Buku ini membicarakan beberapa pokok penting mengenai Allah yang hidup. Allah kita kenal terutama dari firman-Nya, juga dari pergaulan-Nya dengan kita, umat-Nya, dan dari perbuatan-Nya, yaitu penciptaan, pemeliharaan, dan keselamatan-Nya. Firman-Nya itu kita temui dalam Kitab-kitab Suci, yang juga disebut Alkitab. Alkitab itu sungguh-sungguh firman Allah yang memang dihitamatasputihkan oleh berbagai orang, tetapi dalam penulisannya mereka diilhamkan oleh Roh Allah sendiri (2Tim. 3:16; 2Ptr. 1:20-21).
Dengan demikian Allah memperkenal kan diri-Nya sendiri kepada kita, manusia. Disampaikankan-Nya nama pribadi-Nya yang luar biasa ”Aku adalah Aku” (Kel. 3:14; 20:1) dan banyak nama lain yang masing-masing menjelaskan posisi-Nya (Bapa, Anak, Roh) atau sebagian sifat-Nya (Yang Mahabaik, Yang Mahakuasa, Yang Mahamurah, Raja, Tuhan, Gembala). Selain itu, Dia memberitahukan kehendak-Nya dengan menetapkan hukum dan aturan, dan Dia menyatakan rencana-Nya dengan memberikan janji dan nubuat serta pemenuhannya. Apalagi, Dia mengumumkan segala perbuatanNya selama sejarah dunia. Dari firman-Nya kita tahu bahwa pemeliharaan dan keselamatan yang kita peroleh, semata-mata berasal dari Dia.
Yang mencolok di dalam semuanya itu adalah tugas, posisi, dan tanggung jawab, yang Allah percayakan kepada kita, manusia. Manusia diciptakan Allah sebagai gambar dan rupa-Nya, dan dilibatkan-Nya dalam pelaksanaan kehendak dan rencana-Nya itu. Manusia secara khusus dijadikan-Nya mitra Allah, bahkan diberi posisi sebagai anak Allah, yang boleh berkuasa atas seluruh alam semesta dan mengelolanya atas nama Bapa dan demi kemuliaanNya. Karena manusia memberontak melawan Allah, ”kerja sama” itu rusak total, tetapi sungguh luar biasa Allah memulihkan semuanya dengan menyatakan dan memenuhi rencana keselamatan dunia: Dia membuat AnakNya yang tunggal menjadi manusia Yesus Kristus dan menuntaskan hutang dosa. Selesai tugas itu (Yoh. 19:30), Dia pulang kepada Bapa, menjadi Raja yang mempunyai segala kuasa di langit dan di bumi. Dia yang mengumpulkan umat Tuhan yang baru, dan membawa mereka pulang kepada Bapa surgawi. Sebagai pengikut-Nya, kita kembali terlibat dalam realisasi rencana Allah itu, sambil dikuatkan untuk itu oleh Roh-Nya yang Kudus. Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah jalan dan pintu menuju Kerajaan Allah (Yoh. 14:6; 10:7), yang akan terwujud di langit dan bumi baru, pada hari kesudahan segalagalanya sudah sampai. Segala puji-pujian bagi Dia yang kita kenal sebagai Allah Tritunggal Bapa dan Anak dan Roh Kudus!
Untuk orang Kristen tertentu pengertian ”ajaran” atau ”doktrin” dan juga kata-kata yang berkaitan secara langsung (seperti dogma, dogmatik, teologi) dan tidak langsung (seperti ilmu, metode, analisis, sistem) mempunyai bunyi negatif. Penelitian Alkitab yang metodis dan peringkasannya dalam sejumlah pokok ajaran mereka anggap sebagai hal akal (rasional, kognitif) yang tidak sesuai dengan kespontanan iman. Menurut mereka iman adalah keyakinan rohani atau hal perasaan (afektif) yang bertentangan dengan pemikiran atau analisis. Tetapi iman, yang memang bersumber dari Roh Allah, sama sekali tidak mengecualikan penggunaan akal. Baik penghayatan iman maupun pemikirannya, adalah hal-hal yang wajar saja. Untuk dapat memahami firman Allah kita membutuhkan akal. Sama halnya untuk kita menerapkan firman itu dalam hidup iman sehari-hari. Allah menciptakan manusia seutuhnya.
Selain itu, yang dimaksudkan dengan ”ajaran” bukanlah daftar ketetapan atau pendapat mutlak, yang diwajibkan kepada kita secara otoriter (walau kadang memang terjadi sedemikian, tetapi radikalisme seperti itu tidak benar), melainkan penelitian kekayaan seluruh penyataan Allah, yang bersatu sekaligus beraneka ragam, dengan bersikap rendah hati, sambil menyadari bahwa kita semua sangat terbatas.
Mengenai Allah, apa yang tidak (mungkin) kita pahami jauh lebih banyak dari yang kita ketahui (bnd. Ul. 29:29). Namun, di sisi lainnya, isi firman-Nya cukup jelas, sehingga kita tidak dapat mengatakan bahwa semuanya tidak pasti, atau bahkan tidak dapat diketahui. Itu pun pandangan yang tidak tepat. Ajaran iman yang diambil dari Alkitab khususnya bermanfaat untuk menghindari kita berfantasi atau menyalahtafsirkan firman Allah. Jadi, meneliti Kitab Suci secara metodis, sistematis, dan teratur adalah baik, asal saja pemikiran kita tetap sesuai dengan firman Allah itu sendiri (bnd. dokumen-dokumen pengakuan iman). Itulah norma mutlak untuk para teolog yang sudah sejak awal memeriksa ajaran Alkitab.
Teologi adalah ilmu yang meneliti Allah seperti (juga: sejauh) Dia dapat dikenal dari firman dan perbuatan-Nya. Teologi menganalisis garis merah, kesatuan, dan inti-inti firman Allah, dan memeriksa perbuatan-perbuatanNya bersama hasilnya. Teologi juga memerhatikan dampak firman dan perbuatan Allah untuk perkembangan dan situasi dunia konkret, khususnya kehidupan manusia. Selanjutnya teologi mempertimbang kan serta menilai pandangan-pandangan orang yang muncul selama sejarah, sambil mengiyakan yang tampak benar, dan menentang yang ternyata tidak sesuai dengan firman Allah. Dengan demikian, sama seperti hermeneutika dan penafsiran Alkitab mencari arti setiap bagian Kitab Suci dalam kesatuan dan keseluruhannya, demikian teologi dan dogmatologi secara khusus memandang bagian-bagian Alkitab dari kesatuan dan keseluruhannya (kalau penafsiran disebut hati teologi, dogmatik tepat dianggap sebagai tulang punggungnya).
Buku Berteologi Abad XXI ini bukan buku pegangan teologi yang pertama, dan pastinya bukan buku pegangan yang terakhir pula. Kenyataannya, buku ini berdiri dalam tradisi yang sangat lama. Sudah sejak awal, banyak orang beriman meneliti Kitab Suci dengan rinci, masing-masing pada zamannya dan di tempatnya sendiri. Perkembangan-perkembangan dari awal sampai sekarang itu membentuk ilmu teologi yang nyata, sekaligus berwarna-warni. Dalam seluruh keberlangsungan pemikiran Kitab Suci secara metodis dari zaman ke zaman dan di mana-mana itu, buku ini terbit pada awal Abad XXI di Indonesia.
Sudah tentu, buku ini tidak membahas atau bahkan menilai segala pemikiran yang sudah muncul di masa lalu. Sebenarnya, buku ini hanya menghidangkan pembahasan ringkas pokok-pokok utama ajaran iman Kristen. Hanya garis-baris besar ajaran Kitab Suci yang diberi perhatian secara tetis dan eksplikatif. Ditarik garis-garis hubungan untuk menunjukkan kesatuan keberadaan dan pekerjaan Allah.
Seperti setiap buku dan bahkan pendapat orang, buku ini pun bertitik tolak dari prasangka-prasangka tertentu, yakni bahwa penyataan dan perbuatan Allah merupakan kesatuan (yang satu berhubung dengan yang lain), dan bahwa Alkitab benar-benar adalah firman Allah. Buku ini berdiri dalam tradisi Reformasi Gereja Abad XVI, yang kembali ke Kitab Suci sendiri dengan mengutamakan bahwa hidup manusia hanya terjamin oleh anugerah, iman, dan Kitab Suci atau singkatnya oleh Yesus Kristus sebagai Juruselamat dunia tetapi juga terbuka untuk keadaan masa kini (Abad XXI) dan untuk situasi konteks setempat (Indonesia). Berteologi secara reformatoris dan tetis bertujuan untuk langsung menghubungkan firman dan perbuatan Allah dengan iman manusia yang hidup sekarang, dan membuka perspektif untuk keberlangsungan dunia ini menuju kesudahan segala-galanya.
Melihat buku-buku pegangan teologi yang sudah tersedia dalam bahasa Indonesia, entah yang komplet atau ringkas, hampir semuanya merupakan terjemahan buku yang berasal dari luar negeri, misalnya dari Belanda atau Amerika. Buku-buku itu pun sudah lama terbit, sehingga tidak aktual lagi. Apalagi, semua contoh yang diberikan para penulis untuk menjelaskan maksud nya, berasal dari konteks yang sangat berbeda dengan konteks Indonesia. Sudah tentu, terjemahan-terjemahan itu sangat berarti untuk perkembangan teologi reformatoris di dunia, juga di Indonesia, misalnya karya Johanes Calvin, Herman Bavinck, dan Louis Berkhof, tetapi di bidang penerapannya ke masa kini dan konteks setempat kurang memadai.
Kenyataannya, buku ini pun ditulis oleh para penulis yang berasal dari luar Indonesia. Tetapi, mereka telah lama menetap di Indonesia dan melayani gereja-gereja di Indonesia, sehingga mereka mengenal bahasa, keadaan, dan konteks setempat. Buku ini langsung ditulis dalam bahasa Indonesia, sambil memerhatikan konteks Indonesia. Dalam penulisannya, para penulis dibantu oleh teolog-teolog dan pelayan-pelayan gereja di Indonesia. Walaupun demikian, pemikiran teologi reformasi dalam konteks Indonesia masih perlu dikembangkan lebih lanjut dan lebih dalam lagi, agar teologi-dalam-konteks tidak terjadi di pinggir-pinggir teologi atau dalam praktik iman saja, tetapi juga dalam teologi itu sendiri. Selain memberi ikhtisar ajaran iman Kristen yang berdasarkan Kitab Suci, buku ini ingin membakar semangat kaum Kristen di Indonesia untuk melalui sebuah proses self theologizing, agar gereja Kristus adalah benar-benar umat Kristen yang dalam hidupnya dalam situasi kini dan di sini, sepenuhnya berdasarkan Kitab Suci (Alkitabiah, Reformatoris). Untuk mewujudkannya, teologi bertugas untuk terus-menerus memberi pertanggung jawaban iman yang aktual. Teologi-dalam-konteks selalu memerlukan refleksi kekayaan Alkitab yang rinci dan persis, agar ajaran iman Kristen dan kehidupan Kristen sehari-hari berjalan sejajar. Semua nya ini dalam kesadaran bahwa gereja setempat selalu merupakan bagian Gereja sedunia.
Buku ini lahir dari situasi belajar-mengajar di sekolah teologi dan seminari Alkitab, sehingga secara khusus ditujukan untuk mahasiswa, pendeta, dan pemberita Injil. Namun, bagi pembaca Kristen maupun non-Kristen, yang tidak mengikuti pendidikan teologi tetapi merasa tertarik, buku ini akan sangat bermanfaat.
Buku ini tidak akan dan tidak dapat menyediakan jawaban pada semua pertanyaan yang muncul dalam hati pembaca mengenai isi dan ajaran Kitab Suci. Buku ini bertujuan untuk memperdalam pemahaman pembaca akan kekayaan firman Allah, untuk belajar mengenal Dia dengan lebih baik lagi. Harapan kami adalah man kita bersama-sama benar-benar menyatukan gereja, baik setempat maupun sedunia. Demi kemuliaan nama Allah yang hidup.
”Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan karena kehendak-Mu, semuanya itu ada dan diciptakan” (Why. 4:11).
Awal 2015, Henk Venema