di dalam Kristus? Bagaimanakah sikap saya sebagai pendeta sehubungan dengan apa yang diceritakan Kitab Suci tentang penyakit kerasukan ini? Apakah pada zaman ini ada bentuk-bentuk ”kerasukan” yang tidak terungkap dalam gejala-gejala yang mencolok?

Kerasukan dan Eksorsisme

Cukup lama dunia Barat tidak mengakui adanya dunia yang dihuni malaikat dan roh-roh. Apa yang tidak dapat dibuktikan secara ilmiah, telah ditolak di sana. Meskipun begitu, selama waktu yang lama baik di Gereja Katolik Roma maupun Anglikan, tetap diadakan ritual untuk mengusir roh jahat. Bagaimana pendeta harus bertindak kalau menjumpai gejala-gejala yang menunjukkan kemungkinan adanya roh jahat yang memainkan peran? Dalam pendidikan pendeta yang saya ketahui, sama sekali tidak ada pembicaraan tentang kemungkinan bahwa kita akan menjumpai (suatu bentuk) kasus kesurupan. Mungkinkah sistem pendidikan itu keliru? Pada zaman kita ini telah timbul perhatian baru untuk dimensi rohani, juga di dunia Barat. Jelaslah bahwa perhatian itu tidak pernah hilang dari bagian dunia yang lain, seperti Asia, Afrika, Amerika Selatan. Dalam novel-novel Kristiani seperti karangan Frank Peretti, roh-roh jahat digambarkan sebagai kuasa-kuasa nyata di balik layar, sedangkan dalam buku-buku karangan Randy Alcorn, malaikat-malaikat dan dunia roh memainkan peran yang penting. Hal itu tidak sesuai dengan pengalaman dangkal yang ada dalam realitas Barat, tetapi ada kemiripannya dengan gambaran realitas yang dilukis dalam Alkitab. Sebab di situ, dalam beberapa halamannya, kita menjumpai malaikat-malaikat dan roh-roh jahat. Selain itu, kita melihat bahwa orang-orang yang pada masa kini terlibat dengan pemujaan Iblis, ilmu sihir, spiritisme dan bentuk-bentuk ramalan tertentu, sering mengalami akibatnya yang buruk. Hal itu dialami anak-anak muda yang mengadakan eksperimen dengan permainan-permainan yang berbau sihir. Ada di antara mereka yang diganggu oleh rasa takut, mimpi-mimpi dan berbagai gejala lain yang dijelaskan sebagai kehadiran roh-roh jahat. Melalui pemberitaan Injil dan pelayanan pemuda, Gereja mulai berhubungan dengan kasus-kasus kerasukan, dampak media misterius itu.

Dalam bab ini saya berusaha menjawab pertanyaan berikut ini: apakah yang dikatakan Alkitab kepada kita tentang hal kerasukan, dan bagaimana kita mengenali kasus seperti itu pada masa kini?

Setelah jawabannya diketahui, kita dapat membahas lebih jauh tentang doa atau perintah bagi gereja untuk mengusir roh jahat dalam nama Yesus.

Konfrontasi Yesus dengan Iblis

Segera setelah Yesus memulai pekerjaan-Nya di dunia, Dia dikonfrontasi dengan Iblis. Sebelumnya terjadi saat-saat yang indah ketika Dia dibaptis dan diurapi dengan Roh Kudus di sungai Yordan.

Namun, segera sesudah itu diceritakan bagaimana Roh membiarkan manusia Yesus mengalami pencobaan. Dalam periode selama 40 hari dan malam, Iblis datang untuk menggoda Anak Manusia. Dan ketika sesudah itu Yesus kembali berada di antara manusia, maka dalam kunjungan ke rumah ibadat (yang pertama kali dilaporkan), tampillah suatu roh jahat. Pada waktu itu ada seorang yang kerasukan roh jahat. Orang itu berteriak, ”Apa urusan-Mu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret? Apakah Engkau datang untuk membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah” (Mrk. 1:23-27). Yang berteriak itu ialah ”roh jahat”. Yesus menghardiknya dan mengusirnya dari manusia yang tersiksa itu. Tidak diceritakan apa yang kemudian terjadi dengan orang yang telah disembuhkan itu.

Namun, yang jelas, dia tidak kesurupan lagi, jadi tidak ”kerasukan” lagi oleh Si Jahat. Dia menjadi orang yang bebas. Bebas juga untuk mendengar Injil Yesus dengan hati yang polos.

Sudah sejak awal dalam Kitab Injil, contoh-contoh seperti itu menghasilkan penggambaran-penggambaran yang indah tentang karya Yesus. Mari, kami mengikuti dengan teliti Injil menurut Markus. ”Ia menyembuhkan banyak orang yang menderita bermacam-macam penyakit dan mengusir banyak Setan: Ia tidak memperbolehkan Setan-setan itu berbicara, sebab mereka mengenal Dia” (Mrk. 1: 34). Tuhan Yesus tidak mau memakai iklan yang dibuat oleh roh-roh jahat. Yang berkesan kepada saya dalam membaca Alkitab, dan khususnya Perjanjian Baru ialah Israel sangat menderita akibat ulah roh-roh jahat. Dan hal itu justru terjadi pada waktu Sang Mesias datang ke bumi dan bergaul di kalangan bangsa ini, umat Allah. Pada setiap langkah dalam perjalanan-Nya berkeliling di tanah yang dijanjikan, Sang Mesias dikonfrontasi dengan Iblis, lawan Allah! Akan tetapi, alangkah besar kuasa Yesus Kristus dalam menandingi Si Jahat! Tampaknya Dia tidak perlu menyuruh mereka pergi. ”Setiap kali roh-roh jahat melihat Dia, mereka sujud di hadapan-Nya dan berteriak, ’Engkaulah Anak Allah’” (Mrk. 3:11). Roh-roh itu pergi dan membuat orang-orang yang mereka rasuki itu jatuh tersungkur. Hal itu menunjukkan bahwa Setan-setan bertekuk lutut di hadapan Anak Allah. Namun, sementara roh-roh jahat itu mengakui kewibawaan Yesus, para pemimpin Israel menuduh Yesus telah menerima kuasa besar itu dari Beelzebul, dan mereka berkata, ”Ia kerasukan Beelzebul” (Mrk. 3:22, 30; bdk. juga diskusi dalam Yoh. 10: 19-21). Akan tetapi, itu hujatan terhadap Anak Manusia dan dapat disebut hujatan juga terhadap Roh Kudus. Namun, Yesus penuh dengan Roh Kudus, dan sebab itu Dia dapat berperang melawan pemimpin Setan-setan. Bahkan dari jarak jauh pun Dia dapat memberikan kebebasan kepada seorang gadis yang ada di luar negeri (Mrk. 7:25-30).

Para murid yang selalu mengiringi Yesus dalam perjalananNya, dilibatkan oleh-Nya dalam perang melawan roh-roh itu.

Yesus mengangkat mereka sebagai para rasul-utusan-Nya-dan menyuruh mereka pergi berdua-dua untuk memberitakan Injil di Israel. ”Diberi-Nya mereka kuasa untuk mengusir setan” (Mrk. 3:15). ”Kuasa” ialah kuasa penuh (bahasa Yunaninya: exousia). Hanya Anak Allah yang mempunyai kuasa, tetapi pada saat itu Dia memberi kuasa penuh kepada para murid-Nya untuk mengusir Setan-setan.

Tuhan membentangkan kuasa-Nya yang membebaskan seluruh umat Israel dengan ke-12 sukunya ke dalam ke-12 rasul-Nya, (Mrk. 6:7). Dan itulah yang terjadi. Mereka boleh memberitakan Injil, mengusir roh-roh jahat, dan mengolesi banyak orang sakit dengan minyak hingga sembuh (Mrk. 6:13).

Dalam Injil menurut Lukas juga diceritakan bahwa di kemudian hari Yesus masih mengutus lagi 72 murid lain dalam lingkaran murid yang lebih luas. Lebih banyak pekerja dikerahkan untuk mengumpulkan tuaian di Israel! Pada zaman dahulu, umat Allah yang mengalami penderitaan berat, menerima segala anugerah untuk mengakui Sang Mesias. Perintah Yesus kepada murid-murid yang diutus-Nya itu berbunyi: sembuhkanlah orang-orang yang sakit dan beritakanlah kedatangan Kerajaan Allah. Ketika para murid itu kembali, mereka melaporkan dengan gembira: ”Tuhan,setan-setan pun takluk kepada kami demi nama-Mu” (Luk. 10:17).

Dari kata-kata itu tampak jelas bahwa para murid itu sendiri tidak memiliki kuasa itu. Sedangkan Yesus dengan wibawa-Nya sendiri memerintahkan Setan-setan untuk pergi dan membebaskan manusia. Murid-murid-Nya berbicara dalam nama Yesus. Kemudian Yesus menambahkan, ”Namun demikian janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di surga” (Luk. 10:20). Para murid tidak boleh menganggap kenyataan bahwa mereka telah diikutsertakan dalam perang rohani melawan roh-roh jahat itu, sebagai keberhasilan mereka pribadi. Yang diperbolehkan ialah untuk bersukacita sepenuhnya karena diberi janji oleh Yesus bahwa nama mereka telah terdaftar di surga. Yesus tidak memadamkan kegembiraan mereka, dan hal itu tampak dari tanggapan-Nya sendiri yang penuh sukacita.

”Pada waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata: ’Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu...’” (Luk. 10:21). Kebahagiaan karena kemenangan atas roh-roh jahat itu diungkapkan oleh Yesus dengan puji-pujian melalui Roh Kudus! Sebab pembebasan yang paling besar ialah Roh menyatakan kepada para murid dan anak-anak Israel bahwa Yesus adalah Anak Bapa. Segala pembebasan berawal pada diri-Nya! Pembebasan dari kutukan dan pembebasan dari dosa. Para murid boleh melayani Yesus dalam pekerjaan-Nya membebaskan Israel. Yang perlu ditekankan di sini: bukan kita yang memprakarsai ”pelayanan pelepasan”, melainkan kita melayani Sang Pembebas.

Hidup kita disembuhkan di dalam pembebasan kita dari teror rohani. Dan seluruh hidup kita menjadi pulih kembali. Lukas, yang berprofesi sebagai dokter, melaporkan bagaimana di dalam rumah orang Roma yang takut kepada Allah itu, Rasul Petrus bercerita tentang perbuatan-perbuatan Yesus, yaitu peristiwa sesudah baptisan yang diberitakan Yohanes, Allah mengurapi Yesus dengan Roh Kudus dan kuasa. Dan bagaimana Dia berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis, sebab Allah menyertai Dia (Kis. 10:38). Konfrontasi Yesus yang paling berat dengan kuasa-kuasa gelap neraka akan terjadi di kayu salib. Dan tak seorang pun tahu bagaimana berat penderitaan-Nya ketika Dia ditinggalkan oleh Bapa. Setelah terjadi kekosongan karena Sang Bapa menarik diri, kuasa-kuasa neraka mulai menggoda-Nya.

Semoga Allah menjaga agar kita tidak pernah lupa betapa berat penderitaan Yesus waktu itu.

Kepada Siapa Yesus Memberikan Kuasa Penuh?

Yesus memaksa roh-roh jahat menyingkir karena kehadiranNya yang kuat atau perkataan-Nya yang penuh kuasa. Kemudian diberikan-Nya kepada ke-12 rasul dan setelah itu kepada 72 murid yang lain, kuasa penuh untuk mengusir Setan-setan dalam namaNya. Apakah kuasa yang ajaib itu secara khas menjadi bagian dari zaman di mana Kerajaan Allah bergerak maju pesat melalui Injil Yesus Kristus? Ataukah sejak itu diberikan-Nya kuasa penuh kepada jemaat, pada zaman apa pun, dan di mana pun di dunia ini, juga di gereja Anda? Markus mengakhiri Injilnya, seperti dia telah mendengarnya dari Petrus, yaitu dengan melaporkan sebuah janji yang telah ditinggalkan oleh Tuhan Yesus beberapa saat sebelum kenaikan-Nya ke surga. Yesus menyebut sederetan tanda-tanda yang akan menyertai orang-orang percaya di jalan yang akan mereka tempuh di dunia ini. Sebagai tanda pertama dalam deretan itu Dia menyebutkan: ”Mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku” (Mrk. 16:17). Jadi, tanda itu tetap adalah pemberian kuasa penuh, yang harus dilaksanakan demi nama Yesus, dan tidak pernah dalam kekuatan mereka sendiri. Siapakah orang-orang percaya itu? Ketika Markus menulis akhir Injilnya, dia tahu bahwa janji ini telah dipenuhi oleh Tuhan. Dalam Kisah Para Rasul Lukas menggambarkan apa yang telah terjadi, mulai dari Yerusalem. Juga sesudah kenaikanNya ke surga, Kristus mengizinkan para rasul mengusir roh-roh jahat, berdasarkan pemberian kuasa penuh itu. Pengusiran roh jahat itu dilakukan oleh:

- Rasul Petrus di Yerusalem (Kis. 5:16).
- Filipus yang menjabat diaken dan penginjil, di Samaria (Kis. 8:7).
- Paulus yang telah bertobat, di kota Filipi di tanah Yunani (Kis. 16:18) dan di Efesus di Asia Kecil (Kis. 19:12).

Orang-orang yang diberi kuasa penuh oleh Yesus bukan sembarang orang percaya, dan tidak semua perbuatan mereka di bidang itu telah dicatat dalam Alkitab. Tampaknya, dengan keempat contoh itu, Lukas menambahkan struktur dalam kisahnya tentang Kerajaan Surga. Dengan demikian terlukislah apa yang dinubuatkan Yesus tentang perjalanan Injil, ”di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi” (Kis. 1:8). Contoh yang pertama terjadi di Yerusalem (Petrus), yang kedua di Samaria (Filipus), yang ketiga dan keempat di ujung bumi (Paulus).

Masih ada sesuatu lain yang menarik perhatian: Simon si tukang sihir (yang mungkin telah berhasil melakukan pengusiran Setan) ingin mendapatkan kuasa untuk menumpangkan tangan di atas orang-orang, sehingga mereka beroleh Roh Kudus (Kis. 8:19).

Simon melihat bahwa kemampuan untuk mendatangkan Roh Allah ke dalam hati manusia adalah lebih bagus daripada kemampuan untuk mengusir Setan dari hati manusia, seperti yang telah dilakukan Filipus di depan matanya. Dan memang benar. Orang-orang yang telah dibebaskan dari roh-roh jahat, diperkenankan menerima Roh Kudus. Itulah Pentakosta yang lahir dari kekuatan kenaikan Kristus ke takhta: Kristus adalah Tuhan. Dia membebaskan manusia dari perbudakan oleh roh jahat, dan setelah bebas, manusia itu dapat dipenuhi oleh Roh Kudus!

Kita membaca dalam Alkitab bahwa di Israel ada dukun-dukun (pengusir Setan, eksorsis). Di Kota Efesus beberapa dari mereka mencoba meniru-niru sukses yang tampaknya telah diperoleh Paulus. Mereka juga memerintahkan roh-roh jahat supaya pergi ”dalam nama Yesus”. Bahkan telah ditemukan sebuah papirus dari zaman itu, bertuliskan kata-kata mantra yang memuat nama Yesus.

Bunyinya sebagai berikut: ”Aku menyumpahi kamu dalam nama Yesus, Allah bangsa Ibrani...”. Para dukun Yahudi itu langsung menguji coba nama yang baru itu sebagai rumusan yang membawa sukses. Sungguh menarik bahwa roh jahat itu ternyata lebih kuat daripada mereka, sebab dia mengatakan, ”Yesus aku kenal, dan Paulus aku ketahui, tetapi kamu, siapa kamu?” (Kis. 19:15). Roh jahat itu terlalu kuat untuk para dukun Yahudi itu, tetapi dia sendiri terpaksa memperlihatkan di depan mereka hormatnya kepada Yesus dan rasul-Nya. Kejadian yang menyusul, yaitu pembakaranbuku-buku oleh orang-orang yang tidak mau lagi melakukan praktik sihir, sarat dengan arti. Hal itu menunjukkan dengan jelas kuasa Yesus untuk membebaskan orang dari praktik sihir, dan membuat roh-roh jahat takluk kepada Allah. ”Bahkan roh-roh jahat takluk....” Ketika Markus menulis akhir Injilnya, maka janji Yesus yang diberikanNya sesaat sebelum naik ke surga, sudah dipenuhi dalam pekerjaan para rasul dan penginjil. Memang semuanya terjadi sesuai dengan segala perkataan-Nya! Apakah Petrus, Filipus, dan Paulus adalah ”para orang percaya”, yang menurut Yesus akan mengusir Setan- setan demi nama-Nya? (Mrk. 16:17). Ya, paling tidak merekalah yang pasti dimaksudkan-Nya. Contoh-contoh di dalam Kisah Para Rasul menunjukkan dengan jelas bahwa janji Yesus telah menjadi kenyataan. Namun, kalau kita mengikuti perjalanan Injil, timbul pertanyaan: apakah nubuat tentang tanda itu juga berlaku bagi gereja sesudah meninggalnya para rasul dan penginjil? Apakah ada pemberian kuasa penuh yang tetap berlaku? DalamKitab-Kitab Injil saya tidak menemukan alasan untuk mengatakan bahwa janji itu hanya berlaku untuk sementara waktu. Hanya bahwa hal itu sesuai dengan tindakan kuat Yesus sendiri dan kehadiran-Nya yang berwibawa sejak kenaikan-Nya ke surga. Dalam ofensif yang dilakukan Kerajaan Allah termasuk juga pengusiran Setan-setan. Hal itu mengandung pesan ini: dalam jemaat Kristus semua orang aman.

Bukankah ada tertulis bahwa ”alam maut tidak akan menguasainya”? (Mat. 16:18). Sebab itu, saya tidak berani membatasi janji Yesus, yang telah diberikan-Nya sesaat sebelum Dia naik ke surga.

Sebaliknya, saya juga tidak berani menegaskan bahwa janji Yesus itu berlaku untuk selamanya dan untuk segala tempat. Dia memberi kuasa penuh kepada ke-12 rasul dan ke-72 muridnya. Sebelum kenaikan-Nya ke surga, kuasa itu diberikan-Nya sebagai bekal bagi pemberitaan Injil. Bukan sebagai karunia yang dengan sendirinya akan berlangsung selamanya, tetapi sebagai salah satu daritanda-tanda yang menyertai orang-orang percaya (Mrk. 16:17). Injil itu hidup untuk selamanya dan adalah yang paling penting. Dengan Injil itu orang-orang percaya bertahan dalam hidup ini, dan mereka memberitakannya ke mana-mana. Tentang pertanyaan apakah dalam perjalanan itu mereka akan disertai oleh tanda mengenai pengusiran Setan-setan, hanya Tuhan di surga yang dapat menjawabnya. Dia sendiri akan menunjukkan dengan jelas kapan Roh memberi kuasa penuh untuk menghardik Setan-setan demi nama Yesus.

Saya masih menambahkan bahwa surat-surat dalam Perjanjian Baru tidak berbicara secara terpisah tentang karisma untuk mengusir Setan-setan. Memang ada kemungkinan bahwa karisma itu termasuk di dalam karunia-karunia untuk ”mengadakan mukjizat” atau untuk menyembuhkan (bdk. 1Kor. 12:9-10, 30). Surat-surat itu tidak menggambarkan bagaimana seorang di luar jemaat telah dibebaskan dari roh jahat yang mengikatnya. Hanya ada catatan bahwa jemaat harus waspada agar orang-orang percaya dalam pergaulan di luar jemaat, jangan berhubungan lagi dengan roh-roh jahat. Dalam surat yang sama kepada gereja di Korintus, Paulus menulis tentang adanya bahaya bahwa bangsa-bangsa lain yang mempersembahkan korban kepada roh-roh jahat, mungkin akan memengaruhi mereka. Dengan sangat tegas dikatakan oleh rasul yang diperkenankan membebaskan orang-orang itu dari ikatan roh-roh jahat, ”Aku tidak mau bahwa kamu bersekutu dengan roh-roh jahat” (1Kor. 10:20). Kalau mereka berbuat seperti itu, keselamatan yang hanya dapat diperoleh melalui iman, akan terancam bahaya (seperti bahaya okultisme pada zaman kita).

Jadi, kenyataan bahwa pengusiran Setan tidak disebut dalam surat-surat itu, menurut pendapat saya ialah karena surat-surat itu menggambarkan jemaat sebagai wilayah yang telah dibebaskan, dan yang termasuk di dalam Kerajaan Allah. Para anggota jemaat tidak lepas dari dosa, tetapi mereka telah dikuduskan. Dilihat dari sudut itu, maka bahayanya terdapat di luar wilayah kerajaan Injil.Orang-Orang percaya akan terancam bahaya itu kalau mereka meninggalkan lindungan Roh Allah, dan mencari hubungan lagi dengan dunia, di mana ”roh-roh jahat di udara” menyesakkan pernapasan kita (Ef. 6:12). Dunia yang penuh racun itu dapat juga memasuki jemaat dan mencemari suasana rohaninya. Meskipun dalam surat-surat rasul kepada jemaat-jemaat tidak dibicarakan tentang pengusiranSetan-Setan, tetapi ada kemungkinan besar pada zaman-zaman setelahnya roh-roh jahat memblokir manusia. Bukankah sudah menjadi siasat Si Jahat untuk justru merongrong orang-orang percaya di tempat mereka yang aman, di dekat Tuhan?

Apakah Sebetulnya Arti Kerasukan Setan?

Mendengar ungkapan kerasukan Setan, pikiran kita selalu mengarah pada semacam penyakit gila. Kita menggambarkan suatu penyakit kejiwaan, yang menampakkan diri dalam perilaku yang ekstrim, seakan-akan si penderita dikejar-kejar oleh gagasan-gagasan yang sangat mengganggu. Dalam Alkitab kata kerja dirasuk Setan, berarti bahwa seorang telah dirasuki, atau dikuasai oleh Setan. Kalaucontoh-contoh dalam Alkitab kita jejerkan, maka terlihat bahwa:

- Ada kalanya si penderita begitu dikuasai dan diikat oleh roh jahat, sehingga bahkan rantai-rantai besi yang mengikatnya dapat diputuskannya. Ketika Yesus menanyakan nama roh itu, jawabnya, ”Namaku Legion, karena kami banyak” (Mrk. 5:9).

Sambil berteriak-teriak orang yang kerasukan itu berkeliaran di pekuburan-tempat dia diasingkan dari masyarakat-dan berkali-kali memukuli dirinya dengan batu sehingga terluka.

Tampaknya dia benar-benar gila. Dan dia memang benar-benar kerasukan roh jahat. Segera setelah dia dibebaskan, maka atas perintah Yesus, dia dapat bersaksi tentang penyembuhannya dan tentang Pembebasnya (Mrk. 5:19-20). Kini penampilannya sangat mengesankan: dia duduk dekat kaki Yesus, berpakaian lengkap dan ”sudah waras” (Luk. 8:35).

- Namun, juga bisa ada orang yang ”kerasukan Setan”, tanpa menunjukkan gejala-gejala apa pun, kecuali keadaan cacat yang disandangnya, misalnya buta, tuli dan/atau bisu. Berikut ini sebuah contoh, ”Kemudian dibawalah kepada Yesus seorang yang kerasukan Setan. Orang itu buta dan bisu, lalu Yesus menyembuhkannya, sehingga si bisu itu berkata-kata dan melihat” (Mat. 12:22). Apakah orang itu kerasukan, dalam arti jiwanya dikuasai roh jahat, dan di samping itu dia juga buta dan bisu? Atau, apakah dia begitu ”dirasuki” oleh roh jahat itu sehingga menjadi buta dan bisu? Menurut pendapat saya, dalam hal ini penyakit ”kerasukan roh jahat” itu tidak lain hanyalah kenyataan bahwa kuasa Si Jahat mewujudkan diri dalam kebutaan dan kebisuan orang itu. Kuasa itu memblokir mata dan lidah seorang anak Allah dan ”menguasai” dirinya melalui indranya.

Karena disembuhkan oleh Yesus, orang itu dapat berbicara dan melihat lagi. Kasus yang sama itu disebut oleh Lukas, sang dokter:

”setan yang membisukan” (Luk. 11:14). Berbagai macam cacat tubuh menunjukkan bahwa seorang ”kerasukan”. Misalnya karena buta, dia tidak dapat melihat Sang Mesias, dan karena bisu, dia tidak dapat meminta tolong kepada Mesias. Kalau selain itu dia juga tuli, dia terputus dari segala komunikasi, sehingga tidak dapat juga mendengar kabar baik tentang Yesus. Juga dalam kasus wanita yang selama 18 tahun ”dirasuk roh sehingga ia sakit”, yang menjadi pokok ialah gangguan jasmani (Luk. 13:11; bdk. juga kasus dalam Mat. 9:32-33). Pembebasan dari roh jahat dapat juga disebut dengan sederhana ”penyembuhan” (Mat. 4:24; Luk. 6:18; 7:21).

Injil menyebut suatu penyakit sebagai kerasukan Setan:

  1. kalau yang dibicarakan ialah sesuatu yang kita anggap sebagai penyakit jiwa,
  2. kalau dalam pandangan Barat pada abad ke-21 ini, dibicarakan sebuah gangguan penyakit atau cacat yang murni jasmani.

Kalau kita ingin menerapkannya pada budaya dan waktu kita, maka kita keliru kalau kasus yang pertama kita sebut penyakit kerasukan di zaman kita, sedangkan kasus yang kedua tidak.

Hal itu hendak saya jelaskan dengan contoh yang berikut, yaitu kasus seorang anak yang bisu, yang dijumpai oleh Yesus sesudah Dia dimuliakan di atas gunung. Tampaknya yang dibicarakan ialah sebuah penyakit yang pada zaman ini tidak kita anggap sebagai psikis.

Markus bercerita tentang anak itu bahwa dia dirasuki oleh roh jahat yang membantingnya ke tanah dan membuat mulutnya berbusa. Kita berpikir ke arah gejala-gejala yang termasuk dalam penyakit epilepsi.

Namun, ungkapan-ungkapan sang penginjil berbeda denganistilah-istilah medis pada zaman sekarang. Dia menggambarkan bagaimana sang ayah menjelaskan penyakit anaknya itu. ”Guru, anakku ini kubawa kepada-Mu, karena ia kerasukan roh yang membisukan dia” (Mrk. 9:17). Menurut terjemahan yang harfiah, si ayah itu mengatakan bahwa anaknya ”memiliki roh yang bisu”. Apakah anak itu belum pernah dapat berbicara, ataukah dia hanya bisu kalau penyakitnya sedang kambuh? Bagaimanapun menurut pengalaman orang-orang Israel, ada hal-hal lain yang menyebabkan otak anak itu tidak berfungsi dengan baik.

Dari keterangan di atas itu saya mengambil dua kesimpulan.

1. Sementara kita hanya berbicara tentang faktor-faktor medis, biokimia dan kejiwaan, Perjanjian Baru berbicara dengan bahasa kontemporer abad pertama (penyakit kerasukan Setan). Kita semata-mata memberi nama pada gejala penyakit itu, misalnya ”epilepsi”, seperti telah kita teliti dan gambarkan berdasarkanbukti-bukti eksperimen. Kita memakai klasifikasi yang ilmiah, tanpa mengindahkan dimensi dari kuasa-kuasa roh.
2. Orang Israel-dan juga Alkitab-kurang menaruh perhatian pada gejala penyakit di bidang medis, meskipun tingkat ilmu kedokteran waktu itu sungguh tidak rendah (ingat saja Lukas). Alkitab menyebut semua penyakit itu berdasarkan perspektif dari kuasa-kuasa roh.

Memang, telah disebut juga gejala-gejala medis (dalam kasus ibu mertua Petrus: demam) dan juga psikis (mis. dalam kasus melukai diri sendiri, dll.), tetapi semua itu juga disebut sebagai gejala-gejala akibat pekerjaan jahat yang dilakukan oleh roh-roh.

Dari kisah-kisah mengenai berbagai pembebasan dari roh jahat, tampak bahwa: penyakit jasmani dan penyembuhan secara ajaib tidak mudah dapat dibedakan dari blokade oleh roh jahat. Untuk sedikit memahaminya, mungkin kita dapat dibantu oleh wawasan pada zaman ini mengenai hubungan antara faktor-faktor psikis dan somatis atau jasmani (penyakit psiko-somatis). Kita juga menyadari bahwa: seorang dapat menjadi sakit secara jasmani disebabkan oleh sesuatu yang terjadi dalam jiwanya.

Saya menambahkan peringatan kecil: Roh-roh jahat-dalam sorotan Alkitab-sangat erat hubungannya dengan penyakit dan cacat tubuh.

Adapun kita ini cenderung langsung menarik kesimpulan lebih jauh: jadi, semua penyakit berasal ”dari Iblis”, dan tidak ”dari tangan Tuhan”.

Cara kita menyebut peran roh jahat dalam berbagai penyakit, terdapat dalam dogmatik tentang pemeliharaan. Yang sekarang menjadi pokok ialah: berbagai penyakit (bukan disebabkan, melainkan) disalahgunakan oleh roh-roh jahat untuk menghalang-halangi anak-anak Allah dalam komunikasi keselamatan dalam Kristus. Dan itulah sesuatu yang tidak biasa kita beri nama. Kita hanya sampai pada gejala-gejala penyakit yang bersifat ”psikosomatis: pengaruh jiwa terhadap penyakit.Kitab-Kitab Injil berbicara tentang pengaruh roh-roh jahat melalui penyakit (yang mereka manipulasi).

Sekarang saya mengumpulkan semua benang yang telah kita ikuti.

Yang disoroti dalam Alkitab ialah:

  1. penyakit sebagai penghalang (bungkuk punggung, tuli, dll.); juga penghalangan sehingga si sakit tak dapat mengambil bagian dalam komunikasi mengenai keselamatan dalam Kristus;
  2. dan pengaruh dari roh yang jahat atau najis.

Itulah sebabnya mengapa kasus-kasus penyakit dan kerasukan Setan jarang sejalan dengan diagnosa medis dan/atau psikiatri zaman kini.

Di dunia abad ke-21, kita memandang orang yang menyandang cacat bisu, tuli, dan buta hanyalah dalam terang medis. Alkitab memang menyebut juga cacat itu, tetapi dalam terang sebab dan akibat yang bersifat ”rohani”: akibat penghalang, yaitu penyakit atau cacat itu, manusia diasingkan dari Kabar Baik. Dan itu (lebih daripada penyakit itu sendiri) adalah pekerjaan roh-roh jahat.

- Jika Anda tidak bisa mendengar dan berbicara, Anda berada di luar komunikasi mengenai Injil.
- Jika Anda tidak dapat berhubungan dengan Yesus karena Anda buta atau tidak berdaya, Anda tidak dapat berada di dekat pribadi Yesus.

Dan perhatikanlah maknanya bahwa ada begitu banyak orang yang kerasukan Setan di Israel, justru ketika Yesus, Sang Mesias, diutus ke dunia untuk menyelamatkan umat-Nya. Si Jahat memang bertekad untuk membuat Israel tuli dan buta supaya suasana pengaruh Sang Mesias tetap terbatas.

Namun, kita pada masa kini lupa untuk juga menyebut dimensi roh dalam segala macam cacat tubuh dan pembatasan jasmani. Segala penghalang jasmani dan rohani dapat disalahgunakan oleh Si Jahat untuk menjauhkan kita dari karya penyelamatan Juru Selamat!

Masih ada satu hal yang mencolok bagi saya: Injil tidak pernah berbicara tentang dosa atau kesalahan perorangan yang telah mengakibatkan penyakit kerasukan itu. Dan tak pernah kita mendengar juga bahwa sebelum seorang mendapat karunia kesembuhan, terjadi semacam pengakuan dosa terlebih dahulu.

Meskipun wanita yang bungkuk punggungnya itu telah dibelenggu oleh Iblis selama 18 tahun, tetapi tanpa ragu-ragu, Yesus menyebut dia anak Abraham, dan bukan seorang pendosa (Luk. 13:16). Alangkah indahnya, Tuhan tidak mengungkit-ungkit kesalahan anak-anak Israel, melainkan dengan murah hati memberikan pembebasan.

Di Dalam Hal Apakah Kita ”Dirasuki” pada Masa Kini?

Bagaimanakah kita pada masa kini menjembatani pendekatan ”ilmiah” dan pengalaman ”rohani” alkitabiah pada pihak lain? Ada dua wawasan dunia yang saling bertabrakan: sudut wawasan dunia modern berupa pengetahuan medis horizontal, dan wawasan dunia alkitabiah tertuju pada dimensi vertikal dan perang rohani. Dari hal itu kita belajar bahwa segala wawasan medis modern adalah juga karunia Sang Pencipta, tetapi bahwa kita tidak pernah boleh lupa untuk memperhitungkan dimensi perang yang rohani itu. Yang kita maksudkan ialah perang roh-roh jahat melawan Roh Kudus. Perang antara Iblis yang merusak kehidupan dan Kristus yang memulihkan kehidupan. Perang Iblis-melawan manusia dan karya Allah- harus juga kita beri nama di bidang penyakit dan keterbatasan-keterbatasan jasmani seperti di bidang gangguan dalam fungsi-fungsi otak, atau gejala-gejala penyakit jiwa. Atau di bidang penyakit-penyakit pada masa kini seperti depresi dan kejenuhan kerja (burn-out).

Untuk mempelajari itu, marilah kita mulai memakai bahasa alkitabiah untuk kerasukan (oleh Setan atau roh jahat) dengankata-kata dikuasai, diblokir.

Keuntungan besar kata-kata seperti dikuasai, diblokir, atau terisolasi ialah tidak mempunyai arti psikis untuk kita sekarang ini.

Setiap penyakit-jasmani maupun rohani, otak maupun jiwa dapat begitu ”menguasai” manusia sehingga dia menderita rugi.

Rugi, misalnya, karena dia terisolasi dari komunikasi Injil Kristus.

Iblis dan roh-roh jahat juga merupakan realitas dalam abad ke-21.

Mereka dapat begitu ”menguasai” kemampuan-kemampuan kita di bidang jasmani (dan juga bidang perasaan) maupun bidang rohani (serta bidang daya pikir), sehingga mereka menghalang-halangi pembebasan oleh Kristus.

Namun, ada perbedaan dalam ukuran di mana seorang ”dikuasai” oleh roh-roh jahat. Perbedaan ini, yaitu dalam interpretasi dari contoh-contoh dalam Perjanjian Baru, sarat dengan arti dan sangat cocok dengan kasus-kasus berbeda-beda yang digambarkan. Dalam bahasa profesi hal itu disebut ”circumcessio” (dikepung) dan ”possessio” (diambil alih, diduduki).

- Ada orang-orang yang dikepung: mereka diganggu oleh Si Jahat pada satu bidang. Yang saya pikirkan pada kata itu ialahorang-orang yang bisu, tuli atau lumpuh, tetapi yang tidak diblokir dalam seluruh pribadi dan keberadaan mereka. Sebetulnya semua penyakit termasuk golongan ini. Penyembuhan penyakit itu berlangsung tanpa perilaku mencolok, yang kadang-kadang dipicu oleh roh jahat.
- Ada juga orang-orang yang dikuasai secara total: mereka bukan saja dihalang-halangi dalam tubuh dan pancaindra mereka, tetapi juga diambil alih jiwa dan kepribadian mereka oleh penguasaan Iblis. Penyembuhan mereka disertai dengan sikap agresif yang dipicu oleh roh jahat itu.

Perbedaan dalam kasus-kasus dari Kitab Injil itu dapat membantu kita pada zaman ini untuk mengetahui apa tepatnya dimensi perang roh itu dan berapa ukuran ”kerasukan” yang dimaksudkan.

Ikatan-ikatan Okultisme

Kasus-kasus manakah pada zaman ini yang tampaknya menunjukkan bentuk ”kerasukan” oleh roh jahat? Di bawah ini saya memakai kategori-kategori tertentu untuk melukiskannya, ditulis dengan huruf miring.

Pengikatan dengan roh jahat sering terjadi pada orang-orang yang terlibat dalam praktik-praktik okultisme atau spiritisme, mereka yang dengan sengaja mencari praktik-praktik itu. Misalnya, dalam upacara-upacara penyembahan Setan atau pemanggilan rohorang-orang yang sudah meninggal. Orang-orang itu dapat dibayangi oleh perasaan takut yang amat sangat, atau mendengar suara-suara yang sangat mengganggu dan yang mengejar-ngejar mereka sampai ke dalam mimpi-mimpi pada waktu tidur. Setelah orang itu bertobat dan menerima Kristus sebagai Tuhan, dan tidak lagi melakukan praktik-praktik seperti itu, dia dapat dibebaskan.

Di dalam Markus 1:23-26, Yesus bertemu dengan seorang yang kerasukan roh jahat. Mungkin itulah kasus yang berhubungan dengan dunia gelap. Diduga bahwa orang itu biasa pergi ke rumah ibadat, jadi penyakitnya tidak begitu ”parah”. Karena konfrontasi dengan Yesus, maka roh jahat (yang kehadirannya tidak terlihat itu) menjadi terungkap. Mungkin kita melangkah terlalu jauh untuk mendugaduga mengenai adanya roh yang najis itu. Namun, ada baiknya juga untuk menyadari bahwa ada bermacam-macam cara di mana seorang dapat berhubungan dengan praktik-praktik gelap, juga pada zaman sekarang. Misalnya saja, melalui tabib-tabib alternatif, tukang sihir, praktik suanggi, umbanda, magnetisme, pertemuan spiritual, gaya musik tertentu di mana orang bermain-main dengan maut, roh jahat dan Setan.

Meskipun dalam Perjanjian Lama kita tidak membaca tentang kasus-kasus kerasukan, tetapi kita menemukan peringatan-peringatan yang sangat keras terhadap praktik memanggil arwah (mis. Ul. 18).

Dunia orang mati ialah juga dunia roh. Praktik meramal, menelaah dan mengucapkan jampi-jampi adalah kekejian di hadapan TUHAN.

Soalnya itu adalah komunikasi dengan kerajaan maut, dengan arwah, hantu, roh-roh gelap. Dan umat-Nya harus menjauh dari kerajaan itu. Sebab TUHAN ingin berkomunikasi dengan umat-Nya melalui firman-Nya yang hidup (lihat bab sebelumnya tentang nubuat).

Seperti yang saya baca dalam buku-buku tentang pelayanan pelepasan, pengikatan oleh dunia gelap dapat juga terjadi melalui pengutukan. Contoh yang ditunjukkan ialah praktik-praktik voodoo dan penyembahan Iblis (satanisme). Benarkah sebuah kutukan dapat sungguh-sungguh menguasai orang yang dikutuk itu? Ataukah hanya kalau dia percaya pada takhayul itu? Pastilah takhayul merupakan kuasa yang sangat kuat yang dengan gampang dapat mengendalikan kehidupan orang. Jika begitu, maka orang itu harus dibebaskan dari takhayul itu dengan menyerahkan diri kepada Sang Pembebas, yang telah menanggung segala rasa takut dan kutukan bagi orang-orang milik-Nya.

Sesudah pengikatan dan pengutukan oleh dunia yang gelap, maka bidang ketiga di mana orang dalam keadaan ”dirasuki” roh jahat ialah kalau dia bersikeras melakukan dosa pribadi itu. Orang itu menyerahkan diri pada dosa. Iblis dapat memenuhi hati seorang, sehingga Roh Kudus dilawan (Kis. 5:3). Barangkali penyerahan diri pada dosa-dosa seksual pada zaman kita adalah bidang di mana seorang diikat erat-erat oleh roh-roh jahat, dengan ikatan yang semakin lama semakin erat. Di balik sebuah kasus kecanduan, atau kombinasi berbagai kecanduan, dapat bersembunyi klaim kuat dari kerajaan Si Jahat. Tidak terbayangkan bagaimana penyalahgunaan seksual dapat menyebabkan seseorang menyalahgunakan seksualitasnya sendiri.

Merugikan dirinya sendiri ataupun orang lain.

Selain itu ada pendapat yang mengatakan bahwa ”pengikatan” oleh roh-roh jahat diakibatkan oleh kehidupan penuh dosa oleh nenek moyang. Dosa warisan itu akan terus berpengaruh sampai generasi ketiga atau keempat. Pertanyaan saya ialah apakah pendapat itu sesuai dengan Injil. Dalam hukum pertama dan kedua dasa titah TUHAN, dikatakan bahwa Dia akan ”membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku”. Ketidakpercayaan seorang bapa atas agama pilihannya sendiri dapat terbalaskan kepada keturunannya. Pilihan seorang bapa untuk menyembah berhala dapat ditiru oleh keturunannya, demikian juga kemampuan untuk meramal dapat dijumpai dalam lebih dari satu generasi.

Namun, firman ALLAH mengajarkan juga bahwa setiap manusia bertanggung jawab atas dirinya, demikian tertulis dalam Yehezkiel 18. Dalam setiap generasi terbuka kesempatan untuk bertobat kepada Allah. Alkitab tidak mengatakan bahwa roh-roh jahat terus-menerus membelenggu orang-orang akibat kesalahan nenek moyang mereka. Memang kasus seperti itu tidak mustahil, tetapi Alkitab tidak mengajarkannya kepada kita dengan cara seperti itu. Dan hal itu harus membuat kita sangat berhati-hati, dan jangan terlalu cepat menelusuri zaman yang sudah lama berlalu, untuk mencari penyebab-penyebab sebuah kasus pengikatan oleh roh jahat yang dijumpai pada masa kini. Dalam pertobatan pribadi, seorang juga menjadi bebas dari hubungan-hubungan jahat yang dijalin oleh orang tuanya.

Kita perlu merenungkan bagaimana Si Jahat hendak tetap membelenggu manusia pada zaman ini. Menurut saya, hal kerasukan roh, yang terungkap dalam penyakit atau rasa takut, merupakan cara yang sempit dan terbatas. Bukankah Iblis mempunyai jauh lebih banyak sarana, misalnya: uang, kekuasaan, gengsi, aktualisasi diri sendiri, eksperimen-eksperimen seksual, kecanduan, main judi, dst. Semua itu dapat ”merasuki” manusia sampai mereka mati, tanpa pernah merasa bebas. Di banyak gereja kesadaran tentang kegiatan roh-roh jahat di bidang-bidang itu semakin berkurang. Alangkah baiknya kalau gereja Kristen menyadari kemungkinan bahwa seseorang dibelenggu oleh roh-roh jahat di bidang tertentu.

Ada yang menerjemahkan ”kerasukan” sebagai ”didemonisasi”.

Saya sendiri suka kata-kata seperti ”terikat oleh”, ”dikuasai” atau ”diblokir”. ”Didemonisasi” mirip kata Yunaninya (daimonizomai), tetapi tidak menunjukkan perbedaan antara pengalaman tentang berbagai penyakit dan keadaan ketagihan dalam budaya kita dan di dalam zaman alkitabiah. Sedangkan keterikatan pada segala macam kecanduan masa modern kita pasti sudah perlu dibahas sebagai ”kerasukan” tanpa menyebutnya ”demon”. Dalam kepustakaan tentang pelayanan kelepasan kita menemukan ajaran luas tentang Setan-setan, di samping tentang para malaikat. Masih banyak pekerjaan dogmatis yang perlu dilakukan dalam literatur itu.

Apakah sebetulnya kerajaan Si Jahat itu? Berkat Kristus, maka Iblis sebagai pendakwa kita tidak dapat lagi datang ke takhta Allah. Di kayu salib dan dalam kebangkitan-Nya, Yesus, Tuhan kita telah mematahkan kuasa Iblis dengan tuntas. Sejauh manakah gereja Kristen merupakan ”daerah yang dibebaskan”? Apakah secara keliru gereja terlalu memusatkan kuasa Iblis di dalam dosa manusia? Sebab itulah pembebasan di dalam Kristus yang telah diberitahukan, yaitu bahwa ”Ia telah melunasi utang dosa-dosa saya dengan darah-Nya dan melepaskan saya dari kuasa Iblis” (Katekismus Heidelberg s/j 1).

Apakah arti pemberitahuan di dalam Kitab Wahyu bahwa Iblis telah dilemparkan ke bawah dan tahu bahwa waktunya sudah singkat? (Why. 12:12).

Bebas setelah Mendapat Putusan Bebas

Sekarang saya berusaha untuk menerapkan hasil pembahasan di atas untuk kita pada masa kini. Saya melihat 3 faset yang selalu disertai pertanyaan apakah dan sejauh manakah roh-roh jahat dapat memengaruhinya?

- Di bidang penyakit-penyakit, cacat badan atau keterbatasan fisik lain, seperti dijumpai pada zaman alkitabiah.
- Di tingkat dosa terhadap perintah-perintah Allah.
- Dalam ketidakpercayaan yang terungkap dalam pengerasan hati melawan Allah.

Tiga faset ini saya uraikan di bawah ini. Betapa rusaknya manusia setelah dia jatuh ke dalam dosa, dan takluk kepada Si Jahat? Bagaimana di dalam Kitab Suci ketiga faset kehidupan kita itu dihubungkan dengan Si Jahat?

Penyakit dan Cacat (Handicap)

Saya mulai dengan penyakit dan cacat tubuh, karena itu adalahsatu-satunya bidang di mana Injil menerapkan istilah kerasukan Setan.

Hidup pada zaman ini telah cedera, persis seperti di Israel sewaktu Yesus ada di bumi. Kutukan yang diucapkan oleh Sang Pencipta terhadap bumi setelah kejatuhan manusia dalam dosa, menjamah kehidupan ini dalam segala fasetnya: jasmaniah dan psikis, sosial dan rohani. Pada zaman itu sudah ada dokter-dokter seperti sekarang. Meskipun ilmu kedokteran telah sangat maju sekarang ini, tetapi jumlah orang sakit juga sangat bertambah dengan meningkatnya jumlah penduduk dunia. Sejumlah penyakit telah berhasil ditaklukkan, tetapi banyak penyakit baru telah timbul juga.

Usia manusia memang menjadi lebih panjang, tetapi begitu juga masa penderitaan akibat bermacam-macam penyakit. Kita boleh mensyukuri perkembangan dunia medis, namun harus menjauhi sarana-sarana yang tidak etis. Pertanyaan yang mengganjal hanyalah ini: apakah mungkin kita menggabungkan dimensi perang rohani dengan pendekatan medis yang kita lakukan terhadappenyakit-penyakit?

Secara lebih konkret: haruskah kita juga memperhitungkan adanya segi ”kerasukan” Setan pada gejala-gejala penyakit yang kita kenal. Ambil saja sebuah contoh mengenai gangguan kejiwaan, misalnya borderline atau schizophrenia. Kalau ada penderita penyakit seperti itu dalam jemaat saya, maka tak pernah saya akan menyugestikan bahwa ada roh jahat yang terlibat. Sebab si sakit akan merasa bersalah terhadap Allah. Dan itu akan menambah penderitaan mereka secara rohani. Contoh ini menunjukkan dengan jelas sebuah titik sendat dalam usaha kita untuk menerapkan hal kerasukan ke dalam zaman ini. Soalnya, kalau kita mendengar tentang pengaruh roh- roh jahat, pikiran kita langsung mengarah pada kesalahan pribadi, padahal dalam Alkitab hal itu tidak disebut demikian. Dalam kasus penyakit dan cacat tubuh, yang lebih banyak dibicarakan ialah kelemahan tubuh sebagai akibat kejatuhan manusia dalam dosa, ketimbang dosa-dosa pribadi atau kesalahan sendiri. Kita menunjukkan sisi yang benar kalau ”kerasukan” roh jahat itu dilepaskan kita dari penilaian terhadap status pribadi orang di hadapan Allah. Janganlah kita melihat adanya roh jahat di dalam diri mereka. Jangan sampai mereka berpikir bahwa mereka telah dikuasai oleh roh-roh jahat. Pikiran begitu akan memperberat penderitaan mereka. Meskipun begitu dalam setiap kegiatan pastoral harus ditanyakan apakah ada kesalahan-kesalahan yang belum diakui. Namun, jangan dalam hubungan langsung dengan dugaan adanya kasus kerasukan.

Hal yang sama berlaku untuk berbagai macam cacat jasmani, pancaindra, dan daya pikir. Sebuah cacat seperti itu membawa ketertutupan tertentu bagi komunikasi Injil. Namun, bagaimanapun, kita keliru kalau kita langsung menghubungkannya dengan Iblis dan para malaikatnya (Setan, roh jahat, kuasa lain). Roh Allah sanggup memakai cara-cara lain untuk meraih hati manusia dengan kasih Kristus. Janji dalam perjanjian dengan Allah tetap berlaku meskipun seorang anak-Nya yang cacat tidak dapat memahaminya. Menurut pendapat saya, banyak contoh-contoh dalam Alkitab mengenai ”kerasukan” mirip penyakit-penyakit, sehingga tidak boleh pikiran kita mengarah pada pengikatan oleh Setan. Si Jahat memang dapat memanipulasi berbagai penghalang, cacat, dan penyakit, supaya kita menjadi putus asa dan tidak dapat menemukan ketenangan di dalam Kristus. Namun, itu tidak sama dengan pengikatan pribadi oleh Setan. Siapa yang yakin bahwa dia telah dibebaskan berkat pengurbanan Kristus, dia juga bebas dari cengkeraman Si Jahat di tempat-tempat yang lemah dalam hidupnya.

Dosa dan Ketagihan

Tingkat terpenting pada zaman kita-mungkin adanya sesuatu dari hal ”kerasukan roh jahat”-ialah tingkat dosa dan ketagihan.

Namun, saya harus langsung menambahkan bahwa dalamKitab-Kitab Injil kita tidak menemuinya seperti itu. Tidak ada satu pun kasus kerasukan di situ yang membicarakan adanya dosa khas yang menyebabkan seorang tertentu diikat oleh Iblis. Kalau begitu, bolehkah saya begitu saja memperluas tingkat-tingkat kerasukan itu? Boleh, tetapi hanya untuk menunjukkan strategi penyerangan Si Jahat. Pada titik ini saya menyambung pada apa yang ditulis oleh Rasul Paulus dalam 1 Korintus 10 tentang ”bersekutu denganroh-roh jahat”.

Berhala-berhala seperti yang disebut dalam Perjanjian Lama, mempunyai beberapa bidang-singgung dengan roh-roh jahat yang kita jumpai dalam Perjanjian Baru. Demikianlah Paulus berbicara tentang ”apa yang disebut ilah-ilah, baik di surga maupun di bumi” (1Kor. 8:5). Kita tahu bahwa hanya ada satu Allah! Namun, siapa yang menyembah berhala, akan berurusan dengan dunia roh jahat.

Dia akan terlibat dalam ritus-ritus daging dan darah, seks dan ekstase, seperti yang selalu menyertai penyembahan berhala-berhala itu. Sebab itu Rasul Paulus dengan tegas melarang orang Kristen mengikuti ritus-ritus yang berbau penyembahan berhala. Cawan Perjamuan Kudus membuat kita bersekutu dengan darah Kristus.

Sedangkan para penyembah berhala sebetulnya mempersembahkan korban kepada roh-roh jahat. Paulus tidak mengatakanberhala-berhala itu memang ada. Yang dikatakannya ialah para penyembah berhala mempersembahkan korban kepada roh-roh jahat dan bukan kepada Allah. ”Lagi pula aku tidak mau bahwa kamu bersekutu dengan roh-roh jahat” (1Kor. 10:20).

Masyarakat di dunia Barat zaman modern ini tidak mengakui adanya Allah maupun berhala. Yang mereka akui ialah ritus-ritus di mana uang dan kekuasaan, seks dan minuman keras memainkan peran yang penting. Dan ritus-ritus di mana orang-orang menyembah ilah-ilah lain. Sekarang ini ada budaya pergaulan yang diisi dengan dansa-dansa dan musik, narkoba dan minuman keras. Apakah tidak mungkin bahwa di balik itu semua adaroh-roh jahat? Banyaknya kasus kecanduan adalah bukti dari kuasa yang bisa diperoleh Si Jahat atas manusia. Menurut saya, di situlah terutama terletak bahaya pengikatan roh jahat. Pengikatan yang menyebabkan manusia kerasukan dan terasing dari kekuatan Kristus dan Roh-Nya yang menyelamatkan. Tidak percuma Paulus menambahkan sebuah peringatan pada hiburan yang diberikannya, ”Janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh” (Ef. 5:18).

Janganlah kamu dipenuhi oleh anggur, melainkan hendaknya kamu dipenuhi oleh Roh! Kita harus memilih: roh yang ini atau Roh yang itu.

Pada titik ini sebaiknya kita kembali sejenak pada gejala-gejala yang bersifat psikiatris. Siapa yang dibelenggu oleh sebuah dosa yang konkret, dapat menjadi sakit karenanya, juga sakit jiwa. Di balik gejala-gejala psikis, dapat bersembunyi kehidupan yang berdosa. Dalam tugas penggembalaan kita perlu juga untuk berbicara tentang kehidupan tersembunyi yang mungkin dijalani seorang, dan yang dapat membelenggu rumah dan hatinya dengan rasa takut. Dan setelah itu kita memohon kepada Allah dalam doa supaya Sang Pembebas datang untuk membebaskan manusia dari apa pun yang dapat membelenggunya.

Ketidakpercayaan dan Pengerasan Hati

Faset ketiga ”kerasukan” roh jahat yang saya lihat pada zaman ini, terletak dalam bentuk-bentuk ketidakpercayaan dan pengerasan hati. Juga hal ini dalam Alkitab tidak disebut secara langsung ”kerasukan”, melainkan pengerasan hati. Soalnya, dalam kasus ketidakpercayaan, manusia bertindak dengan akal sehat. Atau... barangkali tidak? Iblis terus mencengkeram manusia, meskipun mereka tidak menunjukkan gejala apa pun. Iblis itu memelihara sebuah dunia di mana ketidakpercayaan, gaya hidup ”yang bebas”, dan berhala-berhala modern, kenikmatan dan kecanduan membentuk sebuah kesatuan. Dalam okultisme dan spiritisme kita melihat ungkapan mengenai adanya kehidupan yang kosong dengan kebutuhan akan realitas rohani. Manusia menginginkan kontak dengan kekasih yang sudah meninggal karena mereka tidak punya harapan lain.

Dalam hati manusia dapat juga ada rasa benci kepada Allah dan kepada agama. Rasa benci itu begitu kuat sehingga dapat diduga adanya pengaruh dari luar. Juga pengaruh dari masa lalu. Misalnya, ingatan seorang kakek dan nenek, yang telah ”dilarang untuk menikah di gereja”, dapat membentuk blokade yang tidak mungkin dirobohkan oleh manusia. Bukankah rasa benci emosional yang begitu besar merupakan juga tanda adanya pengikatan oleh roh jahat?

Bilamana orang-orang Kristen berdoa supaya diberi kemudahan untuk memberitakan Injil Kristus, janganlah mereka lupa untuk berdoa agar dapat melawan kuasa-kuasa Si Jahat. Umat yang sangat menjunjung tinggi kemerdekaan, harus dibebaskan dari berbagai pengikatan konkret oleh roh-roh jahat pada zaman ini. Betapa banyak manusia yang dicekam oleh rasa takut dan rasa pahit, rasa sakit dan rasa kecewa. Apakah yang lebih indah daripada Injil Yesus Kristus, Sang Pembebas Yang Sejati?!

Perlengkapan Senjata Roh

Apakah kita harus mempraktikkan cara yang sama dalam ”menghardik roh-roh jahat”? Saya ingin mengatakan sesuatu tentang apa yang disebut biblisisme. Itu artinya: contoh-contoh dari Alkitab dipindahkan secara langsung ke dalam zaman kita. Jadi, kita menganut biblisisme kalau dalam segala keadaan, kita harus bertindak persis seperti apa yang tertulis dalam contoh-contoh Alkitab. Dalam hal itu, setiap kali kita menjumpai suatu penyakit, kita akan berpikir: apakah ada roh jahat yang memainkan peran di sini, yang harus kita lawan dengan doa? Dalam praktik, kita harus selalu melihat perbedaannya antara ”gejala-gejala penyakit” pada zaman Alkitab dan pada masa kini. Berikut ini sebuah contoh: kalau ada orang yang lumpuh, kita tidak akan cepat berpikir bahwa dia kerasukan. Namun, ada juga gejala seperti kelumpuhan yang histeris. Lalu, apakah dalam semua kasus kelumpuhan kita harus berdoa supaya dapat mengusir roh jahat? Tidak, pada cacat-cacat bawaan (sejak lahir) kita tidak akan berani melakukan pengusiran roh jahat. Dari situ kelihatan kenyataan ini: bagaimanapun, kita mengadakan perbedaan antara gejala-gejala penyakit sebagaimana dilukiskan dalam Alkitab dan yang ada pada zaman ini. Kalau begitu kita juga tidak boleh mengatakan bahwa pengusiran roh jahat adalah bagian penggembalaan (tugas pastoral), yaitu sebagai tiruan dari contoh-contoh alkitabiah.

Kita ini terpanggil untuk mengadakan penelitian:

a. Pada zaman di mana Allah mengizinkan jemaat-Nya hidup sekarang ini.
b. Dengan wawasan-wawasan yang dianugerahkan-Nya kepada kita sekarang.
c. Di bidang-bidang manakah perang roh-roh jahat di udara berlangsung dalam hidup kita.

Hal itu sudah ingin saya lakukan dalam paragraf sebelumnya.Senjata-Senjata manakah yang diulurkan Roh kepada jemaat? Sebelum saya menutup keterangan ini dengan membahas eksorsisme, maka saya harus lebih dahulu menyebutkan seluruh perlengkapan senjata yang diberikan kepada kita.

Rasul Paulus melukiskan perang iman dengan gambaran tentang perlengkapan senjata. Guna senjata itu ialah ”supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis” (Ef. 6:1-17). Dia mengatakan bahwa lawan yang sebenarnya bukanlah manusia yang berdarah dan berdaging. Perjuangan kita adalah melawan ”pemerintahpemerintah, penguasa-penguasa, kuasa-kuasa dunia yang gelap, dan roh-roh jahat di udara”. Banyaknya nama-nama itu menunjukkan betapa penuh variasi kerajaan Si Jahat itu. Siapa mengikut Kristus, menerima perlengkapan senjata yang paling bagus, yaitu senjata dari Allah yang berupa: kebenaran sebagai ikat pinggang, keadilan sebagai baju zirah, kerelaan untuk memberitakan Injil sebagai kasut, iman sebagai perisai, keselamatan sebagai ketopong dan Firman sebagai pedang Roh. Itulah persenjataan lengkap yang diberikan Roh kepada jemaat. Dan senjata-senjata itu lebih bersifat membela diri daripada menyerang.

Apakah doa juga bagian dari perlengkapan itu? Tidak. Doa membentuk sikap perang yang benar dalam perang rohani itu. ”Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk semua orang kudus” dan untuk para pemberita Injil (Ef. 6:18).

Doa yang umum melawan kerajaan Si Jahat boleh juga menjadi konkret, yaitu dalam doa pribadi bersama orang lain yang sedang terlibat dalam perang khusus melawan Si Jahat. Bagaimana kita dapat mengetahuinya? Melalui penggembalaan yang penuh kasih terhadap siapa saja yang ditempatkan Tuhan di jalan kita. Dan melalui percakapan pastoral yang dilakukan sambil berdoa tentang latar belakang pergumulan seorang, maka Tuhan akan memberi hikmat melalui Roh-Nya untuk menilai kebutuhan orang itu.

Doa memerlukan kesetiaan dan pemusatan perhatian. Itulah yang diajarkan Yesus kepada kita. Ketika para murid ternyata tidak mampu menyembuhkan anak muda yang sakit ayan, Yesus mengatakan tentang Setan-setan itu: ”Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa dan berpuasa” (Mat. 17:21; bdk. Mrk. 9:29). Apa yang mampu dilakukan oleh Juru Selamat dengan kekuatan perintah-Nya, hanya dapat dilakukan para murid sesudah banyak berdoa. Doa yang diperkuat dengan puasa, dengan sikap rendah hati dan kesungguhan di hadapan Allah. Siapa yang berdoa supaya dapat membebaskan seorang anak manusia, sehingga dia dapat dibebaskan dari cengkeraman Si Jahat, merasa mutlak tergantung dari Allah yang di dalam Kristus sudah terbukti kekuatan-Nya yang besar. Dia lebih kuat daripada Setan mana pun.

Penggembalaan sebagai Pelayanan Pelepasan

Apakah dalam terang pembebasan dari kerasukan Setan, yang tercatat dalam Injil, kita perlu memberi penggembalaan khusus pada masa kini dalam apa yang disebut ”pelayanan pelepasan” dan ”eksorsisme”?

Apakah Alkitab menunjuk pada karunia khusus untuk mengusir Setan secara sistematis? Jawaban pertama saya adalah: tidak. Alasannya ialah sebagai berikut:

  1. Pengusiran Setan dalam pelayanan pelepasan, diarahkan secara khusus terhadap kategori-kategori yang terdiri dari: pengikatan yang penuh dosa, akibat-akibat ketidakpercayaan dan hidup melawan perintah Allah. Bidang-bidang yang dipengaruhi Setan itu tidak pernah disamakan Kitab Injil dengan kerasukan Setan.
  2. Kasus-kasus dalam Kitab Injil tidak pernah membicarakan kesalahan pribadi si sakit atau nenek moyangnya, di mana (doa untuk) pertobatan dan penyembuhan terjadi bersamaan.
  3. Surat-surat rasuli tidak pernah menyebut pengusiran Setan secara terpisah atau sebagai karunia Roh. Pengusiran Setan boleh jadi diringkas dalam kategori ”karunia-karunia penyembuhan”.

Dalam kasus-kasus penyakit jasmani dan penyakit kerasukan dalam Alkitab, segala tekanan terletak pada dimensi perang rohani melawan anak-anak Allah dan melawan Injil Yesus.

Dalam Kitab-kitab Injil dan pengajaran rasuli kita tidak menemukan nasihat-nasihat kepada gereja supaya membentukkelompok-kelompok khusus untuk membuka kedok Setan-setan dan mengusir mereka. Ketika Paulus dalam Efesus 6 menggambarkan perlengkapan senjata rohani, maka yang disebutnya ialah senjata-senjata pembelaan diri. Betapa pun mendetail keterangannya tentang kuasa-kuasa yang ada di udara, tidak pernah dia menyerukan aksi khusus dan metode khusus yang bisa mendapat bentuk dalam sesuatu yang dilihat kita dalam praktik eksorsisme atau pelayanan pelepasan. Pelayanan seperti itu tidak disebutkan. Meskipun begitu hal-hal yang berikut memang termasuk di dalam pelayanan Injil: menyadari sepenuhnya siapa musuh dan senjata-senjata apa saja yang dipakainya untuk menyerang jemaat. Jemaat membela diri dengan paling baik kalau dia menggunakan seluruh perlengkapan senjata yang diberikan oleh Roh, yaitu: kebenaran, keadilan, kerelaan untuk memberitakan Injil, iman, keselamatan dan Firman Allah. Sikap perlawanan yang paling baik ialah doa yang setiap saat dinaikkan oleh jemaat. Rasul Paulus mengawali bagian tentang perlawanan itu sebagai berikut:

”Hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasaNya” (Ef. 6:10).

Memang, Kitab Suci tidak menunjuk pada pengusiran Setan dan eksorsisme sebagai karunia atau senjata. Itu tidak berarti bahwa Roh tidak mengajar kita melalui firman Allah, supaya kita waspada terhadap Setan-setan! Hal itu berlaku untuk seluruh jemaat dan dalam semua pemberitaan Injil. Pada masa kini Roh hendak membuka mata kita untuk melihat perang roh-roh jahat melawan Yesus dan Roh-Nya. Masa kini ia memakai senjata-senjata dan strategi modern. Misalnya melalui media modern, internet, televisi.

Maka bagian-bagian Alkitab tersebut, juga tentang pembebasan dalam nama Yesus, tetap terbuka. Kita harus belajar menyebutkan cara-cara mana yang dipakai Si Jahat untuk menguasai dan memblokir kita pada masa kini. Dan bagaimana Sang Pembebas pada zaman ini hendak bekerja dalam jemaat dan melalui jemaat.

Hal itu akan menyebabkan di dalam tugas penggembalaan dan pemberitaan Injil, kita selalu memperhitungkan kemungkinan adanya penguasaan oleh roh jahat. Janganlah kita melupakan kuasa penyembuhan yang diberikan Sang Pencipta dalam karunia-karunia pengobatan dan obat-obatan, tetapi jangan melupakan juga kekuatan doa yang mutlak diperlukan, yaitu doa kepada Sang Pembebas. Doa ”kehendak-Mu jadi” tidak berarti bahwa kita harus berdiam diri ketika kita dalam bahaya atau sakit atau takut mati. Hendaknya para pendeta memperkuat dirinya pada titik perang rohani ini dengan Injil Sang Pembebas (tanpa memperberat perjuangan psikis yang sedang dialami si sakit, dengan penilaian yang terlalu cepat). Sebaiknya sudut pandang ini menjadi bahan rundingan di kalangan majelis atau regu pastoral. Supaya kita semua tetap tajam dalam menghadapi titik-titik penyerangan Si Jahat.

Barang siapa dalam tugas penggembalaan atau pemberitaan Injil menjumpai sejenis penyakit ”kerasukan” Setan, sebaiknya jangan menanganinya sendirian. Tidak tanpa arti Yesus mengutus ke-12 dan ke-70 murid-Nya untuk pergi berdua-dua. Secara bersamaan, Anda akan lebih kuat menghadapi apa pun, juga menghadapi Si Jahat. Bersama-sama Anda akan menerima lebih banyak hikmat dan wawasan rohani. Kalau Anda bertindak sendirian, dan harus mengandalkan penilaian Anda sendiri, posisi Anda sangat tidak mantap. Dan begitu pula halnya dengan orang yang hendak Anda tolong. Ingatlah juga bahwa Anda sendiri secara pribadi harus dengan penuh rendah hati mengakui dosa-dosa Anda sendiri di dalam doa supaya Anda tidak mudah diserang oleh kuasa Si Jahat.

Para murid yang diutus oleh Tuhan itu, dapat juga berdoa berduaan: untuk si sakit yang hendak mereka tolong dalam nama Yesus, dan untuk mereka masing-masing supaya mereka dapat menjadi berkat.

Sekarang kita tinggal menjawab pertanyaan ini: Apakah pada zaman ini Yesus memberi kuasa penuh yang sama kepada kita untuk menghardik roh-roh jahat dalam nama-Nya supaya membebaskan seorang? Janganlah kita terlalu cepat menarik pemberian kuasa seperti itu ke arah kita. Kalau Kristus memberi kuasa itu, pastilah itu diberikan-Nya kepada jemaat-Nya. Pada setiap kasus, Dia akan menunjukkan dengan jelas tanggung jawab dan kuasa yang diberikan-Nya untuk bertindak atas nama-Nya. Melalui para penatua, maka jemaatlah yang menunjukkan siapa orang yang telah menerima karunia khusus dari Roh untuk menangani dimensi yang luar biasa dari tugas penggembalaan ini, dengan sikap penuh rendah hati. Majelis ialah tempat untuk merundingkan dan menimbang bersama segala pengalaman di bidang itu.

Jadi, saya tidak menyarankan adanya organisasi khusus yang disebut pelayanan pelepasan. Yang saya sarankan ialah supaya pelayanan kepada Sang Pembebas dicantumkan dalam tugas penggembalaan, dan dilakukan di bawah pimpinan majelis.

Diperlukan kepekaan untuk mengetahui betapa parahnya seorang anak TUHAN diganggu oleh penyakit atau kerusakan rohani, dan juga betapa ganasnya Si Jahat berusaha menyalahgunakan gangguan itu. Saya teringat kembali pada contoh-contoh dalam permulaan bab ini. Beberapa penyakit dan juga obat-obatan tertentu yang mutlak diperlukan dapat menimbulkan suara-suara dan rasa takut. Pasien seperti itu lebih baik dihibur daripada diperiksa apakah dia dirasuki oleh roh jahat. Kita dapat juga berdoa di dalam hati apakah Tuhan berkenan membebaskan wanita tua atau pemuda (daricontoh-contoh) itu dari siksaan yang disebabkan oleh Si Jahat.

Dan bagaimanakah kasus wanita muda yang hidup di bawah bayang-bayang yang kelam? Apabila mereka-wanita itu sendiri, pendeta atau penatuanya-mendengarkan dengan baik, dan membiarkan Firman berbicara serta banyak berdoa, maka Roh dapat menunjukkan dengan jelas apakah mungkin ada sesuatu dalam hidupnya yang menguasai dirinya. Namun, kita tidak boleh memakai bentuk paksaan apa pun. Bukan kita yang dapat membebaskan seorang. Dalam nama Sang Pembebas kita boleh ikut merasakan dan berdoa dengan dia. Sambil mengharapkan kuasa dan kekuatan yang dikirimkan-Nya.

Pertanyaan-pertanyaan untuk Dibahas

1. Bentuk-bentuk okultisme apa saja yang Anda jumpai di lingkungan Anda atau dalam budaya masyarakat?
2. Bagaimana kita boleh melihat Yesus ketika para murid-Nya juga dapat mengusir roh jahat? Siapakah yang berkuasa dalam pengusiran roh jahat: Yesus atau para murid-Nya?
3. Apakah pengaruhnya bagi Anda mengenai penyakit (jasmani atau psikis) bahwa Perjanjian Baru biasanya hanya menyebutkan dimensi rohaninya, sedangkan kita terutama menyebut penyebabnya yang bersifat medis?
4. Kuasa-kuasa atau berhala-berhala manakah yang dapat ”merasuki” kita dewasa ini? Apakah yang diajarkan Efesus 6 kepada kita dalam hubungan itu? Apakah hubungan berbagai perlengkapan dari persenjataan yang disebut Paulus dengan perlawanan kita terhadap Si Jahat?
5. Sejauh manakah Anda dapat menyebut ketidakpercayaan sebuah bentuk penyakit kerasukan? Mengapa hanya ada satu Roh Kudus dan begitu banyak roh-roh jahat?

Informasi Buku

  1. PDF
  2. Penulis:
    Henk ten Brinke, J.W. Maris, dkk.
  3. ISBN:
    978-602-0904-68-9
  4. Copyright:
    © De Vuurbaak, 2006
  5. Penerbit:
    Literatur Perkantas