”Alkitab”, dalam bahasa Inggris Bible, berasal dari kata Yunani biblia, yang ber arti: kitab-kitab. Sesungguhnya, Alkitab adalah kumpulan tulisan-tulisan yang berbeda, yang ditulis dalam bahasa-bahasa yang berbeda, dalam waktu yang berbeda, oleh orang yang berbeda.
Skema di bawah ini memperlihatkan tersusunnya Alkitab secara historis,
Ditulis dalam BAHASA IBRANI. PL berisi:
|
Ditulis dalam BAHASA YUNANI. PB berisi:
|
Kitab-kitab (Alkitab) itu ditulis pada suatu periode yang terentang dari abad ke abad dan oleh penulis yang sangat berbeda. Bahasa, jenis dan gaya masing-masing penulis pun sangat berbeda. Siapa pun yang memikirkan, baik waktunya maupun segala perbedaannya, tidak luput dari pertanyaan: apa yang membuat Alkitab menjadi satu buku? Di samping itu, mengenai Perjanjian Baru (selanjutnya PB): mengapa kitab-kitab itu ditambahkan pada Perjanjian Lama (selanjutnya PL)? Kitab-kitab di dalam PL oleh kaum Yahudi dianggap sebagai sebuah kesatuan yang lengkap.
Alkitab menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti disebutkan di atas. Pertama, Alkitab tersusun melalui satu garis cerita yang jelas. Cerita dimulai dengan penciptaan dunia yang disebut sungguh amat baik. Tetapi, setelah itu Alkitab menceritakan bahwa manusia bangkit menentang Allah. Adam dan Hawa menyebabkan penderitaan hebat di dunia dan penciptaan yang sungguh amat baik itu menjadi terkutuk. Kenyataan itu menyebabkan ketegangan hebat: apakah akan ada pemulihan dan damai kembali di dunia serta di antara manusia dan Allah? Jawabannya diberikan di dalam Alkitab yang terdiri atas 66 kitab. Melalui semuanya itu menjadi jelas bahwa Allah berhasil menebus dunia dari Si Jahat dan dari segala kejahatan. Dalam bab-bab terakhir (Kitab Wahyu), kita melihat akhir sejarah dunia ini, yaitu sebuah bumi yang diperbarui dan umat manusia yang baru dan bersih, sesuai dengan maksud pertama Allah sebagai Pencipta. Semua cerita Alkitab ditulis untuk menyatakan Allah sebagai yang Mahakuasa, berdaulat di dunia ini, dan yang menebus dunia ini.
Di dalam Perjanjian Baru menjadi jelas bagaimana Allah menyelamatkan manusia dan dunia. Di dalam pribadi Yesus Kristus, Allah menjadi manusia dan Ia menanggung segala dosa dan penderitaan. Allah menjadikan Yesus Kristus pemeran utama dalam drama dunia-Nya.
Yesus Kristus sendiri berkata bahwa semua tulisan Perjanjian Lama berbicara tentang Dia (lih Yoh 5:39) dan Dia datang untuk menggenapi Kitab Suci (lih Mat 5:17). Artinya, Yesus tidak hanya menjadi tokoh sentral Perjanjian Baru, tetapi juga keseluruhan Alkitab. Penuturan tentang apa yang Yesus lakukan baik di dunia maupun bagi dunia dan bagi gereja, membuat Alkitab lengkap dan ceritanya selesai.
Alkitab adalah cerita sejarah penyelamatan. Tujuannya sama dengan tujuan Injil Yohanes, yaitu ”supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya karena percaya, kamu memperoleh hidup dalam nama-Nya” (Yoh 20:31).
Skema sederhana berikut menggambarkan garis cerita Alkitab.
Bundel kitab-kitab yang ditulis dalam periode yang meliputi banyak abad itu jelas membentuk satu buku, de ngan satu plot, satu Tokoh utama, dan dengan satu tujuan. Bagaimana mungkin? Rasul Petrus mengungkapkannya demikian, ”Yang terutama harus kamu ketahui ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah (2Ptr 1:20-21).
Ikhtisar Perjanjian Lama
Perjanjian Lama mulai dengan kisah penciptaan dunia. Kemudian tentang kisah kejatuhan manusia ke dalam dosa. Kisah tentang pe nyebaran umat manusia di dunia, kisah tentang air bah (lih Kej 1–11). Kita lantas melihat Allah yang mengambil keputusan untuk sementara waktu berjalan bersama satu bangsa saja. Untuk itu, Allah memilih Abraham dan mengadakan perjanjian dengan dia bahwa penebus semua bangsa di dunia akan lahir dari keturunan Abraham (lih Kej 12). Sisa PL menceritakan sejarah Allah dengan bangsa Israel. Di dalam keseluruhan rangkaian sejarah itu kerinduan dan perhatian terus diarahkan pada kehadiran Sang Mesias, Anak Allah, yang akan datang sebagai Penebus dunia.
Ikhtisar Perjanjian Baru
Perjanjian Baru menceritakan bahwa Penebus itu sungguh sudah datang. Secara singkat kita membaca tentang kelahiran Penebus itu, yaitu Yesus. Kemudian, lebih lanjut, tentang kemunculan Yesus pada usia 30 sampai 33 tahun. Secara khusus, ada tuturan tentang penderitaan, kematian, dan kebangkitan dari kematian Yesus. Setelah kenaikan Yesus ke surga, kita akan membaca tentang tugas para rasul-Nya, yaitu memberitakan Injil ke seluruh dunia. Untuk memperlengkapi pengetahuan para rasul akan kebenaran dan untuk menguatkan mereka, Allah mencurahkan Roh Kudus kepada para rasul pada hari raya Pentakosta. Kita membaca bagaimana Injil tentang Yesus disebarkan mulai dari Yerusalem sampai Roma, yang pada waktu itu adalah pusat peradaban dunia. Di mana pun Injil disebarkan, di situ pula terbentuk dan bertumbuh komunitas kristiani dan jemaat yang percaya kepada Kristus.
Sebagai dukungan dan untuk membangun iman jemaat, ra sul-rasul menulis surat, yang sebagian surat-surat itu oleh Roh Kudus dimeteraikan sebagai kitab. Semua kitab itu lalu dikanonkan sebagai Alkitab, sumber satu-satunya bagi kita untuk mengenal dan memahami Yesus Kristus, serta konsekuensi pengetahuan iman itu terhadap kehidup an sehari-hari. Perjanjian Baru ditutup dengan kitab yang penuh dengan penglihatan-penglihatan yang diterima Rasul Yohanes. Hal itu memberikan gambar an sejarah dunia ini tentang kenaikan Yesus ke surga dan hari keda tangan Yesus yang kedua. Di dalamnya diberikan pengharapan akan dunia baru yang mulia dan damai.
Di dalam Perjanjian Baru kita akan menjumpai kitab-kitab berikut:
kodifikasi ajaran rasuli bagi kita pada masa kini. Surat-surat yang disimpan dalam Alkitab adalah:
– Surat-surat Paulus kepada jemaat di Roma, Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, dan di Tesalonika.
– Surat-surat Paulus kepada pelayan-pelayan: Timotius, Titus, dan Filemon.
– Surat kepada orang Ibrani.
– Surat dari Rasul Yakobus kepada kedua belas suku di perantauan.
– Dua surat dari Rasul Petrus kepada Pontus, Galatia, Kapa dokia, Asia Kecil, dan Bitinia.
– Tiga surat dari Rasul Yohanes kepada gereja-gereja pada umumnya.
– Surat umum dari Rasul Yudas.
• Wahyu
Kitab ini menjabarkan wahyu-wahyu yang diterima Yohanes mengenai apa yang akan terjadi dalam sejarah dunia sampai kedatangan Kristus kembali.
Sudah jelas bahwa tidak mungkin memahami PB terlepas dari PL dan sebaliknya. Keduanya sama-sama membentuk satu buku mengenai satu sejarah dan, pada hakikatnya, berasal dari tangan satu Penulis saja, yaitu Allah. Itulah Alkitab.
Perbedaan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
Ketika berkhotbah di bukit, Yesus berkata, ”Janganlah kamu menyangka bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya” (Mat 5:17). Dengan kata-kata ”hukum Taurat atau kitab para nabi”, Yesus merujuk pada seluruh kitab PL. Jadi, Kristus telah datang untuk menggenapi seluruh PL. ”Menggenapi” bisa memiliki tiga arti:
1. Yesus datang untuk merealisasikan apa yang telah dinubuatkan Perjanjian Lama;
2. Yesus datang untuk menaati hukum-hukum Perjanjian Lama;
3. Yesus datang untuk menyatakan arti yang terdalam dari hukum Taurat.
Ketiga arti yang berbeda itu mempunyai kesamaan dalam menerangkan bahwa arti PL yang sebenarnya hanya berada dalam Yesus Kristus. Untuk menerangkannya perhatikan lima contoh yang berbeda berikut ini:
a. Melalui Yesus Kristus, arti yang terdalam dari hukum-hukum Allah di nyatakan
Menyusul perkataan Yesus tentang ”menggenapi hukum Taurat dan kitab para nabi”, maka ada beberapa ucap an seperti: ”Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. Tetapi, Aku berkata kepadamu: Tiap orang yang marah terhadap sau daranya harus dihukum; siapa yang mencaci maki saudaranya harus diha dapkan ke Mahkamah Agama, dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala” (Mat 5:21-22). Yesus menunjukkan bahwa perintah Allah tidak sematamata tertuju pada pola tingkah laku manusia, tetapi juga pada katakata dan intensi [keinginan] hatinya. Hukum Taurat mementingkan hati manusia dan segala geraknya: apakah Anda sungguh-sungguh mengasihi sesama Anda atau tidak?
b. Arti yang paling dalam dari ibadah mempersembahkan kurban di dalam Bait Allah
Di dalam Kitab Imamat terdapat banyak peraturan tentang kurban. Tiap hari ada kurban yang harus dibawa kedalam Bait Allah. Sa ngat banyak binatang yang disembelih dan dibakar sebagai kurban bagi Tuhan. Kurban-kurban itu memperlihatkan bahwa ada darah yang diperlukan untuk mendamaikan manusia dengan Allah. Dengan demikian, kurban-kurban itu telah menunjuk kepada Yesus, yang adalah Anak Domba yang melenyapkan dosa dunia.
Di dalam Kitab Ibrani, aturan-aturan tentang Bait Allah dan kurban-kurban di dalam PL (secara khusus aturan-aturan untuk Hari Raya Pendamaian, Im 16) dibandingkan dengan pekerjaan Yesus Kristus. Konklusinya adalah semua kebiasaan-kebiasaan PL merujuk kepada Yesus dan pekerjaan penebusan-Nya.
c. Arti rohani aturan-aturan tentang makanan menjadi jelas Di dalam Imamat 11, kita membaca aturan-aturan tentang binatang-binatang yang haram dan tidak haram. Di masa PL, umat Allah hanya boleh makan binatang-binatang yang tidak haram. Umpamanya, larangan untuk makan daging babi. Dengan cara itu, bangsa Israel dibedakan dari bangsa-bangsa lain dalam kebiasaan makanannya. Tetapi, setelah Yesus naik ke surga, Petrus menerima perintah di dalam sebuah penglihatan untuk meyembelih binatang yang haram dan memakannya. Di samping itu, Petrus pun mendengar suara yang berkata: ”Apa yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram” (Kis 10:15). Demikian Roh Kudus ingin menjelaskan kepada Petrus bahwa pemisahan Israel dengan bangsabangsa kafir diakhiri dalam Yesus Kristus. Keselamatan dikerjakan Yesus untuk semua bangsa. Perbedaan haram-tidak haram di dalam PB diletakkan pada tingkat rohani yang lebih mendalam. Tidak penting lagi perbedaan itu dilihat secara lahiriah (dengan apa yg boleh atau tidak boleh dimakan), tetapi secara rohani: apakah Anda menyerahkan diri Anda dibersihkan dan dikuduskan oleh Yesus dan Roh-Nya, ataukah Anda tetap hidup dalam dosa?
d. Lebih mandiri, lebih radikal Karena Yesus menggenapi hukum Taurat, itu juga berarti bahwa orang percaya pada zaman PB lebih bertanggung jawab untuk memberi seluruh hatinya kepada Yesus dan tidak kandas dalam melakukan aturan-aturan saja. Itulah sebabnya, petunjuk-petunjuk yang konkret (msl, di bidang etis) hampir tidak terdapat dalam PB. Sebuah contoh yang jelas adalah hal persepuluhan. PL merumuskannya sebagai perintah yang jelas, persis berapa banyak yang harus diberikan untuk ibadah Tuhan. Persepuluh dari segala hasil panen adalah untuk Dia. Di dalam PB hal itu lebih bebas. Orang dianjurkan untuk memberi menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan (lih 2Kor 9:7). Pada saat yang sama petunjuk PB berbunyi lebih radikal: tidak seorang pun yang dapat menjadi murid Yesus, jika ia tidak bersiap untuk memberikan semua hartanya untuk Kerajaan Allah (lih Luk 18:22).
e. Semuanya mengacu kepada Kristus Di dalam Kolose 2:16-17 Paulus menulis: ”Karena itu, jangan biarkan orang menghakimi kamu mengenai makanan dan mi numan atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat; semuanya ini hanya lah bayangan dari apa yang harus datang, sedangkan wujudnya ialah Kristus”. Semua aturan-aturan untuk makanan, kurban, yang berkaitan dengan hari-hari raya dan semua peraturan yang lain, hanya akan bermakna kalau berhubungan dengan Yesus Kristus. Tanpa Yesus Kristus Anda tidak mengerti arti yang sesungguhnya. Dan itu tidak hanya berlaku untuk aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan. Pada akhirnya, Anda menemukan Yesus Kristus pada tiap halaman Perjanjian Lama:
Demikianlah kita dapat berjalan terus: Ia adalah Batu Karang di padang gurun, yang daripada-Nya semua boleh minum, Ia adalah Manna yang benar dari surga, Ia adalah Nabi yang lebih besar daripada Musa, Imam Besar yang lebih besar daripada Harun, Raja yang lebih besar daripada Daud, dan seterusnya.
Perbedaan antara PB dan PL adalah masalah ”kurang-lebih”. Di dalam PB rencana penyelamatan Allah muncul lebih jelas daripada di dalam PL. Banyak hal yang hanya merupakan bayangan di dalam PL muncul secara nyata di dalam PB. Di dalam PB sejarah penyataan Allah memasuki sebuah fase yang baru. Di dalam Yesus Kristus menjadi jelas seluruh maksud dan kehendak Allah. Tanpa terang PB kita tidak dapat mengerti dan menjelaskan PL. Kedatangan Yesus memang harus dime ngerti sebagai puncak penyataan Allah, sebagai penggenap PL, sebagai titik-tolak PB, dan tentu, sebagai inti sejarah dunia.
Apakah yang membedakan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru―dan apa yang tidak?
Jadi, ada perbedaan yang jelas antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, tetapi keduanya sama sekali tidak saling berlawanan. Walaupun demikian, sering orang mengkonstruksikan suatu pertentangan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Untuk itu, saya menyebutkan tiga contoh.
a. Penghakiman versus kasih
Ada yang mengatakan: PL adalah sekumpulan kitab yang berisi penghakiman, kebencian, dan perang. Sebaliknya, PB adalah sekumpulan kitab yang berisi kasih dan pengampunan. Pernya taan itu tidak benar. Sebab di dalam PL kita banyak membaca tentang kasih Allah kepada umat-Nya (lih msl Ul 6:5; Im 19:17-18; Yeh 16:1-14). Karena kasih karunia yang murni, Allah telah membebaskan umatNya dan mengadakan perjanjian de ngan mereka, sementara Allah begitu sabar dengan kesalahan dan ketidaksetiaan mereka. Begitu pula hal penghakiman di dalam PB. Kita sering membaca tentang penghakiman Allah di dalam PB (lih msl Ibr 12:25-29). Allah kita adalah api yang menghanguskan. Mereka yang menolak kasih Allah, akan menemukan hukuman dan penghakiman-Nya; pada hakikatnya PL dan PB sama mengenai penghakiman dan kasih Allah.
b. Hukum versus Injil
Orang lain mengatakan: di dalam PL orang harus mematuhi hukum Allah untuk diselamatkan, di dalam PB yang dipentingkan adalah iman kepada pengorbanan Yesus. Menurut mereka, untung sekali ”hukum” PL diganti dengan ”Injil” PB. Tetapi, itu juga sebuah per bandingan yang salah. Di dalam PL juga sudah jelas bahwa bangsa Israel bergantung pada pendamaian (dan kurban-kurban yg diadakannya) karena manusia tidak mam pu memenuhi peraturan Allah dengan segala kelakuannya. Dan di dalam PB ”hukum” bukanlah hal yang sudah tidak penting lagi. Inti hukum Allah ada lah mengasihi Allah di atas semuanya dan mengasihi sesama seper ti mengasihi diri sendiri. Dengan menggantikan kita, Yesus telah memenuhi hukum Allah seluruhnya. Kemudian, Roh Kudus diberikan
Nya kepada kita untuk hidup baru, artinya makin lebih sesuai kehendak Allah, dalam suatu kehidupan yang dikuduskan tiap hari.
c. Lahiriah versus rohaniah
Sesuai penalaran lain lagi, ada yang berkata bahwa, ”hakikat perjanjian” dalam PL sangat berbeda dengan ”perjanjian” Allah dalam PB. Di dalam PL, perjanjian lebih bersifat lahiriah: melalui kelahiran orang menjadi anak Allah dan menjadi warga suatu bangsa lahiriah, Israel; janji berisi hal-hal lahiriah, seperti tanah duniawi yang konkret, Kanaan. Sedangkan dalam PB, perjanjian Allah lebih bersifat rohaniah: untuk menjadi warga Kerajaan Allah, orang harus ”percaya” dengan mengambil keputusan untuk ”mengikut Yesus” dan dilahirkan kembali untuk menjadi ”anak Allah”. Dengan demikian, mereka menjadi anggota suatu umat rohani dan mereka mengharapkan janji-janji rohaniah tentang ”pengampunan dosa” dan ”kehidupan kekal”. Penalaran itu menghasilkan dua perjanjian yang berbeda secara total. Perjanjian Lama dengan bangsa Israel, dan Perjanjian Baru dengan gereja. Tetapi, Alkitab tidak mengenal perbedaan itu.
Abraham disebut ”bapa semua orang percaya” (lih Rm 4:11; Gal 3); janji-janji mengenai tanah dan Kota Yerusalem juga dalam PB bersifat lahiriah, sebab akan digenapi pada bumi yang baru dan di dalam Yerusalem yang baru (lih Ibr 11:10; Why 21–22). Di dalam PL, ”iman” adalah hal yang paling penting dalam berelasi dengan Allah (lih Rm 4:11) dan juga di dalam PB, Allah masih terus bekerja melalui keturunan lahiriah (lih Kis 2:39). Pembicaraan Alkitab tentang sebuah perjanjian ”yang baru”, tidak merujuk suatu perjanjian yang secara total berbeda, tetapi bahwa Allah memulai suatu fase yang baru dalam perjanjian-Nya yang hakikatnya tetap sama. Istilah-istilah ”surga yang baru” dan ”bumi yang baru” juga tidak bermakna suatu penciptaan yang lain secara total. ”Penciptaan baru” berarti pemulihan segala sesuatu yang sudah ada dari awal dunia. Fase berikut dalam sejarah perjanjian Allah untuk menye lamatkan dunia.
Nama Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
Ketika PB menunjuk pada PL, penulis tidak memakai kata-kata ”PL”, tetapi:
Nama ”PL” dan ”PB” dijabarkan dari 2 Korintus 3:6, 14. Di sana Paulus berbicara tentang periode perjanjian yang lama dan yang baru. Terjemahan Baru (TB) memakai ”perjanjian baru” dan ”perjanjian lama”. Di dalam
terjemahan Inggris yang disebut King James Version (1611) kita membaca kata-kata ”New Testament” dan ”Old Testament”. PL dicirikan dengan perjanjian (= testament) yang Allah tetapkan dengan umat-Nya, Israel, di atas Gunung Sinai. PB dicirikan dengan pekerjaan Yesus Kristus. Yesus yang menggenapi ”perjanjian Sinaitis”. Yesus tidak meniadakan perjanjian itu, Dia memperbaruinya. Inti perjanjian tetap sama, tetapi di fase yang berbeda menjadi fase yang lama dan fase yang baru.
Empat orang yang berbeda, Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes telah menulis penuturan mereka mengenai kehidupan Yesus di bumi, yaitu kedatangan, pekerjaan dan perkataan-Nya, kematian dan kebangkitan-Nya. Siapa pun yang memahami PL, akan mengetahui bahwa Kitab Ulangan melingkupi sejarah yang juga sudah diceritakan Kitab Keluaran–Bilangan. Kitab Tawarikh juga membahas periode yang sama seperti Kitab Samuel dan Kitab Raja-raja. Tetapi, tetaplah lebih menonjol bahwa kita memiliki empat Kitab Injil yang semuanya menceritakan periode yang sama. Mengapa? Kita tidak mengetahui jawabannya. Apakah yang dimaksudkan Allah adalah untuk menekankan kepentingan isinya saja? Allah telah memutuskan untuk memberikan empat laporan kepada kita tentang perkataan dan perbuatan Yesus, yang ditulis oleh empat saksi yang berbeda.
Keempat Injil yang tepercaya
Empat penulis yang berbeda telah menulis empat kisah kehidupan Yesus di bumi. Cerita mereka memperlihatkan banyak kesamaan. Itu persis yang diharapkan karena para penulis keempat Injil itu mempresentasikan diri sebagai penutur yang dapat diandalkan dan yang didasarkan pada apa yang telah mereka lihat dan dengar sebagai saksi (Matius dan Yohanes adalah murid, Markus telah mendengar semuanya dari Petrus, dan Lukas mendasarkan Injilnya pada penelitian saksama tentang semua yang dilakukan dan dikatakan Yesus [lih Luk 1:1-4]).
Sebuah kisah tentang seorang manusia yang bangkit dari kematian memang sulit dipercayai orang. Hal itu sudah jelas dari penuturan Injilinjil. Meskipun Yesus sendiri memberitahukan kebangkitan-Nya secara berulang-ulang, tidak seorang pun yang menantikannya. Tetapi, yang lebih sulit untuk dipercaya adalah dengan mengatakan bahwa (ide) semua kisah itu dibuat-buat dan hanya bersifat fantasi belaka. Alasannya, ide kebangkitan dari kematian sama sekali tidak cocok dengan pandangan dunia dan ajaran Yudaisme pada waktu itu. Sebagian dari kaum Yahudi percaya bahwa kebangkitan dari kematian akan terjadi pada akhir zaman. Dengan demikian, pernyataan Yesus bahwa Dia memiliki kuasa ilahi dan akan bangkit dari kematian menjadi mustahil bagi kaum Yahudi, dan itu menuntut perubahan total dalam alam pikiran Yahudi. Akibatnya, ide itu (cerita tentang kebangkitan Yesus dari kematian, mereka telah rancangkan) tidak mungkin. Lagi pula, murid-murid Yesus yang pertama menderita penganiayaan yang hebat (sampai kematian mereka) untuk memberitakan kisah itu pada dunia. Untuk apa, jika cerita itu hanya direka-reka saja? Atau, siapa yang akan percaya pada suatu kisah yang mustahil itu, jika hanya satu orang yang menceritakannya? Kisah mengenai kebangkitan Yesus dari kematian didukung oleh begitu banyak saksi mata.
Keandalan Kitab-kitab Injil didukung oleh naskah-naskah autentik dalam jumlah yang banyak dan umur naskah-naskah itu sangat tua. Sebuah cerita yang direka-reka tidak pernah akan tersebar begitu cepat dan begitu luas. Perhatikan skema berikut yang memuat naskah-naskah kuno dan paskah PB.
Naskah | Ditulis pada tahun |
Yang paling tua muncul pada tahun |
Jumlah tahun setelah penulisan |
Jumlah naskah yang ditemukan |
---|---|---|---|---|
Herodotus, Sejarah-sejarah | 488–428 s M |
900 | 1.300 | 8 |
Tacitus, Annales | 100 | 1100 | 1.000 | 20 |
Caesar, Perang-perang Galia | 58–50 s M |
900 | 950 | 10 |
Perjanjian Baru | 40–100 M | 130 (menjadi kanon pada tahun 350) |
300 | 5.000 bh Yunani, 10.000 bh Latin, 9.300 bh lain |
(skema dari F.F. Bruce; yang diambil melalui N. Gumbel, Sebuah masalah dari kehidupan)
Bahwa Julius Caesar sekitar 50 tahun SM menyeberangi Sungai Rubicon untuk menyerang dan menjajah Galia, memang disebutkan dalam banyak buku-buku sejarah sebagai fakta historis. Sumber yang membuktikan hal itu adalah naskah-naskah yang ditemukan di dalam buku-buku Caesar. Bahwa Yesus Kristus bangkit dari kematian sekitar tahun 30 Masehi, biasanya tidak disebutkan di dalam buku-buku sejarah. Walaupun demikian, ada berbagai penulis yang menulis mengenai hal itu dan ada banyak sekali naskah dari tulisan-tulisan mereka yang ditemukan. Kalau begitu, mengapa kebangkitan Yesus tidak diterima secara umum sebagai fakta sejarah? Karena lebih gampang bagi manusia untuk mengesampingkan bukti-bukti itu daripada menerima sesuatu yang mengubah seluruh pandangan dan kehidupan mereka.
Bukan biografi biasa
Banyak tokoh terkenal di dunia menyusun sebuah biografi yang memaparkan sejarah kehidupan mereka. Pada hakikatnya kita tidak bisa menyebut kitab-kitab Injil sebagai biografi Yesus. Perbandingan sejarah Yesus dengan biografi-biografi biasa memperlihatkan suatu perbedaan yang mencolok. Dalam kitab-kitab Injil tidak ada banyak informasi tentang kelahiran Yesus (hanya pada Injil Lukas dan Injil Matius) dan hampir sama sekali tidak ada informasi tentang masa muda Yesus (hanya pada Luk 2:40-52). Semua penulis Injil menceritakan tentang masa tiga tahun yang dimulai dengan pembaptisan Yesus. Dan di mana biografi-biografi biasa menceritakan secara singkat tentang kematian tokoh utama dalam pasal terakhir, keempat Injil menceritakan secara luas tentang kematian Yesus. Bagian yang paling besar dari keempat Injil menuturkan hanya beberapa hari saja dari kehidupan Yesus, yaitu mengenai penderitaan, kematian, dan kebangkitan Yesus. Hal itu bisa dilihat dalam skema berikut:
Kelahiran dan masa remaja Yesus, sampai permulaan pelayanan- Nya |
Pelayanan Yesus, mulai dari baptisan di Sungai Yordan sampai hari kematian-Nya |
Perjamuan malam terakhir, pengkhianatan, kematian, dan kebangkitan-Nya pada tahun |
---|---|---|
30 tahun | 3 tahun | 3 hari |
Matius 1-2 Markus (tidak ada) Lukas 1-2 Yohanes 1:1-18 |
Matius 3-25 Markus 1-13 Lukas 3-21 Yohanes 1:19-12 |
Matius 26-28 Markus 14-16 Lukas 22-24 Yohanes 13-21 |
5 % | 59 % | 36 % |
Dengan begitu, menjadi jelas bahwa kita tidak dapat memahami Yesus, jika kita hanya melihat Dia sebagai teladan yang baik, atau jika kita ha nya melihat Dia sebagai Peng khotbah besar, atau pembuat muk jizat yang hebat. Untuk mengerti kehidupan Yesus, kita harus tahu bahwa Dia datang ke dunia untuk mati di kayu salib, kemudian bangkit dari kematian-Nya.
Bagian akhir kitab-kitab Injil berbeda dengan bagian akhir sebuah biografi atau riwayat hidup manusia biasa. Keempat penulis Injil membuat kita merasakan bahwa cerita Yesus tidak berakhir, tetapi hanya memasuki fase yang lain. Injil Matius dan Injil Markus diakhiri dengan perintah pekabaran Injil. Para murid diutus ke dalam dunia untuk memberitakan Kabar Baik dan Yesus menyertai mereka (lih Mat 28:19-20; Mrk 16:20). Injil Lukas diakhiri de ngan pemberitahuan bahwa setelah kenaikan Yesus ke surga, murid-murid Yesus pergi ke Yerusalem; mereka selalu berada di dalam Bait Allah dan memuliakan Allah. Lukas juga me nulis Kitab Kisah Para Rasul. Lukas menceritakan dalam pasal pertama bahwa para murid, setelah kenaikan Yesus ke surga, meneri ma Roh Kudus sehingga mereka dapat melakukan pekerjaan mereka: memberitakan Injil sampai ke ujung dunia. Yohanes memperlihatkan tujuannya pada akhir Injilnya: ”supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya karena percaya, kamu memperoleh hidup dalam nama-Nya”. Dalam pasal terakhir Yohanes menceritakan bahwa Yesus menerima kembali murid-Nya, Petrus (yang telah menyangkal Dia), sebagai rasul dan memberikan kepada Petrus tugas untuk masa depan. Jadi, tiap kitab Injil tidak menutup riwayat hidup Yesus, tetapi membuka perspektif ke masa depan.
Keempat Injil menceritakan sejarah yang sama, tetapi tiap penulis bercerita dari sudut pandangnya dan dengan tujuannya sendiri. Pada bab 1 dan 2 kita akan melihat ciri-ciri khas tiap Injil. Kita akan memperhatikan terlebih dahulu sesuatu yang lain. Jika kita memban dingkan Injil yang satu dengan yang lain secara mencolok akan tampak bahwa ketiga Injil yang pertama―Matius, Markus, dan Lukas―memiliki kesamaan yang jelas. Jika kita memandang ketiga Injil pertama secara berdam pingan (sun-optiko dari syn = bersama, dan opsis = melihat), maka dalam sekejap akan terlihat bahwa penuturan mereka hampir berjalan sejajar. Oleh karena itu, ketiga Injil itu disebut ”Injil-injil sinoptik”. Injil Yohanes menceritakan sejarah Yesus dengan cara berbeda. Yohanes me nulis Injilnya puluhan tahun setelah Injil-injil sinoptik ditulis. Ia mengenal isi Injil-injil yang lain dan ingin memberikan tambahan dalam Injilnya sendiri. Beberapa kali Yohanes mengarahkan perhatian pada peristiwa-peristiwa yang tidak diceritakan oleh ketiga penulis Injil yang lain.
Berikut diberikan ikhtisar pembagian dan perbandingan bahan cerita masing-masing Injil. Di dalamnya terlihat secara langsung bahwa pilihan cerita dalam Injil Yohanes sangat berbeda dari ketiga Injil yang lain.
Siapakah Yesus?
Apakah Yesus adalah Penyelamat yang dijanjikan itu? Dapatkah Yesus memperbaiki apa yang telah rusak karena dosa manusia? Akankah Yesus sungguh-sungguh meremukkan kepala ular? Pertanyaan-perta nyaan seperti itu memang sangat penting; di dalam Injil-injil kita membaca bahwa Yesus telah memberikan jawaban tegas dan jelas. Yesus berkata bahwa hanya melalui Dia manusia bisa memulihkan hubungan dengan Allah. Dialah jalan kepada Allah (lih Yoh 14:6). Yesus berkata:
Yesus berkata: jika kamu ingin mengetahui siapakah Allah, maka lihatlah Aku (lih Yoh 14:9; bnd 1:18). Pada suatu hari Yesus berkata kepada seorang lumpuh: ”Hai anak-Ku, dosa-dosamu sudah diampuni” (Mrk 2:5). Dengan demikian, Yesus memperlihatkan bahwa dosa adalah masalah yang lebih besar daripada penyakit, dan Yesus mempunyai otoritas untuk mengampuni dosa. Yesus berkata bahwa suatu hari Dia akan kembali dan menghakimi semua manusia. Pada hari itu, Dia akan menentukan tujuan abadi tiap manusia. Pertanyaan yang menentukan tujuan itu (hidup atau mati kekal), bagaimana sikap Anda terhadap Yesus selama hidup Anda (bnd Mat 25:31-46)?
Yesus telah mengatakan bahwa memang Dialah Mesias yang dijan jikan (lih Mat 16:13-17; Mrk 14:61-64). Tambahan pula, Yesus telah menya takan bahwa Dia sendiri adalah Allah (lih Yoh 10:30-33; 20:28-29). Jika seseorang membicarakan sesuatu tentang dirinya sendiri yang sangat ekstrem seperti itu, tentu hanya ada dua kemungkinan yang bisa terjadi. Pertama, orang itu sedang membicarakan kebenaran. Kedua, orang itu gila. Yang kedua tidak mungkin bagi Yesus. Tetapi, Yesus tidak semata membi carakan bahwa Dia lah Allah, Yesus juga memperlihatkan dengan banyak perbuatan dan mukjizat bahwa apa yang dikatakan-Nya itu benar. Yesus telah melakukan tanda-tanda ajaib yang besar untuk membuktikan bahwa ”Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa” (Yoh 10:37-38). Yesus memperlihatkan bahwa Dia memiliki sifat yang sama seperti Bapa, yaitu penuh cinta dan belas kasihan. Yesus membuktikan bahwa Dia adalah Mesias yang dijanjikan, yang telah menggenapi semua nubuat PL (lih Luk 24:25-27). Tetapi, bukti yang paling besar adalah Dia telah mengalahkan kuasa Iblis dan kematian, yaitu melalui kematian
Nya di kayu salib dan kebangkitan-Nya.
Kenyataan itu, yakni kemenangan Yesus atas Iblis dan dosa, adalah pesan yang paling penting dalam keempat Injil. Kematian Yesus bukanlah sebuah kecelakaan yang tragis. Yesus tidak menjadi korban kebencian para pemimpin Yahudi. Tidak. Yesus telah memilih sendiri untuk mati di atas kayu salib (lih Mat 26:39; Yoh 10:18; Flp 2:8). Dan Yesus juga telah memi lih waktu kematian-Nya. Ketika hari itu sudah dekat, secara mantap Dia pergi ke Yerusalem (lih Luk 9:51). Dia telah memilih untuk mati tepat pada Hari Raya Paskah; dengan demikian, Yesus memperlihatkan bahwa Dialah Anak Domba Allah yang melenyapkan dosa manusia.
Asal-usul semua masalah dan penderitaan adalah dosa. Dosa berarti kita mengadakan perjanjian dengan Iblis. Oleh karena dosa, manusia layak menerima murka Allah. Alkitab mengatakan bahwa upah dosa ialah maut, kematian kekal, (lih Rm 6:23). Satu-satunya hal yang benar adalah upah kita, yaitu hidup dalam neraka. Adakah jalan keluar untuk itu? Yang jelas, manusia tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri. Coba bandingkan dengan sejarah PL! Oleh karena itulah Yesus datang ke dunia. Allah menjadi manusia untuk menanggung hu kuman yang harus diterima manusia. Di atas kayu salib, Yesus menanggung seluruh murka Allah oleh karena dosa-dosa kita; di sana Bapa-Nya me ninggalkan Dia ketika Yesus berseru, ”Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Mat 27:46).
Paulus menulis tentang hal itu, ”Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah” (2Kor 5:21). Dengan demikian, Iblis telah kehilangan segala kuasanya. Tiap orang yang masih berbuat dosa adalah milik Iblis, tetapi melalui karya Yesus itu ada pengampunan bagi tiap orang yang percaya kepada Yesus. Dengan begitu, Yesus merintis jalan kita untuk dapat kembali kepada Allah. Maut telah hilang kuasanya. Siapa yang percaya kepada Yesus, baginya kematian menjadi pintu menuju pada kehidupan yang lebih baik (lih Yoh 11:24-25; 1Kor 15:54-57). Kebangkitan Yesus memperlihatkan bahwa sesungguhnya kematian tidak berkuasa lagi. Di kemudian hari, Paulus menulis tentang hal itu bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal (lih 1Kor 15:20). Itu berarti bahwa tiap orang yang percaya kepada Yesus juga akan bangkit dari kematian dan akan menerima kehidupan kekal dari Allah (lih Yoh 5:24-27; 6:4-7). Itulah inti pesan historisitas Yesus. Yesus akan me remukkan kepala Iblis dan membebaskan keturunan perempuan dari musuhnya yang terbesar (lih Kej 3:15). Pada akhirnya Dia sungguhsungguh datang ke dunia dan menyelesaikan pekerjaan-Nya itu.
1. Mengulang secara singkat pokok Alkitab
Bayangkanlah Anda bertemu seseorang yang sama sekali tidak mengenal Alkitab dan Anda ingin menceritakan secara singkat inti dari Alkitab. Apakah yang akan Anda katakan? Bentuklah kelom pok-kelompok kecil beranggotakan dua orang dan praktikkanlah itu. Setelah selesai, simpulkanlah apa yang baik dan apa yang tidak. Salah seorang dapat membuat tinjauan atas percakapan kedua orang itu agar hasilnya lebih baik. Bagikanlah pengalaman itu satu dengan yang lain.
2. Bagaimana Anda membaca Perjanjian Baru?
Diskusikanlah pengalaman Anda dengan membaca Perjanjian Baru di dalam kelompok-kelompok kecil.
3. Susunlah dalam urutan
Gunakanlah permainan mengenai Kanon Alkitab (lih lampiran literatur dan kursus), 20 kartu tentang kitab-kitab PB. Letakkanlah kartu-kartu itu pada urutan yang benar. Jika Anda menyusun kartu-kartu itu dengan beberapa kelompok, Anda perlu mengadakan perlombaan siapakah yang pertama meletakkan tiap kartu pada urutannya. Jika Anda tidak mempunyai permainan seperti yang disebutkan, Anda dapat membuat kartukartu sendiri seperti kartu itu tentang peristiwa-peristiwa dari Injil-injil dan Kisah Para Rasul. Diskusikanlah hasil latihan tersebut. Kartu-kartu manakah yang sulit? Periode manakah yang paling banyak menimbulkan masalah? Apakah PB begitu terkenal, atau sebaliknya?
4. Hubungan dengan Perjanjian Lama
Gantunglah 3 poster yang besar dengan judul berikut:
1. Kutipan dari PL di dalam PB
2. Hukum dan kebiasaan yang digenapi oleh Yesus
3. Yesus adalah ... yang benar
Pada poster 2 tulislah contoh-contoh dari semua hal di dalam PL yang telah digenapi oleh Yesus bersama dengan apa yang membentuk isi penggenapan itu. Contoh: Imamat 16, kambing jantan dibawa ke luar perkemahan → Yesus telah disalibkan di luar kota untuk menebus dosa kita.
Pada poster 3 tulislah nama-nama orang PL yang dalam kehi dupannya mirip dengan kisah Yesus. Misalnya, Yusuf. Semua orang harus berlutut di hadapannya untuk menyembahnya. Dan hanya pada Yusuf ada makanan, baik untuk saudara-saudaranya maupun untuk semua bangsa.
Amatilah poster-poster itu dan tulislah sebanyak mungkin. Kerjakanlah tugas itu dalam kelompok-kelompok kecil. Pada akhirnya diskusikanlah hasilnya bersama-sama.
5. Siapakah Yesus?
Letakkanlah di atas meja selembar kertas besar. Tulislah dengan huruf kapital di tengah kertas itu nama ”Yesus”. Duduklah mengelilingi meja itu dan tulislah sebanyak mungkin nama, gelar, dan simbol yang menurut Anda berhubungan dengan Yesus (msl Kristus, bintang pagi, air kehidupan, perantara, roti hidup). Terangkanlah apa yang Anda tulis.
Akhiri sesi ini dengan berdoa bersama-sama dan memuji Yesus sehubungan dengan keberadaan-Nya.
1. ”Alkitab adalah sebuah buku dengan struktur yang jelas, Tokoh utama yang jelas dan pesan yang jelas”. Apakah Anda setuju dengan pernyataan tersebut? Apakah arti pernyataan itu berkaitan dengan cara kita membaca Alkitab menurut tujuannya?
2. Manakah bagian PB yang paling bagus bagi Anda? Mengapa?
3. Uraikanlah bagaimana Anda memahami hubungan antara PL dan PB, serta bahaslah itu bersama-sama.
4. ”PB lebih radikal dibandingkan dengan PL”. Setujukah Anda dengan rumusan itu? Dapatkah Anda memberikan contoh untuk membenarkan ungkapan itu?
5. Kata Pengantar buku ini memakai kuncup dan mahkota bunga sebagai kiasan untuk menerangkan hubungan antara PL dan PB. Apakah Anda mengerti dengan perbandingan tersebut dan dapatkah Anda menerangkannya dengan contoh-contoh yang jelas?
6. Apakah Anda mempunyai Injil favorit? Jika ya, Injil yang mana? Mengapa?
7. Jika seseorang berkata kepada Anda: ”Yesus telah bangkit dari kematian―hal itu tidak lain dari sebuah mitos yang bagus. Lihat saja, ada banyak cerita lain yang sama seperti itu”. Apa respons Anda?
8. Bagi Anda, siapakah Yesus itu? Rumuskanlah hal itu sebagai sebuah kesaksian pribadi yang singkat.
9. Apa alasan Anda untuk membaca buku ini? Apa yang Anda ingin pelajari?
Persiapan masuk ke bab 1
Maksud buku ini, yaitu untuk membantu dalam membaca Perjanjian Baru. Jadi, penting untuk tidak hanya membaca buku ini, tetapi juga bagian-bagian Alkitab yang dibahasnya. Silakan membaca bagian-bagian Alkitab berikut sebelum Anda membaca bab selanjutnya.
|
|
Saran
Bacalah Injil Markus secara menyeluruh, tanpa berhenti. Tentu Anda akan keheranan dengan kecepatan alur cerita yang mencirikan Injil Markus. Anda juga akan mendapatkan cara pandang yang lebih baik atas hubung an-hubungannya yang mendalam. Kemungkinan yang lain adalah keinginan mendengarkan keseluruhan Injil Markus sekaligus. Tentu seseorang bisa membacakan Injil Markus bagi orang lain.