Jan Wesseling
Buku Pertumbuhan
Di rumah kami ada beberapa jilid buku tipis yang berwarna hijau muda. Judulnya: ”Buku Pertumbuhan Anak Kita”. Kami telah memperolehnya dari biro konsultan di mana kami mencari informasi tentang perawatan bayi kami. Di halaman pertama terdapat daftar alamat-alamat yang dapat dihubungi kalau diperlukan. Dan ada juga satu halaman penuh yang diperuntukkan khusus untuk para ayah, yang juga sering agak kebingungan dalam menghadapi masalah pertumbuhan anak-anak mereka. Sesudah itu seluruh perhatian dalam buku itu diberikan kepada para ibu dan pemeliharaan bayi-bayi mereka, misalnya: cara memberikan susu, atau cara menyusui, perlu tidaknya anak-anak itu ditimbang, tentang hal popok, tentang hal tidur, tentang penyebab-penyebab dari luar yang dapat menyebabkan bayi menangis, tentang anggapan bayi bahwa wajah ibunya adalah mainan, tentang cara menghibur kalau si bayi menangis. Selain itu ada juga banyak halaman kosong, yang disediakan untuk catatan para ibu. Misalnya, kapan muncul senyum pertama si bayi. Makanan yang pertama apakah yang diberikan sesudah susu. Langkah si bayi yang pertama. Dan juga hal-hal lucu yang dikatakan anak-anak yang masih balita.
Putri kami yang masih bersekolah di TK pernah bertanya mengapa ayahnya selalu duduk di ruang kerjanya. ”Oh,” jawab ibunya, ”Papa harus bekerja untuk mencari uang.” Memang seorang anak harus dapat memahami juga kenyataan itu. Sering dia ditegur karena lupa menutup keran air, soalnya air PAM harus juga dibayar.
Pada suatu hari gurunya bertanya kepadanya apa pekerjaan ayahnya. ”Papa duduk di kamar kerjanya untuk membayar air PAM,” jawabnya. Betapa sederhana realitas yang rumit itu bagi seorang anak. Tanpa mengkhawatirkan apa-apa, dia menjalani hidup ini dengan riang gembira. Pertumbuhan bagi dia tampaknya berjalan dengan sendirinya. Dia tidak perlu memikirkan apa-apa. Ayahnya yang akan membayar air PAM.
Namun, dari buku pertumbuhan yang begitu sederhana tadi, kita melihat dengan jelas, sebetulnya pertumbuhan itu berjalan jauh lebih rumit. Pertumbuhan itu berlangsung siang dan malam. Kita melihat gambarannya dalam bukti pertumbuhan yang dilampirkan pada buku tentang pertumbuhan itu. Di situ diberikan garis-garis pertumbuhan berdasarkan usia dan berat badan.
Di toko-toko buku saya juga sering menjumpai buku-buku yang judulnya Buku Pertumbuhan. Dan subjudulnya berbunyi berbeda-beda. Misalnya: Buku tentang pertumbuhan rohani. Atau:
Perjuangan untuk mendapatkan kekudusan. Hidup dengan suatu tujuan. Menemukan kehendak Allah. Melihat Yesus dan mengalami kehadiran-Nya. Bertumbuh dari dalam lubuk hati. Kepedihan yang tersembunyi. Menurut saya, masa kini terdapat jauh lebih banyak buku semacam itu di toko buku, dibandingkan sekitar 20 tahun yang lalu. Sekarang ini ada banyak sekali buku tentang hal pertumbuhan rohani.
Harapan supaya Bertumbuh
Harapan supaya bertumbuh dapat menimbulkan perasaan ganda. Di satu pihak, pertumbuhan itu kita jumpai di mana-mana. Bagi Anda yang sedang bertumbuh dengan pesat, maka keadaan ”berhenti bertumbuh” berarti tidak maju lagi, bahkan mundur. Bukankah Alkitab menyebutkan bahwa manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari (2Kor. 4:16)?
Di lain pihak, harapan supaya bertumbuh itu bisa juga karena sebelumnya Anda sudah menjadi sangat capai. Seorang anak yang setiap hari harus memperhatikan pertumbuhannya, tidak sehat.
Seorang remaja yang setiap hari mengecek berat badannya di atas timbangan, besar kemungkinan sedang mengalami masalah.
Kata ”pertumbuhan” didefinisikan sebagai penambahan pada tubuh, yaitu panjangnya, kekuatannya, ukurannya, tingginya atau beratnya.
Sering ada sugesti bahwa pertumbuhan berjalan dengan lambat laun: terus-menerus berjalan dan dapat diukur. Bilamana tampak dari garis pertumbuhan rata-rata bahwa seorang bayi ketinggalan dalam pertumbuhannya, maka stagnasi seperti itu memberi alasan untuk mencari penyebabnya. Barangkali orang tuanya harus merasa prihatin tentang adanya gangguan dalam pertumbuhan bayi itu.
Dalam bab ini (mengenai pertumbuhan seorang anak Allah) saya tidak akan memberikan resep-resep yang paten, hormon-hormon pertumbuhan yang siap ditelan, atau alat-alat pertumbuhan yang cocok untuk setiap situasi. Saya harus berusaha menggambarkan garis-garis pertumbuhan yang paling penting. Kita bertumbuh sebagai orang Kristen, karena kekuatan Roh yang bersumber dari Allah. Bukankah Roh itu adalah napas Allah, kekuatan hidup, yang pada mulanya melayang-layang di atas permukaan air dan menciptakan dunia yang sempurna? Roh dari Allah itu juga yang telah membangkitkan manusia dari kematian dan menjadikannya hidup lagi sesudah manusia itu membuat dirinya sendiri sangat sengsara akibat segala dosanya.
Bidang Pertumbuhan
Penjajakan yang pertama terhadap bidang pertumbuhan, sebetulnya tidak memberikan banyak hasil. Keturunan manusia semakin besar jumlahnya; anak-anak bertambah besar; tanaman bertambah tinggi.
Firman Allah makin tersebar dan makin banyak didengar orang (a.l. Kis. 6:6; 12:24).
Hanya jarang sekali kata bertumbuh dihubungkan dengan ”pertumbuhan rohani”: Injil berbuah dan berkembang (Kol. 1:6); iman dapat bertumbuh (2Kor. 10:15); begitu juga pengetahuan tentang Allah (Kol. 1:10). Para pembaca surat Petrus yang kedua sangat dianjurkan supaya bertumbuh dalam anugerah dan dalam pengenalan akan Tuhan kita dan Juru Selamat kita, Yesus Kristus (2Ptr. 3:18); dan dengan jelas Paulus mengatakan bahwaorang-orang yang hidup di dalam realitas Allah dan teguh berpegang pada kebenaran, bertumbuh ke arah Yesus Kristus, sebagai Kepala tubuh (Ef. 4:15). Jadi, pada pandangan pertama, kita dapat melihat bahwa hanya ada perhatian yang terbatas untuk pertumbuhan rohani. Hal itu dapat membuat kita agak ragu.
Namun, kita boleh memperluas lapangan pemandangan kita.
Meskipun kata ”pertumbuhan” itu lazim dipakai secara harfiah, tetapi hal pertumbuhan itu mungkin sekali ada. Di dalam Alkitab, Roh Kudus juga berbicara tentang benih yang ditaburkan, yang bertunas, bertumbuh, dan berbuah (Mat. 13). Tuhan Yesus memakai gambaran tentang carang-carang anggur, yang menghisap tenaga dan daya pertumbuhan mereka dari Dia sendiri sebagai pohon anggur satu-satunya yang terpercaya. Sesudah pengusaha kebun anggur tekun merawat tanaman-tanamannya, hasilnya berlimpahlimpah dan menjadi matang (Yes. 5; Yoh. 15). Dikatakan bahwa ada pengudusan terus-menerus, dengan tujuan untuk bertemu secara pribadi dengan Tuhan Yesus sendiri (1Yoh. 3:1-3). Di dalam Kitab Suci, pengudusan yang merupakan pengabdian kepada Allah dan pemurnian hidup kita di dunia ini, mendapat banyak perhatian.
Jemaat digambarkan sebagai sebuah bangunan, yang dengan rapi disusun batu per batu, dan yang terus berkembang (Ef. 2:21).Orang-Orang percaya masing-masing dapat disamakan dengan bayi yang baru lahir, yang bertumbuh dengan baik apabila mereka minum susu murni yang berupa Firman; dengan demikian mereka memperoleh keselamatan (1Ptr. 2:2).
Dikatakan bahwa akan ada anugerah yang berlimpah-limpah, bilamana dosa sejumlah orang bertambah banyak (Rm. 5:20). Anugerah Allah dapat diperluas melalui jumlah manusia yang semakin bertambah, sehingga semakin melimpahnya ucapan syukur (2Kor. 4:15). Kasih kristiani seorang terhadap yang lain dapat menjadi semakin besar dan semakin kuat, ya, bahkan berlimpahlimpah (2Tes. 1:3). Orang Kristen harus bertekun dalam iman, kasih dan pengudusan (1Tim. 2:15). Jalan Yesus Kristus harus kita ikuti, dengan cara berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia (Kol. 2:7).
Dengan jelas terlihat adanya proses pertumbuhan. Namun, dapat juga proses itu bersifat negatif, yaitu ada juga pertumbuhan dalam dosa, dan pengaruh kejahatan yang semakin bertambah. Misalnya, Anda dibujuk untuk mengikuti jalan orang yang berdosa (Mzm.1).
Keadaannya makin lama makin parah: mula-mula Anda hanya mendengarkan dan melihat-kemudian ikut dengan orang-orang itu-dan pada akhirnya juga melakukan kejahatan. Atau Anda digoda oleh suatu keinginan yang ternyata sangat kuat. Buah dari keinginan itu melahirkan dosa. Dan kalau dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut (Yak. 1:15). Sebaliknya, ada juga penaburan di dalam Roh; dan juga panen yang berkelimpahan atas buah-Nya. Juga di situ bertumbuh suatu keinginan untuk berbuat; perbuatan baik yang terus-menerus diulangi menjadi kebiasaan yang baik; dan kebiasaan yang suci akhirnya terjalin dalam kehidupan dan kepribadian Anda.
Sesudah proses pertumbuhan, Anda memperoleh juga hasil pertumbuhan: siapa yang menabur di ladang sifatnya sendiri yang berdosa, ia akan menuai maut; siapa yang menabur di ladang Roh, ia akan menuai hidup yang kekal (Gal. 6:8).
Yang menarik perhatian ialah pada pertumbuhan kristiani, manusia tidak memusatkan perhatiannya kepada dirinya sendiri, tetapi terus-menerus terfokus kepada Yesus Kristus. Orang Kristen selalu bertumbuh di dalam Dia, bertumbuh dalam anugerah, bertumbuh dalam pengetahuan tentang Allah, dan dia menjadi semakin bersemangat dalam mengucap syukur, lebih kuat dalam pengabdiannya, dalam pengudusannya, dan dalam kesuciannya.
Seorang Kristen tidak bertumbuh dalam dirinya sendiri. Kita dapat mengatakan seperti Yohanes Pembaptis, Yesus Kristus harus bertambah besar di dalam kita, sedangkan kita sendiri harus menjadi semakin kecil (Yoh. 3:30). Kita tidak menjadi penuh dengan diri sendiri, melainkan penuh dengan Yesus. Yang tinggal di hati kita ialah Roh-Nya, dan Dia menyediakan ruang bagi Kerajaan Allah dalam hidup kita. Dia menjamin pertumbuhan kita. Tidak pernah Dia nonaktif pada siang hari. Tidak pernah Dia tidak bertugas pada malam hari. Dia membuat kita berakar di dalam Kristus, sehingga tumbuh sebuah ikatan yang lembut dan akrab. Itulah rahasia intim dari kasih yang timbal balik: Dia ada di dalam kita, dan kita di dalam Dia.
Tempat Pertumbuhan?
Saya tinggal di sebuah kota yang mempunyai lapangan luas di depan museum. Nah, lapangan itu merupakan pusat pergaulan kaum muda pada waktu malam, khususnya Sabtu malam. Di situ terdapat banyak kafe, bar, diskotek dan macam-macam tempat hiburan lain. Lapangan Museum itu tidak dikenal baik dalam masyarakat kami. Hampir setiap malam Minggu terjadi perkelahian, dan semua orang tahu di situ diperdagangkan narkotika. Kemudian pemerintah bertindak, dan lapangan itu menjadi tempat pertama di Belanda yang dipasangi kamera CCTV. Belum lama ini seorang murid katekisasi bertanya kepada saya, ”Apakah kaum muda yang pergi ke Lapangan Museum bukan orang Kristen yang baik?”
”Kenapa Anda menanyakan itu?” saya balik bertanya.
”Soalnya, mereka kadang-kadang dianggap seperti itu,” ujarnya.
Untuk menghadapi masalah itu, maka saya membagi para murid katekisasi itu menjadi tiga kelompok. Masing-masing kelompok harus membahas pokok pembicaraan yang berjudul:
Lapangan Museum itu adalah akal bulus Iblis! Setelah waktu yang diberikan habis, mereka kembali berkumpul lagi. Kesimpulan mereka, judul tadi perlu sedikit diubah sehingga berbunyi:
Mungkin saja Lapangan Museum itu merupakan akal bulus Iblis!
”Baiklah, silakan jelaskan,” kata saya. Dan segera mereka menyebutkan berbagai perangkap dan godaan yang terdapat di lapangan itu.
- ”Kalau kita pergi ke situ setiap malam Minggu, kita membuangbuang waktu saja,” kata seseorang.”Baiklah,” kata saya, ”Anda telah memikirkan semua itu dan menyimaknya dengan baik-baik. Nah, kalau Andasungguh-sungguh percaya bahwa Anda diperkenankan menjadi anak Allah, dan bahwa Roh Tuhan Yesus tinggal di dalam hati Anda dan menjadikan Anda manusia surgawi..., maka masih inginkah Anda berada di lapangan itu atau tidak? Apakah yang bisa dicari di situ?”
Setelah berpikir sebentar jawabannya tidak terlalu sulit, ”Memang, sebenarnya tak ada apa-apanya di situ bagi kami....”
Tingkat Pertumbuhan
Apa yang telah terjadi di atas tadi? Saya dapat menjelaskannya dengan baik dengan keenam tingkat yang saya sebut dalam Bab 2.
Berfungsinya manusia diuraikan saya dengan membedakan enam tingkat:
Sekarang marilah dengan bantuan model itu, kita mengamati apa yang telah terjadi. Dalam pertanyaannya, murid katekisasi itu menggabungkan perbuatan mencari hiburan di Lapangan Museum itu dengan pertanyaan tentang orang Kristen yang jujur dan yang sungguh-sungguh. Dengan kata lain: dapatkah kita menjabarkan dari perilaku seseorang (mengunjungi tempat-tempat hiburan) sesuatu yang berhubungan dengan identitas rohaninya (seorang Kristen yang baik)? Tentu saja, saya dapat menanggapi pertanyaan itu dengan singkat dan jelas, dan mengatakan: ”Seorang Kristen yang baik, tidak akan melakukan itu.” Atau, berdasarkan keyakinan itu, saya dapat memberi peraturan yang ketat mengenai perilaku,
”Jangan pergi ke tempat seperti itu!”
Tingkat | Pertanyaan | Pertanyaan Lanjutan |
---|---|---|
Spiritualitas | Untuk apa aku hidup? | Aku ini termasuk dalam bagian (rohani) yang lebih besar, bagian manakah itu? Apa/siapa yang menggerakkan diriku? |
Identitas | Siapa aku? | Bagaimana pendapatku tentang diriku sendiri? Untuk siapa aku ini hidup pada hakikatnya? Aku ingin menjadi siapa? |
Keyakinan | Apa pendapatku? | Mengapa kuanggap sesuatu bernilai tinggi? Apa yang kupercayai? Apa keyakinanku? |
Kemampuan | Apa kemampuanku? | Bagaimana aku mau melakukannya? Pengetahuan, kapasitas dan keterampilan apakah yang kumiliki? |
Perilaku | Apa yang kulakukan? | Bagaimana hal di atas dapat aku ungkapkan dan laksanakan? |
Lingkungan | Di mana aku? | Bagaimana situasiku? Di mana, dengan siapa, bagaimana dan kapan aku hidup dan bekerja? |
Namun, dengan ”menampilkan” Iblis dalam pertanyaan, saya berusaha supaya mereka dapat melihat realitas rohani mereka sendiri dengan baik-baik. Kita tidak pertama-tama harus melawan daging dan darah (kita sendiri), tetapi melawan roh-roh dan kuasa-kuasa jahat di udara (Ef. 6:11-12). Roh-roh jahat itu juga melayang-layang mengelilingi kita di tempat hiburan seperti itu. Dan pada tingkat tertinggi (spiritualitas) para murid itu, mereka harus merenungkan dan membicarakan bersama segala godaan yang menyergap mereka di situ, sebagai akal bulus Iblis.
Baru sesudah itu saya menanyakan sesuatu di tingkat identitas mereka: untuk siapakah mereka ingin hidup? Apa artinya bagi mereka bahwa ketika mereka dibaptis, Tuhan menaruh meterai kepemilikan-Nya pada dahi mereka? Dan tiba-tiba saja pilihan yang harus mereka ambil tampak tidak begitu sulit lagi. Dan keputusan untuk itu timbul dari dalam hati mereka; dan itulah cara yang paling kuat daripada peraturan dari luar mereka. Bukan karena saya suruh; bukan terutama karena larangan, yang didasarkan atas apa yang pantas atau yang tidak pantas dilakukan. Motivasi itu lahir dalam diri mereka sendiri. Itu adalah pilihan hati mereka sendiri.
Dan dengan demikian timbullah sebuah pertanyaan yang amat menarik. Dengan mengingat keenam ”tingkat pertumbuhan” itu, maka sebenarnya di tingkat manakah Anda ingin mencapai pertumbuhan?
- Tentu saja Anda dapat berusaha mengarahkan diri terutama pada lingkungan Anda. Dengan begitu Anda mengarahkan perhatian Anda kepada orang-orang lain. Anda berusaha untuk menarik orang lain kepada Kristus. Jemaat Anda sendiri harus menjadi ”gereja pertumbuhan”. Atau Anda berjuang untuk mengubah situasi-situasi secara positif dan memengaruhi berbagai proses dalam jemaat Anda sendiri supaya menjadi lebih baik.Yesus. Anda ingin memiliki buah Roh. Perilaku ialah apa yang dilakukan dan yang tidak dilakukan seorang, dan cara hidupnya di hadapan Allah. Jadi, perilaku Anda ialah yang pertama-tama dilihat pada manusia, yaitu ”sisi luarnya”,hal-hal lahiriah. Itu baru sisi luarnya saja.
- Anda dapat juga berjuang supaya bertambah-tambah kemampuan Anda untuk hidup sebagai orang Kristen.Inilah tingkat yang paling rentan kena serangan. Di sini berlangsunglah sebagian besar dari peperangan antara ”daging dan Roh”. Dalam praktik, hal itu biasanya tidak begitu mudah untuk dibicarakan. Padahal peperangan itu berlangsung dalam setiap diri anak Allah, disertai dengan banyak kemenangan dan banyak pula kekalahan. Janganlah Anda salah menilai kesulitannya.
- Bertumbuh sebagai orang Kristen dapat juga berarti bahwa Anda ingin mendapat keyakinan-keyakinan yang lebih kuat. Apakah yang penting, apakah norma-norma dan nilai-nilai Kristen, apakah yang sesuai dengan pendapat Anda? Bagaimana semua itu tertulis dalam Kitab Suci? Dan masihkah kita benar-benar mengenal ajaran Alkitab dan ajaran yang benar?Apakah identitas Anda di dalam Kristus?
- Ataukah pertumbuhan itu terutama adalah bertambahnya pengalaman spiritual? Sehingga pandangan terhadap Surga menjadi lebih luas, dan Anda mencari hidup Anda di dalam Kristus, dan bermeditasi tentang realitas rohani Allah yang lebih tinggi itu dan mencakup segala-galanya, lalu Anda mencari hubungan dengan realitas itu? Dengan kata-kata yang lebih kuat lagi: hidup dalam hubungan yang akrab dengan Allah sendiri, dan memelihara hubungan yang terbuka dengan Anak-Nya di surga.Kian lama kian Anda menyadari bahwa Anda adalah bagian dari keseluruhan yang mahabesar itu: seorang manusia kecil dalam jagat raya yang tak terukur luasnya. Seorang makhluk fana, tetapi yang terikat tali-hidup yang tidak terputuskan kepada Dia Yang Kekal.
Anda adalah seorang anak manusia yang sangat diberkati, karena Yesus Kristus telah mendamaikan Anda dengan Allah, dan juga karena Roh-Nya menggendong Anda, melintasi padang gurun kehidupan ini, menuju dunia baru yang sedang menanti. Katakan saja, masih ada waktu sebelum datangnya kekekalan. Dan prioritas yang tertinggi dalam hidup Anda haruslah usaha untuk memiliki Kristus dan keselamatan-Nya. Dan di tengah berbagai tekanan pekerjaan, stres, dan gangguan dari luar, sediakanlah cukup waktu untuk berdoa dengan tenang. Dengan berdoa kepada Allah dan menyembah Dia di hadapan takhta-Nya kita memberi kemuliaan yang sangat tinggi kepada-Nya, dan dengan demikian menunjukkan ketergantungan kita kepada-Nya.
Permintaan Pertumbuhan
Ketertarikan pada spiritualitas sangat dirasakan dewasa ini. Dan banyak orang Kristen ingin ”berpenampilan” dengan lebih baik:
Jadilah orang Kristen yang ramah; berusahalah menjadikan jemaat yang menarik; prakarsailah kebaktian-kebaktian yang penuh daya tarik dan bersemangat. Keinginan itu dapat menunjukkan juga bahwa kita tidak mau ketinggalan zaman. Pengaruh yang membangkitkan semangat sangat disukai oleh masyarakat. Dengan demikian kerinduan untuk merasa nyaman lebih terdorong oleh roh zaman daripada oleh Roh Kudus. Kita sangsi, apakah dalam mengikuti Tuhan Yesus Kristus, kita masih berani tampil sebagai gereja ”yang memikul salib”. Gereja seperti itu tidak terpandang, tidak mengikuti pendapat yang berlaku, dihina, kecil dan tertindas.
Di sini Anda harus waspada supaya jangan berpikiran sempit. Di satu pihak Tuhan Yesus sendiri mengajarkan kepada kita supaya kita jangan seperti sebuah rumah tinggal, di mana Roh Kehidupan tidak tinggal dengan nyata di dalamnya (meskipun terdapatkeyakinan-keyakinan teguh dan perilaku yang taat pada peraturan). Seluruh rumah bersih tersapu, dan rapi teratur, tetapi secara rohani rumah itu kosong. Dan akibatnya, keadaannya menjadi lebih buruk daripada sebelumnya (Mat. 12:43-45).
Dalam suasana rumah seperti itu, dapat dimengerti dan memang benar kalau orang-orang rindu untuk menerima lebih banyak dari Roh Tuhan Yesus. Juga lebih banyak semangat, lebih banyak iman, harapan, dedikasi dan kasih, di segala bidang.
Pada pihak yang lain Roh memperingatkan kita untuk berjaga-jaga karena akan datang waktunya di mana orang-orang tidak dapat lagi menerima ajaran yang sehat, dan sebaliknya mereka mengumpulkan guru-guru yang menuruti kehendak mereka dan memuaskan keinginan telinga mereka (2Tim. 4:3-4). Dalam hal itu, apa yang disebut ”Roh”, dapat saja hanya merupakan gejala dari penyembahan terhadap ”perasaan” diri Anda sendiri atau pengungkapan dari ”roh zaman ini”: suatu tindakan mengonsumsi secara perorangan, demi kenyamanan diri sendiri, tanpa adanya keterikatan yang nyata dengan orang-orang di sekitar Anda.
Jadi, akan sangat berguna kalau Anda mengamat-amati cara Anda sendiri dalam menjalani iman. Bukan saja secara pribadi sebagai orang percaya, tetapi juga sebagai persekutuan orang beriman, yaitu jemaat. Di mana keyakinan dan perilaku sangat kuat, maka bidang-bidang identitas dan kemampuan mungkin akan kurang diperhatikan, atau ketinggalan perkembangan. Sebaliknya di mana terdapat banyak perhatian bagi realitas rohani kita, dan bagi pertanyaan siapa kita ini di dalamnya, di situ dengan mudah orang-orang semakin mengabaikan ajaran yang sehat berdasarkan Kitab Suci (1Tim. 1:10; 2Tim. 4:3; Tit. 1:9; 2:1) untuk melawan penyelewengan-penyelewengan, atau mengabaikan organisasi kehidupan gerejawi yang alkitabiah dan teratur.
Gereja Pertumbuhan
Anda ingin bertumbuh di bidang apa? Hal itu berlaku bagi Anda secara pribadi. Namun, juga bagi gereja-gereja. Menurut pengamatan saya, kita sebagai orang Kristen dapat dengan mudah berbicara tentang iman kita dalam suasana keyakinan-keyakinan kita dan perilaku kita. Bagaimana pendapat kita, begini atau begitu? Apa yang tertulis dalam pengakuan iman dan apa yang harus kita tolak dengan tegas sebagai pendapat yang salah? Apa yang patut kita lakukan dan apa yang dilarang?
Barangkali sejak kecil Anda belajar bahwa Anda memiliki hak yang sangat istimewa sebagai anak TUHAN karena lahir di dalam gereja. Akan tetapi, lambat laun manusia dapat terbiasa dengan hal yang paling istimewa; maka keajaiban Allah itu menjadi biasa. Sejauh manakah kenyataan bahwa ”Anda adalah anak Allah” menjadi sangat nyata bagi Anda? Apakah Anda benar-benar seorang yang telah menaruh dengan kukuh hidupnya di dalam Yesus Kristus dan berakar di dalam diri-Nya? (bdk. Kol. 2:6-7). Apakah kasih Anda untuk Tuhan betul-betul menyerap di hati Anda sehingga terungkap dalam penyerahan diri Anda sepenuhnya pada ajaran-Nya:”barangsiapa mengasihi Aku, akan menuruti perkataan-Ku”? Dan apakah hal itu terlihat dalam dedikasi Anda yang tulus dalam melayanisaudara-saudara Anda yang secara konkret telah ditunjukkan kepada Anda:
”Saudara-saudaraku yang terkasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah, dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah” (1Yoh. 4:7).
Sebab betapa pun pentingnya keyakinan dan perilaku, sangat penting juga untuk menyadari bahwa bukan di situ letak jantung kehidupan gerejawi kita dan keberadaan kita sebagai orang Kristen.
Letaknya tetap dalam pikiran dan perbuatan kita yang nyata. Sebab itu, saya ingin mengolah tiga kemungkinan dalam pertumbuhan, yang dapat dihasilkan pertumbuhan.
Menghayati Keselamatan: Terjadi Setiap Hari
Tuhan memasuki kehidupan kita dengan menimbulkan banyak harapan. Dia berbicara dan menyapa kita. Maka kita terpanggil untuk memberi tanggapan dan memenuhi kewajiban kita. Namun, bagaimana kita melakukannya? Dan bagaimana caranya Roh bekerja dalam praktiknya? Setiap orang adalah makhluk yang unik, dan memiliki kepribadiannya sendiri, riwayat hidupnya, kisah hidupnya, dan hatinya sendiri. Semakin mendalam kita berbicara dengan seseorang, semakin besar rasa heran kita tentang kekuatan Roh. Dia mampu melakukan jauh lebih banyak daripada yang kita sadari. Itu betul-betul mukjizat Allah, bilamana Dia berhasil melaksanakan penyerahan diri begitu banyak orang kepada Tuhan Yesus.
Secara global, kita dapat menggambarkan perkembangan itu sebagai berikut: panggilan, kelahiran kembali, iman, pertobatan, pembenaran, pengudusan, dan ketekunan. Itulah urut-urutan penyelamatan. Dengan demikian tampaknya kita telah menulisnya dengan rapi secara berturut-turut. Bahkan tentang misteri tentang ”rencana langkah-langkah” Allah dalam hidup kita, kita berhasil dan berani berbicara secara rasional dan analitis.
Namun, bilamana Anda memusatkan fokusnya kepada seorang pribadi, Anda akan menemukan semakin banyak macam warna dan peralihan warna-warna sebagai hasil karya Roh Kristus. Kita pasti akan sangat diperkaya apabila membicarakannya bersama secara terbuka, lalu merenungkannya dengan penuh perhatian. Marilah, dengarlah, hai kamu sekalian yang takut akan Allah, aku hendak menceritakan apa yang dilakukan-Nya terhadap diriku (Mzm. 66:16).
Akan tetapi, kita dapat juga melakukan hal yang tak berguna sehingga membiarkan diri kita masing-masing tetap miskin, misalnya bilamana dalam kunjungan dan pertemuan bersama, kita terus berbicara tentang liburan, asuransi, kejadian sehari-hari, politik, dan sebagainya, tanpa sedikit pun, atau hampir tidak menyoroti jalan Tuhan di dalam semua itu, yang ditempuh-Nya bersama kita.
Janganlah kita meletakkan manusia dengan segala pengalamannya pada titik sentral. Melainkan marilah kita dengan taat dan tepat mengikuti jalan konkret yang ditempuh Roh dalam kehidupan kita. Hendaknya penghormatan diberikan kepada Dia yang pantas dihormati!
Setiap Hari Ada Pergumulan Batin: Siapakah Aku Ini?
Ada baiknya kalau kita belajar untuk membahas dari hati ke hati tentang siapakah kita ini sebenarnya di hadapan Alah. Siapakah aku, juga bilamana tidak ada orang lain yang melihat diriku? Banyak karya Roh yang kuat tetap tersembunyi atau terhalang karena kita tidak berani untuk saling membuka hati. Banyak dosa yang tersembunyi juga tetap merupakan rahasia pribadi yang tersimpan dalam-dalam karena kita tidak membiarkan orang lain mengetahuinya. Banyak anak-anak Allah tidak mempunyai orang lain yang mengenal mereka sebagaimana adanya. Dan akibatnya sering mereka merasa kesepian dan mengalami pergumulan pribadi secara tersembunyi.
Hal itu juga disebabkan karena kita enggan membicarakan bidang ”kemampuan” kita secara bersama. Soalnya, kita belum begitu mudah untuk mempraktikkan segala pilihan hati dan segala keyakinan kita yang kukuh dengan konkret. Banyak orang yang kecanduan rokok yakin sekali bahwa kebiasaan merokok sangat buruk untuk kesehatan mereka. Namun, kecanduan mereka telah melumpuhkan kemampuan mereka untuk melawan keinginan mereka untuk merokok. Banyak orang Kristen tahu benar bahwa sebenarnya segala uang dan harta mereka adalah pinjaman dari Allah. Akan tetapi, betapa seringnya mereka memakainya tanpa berpikir panjang, untuk kepentingan mereka sendiri. Atau untuk memuaskan hawa nafsu mereka sendiri.
Kemampuan kita untuk hidup dengan murni dan penuh dedikasi sudah sangat dirusak oleh dosa. Selama hidup kita, Roh melawan sifat kita yang lama, yang tak henti-hentinya muncul kembali. Setiap anak Tuhan yang jujur tahu dan mengalami pergumulan batin itu.
Pergumulan itu berlangsung siang dan malam, tanpa adanya istirahat atau peletakan senjata. Kita mengalami kekalahan-kekalahan maupun kemenangan-kemenangan. Namun, pernahkah kita menceritakannya kepada orang lain? Sering pergumulan itu dilakukan sendirian saja, dan ada kalanya hal itu berlangsung seumur hidup. Bahkan dalam percakapan pastoral, hal itu tetap merupakan pokok pembicaraan yang sangat peka dan sering dihindari.
Untuk dapat membuka jiwa kita, juga dengan sisi-sisinya yang gelap dan kelam, kita memerlukan rasa aman, kepercayaan, kasih dan sikap ikut merasakan yang ditunjukkan dengan tulus. Kita memerlukan juga kasih dalam Roh Kristus. Sebab kasih mengusir kekhawatiran untuk ditolak dan dihakimi. Dan kasih itu rindu untuk bertumbuh.
Memberi Penghormatan: Waktu yang Paling Sibuk pada Hari Minggu!
Kalau mau, Anda dapat membaca banyak buku dan laporan studi tentang liturgi. Tersedia juga data-data alkitabiah, bagian-bagian liturgi dan urutan-urutannya, serta berbagai persetujuan mengenai liturgi yang dibuat seorang dengan yang lain. Setiap gereja telah mengembangkan gayanya masing-masing di bidang itu. Begitu saja, jangan ubah kebiasaan kita.
Sesudah beberapa lama, melalui percakapan-percakapan dengan khususnya kaum muda, timbul berbagai pertanyaan dalam hati saya.
Selain itu, setelah menghadiri banyak ibadah dan kebaktian di luar negeri, pandangan saya diperluas. Saya merasa bahwa liturgi kita bisa juga disusun dengan berbeda, caranya tidak mengurangi rasa hormat kita kepada Allah dan penuh penyembahan kepada-Nya.
Ada persoalan?
Kebaktian-kebaktian yang selalu berlangsung menurut persetujuan yang tetap dan dengan peraturan yang sudah diketahui sebelumnya, dapat dirasakan sebagai rutinitas yang menjemukan. Anda seperti sedang naik komidi putar selama waktu yang ditentukan, tetap sama, tanpa variasi. Semua menurut perilaku yang ditetapkan.
Saya memang menyadari, Anda dapat mempunyai keyakinan bahwa kebaktian-kebaktian di gereja adalah perjumpaan yang membahagiakan dengan Allah, di mana Allah sendiri yang memegang peranan dari awal hingga akhir dan di mana Firman-Nya ada di atas segalagalanya. Apabila dengan keyakinan begitu Anda pergi beribadah di gereja, dan melihat sekitar Anda dengan mata yang penuh iman, maka segala pengalaman Anda sudah langsung berubah.
Meskipun begitu, Anda boleh bertanya dalam hati, sejauh manakah ”identitas” kebaktian bersama menguasai juga persiapan kita, suasana, serta pengalamannya. Dalam ruangan rohani seperti apa kita ini berada? Siapakah kita ini di dalamnya? Bagaimana caranya kita menyediakan ruang bagi perjumpaan dengan Sang Mahakudus, dan bagaimana kita mengungkapkan hal itu dalam pemberian bentuk dan sikap? Bagaimanakah pengajarannya mewarnai suasana?
Apakah di samping pemberitaan Firman dan penyampaian berkat, juga ada kesempatan untuk mengalami persekutuan bersama secara konkret, untuk ”memecahkan roti” (membagi keselamatan) dan untuk berdoa bersama-sama (menurut Kis. 2:42)? Apakah ada ruang untuk mengungkapkan penyembahan dan kasih bagi Allah, denganalat-alat musik modern atau tradisional (yang juga dapat bersifat sangat ”kuno”, bdk. Mzm. 150:3-5), dan dalam berbagai gaya dan bentuk ekspresi pada zaman sekarang? Kita dapat merenungkan hal-hal tentang pembentukan persekutuan doa. Tentang memberikan lebih banyak ruang untuk persembahan, yang kita lakukan sebagai gema dari apa yang kita dengar dalam Kitab Wahyu. Tentang lebih banyak ruang untuk (berbagi) pengalaman dan penghayatan iman yang sehat karena di tengah-tengah jemaat, Roh melakukan mukjizat-mukjizat dalam kehidupan anak-anak Allah secara perorangan. Suatu hal yang sangat memperkaya iman kita ialah apabila kaum muda dengan penuh rasa hormat ikut berpikir dan ikut bekerja bersama dengan kaum tua.
Juga apabila sebaliknya, kaum tua mau berusaha untuk mendalami diri dalam dunia kehidupan kaum muda dan menghargai maksud-maksud mereka yang jujur.
Dalam ibadah, kita berkeyakinan teguh bahwa kita berdiri di depan Gunung Sion, tempat kediaman Allah yang hidup, di depan ribuan malaikat yang berkumpul dengan riang gembira di sana, menghadap wajah Allah sendiri, di hadapan takhta Yesus dan dalam kehadiran orang-orang benar yang telah mencapai kesempurnaan (Ibr.12: 22-24). Kemuliaan surgawi itu dapat dicerminkan oleh ibadah jemaat di dunia sehingga dunia melihat terangnya dan merasa tertarik. Mengingat itu hati kita bergetar, begitu juga perasaan kita terguncang. Kita menjumpai Allah kita yang kudus. Dia begitu agung dan mulia, meskipun begitu Dia datang sangat dekat kepada kita. Itulah yang menjiwai pertemuan kita di sekitar takhta-Nya, dan menciptakan ruang bagi kita untuk memuji Dia dengan suara yang mengumandang dengan riuh rendah.
Dalam cahaya-Nya yang surgawi dan indah itu kita juga saling berjumpa, dari hati ke hati. Dengan tepat seseorang menulis: ”Sebuah ibadah harus dapat memungkinkan kita untuk mengasihi Dia dengan sungguh-sungguh dan menghormati-Nya dengan segala keberadaan kita. Dan di samping itu ibadah itu harus juga memungkinkan kita untuk saling bertemu, dan itu jauh lebih baik daripada saling tidak menyapa selama satu setengah jam.” Untuk memperoleh ibadah yang benar seperti itu, para anggota jemaat harus bersikap dewasa secara rohani. Di samping itu, juga liturgi dan khotbahnya yang bermutu, dan kehidupan persekutuan yang terarah pada hal-hal itu.
Ruang Pertumbuhan
Bagaimana Anda dapat bertindak lebih jauh daripada hanya mengenali dan menolak tepat pada waktunya kehidupan yang mengikuti zaman ini, dan dengan positif menerima tantangan untuk menundukkan roh zaman ini kepada Yesus Kristus? Bagaimana akan bertunas permintaan yang sehat untuk memperoleh ruang pertumbuhan bagi seorang pribadi? Baru saja setelah seseorang menerima Yesus sebagai Juru Selamatnya.
Bagaimana cara Anda menangani, dengan jalan rohani dan baik, kebutuhan akan perhatian bagi kehidupan (perasaan) pribadi, kerinduan akan kebahagiaan batin, dan menangani juga rasa takut dan kebimbangan yang tersembunyi? Sebagai Juru Selamat bagi semua orang dan sebagai Penyelamat seluruh dunia, Yesus memberi pesan yang menawarkan ketenangan, menjanjikan kebahagiaan, mengusir rasa takut dan memuaskan hati kita. Bagaimanakah jemaat menjadi persekutuan iman yang benar-benar dimiliki Yesus Kristus, yang meskipun hidup pada zaman ini dan di dunia ini, tetapi bukan sama dengan dunia ini?
Mari kita mengadakan perbandingan antara keinginan-keinginan pada zaman kita pada satu pihak dan pada pihak lain ciri-ciri khas gereja yang sejati dan orang-orang Kristen yang sungguh-sungguh.
Untuk itu kita memakai Pengakuan Iman Reformasi yang dikarang Guido de Bres, khususnya pasal 29. Ciri-ciri Gereja yang sejati, yang disebut di situ, tidak terutama mengungkapkan secara konkret keyakinan dan perilaku kita, tetapi terutama memberi pandangan mengenai spiritualitas dan identitas kita sebagai persekutuan iman dari Yesus Kristus:
- ”Pemberitaan Injil yang murni”. Tanpa campur tangan dari Surga, dunia ini sudah pasti binasa. Pesan yang jelas dan pemberitaan Injil yang murni di dalam dunia yang malang ini adalah seperti air hidup yang membasahi tanah yang kering dan kehausan. Berita yang membawa keselamatan itu hendaknya berkumandang di dalam hati kita dan mempengaruhi kehidupan sehari-hari.Bukan sebagai seperangkat keyakinan-keyakinan, atau sebuah penalaran yang disusun dengan baik secara eksegesis, atau sistem yang sesuai dengan dogma. Penyataan dari surga yang sangat mengagumkan akan tetap merupakan hal yang membuka mata kita: Allah yang hidup menguasai realitas kita. Dia menyapa kita dalam keberadaan kita yang paling dalam dan di segala tingkat kepribadian kita. Semoga pemberitaan itu menggerakkan hati kita untuk berbagi keselamatan dari Tuhan ini dalam usaha pribadi maupun bersama supaya kita semua dapat mengolahnya dan memilikinya. Dengan cara itu Kristus datang kepada kita.
- ”Pelayanan sakramen-sakramen yang murni”. Hal ini tidak terlalu memerlukan berbagai prosedur yang murni danpersetujuan-persetujuan gerejawi yang jelas, betapa besar gunanya pun.Yang terutama diperlukan ialah hidup bersama Tuhan, dengan rendah hati, penuh syukur dan penuh dedikasi (lihat Katekismus Heidelberg, s/j 81 dan 82). Bukankah kita diselamatkan dengan ajaib oleh air yang dalam (1Ptr. 3:21)? Ciri-ciri para pengikut yang sejati ialah penyerahan diri, kasih, dan pengharapan. Mereka menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Tabib mereka. Mereka bersama-sama saling berbagi tubuh dan darah-Nya. Mereka menghindari dosa, mencari-cari kebenaran dan mengasihi Allah dan orang-orang sesama mereka. Mereka tidak tetap bergantung pada diri sendiri; dalam perjalanan menuju pertemuan dengan Juru Selamat mereka, senantiasa mereka mencari perlindungan pada darah-Nya, kematian-Nya, penderitaan-Nya, dan ketaatan-Nya.
Untuk itu kita harus berdedikasi penuh kasih dan kesucian, bukan saja terhadap Tuhan, tetapi juga, dengan ukuran yang sama, terhadap seorang dengan yang lain. Dengan begitu Kristus hidup di dalam kita, oleh Roh-Nya.
- ”Penyelenggaraan disiplin gereja, untuk menghukum dosa”. Pelayanan murni berupa saling menghibur dan menegur, menyentuh inti persekutuan kita di dalam jemaat. Pemeliharaan rohani seorang dengan yang lain bersumber dari kasih kita kepada Tuhan Yesus. Bukan saja kebenaran Yesus atau kesucian jemaat-Nya menggerakkan hati kita untuk bertindak, tetapi terutama kasih kita secara pribadi kepada Dia dan kepada sesama kita, itulah yang mendorong kita. Dalam semuanya ini, ingatlah kata Yesus: ”Siapa saja di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu” (Yoh. 8:7). Berdasarkan kasih Yesus, kita mulai memberi perlawanan dengan semangat yang semakin menggebu-gebu terhadap kuasa-kuasa kejahatan yang menggoda, tetapi juga menyesatkan itu. Perlawanan itu pertama-tama berlangsung di dalam diri kita sendiri. Apabila seseorang gagal dalam pengendalian diri, lalu dia jatuh ke dalam dosa, maka ada bantuan jemaat yang berfungsi sebagai jaring penyelamatan, yaitu sikap kristiani untuk saling memperhatikan, saling menghibur dan menyemangati (bdk.Mat.18). Dalam hal itu firman Allah sering memerlukan waktu untuk bertumbuh supaya dapat bekerja dan menembus ke dalam hati seseorang, untuk menanamkan benih pertobatan sehingga dia mengubah pikirannya dan tergerak untuk bertobat. Dan semua itu jelas disertai oleh buah Roh, khususnya kesabaran, hikmat, dan kelemahlembutan. Yesus ialah gembala yang baik dalam hidup kita (bdk. Mat. 18:12-14!). Di dalam tubuh-Nya (jemaat) kita terpanggil untuk menjadi mata, telinga, dan mulutNya. Juga untuk benar-benar memprakarsai tugas kita untuk saling ”mengawasi dan menegur” di dalam Roh-Nya. Kristus bekerja dengan perantaraan kita.
Di dalam jemaat yang agak besar hal itu memerlukan relasi-relasi yang terus terang dan aman, di mana kita berani memperlihatkan hati kita, berani membuka hidup kita, dan di mana kesepian batin kurang menekan. Hal itu lebih baik dilakukan dalamkelompok-kelompok iman yang lebih kecil, di mana orang-orang saling mengenal, sehingga identitas masing-masing tampak lebih nyata di dalam Kristus. Dalam suasana itu dapat diberi perhatian pada pertumbuhan pribadi, tetapi juga pada rasa sakit yang sering mengiringi pertumbuhan itu.
Justru dengan demikian, di dalam persekutuan Kristus dan dalam lingkaran para pengikut-Nya dapat tercipta ruangan yang nyaman untuk kehidupan iman dan emosional pribadi kita. Di situ dosa-dosa (yang tersembunyi) benar-benar dapat terungkap dan diakui, dan setelah itu dapat dipanjatkan ke hadapan takhta Allah, permohonan yang khusyuk supaya diampuni (Yak. 5:16). Pengampunan Allah itu bagaikan minyak penyembuh bagi jiwa kita, dan kasih-Nya mengusir segala rasa takut, rasa ketidakpuasan, dan rasa bimbang.
Bersama-sama dan secara pribadi kita mencari dan menemukan lagi kebahagiaan kita di dalam Kristus. Dialah yang memberikan kita kelegaan (Mat. 11:28). Dan damai sejahtera yang dari Allah, yang melampaui segala akal kita, turun ke dalam hati kita (Flp. 4:7). Itulah benar-benar yang dinamakan nyaman....
Kekuatan Pertumbuhan
Sebetulnya, sampai berapa jauhkah kita berharap akan bertumbuh?
Dapatkah hal itu diketahui? Bagaimana kita dapat membayangkannya dengan baik? Dengan apa pertumbuhan itu dapat kita ukur? Apakah ada sesuatu sebagai alat ”pengukur pertumbuhan rohani”? Kita boleh menaruh harapan yang tinggi mengenai pertumbuhan rohani.
Namun, harapan yang terlalu tinggi menimbulkan tegangan yang terlalu tinggi pula, dan lambat laun akan mendatangkan kekecewaan.
Lagi pula dengan demikian, Roh Kudus, maupun rencana-Nya bagi kita tidak mendapat tempat yang semestinya.
Kekuatan pertumbuhan tidak kita timba dari diri kita sendiri.
Pertumbuhan rohani bertunas dari Roh Kristus. Dialah Roh yang berasal dari Bapa dan Anak secara bersamaan. Kerja sama ketigatiganya sangat rukun dan sempurna, patut diteladani. Tidak pernah Roh itu akan mengabaikan segala ikatan dan struktur yang telah direncanakan dan diciptakan oleh Bapa. Tidak pernah juga Dia akan membagi-bagikan keselamatan dan kesembuhan tanpa mengikutsertakan Yesus Kristus sebagai Firman Allah yang terucapkan.
Roh itu sendiri ialah Allah: Dia tak terukur, Dia Mahakuasa, kekal, dan memiliki kemuliaan dan keagungan yang sama seperti Bapa dan Anak. Tak boleh kita meremehkan Dia. Kekuatan-Nya jauh melebihi segala akal kita.
Namun, justru karena Roh itu adalah Allah secara sangat pribadi dan kekal, kita tidak pernah dapat memahami betul-betul cara-Nya bekerja. Hal itu tetap tak terselidiki dan tak terselami. Dan kita sungguh amat bodoh kalau mengira bahwa kita dapat mengharuskan Dia melakukan kehendak kita. Kita sombong dan congkak apabila mengira bahwa Dia dapat kita atur. Sebaliknya, kita akan menyadari bahwa Dia jauh lebih agung daripada kita, apabila kita menyerahkan kepada-Nya cara mana yang hendak dipakai-Nya untuk bekerja.
Kita akan menunjukkan ketaatan kita apabila dalam hal itu kita menghormati dan menyembah Dia. Juga di sini kita bergantung dari penyataan Allah, dan tidak dari pandangan atau pengalaman kita sendiri yang terbatas, meskipun ada kalanya bahwa pandangan dan pengalaman itu sangat mengherankan.
Arah Pertumbuhan
Berhubungan dengan ini saya akan membatasi diri saya, yaitu dengan terutama menyimak berbagai arah perkembangan. Roh Tuhan Yesus memilih ruangan kerja-Nya di dalam hati kita dan menjiwai tubuh kita: Dia menyatakannya layak dihuni dan berkenan untuk tinggal di dalam kita sebagai bait Roh. Kekuatan kerja-Nya mengembangkan diri dalam empat arah:
- Dia menggali sangat dalam di dalam hati kita.Keempat dimensi itu dijabarkan dari Efesus 3:18. Paulus takhabis-habisnya merasa heran tentang kenyataan bahwa Allah begitu murah hati untuk melibatkan juga bangsa-bangsa dari seluruh dunia ini dalam keselamatan-Nya. Apabila Kristus dapat tinggal di hati kita karena iman kita, dan kita tetap berakar dan berfondasi dalam kasih-Nya, maka bersama-sama dengan semua orang kudus, kita dapat memahami, betapa lebar, panjang, tinggi dan dalamnya kasih Kristus, ya, kita akan mengenal kasih Kristus yang melampaui segala pengetahuan. Dengan demikian kita dialiri dengan kepenuhan Allah.
Tampaknya ada juga risiko bahwa pandangan Anda menyempit.
Ada bahaya bahwa Anda akan memandang secara sepintas saja.
Atau secara picik. Barangkali Anda hanya melihat ke satu arah saja, atau pandangan Anda dangkal. Jadi, dalam bertumbuh, Anda hanya berfokus pada satu dari keempat arah pertumbuhan. Khususnya pertumbuhan ke arah atas mendapat sangat banyak perhatian dewasa ini. Judul-judul seperti: Perjuangan kita untuk mendapat pengudusan; Menyinarkan cahaya Yesus... menyentuh hati, dan dibaca oleh banyak orang. Namun, bagaimanapun, saya mendapat kesan bahwa dalam banyak buku tentang pertumbuhan yang beredar dewasa ini, kita hanya mendapat gambaran yang terbatas tentang pertumbuhan.
Sering kali yang dibahas terutama pertumbuhan iman perorangan.
Dan sering juga hal itu diukur dalam jangka pendek, diruncingkan pada pengalaman kita tentang Allah dan kasih-Nya, pada pengudusan pribadi kita dan pada rasa nyaman pribadi kita (psikis atau menurut perasaan). Di banyak negara terdengar kata-kata di bidang ini yang mendorong hal itu. Banyak jemaat dikuasai oleh kesedihan, terutama kesedihan psikis. Sedangkan bahasa mengenai dosa, pertobatan, anugerah dan pengudusan mengurang dan hampir semuanya diganti dengan bahasa mengenai ketersinggungan, mengenai berbagai kebutuhan, penghiburan dan pemenuhan doa. Dan juga bahasa rohani tercampur dengan kata-kata psikis yang dipakai dalam terapi jiwa, ”rasa sakit”, ”kesedihan”, ”kasih”, ”dekat”, ”Bapa”, ”pangkuan”, dan sebagainya. Hal ini jelas berhubungan dengan segi kosakata kita yang hangat, yang mengukuhkan dan menghibur.
Akan tetapi, bidang pertumbuhan di mana Roh Allah bekerja aktif, jauh lebih luas. Siapa yang menganggap karya Roh tidak sebagai satu kesatuan, mengurangi arti pentingnya diri-Nya.
Baru setelah Anda sendiri tetap berakar dan berfondasi dalam kasih Yesus Kristus, Anda menerima pandangan yang jernih dan luas. Cara Yesus memandang diwarnai oleh sukacita, perdamaian, kebaikan, iman, dan kelemahlembutan (Gal.5). Kasih-Nya menyertai pendekatan yang dilakukan oleh Allah dengan penuh perhatian, dan hati-Nya terbuka bagi semua orang kudus. Dalam hati-Nya itu ada ruang bagi jalan yang ditempuh oleh Roh, dan hati itu juga terbuka bagi setiap anak Tuhan satu per satu. Kasih ini memandang seperti dengan mata Yesus sendiri: Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya (Yes. 42:3). Kasih-Nya itu sungguh sabar, baik hati, tidak mengenal iri hati, tidak memegahkan diri, dan tidak sombong (bdk. 1Kor. 13). Kasih itu menahan segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.
Hanya kasih itu yang menciptakan iklim pertumbuhan yang ideal.
Kasih itu senantiasa ditimba dari Kristus. Dan kasih itu dapat menggali sangat dalam, memandang sangat luas, mempunyai kesabaran yang sangat panjang dan pengharapan yang sangat tinggi. Marilah kita sekarang, dengan mata itu, memandang ke arah-arah yang berbeda itu.
Roh Allah Menggali Sangat Dalam sehingga Menyayat Hati
Roh Allah mencari hati kita. Dia menyelami dasarnya yang sering keruh itu dan menjajaki sudut-sudut gelapnya yang menyimpan dosa-dosa kita yang tersembunyi. Dalam hati kita Dia menemukan kelemahan yang ada pada kita seumur hidup kita. Anak-anak Allah senantiasa bertumbuh dalam ”kesadaran tentang kesengsaraan mereka”. Selain itu mereka juga semakin sadar bahwa murka Allah memang layak mereka terima.
Yang menarik ialah murka kudus Allah itu sangat sedikit dijumpai dalam buku-buku tentang pertumbuhan. Sebab itu saya tidak heran bilamana mengenai pokok itu, banyak orang Kristen mengalami keterbelakangan yang serius dalam pertumbuhan mereka dan sangat kurang berkembang.
Semua orang cenderung untuk menutup mata terhadap kejahatan mereka sendiri, dan terhadap murka Allah atas kejahatan itu, dan cenderung juga untuk mengagung-agungkan diri mereka sendiri.
Pikir mereka: Kita ini tidak begitu jahat. Berdasarkan itu mereka berpikir bahwa Allah tak bisa berbuat lain kecuali mengasihi semua orang. Demikianlah mereka sendiri mampu membuka pintu hati mereka. Demikian humanisme yang religius atau ajaran remonstran yang menyelinap masuk.
Satu kenyataan yang sangat mencolok ialah sesudah musibah tsunami di Asia Tenggara, di negara-negara Barat yang makmur muncul reaksi-reaksi yang menunjukkan ketidakpahaman dan kemarahan terhadap Allah. Padahal dalam bencana ituorang-orang Kristen di Asia Tenggara merendahkan diri di bawah tangan Tuhan yang kuat (bdk. 1Ptr. 5:6). Mereka bersikap seperti Paulus yang mengatakan: ”Jika demikian, apa yang hendak kita katakan?
Apakah Allah tidak adil? Mustahil! Siapakah engkau, hai manusia, maka engkau membantah Allah? Dapatkah yang dibentuk berkata kepada yang membentuknya, ”Mengapa engkau membentuk aku demikian?” (bdk. Rm. 9:14-20).
Lambat laun dalam perjalanan hidup ini, di hadapan Allah, dan dalam terang Firman, Anda akan semakin mendapati betapa agung dan kudus Allah itu. Anda juga semakin menyadari siapa diri Anda kalau lepas dari Allah. Jauh di lubuk hati Anda, terasa ada yang patah. Hati Anda yang patah. Dengan tak berdaya dan putus asa Anda mencari keselamatan pada Allah. Itulah juga karya Roh. Dia menggali dalam sehingga hati Anda tersayat. Dia merenggut dari diri Anda segala rasa puas diri dan keyakinan bahwa Anda mampu menyelamatkan diri sendiri. Dengan demikian Dia menciptakan ruang untuk permulaan yang baru; hati yang baru; roh yang baru; kehidupan yang baru. Dia membuat Anda lahir kembali dan bertumbuh, di dalam Kristus.
Pandangan Roh Luas, sehingga Meliputi Seluruh Dunia
Hal itu sangat menarik. Banyak orang Barat ”mengubah dirinya menjadi kepompong”. Dengan nyaman mereka mengurung diri dalam lingkungan mereka sendiri yang sempit. Di situ mereka berusaha sekuat tenaga untuk membuat hidup mereka nikmat.
Banyak orang Kristen mencari ketenangan, dan tidak mau sibuk dengan merasa terlibat dengan segenap hati dan jiwanya dalam gereja dan sejarahnya. Mereka tidak mau berusaha memperdalam dirinya dalam perang melawan roh-roh. Mereka tidak mampu membedakan antara Roh Kudus dan roh zaman. Mereka jarang sekali membaca Alkitab atau buku rohani. Mereka menghabiskan waktu kehidupan mereka dengan menonton TV sambil takhenti-hentinya mengganti saluran TV dengan remote. Atau mereka mengusir kejenuhan dengan duduk di depan komputer dan menyusuri jaringan internet yang menjangkau segala pelosok dunia. Dan dengan demikian mereka semakin terkurung dalam visi terowongan, alias penyempitan pemandangan.
Namun, seorang pengikut Tuhan pasti menaruh perhatian pada bekas-bekas karya Roh Tuhan, yang ditinggalkan-Nya selama perjalanan sejarah. Roh Tuhan juga menciptakan keterlibatan yang sungguh dengan gereja di dunia ini. Kita suka memberi banyak perhatian pada gereja Allah dan pembangunannya di seluruh dunia; caranya ialah dengan sungguh-sungguh ikut merasakan dan ikut menderita bersama-sama dengan sesama orang Kristen yang menderita (bdk. 2Kor. 8 dan 9; 1Tes. 1: 6-8; 1Ptr. 4:9). Kita sebagai orang Kristen dapat juga menaruh perhatian dalam berbagai perkembangan di masyarakat (di bidang politik, ekonomi, sosial) supaya di situ kita memperdengarkan suara kita sebagai nabi atau nabiah, dan memanfaatkan hak suara kita secara optimal.
Roh Yesus menentang individualisme dan hedonisme kita, dan membuat ruang untuk mengasihi Allah dan mengasihi sesama kita manusia. Lapangan pekerjaan-Nya tidak terukur luasnya dan menjangkau ke ujung-ujung bumi. Karena digerakkan oleh Roh Kristus, kita menerima pandangan yang luas sehingga dapat melihat ke seluruh dunia dan segala abad. Supaya kita ”bersama-sama dengan semua orang kudus” dapat mengenal dan menyembah Dia dengan lebih baik dan makin mengenal kasih Kristus.
Roh Allah Bekerja Seumur Hidup
Kata ”pertumbuhan” memberi sugesti tentang kemajuan yang tetap. Seperti dalam buku pertumbuhan putri saya (lihat awal bab ini) garis-garis yang naik menunjukkan pertumbuhan, sedangkan stagnasi (apalagi pada usia muda) sudah pasti berarti kemunduran, demikian juga tampaknya garis pertumbuhan rohani menunjukkan juga garis statistik yang terus naik dan dapat diukur? Bukan. Itu suatu kekeliruan.
Proses pertumbuhan berlangsung seumur hidup. Anda mengalami jatuh bangun, periode-periode kemajuan dan kemunduran, semangat yang menyala-nyala di musim semi, tetapi juga kemuraman di musim gugur, dan kedinginan di musim dingin. Perasaan Anda kadang kala membeku dan iman Anda dingin seperti es. Dalam pertumbuhan rohani pun dapat muncul berbagai gangguan; bermacam-macam halangan menghambat kemajuan, dan godaan-godaan menyerang diri kita. Di samping itu ada juga beraneka ragam rasa sakit dalam pertumbuhan itu. Pertumbuhan rohani tidak selalu dapat diukur, dan sama sekali tidak dapat dibentuk sesuka hati kita.
Saya akan menjelaskan hal itu dengan bantuan sebuah grafik:
Grafik seperti itu menimbulkan berbagai pertanyaan. Kenapa garis ”mempraktikkan pengudusan” bukan lengkungan yang cekung atau kembung? Mungkinkah banyak orang Kristen tidak akan mengenali proses pengudusan mereka seperti garis lurus. Mereka pasti akan menggambarnya seperti indeks bursa finansial, grafik yang dilihat pada jangka waktu toh menunjukkan garis yang naik?
Bagaimanapun, grafik ini menunjukkan dengan sangat tepat bahwa wawasan Anda bertumbuh kuat, yaitu pengetahuan akan pengudusan yang diharapkan Allah dari Anda. Dan garis pertumbuhan itu naik dengan lebih cepat daripada garis pertumbuhan yang menunjukkan praktik! Jurang antara cita-cita Anda (menjadi ”serupa dengan Yesus Kristus”) dan realitas kehidupan Anda seharusnya lebih sempit dalam praktik. Namun, dalam pengalaman Anda jurang itu hanya menjadi lebih besar dengan cepat. Anda semakin sering menyadari bahwa Anda masih sangat jauh dari cita-cita yang Anda perjuangkan bersama-sama dengan Roh Kudus. Jurang antara apa yang Anda kehendaki dan apa yang Anda raih dalam praktik, semakin lebar.
Tidak mungkin seorang manusia dapat mencapai pertumbuhan sepenuhnya dalam hidup ini. Hal itu membuat kita rendah hati dalam usaha pengudusan. Dan hal itu juga mencegah kita untuk saling mengukur. ”Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu” (Mat. 7:2).
Kita melihat, baik di dalam diri kita sendiri, maupun pada orang lain adanya pertumbuhan yang tidak sempurna, kelumpuhan dan berbagai gangguan. Sakit hati sering terasa sepanjang hidup.
Kadang-kadang kehidupan yang baru mau berkembang, dengan tiba-tiba mati, atau layu pada saat mencapai puncak perkembangan dalam hidupnya. Perjuangan kita untuk pengudusan mempunyai batas-batasnya.
Di balik perjuangan untuk pengudusan, atau usaha psikologi atau terapi, dapat bersembunyi juga sebuah cita-cita yang tidak pernah terucapkan, yaitu cita-cita untuk dapat membentuk kehidupan sesuai kemauan manusia. Anda tidak hanya berusaha menguasai realitas, tetapi ingin juga ”menangani” rasa sakit kehidupan dan meluputkan diri dari ketidaksempurnaannya. Namun, ide dan usaha itu sangat mengecewakan dan ternyata mustahil.
Jurang antara keadaan ideal dan realitas dalam bagan di atas tadi tampak jauh lebih luas daripada hanya di bidang pengudusan kita. Segala makhluk mengeluh dan menderita seperti merasa sakit bersalin (Rm. 8:22). Jadi pertumbuhan berlangsung seumur hidup, dan dia tetap terbatas. Demikianlah kita terus diperingatkan untuk mengharapkan dengan penuh ketekunan, dunia sempurna yang kita nantikan (Rm. 8:25).
Roh Kristus Menjangkau Setinggi Langit
Pertumbuhan kita ialah terutama pertumbuhan ke arah Yesus Kristus (Ef. 4:15). Caranya sangat pribadi dan dengan tujuan yang kukuh. Dia mengajar kita agar mau menjadi semakin kecil dan semakin peka. Justru dengan demikian Dia mendapat ruang yang semakin luas bagi diri-Nya. Dia menjadi semakin besar, dan kita menjadi semakin kecil. Itulah artinya bertumbuh sebagai orang Kristen.
Bukankah kuasa Ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh (2Ptr. 1:3). Sebab itu kita berkewajiban untuk menjadi pelayan Kristus Yesus yang terdidik dengan baik (1Tim. 4:6). Oleh Yesus Kristus kita senantiasa berusaha meningkatkan sifat dan tabiat rohani seperti: penyerahan diri, kebajikan, pengetahuan, penguasaan diri, ketekunan, kesalehan, kasih terhadap saudara-saudara seiman dan kasih yang tiada batasnya (2Ptr. 1:5-7). Dengan berhubungan erat dengan Dia, matanglah buah Roh-Nya, sehingga kita semakin banyak menunjukkan sifat-sifatNya yang penuh kasih itu (Gal. 5:22-23). Kita semakin bertumbuh dalam pengingkaran diri, kepercayaan dan penyerahan diri. Kita bertambah-tambah dalam iman, kasih dan pengetahuan. Semakin sering kita mencari hidup kita ini tidak di dunia ini dan sekarang ini, tidak dalam diri kita sendiri; semakin lama semakin sering kita mendapati bahwa identitas kita yang baru ada di dalam Yesus.
Dan sambil kita berlatih, semakin lancar kita melakukannya. ”Pertumbuhan kita di dalam Tuhan” ternyata juga semakin menjadi pertumbuhan dalam kerinduan dan pengharapan: menuju ke depan. Siapa menjalani pekerjaan Roh yang berlangsung selama hidup, yang dilakukannya dengan menggali sangat dalam dan sangat luas, maka apabila orang itu benar-benar menghayatinya, dia tidak bisa berbuat lain kecuali merindukan dengan sepenuh hati pemulihan segala sesuatu. Bersama-sama dengan para malaikat, orang-orang kudus yang sudah mendahului kita dan seluruh makhluk di bumi ini, kita menantikan harinya di mana Tuhan akan memulihkan segalagalanya di dunia ini dan memperlakukan semua orang dengan adil (bdk. Rm. 8:21, 23 dan Why. 6:10-11).
Baru sesudah saat itu kita menjadi dewasa dan sempurna. Iman dan pengalaman selalu berjalan bersama. Relasi iman kita dengan Yesus meningkat menjadi memandang dan mengalami. Kita tidak lagi berpikir secara duniawi tentang keagungan surgawi dan kasih Allah, melainkan pada saat itu kita akan mengerti tingginya, panjangnya, lebarnya dan dalamnya secara benar. Sekarang ini kita seakan-akan masih melihat dalam cermin yang berkabut mengenai banyak hal, tetapi nantinya kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang ini kita hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti kita akan mengenal dengan sempurna, seperti kita sendiri dikenal (1Kor. 13:12).
Pada saat itu hati kita akan penuh dengan Yesus dan dipenuhi dengan melimpah oleh Roh-Nya: ”kita tahu bahwa apabila Kristus dinyatakan, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya” (1Yoh. 3:2).
Baru sesudah itu kita, sebagai anak Allah, akan sudah bertumbuh dewasa secara sempurna. Sejak itu kita hidup dengan subur untuk selama-lamanya.
Iklim Pertumbuhan
Namun, saat itu belum saya capai. Saya ini sedang bertumbuh. Seperti seorang anak kecil. Alangkah menyenangkan fase percaya seperti seorang anak bagi saya, tanpa rasa susah apa pun dan sangat sederhana. Sering saya sangat ingin untuk boleh tumbuh juga seperti anak kecil. Tanpa rasa susah dan sederhana.
Sebab, berapa banyak perhatian yang sebetulnya harus kita berikan pada pertumbuhan kita sendiri? Bolehlah kita tetap memakai akal sehat dalam hal pertumbuhan itu. Setiap ibu berharap supaya anaknya bertumbuh dengan sehat. Dan hal yang sama diharapkan juga secara alami oleh setiap anak, ”Aku ingin menjadi besar kelak.” Akan tetapi, seorang ibu yang dengan kasih sayang memberi makan dan merawat anaknya, percaya bahwa pertumbuhan itu akan berjalan dengan baik. Tentu saja anaknya itu harus memperoleh makanan yang bergizi. Dan biasanya seorang anak merasa yakin bahwa ibunya akan menyediakan makanan yang terbaik baginya. Dengan demikian anak-anak bertumbuh dengan pesat secara alami.
Namun, seorang anak yang memaksakan diri untuk bertumbuh, akan mengalami kejang. Bayangkan, bagaimana seorang anak dapat tumbuh dengan nyaman dan tanpa ketegangan, ketika dia diukur setiap hari? Biarkan dia tumbuh secara alami. Baru apabila pertumbuhan itu berhenti, kita menjadi waswas.
Dengan kata ”pertumbuhan” kita dapat membuat banyak kombinasi. Misalnya iklim, sarana, proses, hasil, dan kecepatan pertumbuhan; ada juga garis pertumbuhan; penyakit pertumbuhan; gangguan pertumbuhan; dan juga kejang-kejang pertumbuhan.
Tampaknya tidak ada habis-habisnya pokok-pokok mengenai pertumbuhan. Akan tetapi, apakah yang menggerakkan kita untuk begitu terfokus pada pertumbuhan kita sendiri? Apakah tindakan itu sehat bagi kita?
Sering dengan rasa kurang enak saya sebagai pendeta menyadari bahwa perhatian yang bersegi banyak terhadap hal pertumbuhan itu mungkin lebih bersifat kebarat-baratan daripada alkitabiah.
Persoalannya adalah simtom kemewahan. Apakah orang-orang Kristen yang dianiaya, atau yang baru saja masuk Kristen, atau saudara seiman kita yang menderita kelaparan di Afrika, juga bergumul dengan apa yang kita pergumulkan itu dan yang disebut ”pertumbuhan rohani”? Pastilah tidak benar bahwa kata-kata penghiburan Yesus hanya ditujukan kepada orang-orang Kristen seperti itu: ”Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia” (Yoh. 16:33). Dan berhubung dengan itu, bagaimana dengan penghiburan yang diberikan oleh Paulus dan Barnabas, yaitu ”bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara” (Kis. 14:22)?
Apakah yang menyebabkan-dalam hidup kita-Yesus sangat sering harus muncul di panggung untuk memenuhi berbagai permohonan, memuaskan berbagai kebutuhan dan mengabulkan berbagai keinginan pribadi; bukan terutama sebagai Mesias Allah, yaitu sebagai perisai terhadap murka Allah yang membinasakan, sebagai Penebus dosa-dosa, dan sebagai penunjuk jalan yang meninggalkan bekas-bekas penderitaan-Nya dalam hidup kita (1Ptr. 4:12-14) dan membawa kita di belakang-Nya ke pelabuhan yang aman?
Bertumbuh sebagai Anak Kecil
Sering saya ingin dapat bertumbuh dengan wajar, seperti seorang anak kecil. Dengan kepercayaan penuh kepada Bapa. Aman terlindung dalam kasih yang tidak bersyarat. Siang dan malam Bapa mengingat dengan jelas cita-cita pertumbuhan saya. DisediakanNya bahan-bahan makanan yang meningkatkan pertumbuhan, dan menyuruh saya memakannya dengan taat. Dia ingin agar saya bertumbuh dalam lingkungan yang aman dan melaluilangkah-langkah yang sehat.
Saya sangat ingin belajar bergaul dengan Allah tanpa pikiran apa pun. Belajar lagi untuk percaya seperti seorang anak kecil.Satu-Satunya keinginan saya ialah supaya saya dapat memercayakan diri seperti seorang anak kepada Bapanya, kepada Juru Selamat saya dan kepada Roh Kudus. Mereka telah berjanji akan mengurus saya ketika saya dibaptis. Janji itu telah dimeterai dengan darah.
Dahulu saya mulai hidup ini sebagai makhluk kecil yang fana dan lemah di sebuah planet mungil yang menakutkan. Dengan terharu Bapa melihat kedatangan saya, dan Dia menjatuhkan pilihan-Nya kepada saya. Dengan rela Sang Anak mengurbankan nyawa-Nya, supaya dapat membebaskan saya juga dari kuasa maut dan kebinasaan.
Dalam kasih-Nya Roh mencari saya supaya dengan tegas saya dapat mulai menjalani hidup. Dia tinggal di dalam hati saya dan mengajar saya berjalan. Hanya dengan cara itu saya dapat bergaul siang dan malam dengan Allah.
Dia mendampingi saya, pada waktu saya jatuh dan bangun. Dia adalah sekutu saya selama hidup saya. Bukankah janji tetap janji? Pertumbuhan sering berlangsung tanpa terlihat. Diiringi jatuh dan bangun. Dan kadang-kadang pertumbuhan itu berlangsung terus walaupun mendapat tekanan. Nantinya, saya akan bersorak-sorai di tengah-tengah suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat dihitung jumlahnya, dari segala bangsa dan suku dan umat dan bahasa. Saya telah berhasil keluar dengan selamat dari kesusahan yang besar dalam kehidupan ini (Why. 7:9, dst.). Roh Allah telah menolong saya sehingga saya tiba tanpa cacat cela seperti Yesus tiba di tempat tujuan, di hadapan takhta Domba. Dia menggendong saya, hari demi hari, dengan lengan-Nya yang kekal (Yes. 63:9).
Bantuan yang diberikan-Nya secara pribadi sungguh suatu mukjizat. Kalau di dalam hidup saya yang rentan ini ada yang mengerjakan kepentingan Tuhan Yesus, maka Dia itu adalah Roh Allah. Kehadiran-Nya dekat saya memeteraikan persekot dari masa depan saya yang indah, yaitu: Allah di dalam kita. Roh Allah itu bekerja tiada hentinya, siang dan malam. Dia menyuruh saya supaya tenang, dan membuat saya percaya kepada-Nya. Tanpa hentinya Dia berkomunikasi dengan Bapa dan Anak; komunikasi itu disebut rundingan ilahi pada tingkat yang paling tinggi, rundingan yang berlangsung dengan kata-kata yang tidak terucapkan. Dengan demikian saya tahu dengan pasti bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi saya dan bagi semua saudara-saudari saya (Rm. 8:26, dst.).
Barangkali tak boleh saya terlalu sibuk dengan pertumbuhan saya sendiri.
Biarlah saya berusaha saja untuk percaya dengan wajar.
Tanpa merasa khawatir dan sepenuhnya menggantungkan diri kepada-Nya.
Segala-galanya dalam hidup saya yang kecil ini, sudah dibayar dengan tuntas.
Allah selalu memperhatikan buku pertumbuhan saya dengan penuh kasih. Kenyataan itu membuat saya merasa tenang.
Biarkan saya tetap hidup seperti seorang anak kecil.
Kadang-kadang berlari-lari kecil tanpa memikirkan apa pun, dan kadang-kadang juga dengan jatuh bangun, menangis dan merasa sakit. Bapak ada. Dialah yang menggendong saya dan menghiburkan saya.
Namun, senantiasa saya aman dalam tangan-Nya yang kuat dan terpercaya.
Senantiasa saya ada di bawah pengawasan-Nya yang tidak pernah terlena.
Nama saya terlukis di telapak tangan-Nya (Yes. 49:16).
Tak mungkin nama itu terhapuskan.
Karena itu saya yakin bahwa pertumbuhan saya akan berjalan dengan lancar! Haleluya.
Pertanyaan-pertanyaan untuk Dibahas