3. Kisah Para Rasul

3.1. PERIODE

background image

3.2. KISAH PARA RASUL: PENDAHULUAN

Garis Kitab Lukas yang ke-2

Kisah Para Rasul adalah jilid ke-2 Injil Lukas (lih poin 2.1. pada bab 2). Oleh karena itu, Injil Lukas dan Kitab Kisah Para Rasul harus diterima sebagai kesatuan. Kedua kitab ini menuturkan satu sejarah, yaitu sejarah Yesus, Penyelamat dunia. Lukas menceritakan di dalam Injilnya apa yang telah dikerjakan Yesus sepanjang kehidupan-Nya di bumi hingga kenaikan-Nya ke surga. Di dalam Kitab Kisah Para Rasul, Lukas melaporkan lanjutan karya Yesus Kristus melalui peran Roh Kudus di bumi. Jika diamati secara saksama, Kisah Para Rasul sebenarnya tidak menceritakan ”kisah para rasul”, tetapi ”kisah karya Yesus Kristus di bumi dan di surga”. Roh Kudus adalah pemeran utama dalam Kitab Kisah Para Rasul.

Sejarah yang dipaparkan Lukas mulai dari Injilnya yang pertama di Yerusalem (Zakharia dalam Bait Allah, lih Luk 1) dan berakhir pada kitab nya yang kedua di Roma, sebagai pusat dunia pada zaman itu (lih Kis 28) memperlihatkan satu garis sejarah yang jelas dan tegas mengenai karya Yesus Kristus. Sebagaimana Lukas menulis di dalam Kitab Kisah Para Rasul sendiri: ”Tetapi kamu akan menerima kuasa bilamana Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi” (Kis 1:8). Ketika Injil telah tersiar di Roma, Lukas menutup kitabnya (Kisah Para Rasul) sebab Injil telah sampai ke ujung bumi. Paulus ”dengan terus terang dan tanpa rintangan apa pun ia memberitakan Kerajaan Allah dan mengajar tentang Tuhan Yesus Kristus” (Kis 28:31).

  • 1:1–6:7
  • 6:8–9:31
  • 9:32–12:25
  • 13:1–16:5
  • 16:6–19:20
  • 19:21–28:31
  • Gereja di Yerusalem
  • Penyebaran gereja mulai Yerusalem
  • Gereja bertumbuh di Antiokhia
  • Gereja bertumbuh di Asia Kecil
  • Gereja bertumbuh di Makedonia dan Yunani
  • Gereja bertumbuh di Roma

3.3. PENTAKOSTA

Kisah Para Rasul pasal 1 mencakup dua bagian. Ayat 1-14, mengulangi akhir Injil Lukas. Ayat 15-26 menggambarkan pemilihan rasul yang baru untuk mengganti Yudas agar jumlah para rasul menjadi 12. Para rasul adalah saksi-saksi Yesus dan seluruh karya-Nya; mereka bertanggung jawab untuk mengabarkan Injil sampai ke ujung bumi. Sebelumnya, mereka dikuatkan oleh Roh Kudus yang diutus Yesus agar mereka mampu menyelesaikan tugas itu (lih Kis 1:4-8). Peristiwa penguatan oleh Roh Kudus itu terjadi pada hari Pentakosta di Yerusalem (lih Kis 2).

Tanda-tanda

Pada hari raya Pentakosta, Yesus mencurahkan Roh Kudus ke atas murid-murid-Nya. Mereka dipenuhi dengan Roh Kudus. Hal itu di sertai tanda-tanda yang ajaib (lih Kis 2:1-4). Pertama, ada suara seperti tiupan angin keras yang memenuhi rumah, tempat para murid berkumpul. Dalam Alkitab, angin merupakan simbol Roh Kudus. Hal itu dapat dimengerti, karena di dalam bahasa Ibrani maupun bahasa Yunani kata ”angin” dan ”roh” memakai kata yang sama. Sama seperti angin, Roh Kudus juga tidak dapat dilihat, tetapi efeknya tampak jelas (bnd Yoh 3:8).

Tanda kedua, lidah-lidah seperti lidah api yang bertebaran dan hinggap pada mereka diringi suara tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah. Kita tentu masih ingat akan kisah penampak an Allah di Gunung Sinai. Hanya saja api kehadiran Allah di Sinai me nyala jauh di atas bukit dan menakutkan umat Israel yang melihatnya, sedangkan ketika hari Pentakosta Allah datang sangat dekat dalam api Roh-Nya secara pribadi kepada tiap orang. Ketiga, bahasa-bahasa lain. Dipenuhi Roh Kudus, orang-orang Galilea itu mulai memuji Allah dalam bahasabahasa yang lain. Bagi mereka yang hadir, pada dasar nya hal itu tidak perlu karena sebagai orang Yahudi yang saleh, mereka mengerti bahasa Ibrani. Tetapi, mereka semua sangat heran karena mereka masing-masing mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri (bh non-Ibrani). Tanda itu memang penuh arti dan mencirikan peralihan periode pernyataan Allah, dari periode satu bangsa (Israel) dan satu bahasa (Ibrani) ke periode di mana Allah membawa keselamatan kembali kepada semua bangsa. Dahulu kala, ketika pembangunan menara Babel, Allah menggunakan bahasa untuk memecahkan kesatuan kaum manusia. Ia memilih berjalan dengan satu orang laki-laki dan satu bangsa (lih Kej 11–12). Namun, Allah berjanji akan memberkati semua bangsa di bumi, yaitu melalui Abraham dan keturunannya (lih Kej 12:3 dan Gal 3:8). Pentakosta mencerminkan Babel. Sekali lagi, Allah mempergunakan bahasa dengan cara yang luar biasa agar umat manusia dari segala bangsa dan bahasa mengambil bagian dalam penebusan Yesus Kristus. Jadi, Pentakosta adalah titik balik dalam sejarah penyelamatan.

Pentakosta adalah pesta penggenapan

Pentakosta adalah salah satu hari raya besar di antara hari-hari raya Yahudi. Hari raya ini dirayakan lima puluh hari setelah Paskah. Mula-mula Pentakosta adalah pesta panen. Kemudian Pentakosta hari peringatan pernyataan Allah di Sinai. Kedua peristiwa tersebut terpenuhi ketika pencurahan Roh Kudus. Di satu pihak, sesungguhnya hari Pentakosta adalah panen, yaitu panen pertama pekerjaan Yesus: ketika tiga ribu orang yang mendengar percaya kepada-Nya. Di pihak lain, angin dan api memperlihatkan bahwa Tuhan telah menyapa umat-Nya secara akrab, lebih dekat daripada ketika Tuhan menyapa umatnya di Gunung Sinai.

Dalam pengertian seperti itulah perbedaan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru kurang lebih dapat dicirikan. Tentu saja, Roh Kudus sudah ada pada masa Perjanjian Lama. Pada masa Perjanjian Lama Roh Kudus sudah aktif untuk memenuhi orang. Roh Kudus memenuhi Daud. Para nabi diilhamkan Roh Kudus. Tetapi, pada Pentakosta Roh Kudus dicurahkan untuk memenuhi dan tinggal bersama gereja. Sejak itu, Roh Kudus hadir dan menyertai semua orang percaya. Melalui cara itu, Tuhan menggenapi janji-janji-Nya yang telah disampaikan para nabi. Abad-abad sebelumnya para nabi menubuatkan janji Allah mengenai kedatangan Sang Mesias dan Allah akan memberikan Roh-Nya. Perhatikan apa yang dikatakan Petrus dalam khotbahnya: ”Akan terjadi pada harihari terakhir―demikianlah firman Allah―bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia; maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat, dan pemuda-pemudimu akan mendapat penglihatan-penglihatan, dan orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi (Kis 2:17).

Nabi-nabi di zaman Perjanjian Lama memandang akhir zaman adalah kedatangan Mesias, pencurahan Roh, hari Tuhan, dan permulaan masa penyelamatan. Tentu saja, melalui kedatangan Mesias―Yesus Kristus―dan dengan kemenangan-Nya di Golgota, akhir zaman pun dimulai. Hal itu terbukti dengan pencurahan Roh Kudus. Tetapi, sebelum datangnya hari Tuhan dan terwujudnya kerajaan damai secara definitif, perlu ada waktu untuk memberitakan Injil ke seluruh bangsa. Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya. Di bumi, Roh Kudus memenuhi orang-orang percaya untuk mengarahkan dirinya sepenuh nya terhadap kedatangan Kerajaan Allah. Tiap orang yang percaya kepada Allah harus mendengarkan Injil, bertobat, serta bersiap-siap untuk menyongsong hari Tuhan. Sebuah karya agung! Untuk itu, Roh Kudus memakai semua orang percaya; orang-orang dari semua lapisan masyarakat, lakilaki dan perempuan, juga orang tua dan orang muda. Mereka semua harus memberitakan kabar keselamatan Allah itu.

”Pengulangan-pengulangan” Pentakosta

Di dalam Kitab Kisah Para Rasul, dua kali kita membaca tentang suatu peristiwa yang mirip dengan apa yang terjadi pada hari Pentakosta. Ketika penduduk Samaria mendengar Injil tentang Kerajaan Allah, banyak dari mereka yang menerima Yesus. Petrus dan Yohanes berangkat dari Yerusalem ke Samaria, dan setibanya di Samaria mereka menumpangkan tangan atas orang-orang percaya itu. Pada saat itu, orang-orang percaya menerima Roh Kudus dan takjub ketika melihat tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat besar yang terjadi (lih Kis 8:4-25). Pada pasal 10, Petrus menceritakan tentang Yesus kepada seorang perwira pasukan Roma yang bernama Kornelius dan kepada semua yang hadir (lih Kis 10–11). Ketika Kornelius dan seisi rumahnya menerima Injil Yesus dengan iman, Roh Kudus dicurahkan atas mereka dan mereka mulai berkata-kata dalam ”bahasa roh” atau, menurut terjemah an Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini (BIMK), dalam ”pelbagai bahasa”, harfiah dalam bahasa Yunani, ”bahasa-bahasa asing” (lih Kis 10:46―BIMK).

Beberapa pendapat tentang nas-nas itu mengatakan bahwa apa yang terjadi di dalam Kitab Kisah Para Rasul, harus diupayakan tiap orang Kristen untuk meraih pengalaman yang sama. Menurut pendapat tersebut, jika pada masa kini seseorang dipenuhi dengan Roh Kudus, ia akan berbicara dengan bahasa roh yang sama seperti waktu itu. Kesalahan ajar an itu adalah tidak memperhatikan konteks Pentakosta. Pada saat itu Roh Kudus datang untuk terus tinggal bersama jemaat dan di dalam hati tiap orang yang percaya. Waktu yang istimewa itu ditandai dengan gejala-gejala yang luar biasa. Mukjizat bahasa itu sangat tepat menandai per alihan karya Allah dari satu bangsa dan satu bahasa (Israel dan bh Ibrani) terhadap semua bangsa dan bahasa. Peristiwaperistiwa pada Kisah Para Rasul 8 dan 10 harus dilihat dalam kerangka yang sama. Yesus telah mengatakan kepada murid-murid-Nya: ”Tetapi kamu akan menerima kuasa bilamana Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi” (Kis 1:8). Kita harus mengerti bahwa perubahan yang agung itu hampir tidak diterima oleh orang Yahudi. Penerimaan orang-orang Samaria sebagai umat Allah, mustahil bagi orang-orang Yahudi. Apalagi seorang non-Yahudi seperti Kornelius.

Oleh karena itu, Allah telah mengulangi tanda Pentakosta bagi mereka pada saat itu untuk membenarkan realitas yang baru itu kepada mereka. Tanda-tanda bahasa itu terutama untuk meyakinkan orangorang Yahudi, agar mereka terbuka dan tidak merasa terhalang lagi untuk mengabarkan Injil di mana-mana: kepada semua orang. Setelah realitas yang baru itu diakui orang Yahudi sebagai fase baru dalam rencana penyelamatan dunia, semua orang percaya dari golongan bersunat yang menyertai Petrus, tercengang-cengang, karena melihat karunia, yaitu Roh Kudus dicurahkan ke atas bangsa-bangsa lain juga. ”Bolehkah orang mencegah untuk membaptis orang-orang ini dengan air, sedangkan mereka telah menerima Roh Kudus sama seperti kita?” (Kis 10:47). Tanda bukti itu tidak perlu diulangi lagi. Atau masih adakah orang pada masa kini yang berpendapat bahwa Injil Kristus hanya berlaku untuk orang Yahudi?

3.4. MULAI DARI YERUSALEM

Jemaat pertama di Yerusalem

Setelah pencurahan Roh Kudus, jemaat di Yerusalem mengalami pertumbuhan yang luar biasa. Pada hari Pentakosta itu, tiga ribu orang yang dibaptis terus bertumbuh dan jumlah mereka makin bertambah. Beberapa kali Lukas melukiskan secara singkat jemaat Kristen yang pertama itu dan reaksi orang-orang yang berada di sekitar mereka (lih Kis 2:42-47; 4:32-37; 5:12-16). Lukas memperlihatkan bagaimana Yesus be kerja melalui Roh Kudus-Nya secara berdaulat. Berikut beberapa hal yang menjadi perhatian, yaitu:

  • Para rasul terus-menerus memberikan kesaksian (lih Kis 4:33) dan semua orang percaya setia pada apa yang diajarkan mereka (lih Kis 2:42).
  • Para rasul melakukan mukjizat-mukjizat yang besar (lih Kis 2:43; 5:12, 14-16).
  • Orang-orang percaya membentuk satu persekutuan yang kuat (lih Kis 4:32):

    – Mereka berkumpul bersama-sama secara teratur (lih Kis 2:42, 46; 4:32; 5:1-2);

    – Mereka membantu orang-orang miskin (lih Kis 2:44-45; 4:32, 34-37);

    – Mereka makan bersama dan ”memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir” (lih Kis 2:46).

  • Mereka dengan setia berdoa dan memuji Tuhan (lih Kis 2:42, 47).
  • Kabar tentang Injil memiliki dampak yang kuat, ”Tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan” (Kis 2:47; 5:13-14).

Keadaan jemaat pertama itu memiliki kadar kesaksian yang kuat, namun tidak berarti bahwa tidak ada masalah. Peristiwa Ananias dan Safira memperlihatkan bahwa Roh Kudus pun harus mengadakan suatu tanda yang kuat untuk menentang dosa (lih Kis 5:1-11). Di kemudian hari perbedaan bahasa dan budaya menyebabkan konflik di dalam jemaat yang bertumbuh pesat itu (lih Kis 6:1-7).

Konfrontasi yang makin tajam

Di Yerusalem, Injil Yesus Kristus disambut dengan baik sehingga ba nyak orang yang mendengar, mengaku, dan bersehati dalam per sekutuan mereka. Tetapi, pekabaran Injil juga membangkitkan perlawanan yang hebat. Siapa saja yang serius membaca Kisah Para Rasul 3–7 bahkan sampai selesai, akan merasakan suasana ketegangan antara pengikutpengikut Yesus dan pemimpin-pemimpin Yahudi, yang pada akhirnya menimbulkan pertengkaran dan pecahnya penganiayaan yang hebat kepada jemaat Kristen. Kita akan melihat beberapa momen itu.

Kisah Para Rasul 2

”Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh melalui tangan bangsa-bangsa durhaka” (Kis 2:23). Kata-kata Petrus ini (diucapkan pada hari Pentakosta) belum memiliki nada yang cukup tajam. Pada ke sempatan pertama itu, Petrus masih mencoba untuk menarik orang-orang sebangsanya agar mereka menerima Kristus sebagai Juruselamat.

Kisah Para Rasul 3

”Nah, Saudara-saudara, aku tahu bahwa kamu telah berbuat demikian karena tidak tahu apa yang kamu lakukan, sama seperti semua pemimpin kamu. Tetapi, dengan jalan demikian Allah telah menggenapi apa yang telah difirmankan-Nya dahulu dengan perantaraan nabi-nabi-Nya, yaitu bahwa Mesias yang diutus-Nya harus menderita” (Kis 3:17-18). Di sini Petrus me ngatakan kira-kira masih sama seperti di dalam Kisah Para Rasul 2:23, tetapi nadanya lebih dipertajam: ”... kamu telah menolak Yang Kudus dan Yang Benar, serta menghendaki seorang pembunuh untuk diberikan kepada kamu. Kamu telah membunuh Perintis Kehidupan, tetapi Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati; dan tentang hal itu kami adalah saksi” (Kis 3:14-15).

Kisah Para Rasul 4 dan 5

Ketika para pemimpin agama Yahudi menahan Petrus dan Yohanes lalu menginterogasi mereka, pemberitaan Injil mulai terganggu. Nada Petrus menjadi lebih tajam lagi: ”Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan―yaitu kamu sendiri―namun Ia telah menjadi batu penjuru. Tidak ada keselamatan di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia” (Kis 4:11-12a). Para pemimpin agama Yahudi mulai mengancam dan melarang Petrus dan Yohanes supaya mereka jangan berbicara lagi tentang nama Yesus dengan siapa pun.

Ketika diinterogasi pada persidangan mereka yang kedua, suasana menjadi semakin mencekam: ”Mendengar perkataan itu sangatlah tertusuk hati mereka dan mereka bermaksud membunuh rasul-rasul itu” (Kis 5:33).

Kisah Para Rasul 7

Lama-kelamaan suasana semakin memburuk dan bengis yang me muncak pada pembunuhan Stefanus dengan dirajam. Dalam khotbahnya, Stefanus menggunakan kata-kata yang sangat tajam: ”Hai orang-orang yang keras kepala, yang keras hati dan tuli, kamu selalu menentang Roh Kudus, sama seperti nenek moyangmu, demikian juga kamu” (Kis 7:51). Hal itu membuat para pendengar menjadi gusar, ”Ketika anggota-anggota Mahkamah Agama itu mendengar semuanya itu, hati mereka sangat tertusuk. Mereka me nyambutnya dengan kertak gigi” (Kis 7:54). Mereka menyeret dia ke luar kota, lalu melemparinya dengan batu sampai mati. Masih pada hari yang sama, pecahlah penganiayaan yang hebat terhadap jemaat di Yerusalem.

3.5. ALLAH MEMBUAT INJIL MERUNTUHKAN BATAS-BATAS

Di antara kaum Yahudi dan non-Yahudi, berdiri suatu ”tembok pemisah” (lih Ef 2:14). Bangsa Israel mengenal Allah yang telah mengadakan perjanjian-Nya dengan mereka sebagai Allah Abraham, Ishak, Yakub, dan keturunan mereka. Berbeda dengan bangsa-bangsa yang lain. ”Tembok pemisah” itu memiliki dampak yang hebat bukan saja dalam pikiran orang Yahudi, tetapi juga dalam praktik kehidupan sehari-hari. Orangorang Yahudi memelihara Sabat. Mereka tidak makan makanan yang haram dan begitu banyak hal lain di mana mereka memelihara berbagai peraturan keagamaan yang sangat berbeda dengan kebudayaan bangsabangsa lain.

Sebelum Yesus naik ke surga, Ia memerintahkan murid-murid-Nya untuk memberitakan Injil sampai ke ujung bumi dan untuk menjadikan semua bangsa murid-Nya (lih Mrk 16:15-16; Mat 28:18-20; Kis 1:8). Di dalam pasal-pasal awal Kitab Kisah Para Rasul dilaporkan bagaimana sulitnya bagi para pengikut Kristus (orang-orang Kristen Yahudi yg pertama)―termasuk para rasul―untuk melewati batas-batas pemisah itu dan untuk menyampaikan Injil kepada orang-orang Samaria dan orangorang yang belum mengenal Allah. Namun, Roh Kuduslah yang meruntuhkan tembok pemisah itu sehingga Injil dapat disebarkan. Dengan begitu, terlihat jelas bahwa Yesus memimpin penyebaran Injil melalui Roh Kudus. Beberapa hal yang mencolok sebagai berikut:

Mulai dari Yerusalem ...

Pada mulanya Injil seolah-olah terbatas hanya di Yerusalem. Penganiayaan terhadap orang-orang Kristen menyebabkan mereka tersebar; keluar dari Yerusalem. Mereka tersebar melewati daerah Yudea dan Samaria serta mengabarkan kabar baik di mana-mana, di tiap tempat di mana mereka pergi (lih Kis 8:1-4; 11:19-21).

Samaria

Di dalam Kitab Kisah Para Rasul 8, perkataan Yesus digenapi, ”kamu akan menerima kuasa bilamana Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi” (Kis 1:8). Filipus berkhotbah di Samaria. Masyarakat Samaria terdiri dari setengah orang Yahudi dan setengah orang non-Yahudi. Orang Yahudi dan orang Samaria saling membenci satu dengan yang lain. Tetapi, Roh Kudus mematahkan rintangan itu. Ketika Petrus dan Yohanes tiba di Samaria, Allah juga mencurahkan Roh Kudus-Nya kepada orang-orang Samaria yang percaya. Melalui peristiwa itu, menjadi jelas bahwa berkat Pentakosta bukan hanya untuk orang Yahudi, melainkan juga untuk orang Samaria.

Orang-orang asing pertama yang percaya

Di dalam pasal yang sama, Kisah Para Rasul 8, kita juga membaca tentang orang asing pertama yang menjadi Kristen: seorang Etiopia, seorang sida-sida, pembesar dan kepala perbendaharaan Sri Kandake. Roh Kudus sendiri yang mengatur pertemuan antara Filipus dan orang itu (lih Kis 8:26, 39). Dengan demikian, menjadi jelas bahwa Injil memang akan mencapai ujung dunia.

Sida-sida itu kembali ke Etiopia. Dan waktu terus berjalan. Selanjutnya, Kornelius menerima Yesus Kristus―menjadi Kristen―bersama seisi ru mahnya (lih Kis 10). Ternyata Allah ingin memberikan ke sempatan kepada orang-orang Kristen Yahudi untuk menyesuaikan diri dengan tujuan-Nya, yaitu keselamatan diberikan untuk semua orang, baik untuk orang-orang Yahudi maupun untuk orang-orang non-Yahudi. Sekali lagi, Roh Kudus berperan aktif di dalam proses itu: Kornelius dan Petrus, keduanya mendapatkan sebuah penglihatan. Setelah Kornelius dan keluarganya menerima firman Allah dan dibaptis, muncullah keberatankeberatan dari golongan orang-orang yang bersunat. Mereka berselisih pendapat dengan Petrus. Namun, Petrus menjelaskan apa yang terjadi, dan menceritakan semuanya. Petrus mengakhiri ceritanya dengan pertanyaan: ”Jadi, jika Allah memberikan karunia yang sama kepada mereka seperti kepada kita pada waktu kita percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, bagaimana mungkin aku mencegah Dia? Ketika mereka mendengar hal itu, mereka menjadi tenang, lalu memuliakan Allah, katanya, ’Jadi, kepada bangsa-bangsa lain juga Allah mengaruniakan pertobatan yang memimpin kepada hidup’” (Kis 11:17-18).

Paulus dipanggil

Di dalam Kisah Para Rasul 9, kita membaca bagaimana Yesus sendiri memilih Saulus (di dalam bh Yunani Paulus) ”... untuk memberitakan nama-Ku di hadapan bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel” (Kis 9:15). Awalnya, Saulus menganiaya orang-orang percaya secara kejam, namun kemudian Saulus menjadi seorang pekabar Injil yang paling berpengaruh. Dalam pertobatan Saulus yang menjadi Paulus, sekali lagi kita melihat bahwa segala sesuatu bergantung kepada Allah dan kuasa-Nya, dan bukan pada manusia.

Jemaat pertama: orang Yahudi dan non-Yahudi

Penganiayaan terhadap orang-orang percaya di Yerusalem menyebabkan mereka mengungsi ke mana-mana. Di tempat pengungsian mereka tetap memberitakan Injil, tetapi hanya kepada orang-orang Yahudi. Seiring perjalanan waktu, beberapa dari mereka berkhotbah kepada orang-orang non-Yahudi di Antiokhia. ”Tangan Tuhan menyertai mereka dan sejumlah besar orang menjadi percaya dan berbalik kepada Tuhan” (Kis 11:21). Tuhan bekerja sehingga di Antiokhia muncul jemaat pertama yang terdiri dari orang-orang Yahudi dan non-Yahudi.

Sejak jemaat di Antiokhia memiliki hubungan yang kuat dengan jemaat induk di Yerusalem, gereja di Yerusalem mengirim Barnabas ke Antiokhia untuk menolong mereka (lih Kis 11:22). Antiokhia membantu orang-orang Kristen di Yerusalem dengan keuangan (lih Kis 11:27-30). Dan ketika ada masalah tentang ajaran, Antiokhia mengirim delegasi ke Yerusalem untuk meminta nasihat (lih Kis 15:2).

Sidang di Yerusalem

Sidang para rasul dan penatua di Yerusalem (lih Kis 15:1-21) membahas tentang apakah orang-orang percaya yang berasal dari bangsa non
Yahudi harus memelihara peraturan-peraturan Taurat Musa atau tidak. Sekali lagi Roh Kudus bertindak agar pemisahan antara orang Kristen Yahudi dan Kristen non-Yahudi dihilangkan. Keputusan yang dirumuskan oleh sidang itu mulai dengan kata-kata berikut: ”Sebab adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami ...” (Kis 15:28). Singkatnya, dalam keputusan itu mereka yang berasal dari bangsa-bangsa lain yang berbalik kepada Allah tidak perlu menjadi orang Yahudi terlebih dahulu. Tetapi tentu saja, mereka harus menjauhkan diri dari makanan yang dipersembahkan kepada berhala, dari darah, dari daging binatang yang mati dicekik, dan dari percabulan (lih Kis 15:19-21, 28-29).

3.6. PERJALANAN-PERJALANAN PENGINJILAN PAULUS

Petrus dan Paulus

Rasul Petrus menjadi fokus pertama dalam Kitab Kisah Para Rasul. Mulai dari pasal 13, fokus itu berpindah dari Petrus ke Paulus dan perjalanan-perjalanannya. Para teolog pernah membuat klasifikasi kerasulan antara Petrus dan Paulus. Petrus disebut sebagai rasul bagi orang-orang Yahudi sedangkan Paulus sebagai rasul bagi orang-orang non-Yahudi. Petrus dan Paulus pernah berbeda pandangan mengenai orang yang bersunat dan yang tidak bersunat (lih Gal 2:7-9, 11-16). Walaupun demikian, Lukas lebih menekankan pada persamaan antara mereka berdua. Mere ka sama-sama memiliki persetujuan dalam banyak hal. Baik Petrus maupun Paulus dipenuhi oleh Roh Kudus saat memberitakan Injil dengan berani. Tidak benar bahwa mereka membatasi pekabaran Injil hanya kepada satu golongan. Paulus juga berkhotbah kepada orang Yahudi; Petruslah yang membaptis Kornelius dan seisi rumahnya. Agar Petrus menemukan Kornelius, maka Roh Kudus memakai penglihatan. Begitupun Paulus, setelah menerima penglihatan ia menyeberang ke Eropa. Mereka berdua melakukan mukjizat-mukjizat yang besar dan bahkan membangkitkan orang mati (lih Kis 5:5; 19:12). Petrus dan Paulus dibebaskan dari penjara secara ajaib pula (lih Kis 12:7; 16:25).

Ikhtisar perjalanan-perjalanan penginjilan Paulus

Paulus melakukan banyak perjalanan. Berdasarkan tuturan Lukas, kita dapat membedakan empat perjalanan penginjilan sebagai berikut:

Perjalanan misi pertama (Kis 13–14)

Roh Kudus memilih Paulus dan Barnabas untuk pekabaran Injil. Mereka meninggalkan Siria dan melalui Siprus mereka tiba di Asia Kecil. Di sana mereka berkhotbah di beberapa kota penting. Setelah itu, mereka kembali melalui jalan yang sama dan mampir di tempat-tempat ibadah untuk menguatkan orang-orang percaya dan menetapkan penatua-penatua di tiap jemaat.

Perjalanan misi kedua (Kis 15:36–18:22)

Setelah sidang di Yerusalem mengambil keputusan-keputusan penting tentang masalah tuntutan kepada orang-orang non-Yahudi yang bertobat (lih Kis 15), Paulus memulai perjalanan misi keduanya. Tetapi karena konflik, Paulus dan Barnabas mengakhiri kerja sama mereka. Pada perjalanan misi yang kedua, Paulus didampingi oleh Silas, dan juga Timotius. Pada perjalanan itu, Roh Kudus mengarahkan Paulus dan teman-teman seperjalanannya (yg ingin tetap bekerja di Asia Kecil) untuk pergi ke Eropa. Di sana mereka berkhotbah di Filipi, Tesalonika, dan Berea: tiga kota penting di Makedonia. Sesudah itu mereka melanjutkan perjalanan ke Atena dan Korintus; dua kota penting di Yunani. Pada akhirnya mereka kembali ke Antiokhia (di Siria) melalui Efesus dan Yerusalem.

background image

Perjalanan misi ketiga (Kis 18:23–21:16)

Paulus sekali lagi pergi ke Asia Kecil untuk memberikan sema ngat kepada jemaat-jemaat di sana dan tinggal di Efesus selama tiga tahun. Setelah itu, Paulus memutuskan untuk mengadakan perjalanan sekali lagi ke Makedonia dan Yunani, lalu ia meneruskan perjalanan ke Yerusalem. Ketika Paulus mengadakan perjalanan melalui Makedonia dan Yunani ini, ia memaksimalkan waktu sebaik-baiknya agar tiba di Yerusalem sebelum hari raya Pentakosta. Setelah tiba di Yerusalem, ia ingin pergi ke Roma. Roh Kudus pun turut bekerja dalam rencana-rencana Paulus (lih Kis 20:22-24).

Perjalanan misi keempat (Kis 21:17–28:11)

Di Yerusalem semuanya berubah. Paulus ditangkap dan ditahan. Berulang kali ia dipanggil untuk membela diri sebanyak lima kali: menghadap bangsa (lih Kis 22:1-21), menghadap Mahkamah Agama, Sanhedrin (lih Kis 23:1-6), dan tiga kali untuk pembesar-pembesar pemerintah di Kaisarea: dua kali untuk wali negeri (pertama, Feliks [lih Kis 24:1-21], lalu Festus [lih Kis 25:1-12]), dan kemudian Raja Herodes Agripa (lih Kis 26). Karena Paulus naik banding kepada Kaisar, maka ia dibawa ke Roma, di mana (setelah perjalanan yg panjang dan berbahaya) ia tiba dengan selamat. Sekalipun ia berada dalam penjara, ia mendapat kesempatan untuk mengabarkan Injil selama satu tahun di Roma.

Cara kerja Paulus

Sebagai pekabar Injil, Paulus menghasilkan sangat banyak orang yang percaya pada Injil dalam waktu yang relatif singkat. Yang menyokong suksesnya adalah situasi dan konteks pada masa itu, yang seakan-akan siap untuk menyebarkan Injil secara pesat: di mana-mana dalam kerajaan Roma, bahasa Yunani dipakai dan dimengerti orang, siapa saja dapat berjalan ke mana-mana tanpa harus takut di dalam kerajaan itu. Pada waktu itu, suasananya tepat untuk menyampaikan suatu ajaran atau pandangan karena orang-orang sangat terbuka untuk bertukar informasi dan mende ngar ide, filsafat, dan ajaran agama yang baru. Ada berbagai hal yang mencolok di bidang pekabaran Injil sebagai pekerjaan Paulus tersebut, yaitu:

Pimpinan Roh Kudus

Hal pertama yang mencolok dalam cara kerja Paulus adalah ia membuat rencana-rencana dan melaksanakannya di bawah pimpinan Roh Kudus. Pada momen-momen krusial, Roh Kudus yang bekerja di dalam Paulus secara langsung:

  • Roh Kudus yang memprakarsai perjalanan-perjalanan misi. Roh Kudus memilih Paulus dan Barnabas untuk pergi dan memberitakan Injil Kristus sampai ke ujung bumi (lih Kis 13:1-4).
  • Roh Kudus yang menolong mereka untuk mengatasi kendalakendala dalam perjalan ke Eropa (lih Kis 16:6-10). Sebenarnya Paulus ingin ke Efesus, tetapi Roh Kudus mempunyai rencana yang lain: mereka harus ke Eropa (Makedonia).
  • Pada saat perjalanan misi ketiga, Paulus mengambil keputusan untuk pergi ke Roma (lih Kis 19:21). Sejak saat itu, kita membaca berkali-kali bahwa Allah memberitahukan kepada Paulus bahwa ia akan ke Roma sebagai tahanan, dan bahwa Ia sendiri akan menyertainya (lih Kis 20:22-24; 21:4, 10-14).

Pertama-tama orang Yahudi kemudian orang Yunani

Ketika Paulus dan teman-temannya tiba di suatu tempat, mereka mencari orang-orang Yahudi. Ketika orang-orang Yahudi menolak Injil, Paulus dan teman-temannya memberitakan Injil kepada orang-orang non-Yahudi.

Kerap kali terlihat bahwa orang-orang Yahudi menolak pekabaran Injil:

  • Di Siprus (tukang sihir yg bernama Baryesus adalah seorang Yahudi, lih Kis 13:4-12);
  • Di Antiokhia (Pisidia) dan Ikonium (lih Kis 13:44-48);
  • Di Tesalonika dan Korintus (lih Kis 18:6-11);
  • Dan di Efesus (lih Kis 19:8-10).

Meskipun demikian, Paulus tetap bertahan dalam mengabarkan Injil kepada orang-orang sebangsanya: Yahudi. Baru sesudah itu ia berpa ling kepada orang-orang non-Yahudi: Yunani.

Berkhotbah dan mengajar

Ciri khas pelayanan Paulus adalah menggambarkan Injil secara luwes atau pandai menempatkan diri. Apa yang ia sampaikan tidak pernah singkat atau dangkal, tetapi mencakup seluruh ajaran Firman Allah. Pada saat yang bersamaan ia tidak menggilas para pendengarnya. Paulus menyesuaikan tingkat pengajarannya sesuai dengan tingkat pengetahuan pa ra pendengarnya, dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bereaksi dengan mengajukan pertanyaan dan berdebat atau berargumen.

Jika Paulus berkhotbah kepada orang-orang Yahudi, maka ia akan bertolak dari Perjanjian Lama, menarik garis dari Perjanjian Lama (Musa, para nabi) kepada Kristus dan kematian-Nya serta kebangkitan-Nya. Kemudian ia mengakhiri dengan suatu panggilan untuk menerima Yesus sebagai Mesias yang dijanjikan itu (msl, Kis 13:16-41). Sering kali Paulus bertahan mengajar mereka. Di Efesus, Paulus mencoba untuk meyakinkan orang-orang Yahudi selama tiga bulan dengan memperlihatkan kepada mereka Kerajaan Allah (lih Kis 19:8). Di Berea ia mengatur penelaahan Kitab Suci tiap hari, menyusul khotbahnya yang pertama: ”... tiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian” (Kis 17:11).

Dalam pendekatannya kepada orang-orang non-Yahudi, Paulus menyesuaikan pengajarannya. Sebagai contoh, bandingkan khotbah Paulus di Areopagus di Atena (lih Kis 17:22-31) dengan khotbah di tempat ibadah di Antiokhia (lih Kis 13:16-41). Untuk orang Yahudi, ia telah menjadi orang Yahudi―sama seperti yang dia katakan sendiri di kemudian hari―untuk memenangkan mereka bagi Kristus. Dan untuk orang non
Yahudi, ia menjadi orang non-Yahudi, juga untuk memenangkan mereka bagi Kristus (lih 1Kor 9:20-21).

Paulus sering memberikan pengajaran, misalnya, di Efesus, tiap hari ia berkhotbah di Sekolah Tiranus, dan ia melakukan hal itu selama dua tahun (lih Kis 19:10). Ia tidak melebih-lebihkan ketika ia berkata kepada para penatua di Efesus bahwa ia tidak lalai memberitakan seluruh maksud Allah kepada mereka (lih Kis 20:27).

Memilih tempat-tempat yang strategis

Paulus berkhotbah di tempat-tempat yang besar dan penting, sering kali ibukota sebuah provinsi. Tujuannya adalah agar dari tempat itu Injil dapat disebarkan. Contohnya, Efesus―kota strategis karena merupakan kota penghubung antara Asia dan Eropa. Di dalam Kitab Wahyu pasal 2 dan 3, kita membaca tentang tujuh jemaat di Asia Kecil, salah satu di antaranya adalah jemaat di Efesus. Kemungkinan jemaat-jemaat itu didirikan oleh orang-orang percaya yang datang dari Efesus.

Paulus dan teman-teman sepelayanannya

Paulus tidak bekerja sendiri. Selalu ada teman-teman yang bersama dia (lih Kis 20:4). Dengan demikian, dia dapat membagikan pengalamannya kepada mereka. Paulus memberikan kepada mereka ”in-field-training”, yaitu pelatihan keterampilan misi. Di kemudian hari, banyak di antara mereka yang awalnya mengikut Paulus, berani mengabarkan Injil sendirian dan memberikan teladan kepemimpinan kepada jemaat-jemaat. Umpamanya, Barnabas (lih Kis 13:1-4; 15:36-41), Yohanes Markus (lih Kis 13:5, 13; 15:36-41), Timotius (lih Kis 16:1-3), Lukas (lih Kis 16:11; 20:6), Silas (lih Kis 15:40), serta Akwila dan Priskila (lih Kis 18:2, 18, 26). Akwila dan Priskila mengenal Paulus sejak di Korintus, dan sesudahnya mereka bersama Paulus ke Efesus. Di Efesus mereka mengajar dan melatih Apolos, yang kemudian pergi ke Korintus.

Penatua-penatua

Setelah membangun sebuah jemaat, Paulus menetapkan tua-tua untuk memimpin jemaat itu (lih Kis 14:21-23). Penetapan para penatua dan para diaken merupakan hal penting bagi sebuah jemaat yang baru dibentuk dan dimandirikan. Adakalanya Paulus mengutus teman-teman sekerjanya untuk bekerja di daerah tertentu, atau di jemaat tertentu (Timotius di Efesus, Titus di Kreta). Paulus pun berpesan kepada mereka agar menetapkan para penatua di tiap tempat (lih 1Tim 3:1-13; Tit 2:1-10). Dalam pesannya kepada para penatua di Efesus, di Pantai Miletus, Paulus menekankan bahwa Roh Kudus sendiri yang telah memberikan tugas penting kepada para penatua untuk bekerja sebagai gembala-gembala jemaat Allah (lih Kis 20:17-38).

3.7. PEMBAHASAN

1. Lukas sebagai sejarawan

Hampir semua sejarawan mengakui bahwa Lukas dalam penuturannya menggambarkan semua peristiwa yang terjadi secara saksama dan benar. Apa dan bagaimana Anda dapat menggunakan fakta itu dalam diskusi mengenai kesejarahan kebangkitan Yesus dari kematian?

Renungkanlah hal itu, kemudian bentuklah dua kelompok diskusi.

Kelompok pertama berperan sebagai pembela kebenaran historis tentang kebangkitan Yesus dari kematian-Nya, sedangkan kelompok kedua menerima kebangkitan Yesus hanya sebagai suatu legenda semata.

2. Tanda-tanda Pentakosta

Buatlah tiga poster, untuk tiap tanda Pentakosta satu poster: angin, api, dan bahasa asing. Maksud dari kegiat an tersebut adalah sebagai suatu bentuk pengantar untuk memahami dan mengenal Roh Kudus. Buatlah per kelompok satu poster, lalu para anggota kelompok mencatat kata-kata kunci dan makna pemahaman atas karya Roh Kudus yang timbul ketika merenungkan tanda tertentu. Tugas ini dilaksanakan dalam suasana tenang. Setelah semua kelompok selesai, hasilnya didiskusikan secara bersama-sama.

4. Latihan pengambilan sikap

Tulislah pernyataan-pernyataan berikut pada selembar kertas kecil secara terpisah:

  • Saya dipenuhi dengan Roh Kudus.
  • Saya telah menerima Roh Kudus.
  • Bukti dipenuhi oleh Roh adalah pengalaman gejala-gejala istimewa.
  • Gereja masa kini kembali membutuhkan pencurahan Roh Kudus.
  • Orang-orang yang berbicara bahasa lidah berarti dipenuhi Roh Kudus.

Di ruangan pertemuan, tetapkanlah sebuah tempat sebagai kotak YA, dan tempat lain sebagai kotak TIDAK. Persilakan semua orang untuk berdiri di tengah ruangan itu. Ambillah kertas yang berisi pernyataan satu per satu dan bacakanlah bunyi pernyataan itu. Persilakanlah mereka yang setuju untuk berdiri di kotak YA, sedangkan yang tidak setuju di kotak TIDAK. Berikanlah kesempatan kepada kedua kelompok itu untuk memberikan tanggapan: tiap kelompok menjelaskan sikapnya kepada yang lain, dan meyakinkan mereka untuk berpindah kotak. Jika pernyataan itu telah cukup dibahas, lanjutkanlah ke pernyataan berikut.

4. Perbandingan dengan jemaat di Yerusalem

Bacalah bersama-sama Kisah Para Rasul 2:42-47. Rumuskan keadaan jemaat pertama dengan menggunakan kata-kata kunci yang mencirikan keadaan itu secara tepat. Tulislah kata-kata kunci itu. Kemudian, bahaslah ke adaan jemaat Anda. Apakah yang dapat dipelajari dari perbandingan itu? Adakah hal-hal yang dapat kita terapkan berdasarkan perbandingan itu?

5. Pertobatan

Salinlah Kisah Para Rasul 9:1-22 pada kertas folio dan tulislah di bawah bagian itu tiga pokok berikut:

  • Paulus adalah musuh Yesus
  • Paulus telah bertemu dengan Yesus
  • Pertemuan itu telah mengubah kehidupan Paulus

Persilakanlah tiap orang menuliskan di bagian mana ketiga hal tersebut muncul dalam teks itu. Setelah itu, tiap orang diberikan kesempatan untuk bersaat teduh sambil merenungkan ketiga pokok ini. Apakah ketiga pokok itu terlihat dalam kehidupannya sendiri, dan jika ya, bagaimana? Hasilnya dibahas bersama-sama.

6. Perjalanan-perjalanan misi

Bentuklah empat kelompok. Berikanlah waktu dua puluh menit kepada tiap kelompok untuk mempelajari satu dari keempat perjalanan misi Paulus. Setelah itu, tiap kelompok mendapatkan kesempatan untuk menceritakan cerita perjalanan misi itu sambil memakai peta perjalanan-perjalanan misi Paulus.

Pertanyaan untuk diskusi

1. Apakah yang membuat Anda merasa tertarik setelah membaca bab ini? Bahaslah bersama-sama.
2. Janji apa yang dimaksudkan Petrus dalam Kisah Para Rasul 2:39?3. ”Kita hidup di hari-hari yang terakhir”. Mendengar hal itu, bagaimana sikap Anda dan apa yang Anda pikirkan?
4. Apa pendapat Anda tentang pernyataan berikut: ”Sedikit kuasa Roh, maka sedikit juga penginjilan; sedikit penginjilan, maka sedikit juga kuasa Roh”?
5. Apa pendapat Anda mengenai bahasa lidah? Apakah Kisah Para Rasul 2 juga berbicara mengenai hal itu?
6. Bacalah Kisah Para Rasul 2:42-47. Apakah Anda dapat di bandingkan dengan jemaat pertama di Yerusalem?
7. Seorang non-Yahudi tidak perlu menjadi orang Yahudi sebelum menjadi orang Kristen. Pelajaran manakah yang dapat kita tarik dari hal ini agar menentukan kriteria untuk menerima sese orang sebagai anggota gereja?
8. Penyebaran Injil di luar Yerusalem awalnya bersifat spontan dari orang-orang percaya yang tersebar karena pengania yaan (lih Kis 8:1-4 dan 11:19-21). Apakah yang dapat kita pelajari dari hal itu?
9. Bacalah Kisah Para Rasul 16:6-7. Bagaimana Anda memba yangkan hal itu? Dapatkah Anda menceritakan sesuatu tentang pimpinan Roh dalam hidup Anda?
10. Apakah yang dapat Anda pelajari dari Paulus berkaitan dengan kepemimpinan jemaat?
11. Paulus selalu memberi perhatian pertama kepada orang Yahudi, dan setelah itu kepada orang non-Yahudi. Apakah strategi nya itu memperlihatkan suatu prioritas mengenai penginjilan pada masa kini?

Persiapan bab selanjutnya

Persiapan masuk ke bab 4

Di bawah ini terdapat pilihan bacaan dari tiga surat Paulus:

  • Galatia 1:1-2:14
  • Galatia 2:15-3:29
  • Galatia 4
  • Galatia 5
  • Galatia 6
  • Efesus 1:1–2:10
  • Efesus 2:11–3:21
  • Efesus 4:1–5:21
  • Efesus 5:21–6:24
  • 2 Timotius 1:1–2:13
  • 2 Timotius 2:14–3:13
  • 2 Timotius 3:14–4:22
  • pendahuluan: kerasulan Paulus
  • kebenaran oleh iman
  • penjelasan selanjutnya: kasih karunia dan hukum
  • kemerdekaan Kristen: hidup oleh Roh
  • nasihat-nasihat terakhir dan salam
  • pemilihan dan kasih karunia
  • kesatuan di dalam Kristus
  • permulaan bagian nasihat-nasihat
  • menasihati berbagai kelompok;
    perlengkapan senjata Allah, salam
  • salam, syukur, dorongan
  • bagaimana bertindak terhadap ajaran sesat
  • bertambah dorongan, salam.

Saran

Bagaimana biasanya Anda membaca sebuah surat yang Anda terima melalui pos dari keluarga atau teman? Tanpa berhenti sampai selesai. Begitu pula yang disarankan untuk surat-surat Paulus. Bacalah surat-surat itu dengan cara yang sama.

Informasi Buku

  1. PDF
  2. Penulis:
    Jasper Klapwijk
  3. ISBN:
    978-602-1006-05-4
  4. Copyright:
    © 2015, LITINDO
  5. Penerbit:
    YAYASAN KOMUNIKASI BINA KASIH