Penulis
Injil Matius tidak menyebut siapa penulisnya, tetapi dari sumber-sumber lain kita mengetahui bahwa Rasul Matius adalah penulisnya. Sumbersumber yang sama juga mengatakan bahwa naskah Injil Matius yang pertama di tulis dalam bahasa Aram. Matius adalah pemungut cukai (lih Mat 10:3). Orang-orang Yahudi membenci para pemungut cukai. Bagi mereka para pemungut cukai bersekongkol dengan orang-orang Romawi dan menjadi kaya dengan cara memeras bangsa mereka sendiri. Matius―anak Alfeus (lih Mrk 2:14), yang dahulu bernama Lewi―bekerja sebagai pemungut cukai di Kapernaum, sampai Yesus memanggilnya sebagai murid (lih Mat 9:9-13; Mrk 2:14; Luk 5:27-28).
Ciri-ciri
Injil Matius ditulis untuk para pembaca Yahudi. Hal itu jelas ketika kita membaca Injil ini, misalnya, Matius ingin memperlihatkan kepada para pembacanya bahwa Yesus adalah ”raja orang Yahudi” dan ”Mesias yang dijanjikan”. Ia berusaha membuktikan hal itu dengan memilih secara teliti sejumlah besar kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama. Ia sering menggunakan kalimat-kalimat seperti: ”supaya digenapi firman yang disampaikan oleh Nabi Yesaya” (Mat 4:14).
Matius juga memperlihatkan bahwa bangsa Yahudi menolak Yesus.
Oleh karena itu, Injil diberitakan kepada bangsa non-Yahudi (lih Mat 1:112; 8:11-12; 13:5; 21:42-43; 28:11-15). Ada banyak perhatian untuk peralihan Israel sebagai umat Allah; kepada umat Allah yang terdiri atas orang Yahudi dan non-Yahudi. Kita menemukan kata ”gereja” dan ”jemaat” hanya di dalam Injil ini, dan tidak ada di dalam Injil-injil lain (lih Mat 16:18; 18:17).
Struktur
Siapa pun yang membaca Injil Matius, akan mudah menemukan bahwa bahan cerita dan pengajaran-pengajaran Yesus selalu saling menyelingi. Kita menjumpai lima kali pengajaran. Tiap pengajaran Yesus diakhiri dengan sebaris kalimat seperti: ”Setelah Yesus mengakhiri perkataan ini, takjublah orang banyak itu mendengar pengajaran-Nya” (Mat 7:28; lih Mat 11:1; 13:53; 19:1; 26:1). Injil Matius dibagi dalam lima bagian yang berisi bahan cerita; tiap bagian itu diakhiri dengan sebuah pengajaran Yesus. Dua pasal pertama (yg melukiskan kelahiran Yesus) me rupakan pendahuluan Injil, sedangkan pasal-pasal yang terakhir (mengenai kematian dan kebangkitan Yesus) merupakan klimaks penutup Injil Matius.
Pembagian kelima bagian tersebut menarik perhatian para pembaca Yahudi. Sama seperti kitab-kitab Taurat yang merupakan dasar dari Perjanjian Lama, demikianlah Matius meletakkan dasar bagi Perjanjian Baru dengan lima pengajaran (= ”torah”) Yesus. Musa adalah nabi terbesar dalam Perjanjian Lama, tetapi Yesus lebih besar dari Musa, yang menantikan Yesus yang akan datang itu. Di Gunung Sinai Musa telah memberikan hukum Allah kepada bangsa Israel, tetapi di bukit (pegunungan) yang melintasi Danau Galilea, Yesus mempresentasikan diri-Nya sebagai penggenap hukum itu.
Yesus sebagai ”Raja orang Yahudi” dan ”Mesias yang dijanjikan”. Orang Yahudi mengharapkan kedatangan Anak Daud yang agung, Mesias (bh Ibrani, berarti diurapi; dalam bh Yunani: Khristos). Di dalam Injilnya, Matius ingin meyakinkan para pembacanya (orang Yahudi) bahwa sesungguhnya Yesus dari Nazaret adalah Mesias itu.
Mesias yang ditolak oleh umat-Nya sendiri
Matius menekankan bahwa Yesus, sebagai Mesias bagi Israel, datang untuk bangsa-Nya sendiri. Pada saat malaikat memberitakan kelahiran
Nya, kita membaca: ”... engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa mereka” (Mat 1:21). Ketika seorang perempuan Kanaan berseru meminta pertolongan
Nya, Ia menjawab perempuan itu: ”Aku diutus hanya kepada dombadomba yang hilang dari umat Israel” (Mat 15:24).
Secara jelas Matius memperlihatkan bagaimana bangsa Israel menolak Mesias mereka. Oleh karena itu, Sang Mesias membentuk sebuah bangsa yang baru, yang terdiri atas orang-orang yang sungguh-sungguh ingin mengikuti Dia. Di dalam bangsa yang baru itu, akan tersedia tempat untuk orang-orang dari segala bangsa. Matius memperdengarkan nasihat-nasihat yang sangat serius kepada orang-orang sebangsanya. Misalnya, ketika mengutip kata-kata Yesus, ”Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan datang dari timur dan barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak, dan Yakub di dalam Kerajaan Surga, sedangkan anak-anak Kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratapan dan kertak gigi” (Mat 8:11-12). Di dalam perum pamaan tentang penggarap-penggarap kebun anggur, Yesus mengutip Mazmur 118 tentang batu yang telah dibuang, tetapi dijadikan Allah menjadi batu penjuru. Markus dan Lukas juga menceritakan perumpamaan itu, tetapi hanya Matius yang menulis kalimat ini: ”Sebab itu, Aku berkata kepadamu bahwa Kerajaan Allah akan diambil dari kamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu” (Mat 21:43).
Bangsa yang baru itu disebut Matius sebagai ”gereja”. Ketika Petrus atas nama para murid mengaku bahwa Yesus adalah Mesias, Yesus menjawab: ”Berbahagialah engkau Simon anak Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di surga. Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya” (Mat 16:17-18; lih juga Mat 18:17, 20).
Yesus menggenapi hukum Taurat dan nubuat-nubuat
Matiuslah yang selalu menekankan perhatian terhadap Yesus yang telah datang untuk menggenapi segala sesuatu yang dinubuatkan para nabi. Ber ulang kali kita membaca kalimat-kalimat seperti: ”Hal itu terjadi supaya digenapi yang difirmankan Tuhan melalui nabi” (Mat 1:22). Beberapa contoh di antaranya, yaitu:
Lebih dari seratus kali Matius merujuk ke Perjanjian Lama. Misalnya, Mazmur 22 yang berperan penting di dalam ceritanya tentang penyaliban. Berbagai ayat Mazmur ini diperlihatkan Matius sebagai skema penggenapan: membuang undi untuk pakaian-Nya (lih Mat 27:35; bnd Mzm 22:19), orang-orang yang lewat menggeleng-gelengkan kepa la, dan menghina Yesus (lih Mat 27:39; bnd Mzm 22:8), ucapan ”Biar lah Allah menyelamatkan Dia sekarang” (Mat 27:43; bnd Mzm 22:9), dan yang paling menyita perhatian di atas kayu salib adalah perkataan Yesus sendiri: ”Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Mat 27:46; bnd Mzm 22:2).
Khotbah di Bukit
Matius 5–7 merupakan rangkaian ”Khotbah di Bukit”. Yesus naik ke sebuah bukit―seperti Musa dahulu―untuk memberikan pengajaran-Nya (lih Mat 5:1-2). Di atas bukit itu, Yesus memberikan aturan-aturan pokok Kerajaan-Nya. Bagi mereka yang mengerti Khotbah di Bukit, pasti merasakan ketegangan antara norma-norma tertinggi yang diberikan Yesus dan praktik kehidup an sehari-hari. Kenyataan itu menyebabkan terjadinya berbagai tafsiran yang mencoba melemahkan pesan Khotbah di Bukit. Umpamanya:
Akan tetapi, Khotbah di Bukit disampaikan kepada murid-murid Yesus, yaitu mereka yang percaya kepada-Nya. Mereka yang mendengar katakata Yesus dan menaatinya. Mereka sendiri tentu tidak mampu melakukannya. Akan tetapi, apa yang tidak mungkin bagi manusia, bagi Allah segala sesuatu mungkin (lih Mat 19:25-26).
Pada Khotbah di Bukit, Yesus menunjukkan kepada kita dua jalan.
Pertama, ”jalan yang lebar”. Kedua, ”jalan yang sempit”. Ketika Yesus berbicara tentang ”jalan yang lebar”, menunjuk pada sebuah jalan religius (universal), sedangkan ”jalan yang sempit” menunjuk kepada mereka yang benar-benar percaya kepada Yesus Kristus dan hidup berdasarkan anugerah Allah.
Jalan yang lebar mengumpamakan jalan melalui kebe naran sendiri, yang diikuti para ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Mereka berpegang pada hukum Taurat secara ketat, memberikan sedekah dan berdoa, tetapi sebenarnya mereka melakukan itu untuk memaksakan pembenaran dari Allah. Sebaliknya, jalan yang sempit mengibaratkan kebenaran yang sungguh di dalam Kerajaan Surga (lih Mat 5:20); jalan orang-orang yang mengalami dalamnya perintah-perintah Allah secara sungguh-sungguh; orang-orang yang siap mengasihi musuh mereka; yang berbuat baik di tempat tersembunyi. Orang-orang itu tidak mengkhawatirkan diri mereka sendiri karena mereka mengetahui bahwa mereka telah menerima Kerajaan Allah berdasarkan kasih karunia, bahkan mereka boleh memanggil Allah sebagai Bapa mereka.
Jadi, kita tidak bisa memahami Khotbah di Bukit terlepas dari Kristus.
Misalnya, dengan memakainya untuk meraih kesuksesan sendiri dengan ga gasan-gagasan yang bersifat revo lusioner. Kita pun tidak boleh membatasi arti Khotbah di Bukit untuk suatu konteks di masa depan, atau kepada golongan manusia tertentu, atau untuk bidang kehidupan tertentu.
Perumpamaan-perumpamaan
Matius 13 tidak hanya berisi 7 perumpamaan (dalam bh Yunani: parabola, dalam bh Ibrani: mashal), tetapi juga jawaban Yesus atas pertanyaan mengapa Ia menggunakan perumpamaan-perumpamaan dalam pengajaran-Nya.
Di dalam gaya pengajaran seperti itu kesan yang muncul adalah penghakiman. Karena menurut Yesus, siapa saja yang tidak bersedia mendengar, ia juga tidak akan dapat lagi mendengar (lih Mat 13:10-17). Kerajaan Yesus adalah sebuah kerajaan yang masih tersembunyi (seperti benih, ragi roti, harta yg tersembunyi). Tiap orang membutuhkan iman untuk melihat dan menerima kebenaran itu.
Penjelasan sebuah perumpamaan tidak selalu sama mudahnya.
Misalnya, pertanyaan, apakah kita harus mencari arti tersembunyi dalam tiap elemen perumpamaan, atau hanya menentukan satu pokok per bandingan saja. Contohnya, ada penafsir yang berpendapat bahwa ”tepung terigu tiga sukat” di dalam perumpamaan ragi menunjuk pa da ketritunggalan Allah. Atau, dalam perumpamaan mengenai orang Samaria yang baik hati (lih Luk 10:25-37), serta minyak dan anggur yang digunakan orang itu menunjuk pada roti dan anggur Perjamuan Kudus. Apakah kita dapat menafsirkan seperti itu?
Ada beberapa kaidah untuk mengerti perumpamaan-perumpamaan dengan baik, yaitu dengan cara:
Penulis
Menurut sumber yang tepercaya, Injil kedua ini ditulis oleh seorang yang bernama Markus (lih Kis 12:12; 13:13; 15:37-38). Di dalam surat Petrus yang pertama, kita juga menemukan nama Markus itu. Petrus menyebutnya sebagai ”anak”nya (lih 1Ptr 5:13). Sumber tepercaya lainnya mengatakan bahwa Markus adalah pembantu dan penerjemah Petrus. Markus menulis Injilnya berdasarkan apa yang Petrus ceritakan kepadanya. Hal itu dibenarkan dengan beberapa hal sebagai fokus perhatian dalam naskah Injil Markus sendiri:
Laju alur cerita Injil Markus
Seharusnya kita tidak boleh membaca Injil Markus secara terpenggalpenggal, tetapi menyeluruh (satu kali), atau mendengarkan (melalui) internet, kaset, DVD (Digital Versatile Disc) yang membacakan seluruh Injil itu sekaligus (kurang lebih 2 jam). Apabila kita mengikuti anjuran itu, akan tampak jelas bahwa bagian pertama Injil, yang memaparkan tentang tindakan Yesus di Israel utara sangat dinamis. Hal itu membuat perhatian kita tertuju sepenuhnya ke Yerusalem. Sering kali Markus memakai kata Yunani, euthus, yang berarti ”segera” atau ”langsung”. Kata ”segera” muncul 11 kali dalam pasal satu. Di dalam terjemahanterjemahan yang mengikuti bahasa asli secara harfiah (seperti King James Version, atau Statenvertaling Belanda) hal itu menjadi lebih jelas lagi: ”Lalu segera tersebarlah kabar tentang Dia ke segala penjuru di seluruh Galilea. Sekeluarnya dari rumah ibadat itu Yesus bersama Yakobus dan Yohanes pergi ke rumah Simon dan Andreas. Ibu mertua Simon terba ring karena sakit demam. Mereka segera membe ritahukan keadaannya kepada Yesus. Ia pergi ke tempat perempuan itu, dan sambil memegang tangannya Ia membangunkan dia, lalu lenyaplah demamnya. Kemudian perempuan itu melayani mereka” (Mrk 1:28-31).
Kelajuan alur cerita mulai berkurang ketika mereka pergi ke Yerusalem (lih Mrk 11:1). Sejak saat itu, kejadian-kejadian tiap hari diceritakan, di mana kata ”segera” tidak banyak lagi muncul. Gaya cerita seperti itu memfokuskan perhatian kita pada waktu yang paling esensial dalam kehi dupan Kristus, yaitu kematian-Nya di kayu salib.
Mengikut Yesus
Markus menekankan bahwa Yesus adalah Anak Allah (lih Mrk 1:1) yang harus menderita, dan yang datang ke dunia untuk melayani. Nas sentral yang menunjuk pada hal itu adalah Markus 10:45. Yesus berkata: ”Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang”.
Hal lain yang ditekankan Markus adalah panggilan Yesus untuk mengikuti Dia dalam pelayanan-Nya. Momen yang paling esensial di dalam Injil Markus adalah pasal 8:27, dan ayat-ayat selanjutnya. Yesus pergi ke tempat-tempat yang terpencil di daerah paling utara Israel. Di sana Petrus mengakui bahwa Yesus adalah Mesias (lih Mrk 8:29). Sejak saat itu, Yesus berjalan menuju ke Yerusalem dan mulai menjelaskan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus menderita dan mati (lih Mrk 8:31; 9:12; 9:31-32; 10:32-34). Tiap kali Yesus berbicara tentang penderitaan
Nya itu, Dia memperlihatkan juga bahwa salah satu dari murid-murid
Nya belum sungguh-sungguh siap; tidak bersedia untuk mengikuti-Nya di dalam penderitaan.
Yesus memberikan pengajaran itu ketika dalam perjalanan menuju ke Yerusalem, membuat pesan itu semakin tajam: siapa saja yang tidak mau mengikuti Yesus di jalan salib, ia akan tertinggal.
Jangan menceritakan kepada siapa pun ...
Di dalam Injil Markus, kita membaca berkali-kali Yesus melarang para murid-Nya menceritakan bahwa Ia adalah Mesias yang dijanjikan. Seperti tertulis: ”Ia menyembuhkan banyak orang yang menderita bermacammacam penyakit dan mengusir banyak setan; Ia tidak memperbolehkan setan-setan itu berbicara, sebab mereka mengenal Dia” (Mrk 1:34; lih juga Mrk 3:11-12). Orang-orang yang telah disembuhkan-Nya diminta untuk berdiam diri. Yesus berkata kepada seorang yang disembuhkan dari pe nyakit kusta: ”Ingat, jangan katakan sesuatu kepada siapa pun juga, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam ...” (Mrk 1:44; lih juga Mrk 5:43; 7:36; 8:26). Pada saat pengakuan Petrus bahwa Yesus adalah Mesias, tertulis: ”Lalu Yesus melarang mereka dengan keras supaya jangan memberitahukan kepada siapa pun tentang Dia” (Mrk 8:30). Ketika pada akhir kisah Yesus dimuliakan di atas gunung, Markus menulis: ”Pada waktu turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka, supaya mereka tidak menceritakan kepada siapa pun apa yang telah mereka lihat itu, sebelum Anak Manusia bangkit dari antara orang mati” (Mrk 9:9).
Dari uraian-uraian tersebut, ada dua hal yang ditegaskan dalam Injil Markus. Pertama, Yesus tahu bahwa Ia adalah Mesias, dan Ia menerima pengakuan mengenai hal itu dari murid-murid-Nya. Kedua, pada saat yang sama, Yesus tidak mau mereka mengatakan kepada orang lain siapakah Dia dan berapa besar kuasa-Nya. Hal yang kedua itu bisa dimengerti karena orang-orang yang ada di sekitar Yesus memiliki pengharapan yang sangat berbeda dari apa yang dibuat Yesus ketika Ia datang. Yesus datang untuk menderita dan melayani. Selama orang-orang belum mengerti hal itu, mereka belum bisa mengikuti teladan-Nya.
Akhirnya, ketika Yesus diadili di depan Sanhedrin dan Imam Besar Kayafas, di saat itu pula Yesus menegaskan bahwa Dia adalah Mesias (lih Mrk 14:61-62). Namun, melalui pengakuan itu, Yesus pun divonis hukuman mati.
1. Daftar keturunan dalam Matius 1
Cetaklah nas Matius 1:1-17 pada kertas folio dengan ukuran margin/tepi kertas yang luas. Tiap orang menggarisbawahi bagian-bagian yang menceritakan hal yang lebih dari sekadar hanya ”x memperanakkan y”. Setelah itu, tariklah kesimpulan. Menurut Anda, hal apa saja yang mencolok dan pertanyaan manakah yang muncul? Diskusikanlah bagian itu bersama-sama. Pesan manakah yang terdapat di dalam bagian-bagian yang di garisbawahi?
Diskusi dapat dilanjutkan dengan pertanyaan-pertanyaan berikut:
2. Apakah Yesus mengucilkan orang Yahudi?
Bacalah Matius 8:10-12 dan 21:42-45 bersama-sama. Diskusikanlah pertanyaan-pertanyaan berikut:
3. Khotbah di Bukit
Bagikanlah kertas folio yang memuat hasil salinan bagian Khotbah di Bukit: Matius 5:17–6:8. Selanjutnya bacalah bersama-sama bagian itu,
yang menjelaskan arti jalan yang sempit dan jalan yang lebar. Diskusikanlah keterangan itu agar dimengerti dengan baik. Kemudian bentuklah kelompok-kelompok kecil. Bacalah Matius 5:17–6:8 yang disalin pada kertas folio yang dibagikan dan garis bawahilah kalimat-kalimat yang di dalamnya menyebutkan dua jalan itu; garis putus-putus untuk jalan yang sempit, dan garis tebal untuk jalan yang lebar. Diskusikanlah hasilnya bersama-sama.
4. Perumpamaan-perumpamaan
Buatlah kartu-kartu dengan menuliskan perumpamaan-perumpamaan berikut ini:
Bagikanlah kartu-kartu itu kepada tiap kelompok. Tiap kelompok mendapat tugas untuk mempelajari perumpamaan-perumpamaan yang diterimanya dan menjelaskan artinya secara singkat. Kemudian tiap kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
5. Perumpamaan tentang orang-orang upahan di kebun anggur
Salinlah Matius 20:1-16 bersama dengan petunjuk untuk menjelaskan perumpamaan sebagaimana diterangkan di dalam pasal ini. Bacalah bersama-sama perumpamaan mengenai para pekerja kebun anggur. Berikanlah waktu sejenak kepada tiap orang untuk merenungkan Matius 20:1-16 dan membuat catatannya.
Bentuklah kelompok-kelompok yang terdiri atas 4 orang. Pakailah petunjuk-petunjuk untuk menjelaskan perumpamaan itu, dan cobalah bersama-sama menyimpulkan arti perumpamaan dengan merumuskan temanya dalam satu kalimat. Tiap orang dipersilakan menjawab pertanyaan: ”Anda pekerja seperti apa?”
Tiap kelompok tampil ke depan untuk membawa hasilnya. Diskusikanlah pertanyaan-pertanyaan berikut:
6. Secara menyeluruh
Buatlah suatu kesepakatan untuk membaca (atau mendengar) seluruh Injil Markus sekaligus. Tuliskan suatu catatan singkat tentang apa yang menarik perhatian Anda. Berkumpullah agar secara berurutan tiap orang menceritakan secara singkat pengalamannya dengan membaca Injil Markus. Selanjutnya, Anda membahas per pasal pertanyaan-pertanyaan dan komentar-komentar yang Anda catat.
1. Hal apa yang menarik perhatian Anda ketika membaca bab ini?
2. Bayangkan seseorang yang belum pernah membaca Alkitab ingin membaca Injil-injil itu. Jika Anda harus memilih antara Matius dan Markus, Injil manakah yang akan Anda sarankan kepadanya? Mengapa?
3. Bacalah Matius 5, bagian pertama dari Khotbah di Bukit. Ketika membaca bagian itu, apakah reaksi Anda; hal apa yang membuat Anda terkesan? Berdiskusilah dengan sesama Anda.
4. Matius menyoroti peralihan bangsa Israel ke jemaat Kristus sebagai umat Allah yang baru (msl, Mat 8:11-12, 21-43). Apakah artinya peralihan itu dalam kaitan hubungan kita dengan umat Israel masa kini?
5. Mengapa Yesus menceritakan perumpamaan-perumpamaan? Bandingkanlah cara Yesus tersebut dengan popularitas cerita-cerita pada masa kini dan di dalam kebudayaan Anda.
6. Bacalah Markus 8:27-33. Teks itu berisi empat elemen, yaitu 1) sebuah pengakuan yang jelas bahwa Yesus adalah Mesias. 2) Sebuah larangan untuk mengabarkan hal itu. 3) Pemberitahuan bahwa Ia telah datang untuk menderita. 4) Reaksi Petrus atas berita itu. Diskusikanlah relasi keempat elemen itu.
7. Bacalah Markus 10:32-45. Simaklah apa yang terjadi di dalam bacaan itu. Menurut Anda hal apa yang mencolok dari sikap para murid. Apakah artinya bagi Anda bahwa justru dalam bagian itu terdapat ayat-ayat yang memperlihatkan dengan jelas maksud penderitaan Yesus (ay 44-45)?
Persiapan masuk ke bab 2
Setelah Injil Matius dan Injil Markus, pilihan bacaan selanjutnya adalah Injil Lukas dan Yohanes. Saya telah memilih sebanyak mungkin bagian yang tidak muncul di dalam Injil Matius dan Injil Markus.
|
|
Saran
Mungkin Anda telah membaca atau mendengar keseluruhan Injil Markus secara utuh. Lakukanlah seperti itu pada Injil Yohanes. Anda akan me nemukan bahwa Injil Yohanes memiliki pesan yang sangat berbeda.