Ketekunan Orang-orang Kudus
Mereka yang oleh Allah, menurut rencana-Nya, dipanggil ke dalam persekutuan dengan Anak-Nya, Tuhan kita Yesus Kristus, dan yang dilahirkan-Nya kembali oleh Roh Kudus itu memang dilepaskan-Nya dari kekuasaan dan perhambaan dosa. Tetapi selama hidup ini, Dia tidak melepaskan mereka sama sekali dari daging dan dari tubuh dosa. ( Yoh. 8:34; Rm. 6:17; Rm. 7:21-24)
Sejak kekal, Allah telah menetapkan rencana-Nya yang berdaulat, yaitu rencana penebusan manusia. Dalam rencana-Nya ini telah tersusun segala sesuatu yang berkaitan dengan penyelamatan manusia, seperti pengutusan Kristus dan kematian-Nya di kayu salib (bdk. Kis. 2:23 ; 4:28; Ef. 3:11). Nama-nama orang pilihan juga termasuk di dalamnya (Rm. 8:28 ; 9:11; Ef. 1:11). Untuk melakukan rencana-Nya, yaitu rencana penebusan manusia, orang-orang pilihan perlu dibimbing ke dalam persekutuan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus. Kata (persekutuan) mengandung arti turut serta, (berbagi). Orang pilihan perlu dibimbing ke dalam persekutuan dengan
Kristus, karena hanya melalui persekutuan itulah orang pilihan akan menerima bagian dalam keselamatan yang telah diperoleh Kristus.
Allah membimbing orang pilihan ke dalam persekutuan dengan Kristus melalui panggilan-Nya dengan ampuh. Paulus mengatakan, Allah, yang memanggil kamu kepada persekutuan dengan Anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia (1Kor. 1:9). Panggilan ini disampaikan melalui pemberitaan Injil (bdk. 2Tes. 2:13-14). Persekutuan atau kerukunan yang kita miliki dalam Kristus bersifat dua arah, yaitu bekerja ke dua arah. Yang pertama, kita berada di dalam Kristus dan beroleh bagian dalam segala kebaikan-Nya. Inilah pembenaran kita (bdk. Rm. 8:1). Dan melalui panggilan yang sama, Kristus juga hidup di dalam kita dan kita turut mengambil bagian dalan kehidupan-Nya. Inilah pengudusan atau kelahiran kembali kita (bdk. Gal. 2:20).
Coba kita mempertimbangkan bagan berikut:
Dalam pasal ini, pusat perhatian PAD adalah pada aspek yang kedua dari persekutuan kita dengan Kristus, yaitu kelahiran kita kembali. Allah memanggil kita dengan ampuh ke dalam persekutuan dengan Kristus, oleh panggilan itu kita beroleh bagian dalam kehidupan Kristus. Dengan menggunakan sarana pemberitaan firman Allah, Roh Kudus mengerjakan kelahiran kita kembali. Pikiran kita yang gelap diterangkan, hati kita yang keras dilunakkan, kehendak kita yang tadinya hamba dosa dibebaskan sehingga kita mulai mengenal Allah, mengasihi Dia dan beribadah kepada-Nya dengan segenap hati, segenap akal budi, dan segenap kekuatan kita. Mengenai kelahiran kembali itu, PAD menyatakan, Mereka yang oleh Allah dipanggil ke dalam persekutuan dengan Anak-Nya dan yang dilahirkan-Nya kembali oleh Roh Kudus itu memang dilepaskan-Nya dari kekuasaan dan perhambaan dosa. Menurut kodrat kita, kita adalah hamba dosa. Kristus mengatakan, Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa ( Yoh. 8:34). Dan lagi dalam pasal yang sama, Dia berkata kepada orang Farisi, Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu ( Yoh. 8:44). Dalam Roma 6, Paulus berulang-ulang mengatakan bahwa kita adalah hamba dosa (Rm. 6:6,16,17,20). Tetapi syukur kepada Allah, walaupun kita dahulu adalah hamba dosa, kita telah dibebaskan. Oleh iman, kita mati bersama dengan Kristus karena dosa. Itu berarti, bahwa tabiat kita yang lama telah disalibkan bersama dengan Kristus, sehingga kita tidak lagi menjadi hamba dosa.
Akibatnya, iblis dan dosa tidak lagi berkuasa atas kita. Iblis dan dosa tidak lagi berwenang atas kita. Menggantikan iblis, sekarang Kristus memerintah kita sebagai Tuhan dan Raja. Alih-alih dosa mengendalikan kita dan menuntut kita mengikutinya, sekarang kita dikuasai oleh Roh Kudus yang berdiam di dalam batin kita dan yang mendorong kita untuk hidup dengan taat kepada kehendak Allah. Akibatnya, kita sekarang kembali mampu menolak godaan dosa dan melakukan apa yang baik, padahal dahulu tidak. Dulu kita membenci Allah dan sesama manusia kita, tetapi sekarang kita mulai mengasihi Allah dan sesama manusia kita. Dulu ciri kehidupan kita adalah ketidaktaatan dan pemberontakan terhadap Allah, tetapi sekarang kehidupan kita dicirikan oleh keinginan untuk menaati kehendak Allah dan menundukkan diri kepada-Nya. Tetapi, setelah menyatakan demikian, PAD langsung meneruskan dengan menjelaskan bahwa sekalipun kita telah dibebaskan dari kuasa dan perbudakan dosa, dalam hidup ini kita belum sama sekali bebas dari daging dan tubuh dosa. Kata (daging) dan tubuh dosa adalah istilah yang dikutip dari Kitab Suci. Kata (daging) di dalam Kitab Suci dipakai sebagai kebalikan dari kata (Roh). Demikian misalnya Paulus membedakan dua kelompok, mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh (Rm. 8:5). Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging–karena keduanya bertentangan–sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki (Gal. 5:17). Yang dimaksudkannya dengan kata (daging) itu bukanlah tubuh fisik manusia, melainkan tabiat manusia lama.
Demikian juga halnya dengan tubuh dosa. Paulus menulis, Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa (Rm. 6:6). Dan di tempat lain, Dalam Dia kamu telah disunat, bukan dengan sunat yang dilakukan oleh manusia, tetapi dengan sunat Kristus, yang terdiri dari penanggalan akan tubuh yang berdosa (Kol. 2:11). Dalam ayat-ayat ini, tubuh dosa menunjuk kepada manusia lama, terlepas dari karunia Allah yang melahirkannya kembali, yaitu kodrat manusia yang diperintahkan oleh kuasa dosa. Ketika PAD mengatakan bahwa di dalam hidup ini kita sama sekali belum dilepaskan dari daging dan tubuh dosa, maksudnya adalah untuk menyatakan bahwa kita belum sepenuhnya dilepaskan dari tabiat yang lama. Sisa-sisa tabiat lama kita ini masih melekat pada diri kita selama kita hidup di dunia ini, dan tidak akan pernah hilang sampai kita masuk ke kehidupan yang baru, yaitu kehidupan yang kekal.
1. Apa yang dimaksud oleh PAD ketika berbicara mengenai rencana Allah? Kapan Allah menetapkan rencana-Nya, dan apa yang termasuk di dalamnya?
2. Apa yang dimaksudkan dengan dipanggil ke dalam persekutuan dengan Kristus? Dua aspek apa yang terdapat dalam persekutuan ini? Apa yang dihasilkan oleh persekutuan dengan Kristus?- Apakah orang Kristen yang telah dilahirkan kembali masih sama sekali buruk? Buktikan jawaban Anda berdasarkan Kitab Suci! Apa yang diajarkan Katekismus Heidelberg (s/j 8, 60, 62) dan Pengakuan Iman Reformasi (pasal 24) mengenai pokok ini?
Dari situlah timbul dosa-dosa yang setiap hari dilakukan akibat kelemahan, dan noda yang masih melekat pada perbuatan-perbuatan orang-orang kudus yang paling baik pun. Hal ini bagi mereka senantiasa menjadi alasan untuk merendahkan diri di hadapan Allah dan mencari perlindungan pada Kristus yang disalibkan itu. Oleh karena itu, mereka juga kian lama kian mematikan daging dengan berdoa dalam Roh dan dengan latihan-latihan suci dalam hidup saleh, dan mereka sangat rindu akan tujuan, yaitu kesempurnaan. Mereka berbuat demikian sampai saat mereka dilepaskan dari tubuh maut lalu bersama dengan Anak Domba Allah akan memerintah di surga. (1Yoh. 1:8; Kol. 3:5; 1Tim. 4:7; Flp. 3:12, 14; Why. 5:6, 10)
Dalam pasal ini PAD mengakui apa yang tentu sudah jelas bagi setiap anak Allah, yaitu ketidaksempurnaan orang-orang kudus. Seperti telah kita lihat dalam pasal sebelumnya, orang yang dilahirkan kembali oleh Roh Allah tidak sama sekali terlepas dari daging dan tubuh dosa. Sisa-sisa tabiat manusia yang lama masih terus melekat pada orang yang sudah dilahirkan kembali. Sisa-sisa inilah yang disebut (kelemahan) dalam pasal ini. Sisa-sisa itu bagaikan mata air yang kotor yang mengeluarkan segala macam pikiran kotor dan keinginan jahat yang melahirkan dosa dalam kehidupan orang kudus. Akibatnya, berbagai perbuatan orang-orang kudus yang paling baik pun ditimpa noda. Ingatlah apa yang dikatakan Nabi Yesaya, kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor ( Yes. 64:6). Naskah dalam bahasa Ibrani mengandung arti bercak bawaan atau tahi lalat, cacat dan cela yang mengotori corak kulit yang bersih. Jelas sekali dalam Kitab Suci, bahwa orang-orang kudus setiap hari masih melakukan dosa akibat kelemahan. Mempertimbangkan ayat-ayat berikut:
Sebab kesalahanku telah menimpa kepalaku; semuanya seperti beban berat yang menjadi terlalu berat bagiku ya, aku mengaku kesalahanku, aku cemas karena dosaku (Mzm. 38:5,19). Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapus-kanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Ber-sihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku! Sebab aku sendiri sadar akan pelanggar-anku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku. Ter hadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan me-lakukan apa yang Kauanggap jahat (Mzm. 51:3-6). Bilamana pelanggaran-pelanggaran kami melebihi kekuatan kami, Engkaulah yang menghapuskannya (Mzm. 65:4). Ya Tuhan, Engkaulah yang benar, tetapi patutlah kami malu seperti pada hari ini, kami orang-orang Yehuda, penduduk kota Yerusalem dan segenap orang Israel, mereka yang dekat dan mereka yang jauh, di segala negeri kemana Engkau telah membuang mereka oleh karena mereka berlaku murtad terhadap Engkau (Dan. 9:7).
Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat (Rm. 7:18-19). Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa, dan di antara mereka akulah yang paling berdosa (1Tim. 1:15). Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita meni-pu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita (1Yoh. 1:8). Mungkin saja ada yang berpikir bahwa aneh kalau orang-orang kudus yang telah diperbarui menurut gambar dan rupa Allah dalam Kristus masih juga belum sempurna dan masih tidak mampu mencapai kesempurnaan. Bukankah ini menunjukkan bahwa ada kekurangan dalam kehidupan baru yang dikerjakan Allah? Allah telah gagal dalam pekerjaan pembaruan-Nya di dalam diri kita?
Tetapi perlu kita sadari bahwa Allah tidak menyelesaikan pembaruan orang-orang kudus dalam kehidupan ini. Meskipun telah ada ciptaan baru di dalam Kristus pada mereka (bdk. 2Kor. 5:17), mereka masih harus mematikan perbuatan-perbuatan tubuh mereka (bdk. Rm. 8:13) dan dibarui di dalam roh dan pikiran mereka (bdk. Ef. 4:23). Orang yang telah diciptakan kembali menurut gambar Allah masih diwajibkan menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru (bdk. Ef. 4:24; Kol. 3:8-15). Tetapi, mengapa Allah tidak langsung menyelesaikan saja pembaruan manusia ketika Dia mulai mengerjakannya? Mengapa Allah tidak menghilangkan saja semua sisa-sisa tabiat manusia lama dari orang-orang kudus ketika Dia membarui mereka? Marilah kita mempertimbangkan contoh yang berikut. Ada dua orang yang mengalami kecelakaan parah. Tubuh kedua orang itu terluka berat. Yang satu masih sadar, sedangkan korban yang lain kehilangan kesadaran. Korban yang masih sadar sangat menderita dan berteriak minta tolong; tetapi korban kedua yang kehilangan kesadaran sama sekali tidak merasakan penderitaannya. Keduanya dibawa ke rumah sakit dan dioperasi, tetapi korban yang kehilangan kesadaran tidak tahu apa yang terjadi. Beberapa bulan kemudian, orang itu siuman dari pingsannya. Ia sudah merasa baik dan sehat. Ia sama sekali tidak sadar bahwa tadinya ia hampir mati. Ia sama sekali tidak tahu tentang lukanya yang parah dan bahwa dia telah dioperasi. Dari orang lain ia mendengar semua yang telah terjadi, tetapi cerita itu kurang berkesan di hatinya dibanding dengan kesan yang dipunyai oleh pengalaman di hati korban yang pertama yang tetap sadar. Pengalaman selalu memberi kesan yang lebih dalam daripada mendengar cerita. Kalau kita mempertimbangkan contoh itu, Allah dapat saja langsung menyembuhkan orang pilihan dan membersihkan mereka dari segala akibat dosa. Ketika Dia membangkitkan mereka dari kematian rohani, dapat saja Allah membarui mereka secara utuh dan menjadikan mereka sempurna. Tetapi ayat-ayat Kitab Suci yang tadi kita kutip menyatakan dengan gamblang bahwa Allah tidak membuat orang-orang kudus menjadi sempurna dalam kehidupan ini. Dia membiarkan orang pilihan-Nya sedikit merasakan keadaan buruk mereka. Pengalaman dosa di dalam kehidupan mereka membuat mereka menjadi sadar bahwa mereka tidak mampu memenangkan dosa dan bahwa mereka tidak layak menerima kemurahan Allah. Pengalaman keburukan mereka membuat mereka mulai sadar akan arti karunia, yaitu kebaikan Allah yang sebenarnya tidak layak mereka terima. Tiap-tiap hari mereka mengalami bahwa mereka tidak mampu menyelamatkan diri, tetapi bahwa keselamatan harus dicari di luar mereka, yaitu di dalam Yesus Kristus. Selain itu, kenyataan bahwa dosa muncul terus dalam kehidupan orang-orang kudus merupakan pengalaman yang menyadarkan mereka akan perlunya pengampunan dosa. Hari demi hari mereka harus melarikan diri ke kayu salib untuk berpegang teguh pada Kristus yang disalibkan. Hari demi hari mereka diingatkan akan perlunya anugerah Allah, dan mereka menyadari harga mahal yang telah dibayar Kristus untuk memperolah karunia itu bagi mereka. Jika kita melihat sesuatu hanya sekali saja dalam seluruh kehidupan kita, mungkin saja kita akan cepat melupakannya. Tetapi jika hari demi hari kita perlu melarikan diri ke kayu salib, hal itu akan menggoreskan gambar yang tidak dapat dihapus dari ingatan kita. Selain itu, kelemahan yang dialami oleh orang-orang kudus akan mendorong mereka untuk kembali mencari Tabib Yang Ajaib setiap hari.
Dia bukanlah tokoh dari masa lampau yang pernah melakukan sesuatu yang luar biasa. Sebaliknya, Sang Tabib terus mempunyai peranan pe-leng kap dalam kehidupan mereka. Hari demi hari orang-orang kudus dii-ngatkan bahwa mereka membutuhkan pertolongan-Nya dalam per juangan menentang kelemahan mereka. Akhirnya, pengalaman akan keburukan mereka membuat mereka rindu dan mengejar kesempurnaan. Dengan tetap mengingat dosa-dosa mereka, orang-orang kudus memusatkan iman mereka pada kedatangan Kristus kembali, yang akan melepaskan mereka dari daging dan tubuh dosa. Pengetahuan bahwa pada suatu hari nanti mereka akan terlepas dari sisa-sia tabiat manusia lama, memberi semangat kepada mereka untuk hari demi hari berjuang menentang sisa-sisa itu, dan memperoleh kemenangan-kemenangan kecil ketika mereka maju (meskipun hanya perlahan-lahan) kepada kesempurnaan.
1. Siapakah yang dimaksud dengan orang-orang kudus dalam pasal ini? Apakah mereka sempurna? Mengapa? Buktikan jawaban Anda berdasarkan Kitab Suci!
2. Kita adalah manusia baru di dalam Kristus, tetapi kita belum mampu untuk mematuhi semua perintah Allah dengan sempurna karena kencenderungan jahat di dalam kita. Apakah hal itu berarti bahwa ada kekurangan dalam pembaruan yang dikerjakan Allah? Jelaskan jawaban Anda!
3. Berikan empat alasan mengapa Allah tidak langsung menyelesaikan pembaruan orang-orang kudus ketika Dia mulai mengerjakannya!
- Ada dua hal yang dapat dipertanyakan: (1) apakah orang-orang kudus adalah sempurna? dan, (2) apakah orang-orang kudus mampu untuk hidup sempurna? Apa yang dikatakan PAD, KH, dan PIR mengenai hal itu?
Lantaran sisa-sisa dosa yang masih tinggal di dalam mereka, dan juga oleh sebab godaan dunia dan iblis, maka orang-orang yang telah bertobat itu tidak sanggup bertekun dalam anugerah, seandainya mereka dibiarkan berusaha dengan kekuatan sendiri. Tetapi Allah adalah setia. Dengan penuh rahmat diteguhkan-Nya mereka dalam anugerah yang pernah diberikan kepada mereka, dan sampai akhirnya mereka dipelihara-Nya di dalamnya dengan kuat. (Rm. 7:20; 1Kor. 10:13; 1Ptr. 1:5)
Ada seorang prajurit yang disuruh untuk mengadakan perjalanan yang sangat sulit di daerah yang cukup berat dengan melewati kawasan musuh. Ia telah diperlengkapi oleh komandannya dengan segala hal yang ia butuhkan: peta, kompas, makanan, senjata, dan radio untuk komunikasi. Prajurit itu yakin ia mampu. Ia sudah terlatih dengan baik untuk mengadakan perjalanan itu. Ia memiliki kekuatan dan peralatan yang membuatnya bisa menyelesaikan perjalanan ini, dan ia juga punya niat dan tekad. Dengan radio yang diberikan kepadanya, ia dapat meminta bantuan jika ia terjerat masalah. Dengan penuh percaya diri, prajurit muda ini memulai perjalanannya, diperlengkapi dengan senjata dan kemampuan bela diri.
Tetapi walaupun ia memiliki segala sesuatu yang perlu untuk meng-adakan perjalanan itu, namun belum pasti ia akan menyelesaikan perjalan-annya dengan sukses. Meskipun ia telah diberi petunjuk-petunjuk yang baik serta kompas, dapat saja ia mengambil keputusan untuk mengikuti jurusan menurut perasaannya sendiri dan tersesat di jalan sampai tidak ada harapan. Meskipun ia diperlangkapi dengan radio, mungkin saja ia terlalu gengsi untuk meminta bantuan. Meskipun ia diberi latihan mengenai taktik yang dipakai oleh musuhnya, dapat saja musuhnya itu memperdayakannya. Dapat saja musuhnya menyamar dengan mengena-kan pakaian seragam yang sama persis dengan pakaian seragam yang ia kenakan, dan pura-pura menjadi teman yang mau membantunya. Meskipun prajurit ini telah memiliki semua perlengkapan yang diperlukan untuk menyukseskan perjalanannya, mungkin saja ia gagal. Semuanya bergantung pada dirinya sendiri. Maksud cerita di atas adalah untuk memberikan gambaran kasar mengenai ajaran Arminian tentang ketekunan orang-orang kudus. Dalam pernyataan keyakinan mereka yang mereka serahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Holland pada tahun 1610, mereka mengatakan:
Orang yang ada di dalam Yesus Kristus mendapat bagian dalam Roh-Nya yang menghidupkan, sehingga mereka memiliki kekuatan yang berlimpah untuk berjuang menentang iblis, dosa, dunia, dan daging mereka sendiri, dan untuk menang dalam perjuangan itu. Perlu diketahui bahwa semuanya itu oleh karena pertolongan karunia Roh Kudus, dan bahwa Yesus Kristus oleh Roh-Nya membantu mereka dalam segala perncobaan dan mengulurkan tangan-Nya kepada mereka dan membuat mereka bertahan–asal saja mereka siap perang dan meminta pertolongan-Nya dan tidak lalai. Dengan demikian kelicikan atau kekuatan iblis tidak mungkin dapat menyesatkan mereka dan tidak dapat merebut mereka keluar dari tangan Kristus, seperti Kristus mengatakan dalam Yohanes 10, seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. Tetapi apakah mereka, oleh kelalaian mereka sendiri, dapat meninggalkan kehidupan dalam Kristus yang telah mereka nikmati, dan kembali menyambut dunia ini, melepaskan ajaran yang benar yang dahulu diberikan kepada mereka, kehilangan hati nurani yang baik, dan mengabaikan karunia, perlu dengan teliti ditentukan berdasarkan Kitab Suci sebelum kita dapat mengajarkan semuanya itu dengan penuh yakin.
Perasaan yang sama tertulis dalam Penolakan V,2:
Ajaran Keliru | Allah memang mengaruniakan kepada orang percaya kekuatan-kekuatan yang cukup untuk bertekun, dan Dia bersedia memelihara kekuatan-kekuatan itu di dalamnya, jika orang ini menunaikan kewajibannya. Akan tetapi, setelah semua hal yang perlu untuk bertekun dalam iman dan yang hendak Allah pakai untuk memelihara iman itu telah dipekerjakan, maka masih juga hal bertekun tidaknya manusia bergantung pada keputusan bebas kehendaknya. |
Penolakannya | Pandangan ini terang-terangan mengandung ajaran Pelagius. Maksudnya membebaskan manusia, namun pandangan ini menyebabkan manusia merampas kemuliaan Allah. Hal ini bertentangan dengan kesepakatan yang telah berlaku terus-menerus tentang ajaran Injil, yang membuat manusia kehilangan semua alasan untuk bermegah dan mengarahkan puji-pujian atas anugerah ini hanya kepada rahmat Allah semata-mata. Hal ini bertentangan juga dengan kesaksian Rasul, Ia juga akan meneguhkan kamu sampai kepada kesudahannya, sehingga kamu tak bercacat pada hari Tuhan kita Yesus Kristus (1Kor. 1:8). |
Kaum Arminian percaya bahwa permulaan pertobatan atau kelahiran kembali bergantung pada keinginan manusia. Menurut mereka, rahmat tidak mendahului kegiatan kehendak bebas dalam hal urutan sebab-akibat. Artinya, setelah kehendak sendiri bergerak dan menuju ke pertobatan, barulah Allah membantu kehendak manusia dengan ampuh.99 Terserah kepada manusia untuk memprakarsai pertobatannya kepada Allah. Maka itu, iman–yang mengawali pertobatan kita–bukanlah suatu sifat atau karunia yang dicurahkan Allah, melainkan perbuatan manusia semata-mata. Iman itu hanya dapat disebut (karunia) dari sudut pandangan kemampuan untuk mencapainya.100 Kemampuan untuk mencapai iman, demikian pandangan kaum Arminian, adalah karunia yang telah Allah berikan kepada manusia di Taman Firdaus, dan yang atasnya manusia tidak pernah kehilangan. Karena itu, semua orang memiliki kemampuan untuk mencapai iman. Karena kaum Arminian berpendapat bahwa permulaannya, iman dan pertobatan bergantung pada kehendak manusia sendiri, tidak mengherankan bahwa mereka juga berpendapat bahwa ketekunan orang-orang kudus dalam iman dan kehidupan baru bergantung pada kehendak manusia sendiri. Jika Allah menyerahkan kepada manusia untuk menerima anugerah keselamatan itu atau tidak, masuk akal bahwa Allah juga menyerahkan kepada manusia untuk tetap memegang anugerah keselamatan itu. Jika pilihan pertama diserahkan kepada manusia, dapat dimengerti juga bahwa pilihan akhir diserahkan kepada manusia. Kaum Arminian berpendapat bahwa Allah memberikan kekuatan kepada orang-orang percaya untuk bertekun dalam iman. Tetapi anggapan mereka mengenai kekuatan untuk bertekun sama dengan anggapan mereka mengenai kemampuan untuk menjadi percaya. Mereka beranggapan bahwa semua orang diberi kemampuan untuk percaya, tetapi itu tidak berarti bahwa semua orang akan menjadi percaya. Semuanya bergantung pada kehendak manusia untuk mengambil keputusan apakah mereka mau memanfaatkan kemampuan itu atau tidak. Demikian juga, mereka berpendapat bahwa semua orang yang percaya diberi kekuatan yang mereka butuhkan untuk bertekun dalam iman. Tetapi hal itu tidak berarti bahwa semua orang percaya akan bertekun dalam iman. Keputusan ada di tangan mereka sendiri apakah mereka mau menggunakan kekuatan itu dan bertekun atau tidak. Tidak mengherankan bahwa kaum Arminian mengemukakan pandangan keliru bahwa ketekunan bukanlah hadiah yang diberikan Allah kepada orang pilihan-Nya, melainkan syarat yang ditentukan Allah bagi Dia untuk memilih orang. Dengan kata sederhana, kaum Arminian beranggapan bahwa orang dipilih Allah karena mereka bertekun dalam iman dan ketaatan. Ketekunan menghasilkan pemilihan. Mengenai kekeliruan ini, penolakan V,1 mengatakan:
Ajaran Keliru Ketekunan orang-orang yang benar-benar percaya bukanlah hasil pemilihan atau pemberian Allah yang telah diperoleh melalui kematian Kristus, melainkan syarat perjanjian baru yang harus dipenuhi manusia melalui kehendaknya yang bebas, demi pemilihan dan pembenarannya yang menentukan (sebagaimana mereka menyebutnya).
Penolakannya
Kitab Suci bersaksi, bahwa ketekunan merupakan akibat pemilihan dan diberikan kepada orang-orang pilihan oleh kekuatan kematian, kebangkitan, dan doa syafaat Kristus, Orang-orang yang terpilih telah memperolehnya. Dan orang-orang yang lain telah tegar hatinya (Rm. 11:7). Demikian pula, Dia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Dia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia? Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka? Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang telah menjadi Pembela bagi kita? Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? (Rm. 8:32-35).
Sekali lagi kita menemukan kekeliruan kaum Arminian mengenai kebebasan dan kedaulatan kehendak manusia. Ketekunan manusia tidak bergantung pada kehendak Allah, melainkan pada kehendak manusia. Sama seperti pilihan untuk menjadi percaya sepenuhnya diserahkan kepada manusia, begitu juga pilihan untuk bertekun dalam iman sepenuhnya diserahkan kepada manusia. Terserah kepada manusia apakah ia mau menggunakan kekuatan yang diberikan Allah kepada semua orang percaya, atau tidak. Kalau demikian, masih adakah sebenarnya arti pemilihan Allah ?
Menurut kaum Arminian, keputusan Allah mengenai pemilihan tidak lebih dari Dia memilih dasar atau syarat baru bagi manusia untuk dapat memperoleh keselamatan, yaitu ketekunan dalam iman (bdk. Penolakan I, 3). Apakah orang dipilih atau tidak bergantung pada keputusan mereka sendiri untuk menjadi percaya dan untuk bertekun dalam iman (bdk. Penolakan I, 1). Allah hanya memilih mereka yang memilih untuk bertekun dalam iman. Jika demikian, masih adakah sebenarnya arti kedaulatan Allah?
Menurut pandangan kaum Arminian, kedaulatan kehendak Allah berarti tidak lebih dari keputusan Allah untuk membuat kehendak manusia menjadi berdaulat. Karena pandangan ini mungkin membingungkan maka marilah kita pertimbangkan contoh yang berikut. Ada seorang raja yang besar dan kuat, yang memiliki segala kuasa dan kewenangan untuk menentukan kehidupan rakyatnya. Tetapi alih-alih menggunakan kedaulatan kuasanya dan mengambil berbagai keputusan sendiri mengenai kehidupan rakyatnya, ia mengambil keputusan untuk mengizinkan setiap orang untuk menentukan kehidupannya sendiri. Akitabnya, pada akhirnya kehendak setiap orang menjadi berdaulat. Demikian pula pandangan kaum Arminian. Allah, sebagai Raja yang berdaulat, sebagai Raja di atas segala raja, menjalankan kuasa-Nya yang berdaulat atas manusia dengan menyerahkan kedaulatan-Nya kepada manusia. Akibat dari ajaran kaum Arminian adalah bahwa ketekunan merupakan hasil pilihan manusia untuk menggunakan kemampuan yang diberikan Allah kepadanya untuk mengatasi semua musuhnya, yaitu iblis, dunia, dan kodratnya yang berdosa, dan untuk tetap bertahan dalam iman dan ketaatan kepada Allah. Ketekunannya pada akhirnya berakar pada keputusan yang ia ambil dalam kedaulatannya sendiri. Untuk menolak kesesatan-kesesatan ini maka PAD menulis pasal ini.
Kembali ke cerita mengenai prajurit di atas, para penulis PAD tentu akan menceritakan dengan perbedaan yang besar, kira-kira sebagai berikut. Ada seorang prajurit, yang diperintahkan untuk mengadakan perjalanan yang sama. Ia pun diperlengkapi dengan segala sesuatu yang ia butuhkan. Tetapi kali ini komandannya tidak membiarkan ia pergi sendiri, karena ia tahu bahwa prajurit itu lemah. Karena itu si komandan mengambil keputusan untuk menyusul dekat di belakang prajuritnya.
Komandan membiarkan prajuritnya berjalan di depan dan mengikuti peta yang telah diberikan kepadanya. Tetapi si komandan berada dekat di belakangnya. Seperti telah diduga oleh komandannya, prajurit itu tersesat, karena ia tidak mengikuti petunjuk peta dan kompas, tetapi mengikuti jurusan menurut perasaannya sendiri. Untungnya, komandannya berada di dekatnya untuk membetulkan tujuannya. Prajurit itu juga terjebak dalam masalah yang tidak mungkin ia atasi. Namun prajurit itu terlalu gengsi untuk meminta bantuan. Untungnya, komandannya berada di dekatnya untuk membantunya. Di lain waktu, musuh mendekatinya dalam penyamaran sebagai kawan sekutunya. Untungnya, komandannya ada di dekatnya untuk membuka matanya sehingga prajurit memahami bahwa yang datang adalah musuh, bukan sekutu. PAD menekankan bahwa Allah bukan hanya memberikan sekadar kekuatan kepada manusia dan sesudah itu membiarkan mereka menempuh perjalanan hidup itu sendirian, atau paling jauh menjanjikan pertolongan kalau manusia meminta pertolongan kepada-Nya dalam doa. Kekuatan yang Allah berikan tidak dapat dipisahkan dari Allah sendiri, yang adalah sumber kekuatan itu. Kekuatan yang Allah berikan kepada orang-orang percaya bukan seperti baterai atau aki yang dilepaskan dari alat pengecas kemudian dibawa dalam perjalanan. Kekuatan yang Allah berikan kepada orang-orang percaya adalah diri-Nya sendiri. Allah adalah kekuatan mereka. Paulus mengatakan, Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku (Flp. 4:13). Tetapi Kristus tidak terpisah dari Paulus. Sebaliknya, Kristus hidup di dalam Paulus (bdk. Gal. 2:20). Paulus berdoa agar Allah menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu (yaitu orang Kristen yang ada di Efesus) oleh Roh-Nya di dalam batinmu (Ef. 3:16). Roh itu tidak terpisah dari orang Kristen, tetapi berdiam di dalam mereka (bdk. Yoh 14:17; Rm. 8:9). Jika Allah membiarkan orang-orang percaya menempuh perjalanan hidup mereka sendirian, pasti mereka tidak akan pernah berhasil mencapai tujuannya. Dalam membahas doa yang ke-enam dalam doa Bapa Kami, yang bunyinya dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, Katekismus Heidelberg menjelaskannya, kami sendiri begitu lemah, sehingga kami tidak sanggup bertahan sesaat pun, tambahan pula musuh kami turun-temurun, yaitu iblis, dunia, dan daging kami sendiri, dengan tiada henti-hentinya menyerang kami. Maka sokong dan kuatkanlah kami dengan kuasa Roh-Mu yang Kudus, supaya kami tidak kalah dalam peperangan rohani ini, tetapi selalu melawan dengan sekuat tenaga, sampai kelak kami beroleh kemenangan akhir (p/j 127). Pengakuan PAD serupa, Lantaran sisa-sisa dosa yang masih tinggal di dalam mereka, dan juga oleh sebab godaan dunia dan iblis, maka orang-orang yang telah bertobat itu tidak sanggup bertekun dalam anugerah, seandainya mereka dibiarkan berusaha dengan kekuatan sendiri.
Kami tidak perlu menguraikan secara panjang lebar mengenai musuh yang pertama, yaitu sisa-sisa dosa yang masih tinggal di dalam mereka, karena sudah cukup dibahas pada pasal yang sebelumnya. Musuh yang kedua adalah (dunia), yang juga dapat disebut kerajaan kegelapan. Yang termasuk (dunia) ini adalah orang-orang durhaka dan setiap ideologi, filsafat, atau lembaga, yang bertentangan dengan Allah. Musuh yang ketiga adalah (iblis), yang bersama dengan roh-roh jahat, setan-setan, atau malaikat-malaikat yang tidak taat pada batas-batas kekuasaan mereka (bdk. Yud. 1:6), begitu buruk, sehingga mereka menjadi musuh Allah dan musuh segala kebaikan. Mereka mengincar dengan sekuat tenaga Gereja dan setiap anggotanya bagaikan pembunuh yang akan merusak dan membinasakan segala sesuatu oleh tipu dayanya (bdk. Confesio Belgica, pasal 12). Lantaran ketiga musuh itu, orang-orang kudus tidak sanggup bertekun, meskipun pikiran mereka telah diterangi dengan kebenaran, meskipun hati mereka telah dipenuhi dengan kasih, dan meskipun kehendak mereka telah dibebaskan. Jika Adam dalam keadaannya semula yang sempurna tidak sanggup bertekun pada waktu ia menghadapi satu musuh saja, yaitu iblis dalam rupa ular, bagaimana mungkin orang-orang kudus, yang masih tetap diserang dosa, sanggup bertahan melawan iblis dan dunia? Tetapi Allah adalah setia. Dengan penuh rahmat diteguhkan-Nya mereka dalam anugerah yang pernah diberikan kepada mereka, dan sampai akhirnya mereka dipelihara-Nya di dalamnya dengan kuat.
Ketekunan orang-orang kudus tidak terletak pada kesetiaan mereka sendiri, tetapi pada kesetiaan Allah. Ketika PAD berbicara mengenai kesetiaan Allah, PAD menekankan bahwa Allah setia untuk selama-lamanya akan perjanjian-Nya, yaitu janji untuk memelihara umat-Nya dalam karunia keselamatan. Kitab Suci sering kali berbicara mengenai perjanjian ketekunan. Pertimbangkanlah ayat-ayat berikut ini:
TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya; apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya sebab TUHAN mencintai hukum, dan Ia tidak meninggalkan orang-orang yang dikasihi-Nya. Sampai selama-lamanya mereka akan terpelihara, tetapi anak cucu orang-orang fasik akan dilenyapkan (Mzm. 37:23, 24, 28).
Orang-orang yang percaya kepada TUHAN adalah seperti gunung Sion yang tidak goyang, yang tetap untuk selama-lamanya (Mzm. 125:1).
Jika aku berada dalam kesesakan, Engkau mempertahankan hidupku; terhadap amarah musuhku Engkau mengulurkan tangan-Mu, dan tangan kanan-Mu menyelamatkan aku. TUHAN akan menyelesaikannya bagiku! Ya TUHAN, kasih setia-Mu untuk selama-lamanya; janganlah Kautinggalkan perbuatan tangan-Mu! (Mzm. 138:7, 8).
Maka mereka akan menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allah mereka. Aku akan memberi mereka satu hati dan satu tingkah langkah, sehingga mereka takut kepada-Ku sepanjang masa untuk kebaikan mereka dan anak-anak mereka yang datang kemudian. Aku akan mengikat perjanjian kekal dengan mereka, bahwa Aku tidak akan membelakangi mereka, melainkan akan berbuat baik kepada mereka; Aku akan menaruh takut kepada-Ku ke dalam hati mereka, supaya mereka jangan menjauh dari pada-Ku ( Yer. 32:38).
Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum, tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu (Luk. 22:31-32).
Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman ( Yoh. 6:39).
Dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapa pun, dan seorang pun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa ( Yoh. 10:28-29).
Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita (Rm. 8:38-39).
Dengan demikian seluruh Israel akan diselamatkan, se-perti ada tertulis: Dari Sion akan datang Penebus, Ia akan menyingkirkan segala kefasikan dari Yakub. Dan inilah per-janjian-Ku dengan mereka, apabila Aku menghapuskan dosa mereka. Berkaitan dengan Injil, mereka adalah seteru Allah oleh karena kamu, tetapi mengenai pilihan mereka adalah kekasih Allah oleh karena nenek moyang. Sebab Allah tidak menyesali karunia-karunia dan panggilan-Nya (Rm. 11:26-29).
Siapakah engkau, sehingga engkau menghakimi hamba orang lain? Entahkah ia berdiri, entahkah ia jatuh, itu adalah urusan tuannya sendiri. Tetapi ia akan tetap berdiri, karena Tuhan berkuasa menjaga dia terus berdiri (Rm. 14:4).
Ia (Allah) juga akan meneguhkan kamu sampai kepada kesudahannya, sehingga kamu tak bercacat pada hari Tuhan kita Yesus Kristus. Allah, yang memanggil kamu kepada persekutuan dengan Anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia (1Kor. 1:8-9).
Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai, Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat menanggungnya (1Kor. 10:13).
Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan (Ef. 4:30 ).101
Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus (Flp. 1:6).
Selanjutnya, saudara-saudara, berdoalah untuk kami supaya kami terlepas dari para pengacau dan orang-orang jahat, sebab bukan semua orang beroleh iman. Tetapi Tuhan adalah setia. Ia akan menguatkan hatimu dan memelihara kamu terhadap yang jahat (1Tes. 3:1-3).
Itulah sebabnya aku menderita semuanya ini, tetapi aku tidak malu; karena aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakan-Nya kepadaku hingga pada hari Tuhan (2Tim. 1:12)
Tuhan akan melepaskan aku dari setiap usaha yang jahat. Dia akan menyelamatkan aku, sehingga aku masuk ke dalam Kerajaan-Nya di surga. Bagi-Nyalah kemuliaan selama-lamanya! Amin! (2Tim. 4:18).
Sebab oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan (Ibr. 10:14).
Yaitu kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir (1Ptr. 1:5).
Kamu berasal dari Allah, anak-anakku, dan kamu telah me-ngalahkan nabi-nabi palsu itu; sebab Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar daripada roh yang ada di dalam dunia (1Yoh. 4:4).
Berdasarkan ayat-ayat yang tertulis di atas, PAD menyatakan (Penolakan V, 1), Kitab Suci bersaksi, bahwa ketekunan merupakan akibat pemilihan dan diberikan kepada orang-orang pilihan PAD mengutip Roma 11:7, Israel tidak memperoleh apa yang dikejarnya, tetapi orang-orang yang terpilih telah memperolehnya. Dan orang-orang yang lain telah tegar hatinya. Dan pada ayat 5 Paulus menulis, Demikian juga pada waktu ini terdapat suatu sisa, menurut pilihan berdasarkan anugerah. Hanya oleh karena anugerah sehingga sebagian bangsa Israel menjadi percaya kepada Kristus dan memperoleh apa yang dijanjikan di dalam perjanjian. Allah-lah yang melindungi 7000 orang yang tidak menyembah Baal (ayat 4). Adalah berdasarkan anugerah Allah sehingga sisa bangsa Israel tidak murtad dengan menolak Kristus. Artinya, ketekunan merupakan hadiah. Karunia Allah yang memelihara mereka menurut pilihan berdasarkan anugerah (ayat 5). Mereka bertekun karena mereka adalah orang-orang pilihan Allah. Pemilihan menghasilkan ketekunan, dan bukan sebaliknya seperti diajarkan kaum Arminian. PAD juga mengatakan (bdk. Penolakan V, 1) bahwa karunia untuk bertekun dalam iman diberikan kepada orang pilihan sebagai buah dari kematian, kebangkitan, dan perantaraan Kristus. Beberapa saat sebelum kematian-Nya, dan berdasarkan jasa-jasa yang akan diperoleh-Nya oleh kematian-Nya, Kristus berdoa, Ya Bapa, Aku mau supaya, di mana pun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku ( Yoh. 17:24). Mereka (orang-orang pilihan) diberikan kepada Kristus karena Dia telah membayar lunas tebusan bagi mereka (1Kor. 6:20; 1Tim. 2:6). Doa ini bukan saja sekedar keinginan yang bergantung pada keputusan manusia, tetapi merupakan doa yang telah dipenuhi dengan penuh kuasa oleh
Kristus sendiri dalam terang kebangkitan-Nya dan kenaikan-Nya ke surga di mana Dia diberi tempat untuk duduk di takhta di sebelah kanan Bapa. Dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku ( Yoh. 12:32).102
Kristus tidak sekadar menarik mereka kepada-Nya dengan memberikan mereka iman, kemudian membiarkan mereka kehilangan lagi. Tidak! Kristus yang telah bangkit dan yang kepada-Nya telah diberikan segala kuasa di bumi dan di surga, dengan penuh kuasa akan memegang mereka yang telah diberikan Bapa kepada-Nya, dan memberikan mereka hidup yang kekal. Dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku ( Yoh. 10:28). Ketekunan juga merupakan buah perantaraan Kristus sebagai Juru Syafaat kita di sebelah kanan Bapa-Nya. Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia? Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka? Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita? (Rm. 8:32-34). Karena Kristus adalah Pembela orang-orang kudus di hadapan Bapa, maka tidak ada seorang pun yang dapat mengadukan mereka sehingga Bapa meninggalkan mereka. Berdasarkan kurban penebusan-Nya, utang dosa yang diperbuat oleh orang-orang kudus akibat dosa dan kelemahan yang masih tinggal di dalam mereka, diampuni dan dihanyutkan.
Pernyataan PAD ini menolak kekeliruan lain lagi yang diajarkan oleh kaum Arminian, seperti dijelaskan dalam Penolakan V, 9:
Ajaran Keliru | Kristus tidak pernah berdoa, agar supaya orang-orang beriman akan bertekun dalam iman dengan tak tergagalkan. |
Penolakannya | Mereka membantah perkataan Kristus sendiri, Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur (Luk. 22:32). Mereka juga membantah kesaksian pengarang Injil Yohanes, yaitu bahwa Kristus telah berdoa bukan hanya untuk Para Rasul, tetapi juga untuk semua orang yang akan menjadi percaya melalui pemberitaan Para Rasul itu, Ya Bapa yang Kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu; Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari yang jahat (Yoh. 17:11,15,20). |
Kaum Arminian tidak merasa ragu-ragu terhadap Kristus sebagai Pengantara bagi orang pilihan. Hanya, menurut mereka, Kristus tidak berdoa agar orang-orang beriman akan bertekun dalam iman, tetapi ia berdoa untuk orang-orang beriman jika mereka bertekun dalam iman. Kristus akan terus membela perkara mereka hanya jika mereka terus berpegang kepada Kristus. Untuk menguatkan pendirian mereka, kaum Arminian menggunakan ayat Alkitab seperti yang berikut: Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka (Ibr. 7:25). Menurut mereka, Kristus hanya Pengantara bagi mereka yang datang kepada Allah melalui Dia. Berarti, menurut teologi kaum Arminian, ketekunan orang-orang kudus tidak termasuk dalam perantaraan Kristus, tetapi merupakan syarat untuk perantaraan Kristus. Kristus akan membela perkara mereka asal mereka bertekun dalam iman dengan tidak tergagalkan. Pandangan Arminian ini dengan mudah ditolak oleh PAD. Kristus berkata, Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum, tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu (Luk. 22:31-32). Perhatikan bahwa Kristus mengatakan Aku telah berdoa supaya imanmu jangan gugur. Kristus tidak berkata: Aku akan berdoa untuk engkau jikalau imanmu tidak gugur. Jelas dari ayat ini bahwa ketekunan Petrus dalam iman bergantung pada perantaraan Kristus. PAD juga mengutip doa syafaat Tuhan kita Yesus Kristus dalam Yohanes 17:11-20. Dalam bagian itu, Kristus berdoa agar Bapa di surga melakukan apa yang telah Kristus sendiri lakukan selama Dia berada di bumi. Kristus berkata, Aku memelihara mereka dalam nama-Mu. Apa arti doa itu, menjadi jelas ketika Kristus meneruskan doanya, dan tidak ada seorang pun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci ( Yoh. 17:12). Apa yang dilakukan kesebelas murid Tuhan Yesus, dan yang tidak dilakukan oleh Yudas Iskariot? Mereka tetap percaya kepada Kristus! Mereka bertekun dalam iman karena Kristus memelihara mereka. Dan bagaimana Dia memelihara mereka? Dengan menanamkan benih kelahiran kembali yang tidak terhancurkan di dalam hati mereka melalui pemberitaan Firman, seperti dikatakan-Nya, Aku telah memberikan firman-Mu kepada mereka ( Yoh. 17:14). Yesus, yang tahu bahwa tidak lama lagi Dia akan kembali kepada Allah, berdoa agar Bapa terus memelihara mereka. Dari keseluruhan pasal itu menjadi jelas bahwa Kristus berdoa agar Bapa memelihara mereka dalam iman. Kristus berdoa agar mereka bertekun. Alangkah besar penghiburan-Nya, karena kita boleh yakin bahwa ketekunan kita dalam iman bukanlah syarat perantaraan Kristus bagi kita, melainkan bagian dari perantaraan-Nya bagi kita di hadapan Bapa. Kita boleh tetap yakin bahwa Allah akan memelihara kita dalam iman, karena Bapa pasti akan mengabulkan doa dari Perantara kita yang sempurna, Yesus Kristus.
1. Berikan gambaran singkat (dengan menggunakan kata-kata Anda sendiri) mengenai ajaran Arminian tentang ketekunan orang-orang kudus!
2. Menurut kaum Arminian, permulaan pertobatan dan kelahiran kem-bali bergantung pada siapa? Menurut Kitab Suci, permulaan itu sebenarnya bergantung pada siapa? Siapakah yang memiliki hal yang dibutuhkan untuk permulaan pertobatan atau kelahiran kembali?
3. Apa hubungan antara pandangan Arminian mengenai peran manusia dalam pertobatan dan perannya dalam ketekunan?
4. Apa hubungan antara pandangan kaum Arminian mengenai ketekunan dan pandangan mereka mengenai pemilihan?
5. Menurut kaum Arminian, apa yang ditentukan dalam keputusan Allah mengenai pemilihan?
6. Menurut kaum Arminian, apa sebenarnya kedaulatan Allah?
7. Jelaskan (dengan menggunakan kata-kata Anda sendiri) ajaran Reformasi mengenai ketekunan orang-orang kudus !
8. Apa hubungan antara ajaran Reformasi mengenai kelemahanorang-orang kudus dan ketekunan orang-orang kudus? Bandingkan peng-ajaran kaum Reformasi ini dengan pengajaran kaum Arminian !
9. Apakah ajaran mengenai ketekunan orang-orang kudus dapat kita temui dalam Kitab Suci? Tulis dan hafalkan beberapa dari ayat-ayat yang telah diberikan !
10. Apa yang kita maksudkan ketika kita mengatakan bahwa ketekunan adalah anugerah yang diberikan Allah? Kepada siapakah Allah memberikan anugerah ini?
11. Apakah pemilihan menghasilkan ketekunan, atau ketekunan menghasilkan pemilihan?
12. Jelaskan mengapa ketekunan merupakan buah dari:
1. Judul pasal ini adalah Allah memelihara orang kepunyaan-Nya. Siapakah orang kepunyaan-Nya? Apakah mereka itu orang pilihan? Atau mereka yang telah dilahirkan kembali? Atau orang-orang yang sungguh-sungguh percaya? Atau anggota-anggota gereja Kristus? Atau apakah mereka yang dicangkokkan ke dalam perjanjian?
2. Karunia apa yang dimaksudkan oleh PAD ketika mengatakan karunia yang pernah diberikan kepada mereka dan dipelihara-Nya di dalamnya (yaitu karunia)?
3. Apa pentingnya kata (pernah) dalam kalimat karunia yang pernah diberikan kepada mereka?
Kuasa Allah yang olehnya orang yang benar-benar percaya diteguhkan-Nya dan dipelihara-Nya dalam anugerah itu adalah begitu besar, sehingga tidak mungkin dikalahkan oleh daging. Namun bimbingan dan dorongan Allah terhadap orang yang telah bertobat itu tidak selalu bersifat begitu rupa, sehingga tidak mungkin dalam perbuatan-perbuatan yang tertentu, karena kesalahan mereka sendiri, mereka menyimpang dari bimbingan anugerah dan menuruti godaan keinginan-keinginan daging. Oleh sebab itu, mereka harus senantiasa berjaga-jaga dan berdoa supaya mereka jangan dibawa ke dalam pencobaan. Jika mereka tidak berbuat ini, maka mereka bisa saja diseret oleh daging, dunia, dan iblis sehingga melakukan dosa-dosa yang berat dan ngeri. Bahkan kadang-kadang mereka memang diseret secara nyata, dengan izin Allah yang adil. Hal itu diperlihatkan oleh peristiwa-peristiwa Daud, Petrus, dan orang-orang kudus yang lain, yang jatuh ke dalam dosa dengan begitu menyedihkan, sebagaimana digambarkan bagi kita dalam Alkitab. (Ef. 1:19; Mat. 26:41; 1Tes. 5:6, 17; 2Sam. 11; Mat. 26)
Ada seorang anak kecil yang sedang bermain dalam kolam renang, sementara orang tuanya duduk di pinggir menikmati sinar matahari sambil menjaga anak. Pada suatu saat, ibunya pergi membeli minuman. Sebelum pergi, ia mengingatkan suaminya agar terus menjaga anak kecil mereka. Suaminya menenangkannya, Jangan khawatir sayang! Saya akan mengawasinya agar tidak tenggelam.
Anak itu amat berani, dan sama sekali tidak takut air. Ia memang tidak pandai berenang, tetapi pelampung103 yang dipakainya membuatnya selalu terapung. Tetapi ia tidak merasa nyaman dengan pelampung itu, karena terlalu besar dan mengganggu gerakannya. Karena itu, ia mendekati ayahnya dan menyentakkan pelampungnya. Ayahnya bertanya, mau lepas pelampung? Si anak mengangguk tanda setuju. Kemudian ayahnya berkata, Kalau begitu tidak boleh masuk kolam renang lagi, karena engkau tidak pandai berenang. Oke? Anaknya setuju. Tidak lama kemudian bolanya jatuh ke dalam air. Ayahnya mengamati dengan teliti apa yang akan dilakukan anaknya. Seperti yang diduga, si anak yang benar-benar tidak takut air itu melangkah ke tepi kolam renang, kemudian berlutut dan mengulurkan tangannya untuk mengambil bola yang terapung di atas air. Tetapi sayang, bola itu berada diluar jangkauannya, sehingga ia tidak dapat meraihnya. Waktu si anak terus berusaha menjangkau bola itu, ia jatuh ke dalam kolam renang. Langsung dia tenggelam. Tetapi untunglah, ayahnya ada di dekatnya. Memang dapat saja ayahnya tadi menahan anaknya supaya tidak jatuh ke dalam air, tetapi ia tidak menahannya. Bahkan ia membiarkan anaknya berjuang sendiri untuk beberapa saat. Anak itu sangat takut karena upayanya untuk keluar dari dalam air dan tidak tenggelam ternyata sia-sia saja. Tepat pada saat itu ibunya kembali dengan membawa minuman. Ia melihat anaknya tenggelam di dalam kolam, tepat pada saat suaminya mengangkatnya keluar dari kolam. Anak itu terbatuk-batuk karena air yang ditelannya. Melihat anaknya hampir mati tenggelam, ibunya terkejut dan sangat marah kepada suaminya.
Engkau berjanji bahwa engkau akan mengawasinya dan memastikan ia tidak tenggelam! Mengapa engkau membiarkannya jatuh ke dalam air? Menurutnya, suaminya tidak menepati janjinya. Karena kalau saja suaminya menepati janjinya, pasti anaknya tidak mungkin jatuh ke dalam kolam. Cerita ini dapat membantu kita memahami alasan mengapa PAD menulis pasal ini. Dalam pasal yang lalu telah kita pelajari bahwa Allah memelihara orang-orang kepunyaan-Nya dalam anugerah sampai akhir-nya. Namun jelas bagi kita semua bahwa kadang-kadang orang-orang kudus jatuh ke dalam dosa, bahkan ke dalam dosa yang sangat berat. Menurut kaum Arminian, hal itu berarti bahwa salah satu dari dua pernyataan berikut pasti benar: Allah tidak menepati janji-Nya dan tidak memelihara orang-orang kepunyaan-Nya dalam anugerah sampai akhirnya dengan tidak tergagalkan, atau Allah sebenarnya tidak berjanji untuk memelihara orang-orang kepunyaan-Nya dalam anugerah sampai akhirnya dengan tidak tergagalkan. Dan karena tidak dapat dibayangkan bahwa Allah tidak menepati janji-Nya maka hanya ada satu kesimpulan, yaitu bahwa Allah tidak berjanji untuk memelihara orang-orang kepunyaan-Nya dengan tidak tergagalkan. Menurut kaum Arminian, kenyataan bahwa orang-orang kudus masih dapat dan kadang-kadang memang jatuh ke dalam dosa, membuktikan bahwa ajaran mengenai ketekunan orang-orang kudus itu salah. Tujuan pasal ini adalah untuk menjelaskan hubungan antara hadiah Allah untuk bertekun dalam iman, dan kemungkinan orang-orang kudus jatuh ke dalam dosa.
Kuasa Allah yang olehnya orang yang benar-benar percaya diteguhkan-Nya dan dipelihara-Nya dalam anugerah itu adalah begitu besar, sehingga tidak mungkin dikalahkan oleh daging. Kalimat ini menegaskan apa yang telah dibahas pada pasal yang lalu. Orang-orang kudus tidak mungkin kehilangan anugerah. Sisa-sisa tabiat manusia lama yang masih melekat pada orang-orang kudus dan yang mengarahkan hati mereka kepada dosa tidak dapat mengalahkan kuasa karunia Allah. Kehendak seorang anak Allah, yang belum sama sekali bebas dari dosa, tidak dapat mengalahkan kehendak Allah. Dengan penuh kuasa, dengan ampuh dan pasti, Allah mengerjakan agar semua orang pilihan-Nya bertekun dalam karunia keselamatan sampai akhirnya.
Namun bimbingan dan dorongan Allah terhadap orang yang telah bertobat itu tidak selalu bersifat begitu rupa, sehingga tidak mungkin dalam perbuatan-perbuatan yang tertentu, karena kesalahan mereka sendiri, mereka menyimpang dari bimbingan anugerah dan menuruti godaan keinginan-keinginan daging. Meskipun kuasa karunia Allah tidak dapat dikalahkan oleh tabiat manusia yang berdosa, Allah sama sekali tidak menyergap tabiat manusia yang berdosa itu. Meskipun kehendak Allah untuk menyelamatkan orang pilihan-Nya itu berdaulat dan tetap akan dilaksanakan bagi mereka semua, Allah tidak menghilangkan kehendak manusia yang masih dipengaruhi oleh sisa-sisa tabiatnya yang lama dan yang menyebabkan mereka berbuat dosa. Meskipun Allah tidak akan membiarkan orang pilihan-Nya kehilangan anugerah-Nya, tetapi Allah membiarkan mereka jatuh ke dalam dosa. Kita dapat membandingkan Allah dengan suami dalam cerita tadi yang telah berjanji kepada istrinya bahwa ia akan menjaga anaknya agar tidak tenggelam di kolam renang. Meskipun demikian, ia membiarkan anaknya jatuh ke dalam kolam dan tinggal di dalam air untuk beberapa saat, walaupun anaknya sangat takut. Tetapi perbuatannya itu tidak meniadakan janjinya tadi untuk menjaga anaknya supaya tidak mati tenggelam. Istrinya memang berpendapat demikian. Suaminya tetap menjelaskan kepadanya bahwa ia sebenarnya bertujuan baik membiarkan anaknya jatuh ke dalam air. Pengalaman itu menjadi pelajaran bagi anak itu. Selanjutnya anak itu akan lebih hati-hati karena menjadi sadar bahwa ia tidak pandai berenang dan takut tenggelam. Selanjutnya ia akan lebih berhati-hati jika berada di dekat air.
Allah membiarkan orang pilihan-Nya jatuh ke dalam dosa, tetapi Dia tidak akan membiarkan mereka jatuh keluar dari karunia keselamatan. Allah mampu menggunakan dosa untuk mendatangkan sesuatu yang lebih baik bagi orang pilihan-Nya.104 Dengan membiarkan anak-anak-Nya jatuh ke dalam dosa, Allah menjadikan mereka lebih sadar akan kelemahan mereka, dan atas ketidakmampuan mereka untuk tetap bertahan. Alkitab pengalaman dosa adalah bahwa mereka akan lebih berhati-hati, menghindar dan lari dari pencobaan, dan mencari kekuatan dari Allah agar dapat bertahan terhadap pencobaan itu. Karena itu mereka harus senantiasa berjaga-jaga dan berdoa supaya mereka jangan dibawa ke dalam pencobaan.
Tetapi, anak-anak Allah sering melupakan apa yang telah mereka pelajari dari dosa-dosa yang telah mereka perbuat, sehingga mereka kembali mulai mengandalkan kekuatan mereka sendiri. Akitabnya, mereka menjadi malas berdoa dan tidak ingat lagi untuk memohon Allah memberikan kekuatan yang tidak mereka sendiri miliki. Dan pada akhirnya, mereka mulai bermain-main dengan dosa, dan membawa diri mereka ke dalam pencobaan.
Jika mereka tidak berbuat ini, maka mereka bisa saja diseret oleh daging, dunia, dan iblis sehingga melakukan dosa-dosa yang berat dan ngeri. Bahkan kadang-kadang mereka memang diseret secara nyata, dengan izin Allah yang adil. Hal itu diperlihatkan oleh peristiwa-peristiwa Daud, Petrus, dan orang-orang kudus yang lain, yang jatuh ke dalam dosa dengan begitu menyedihkan, sebagaimana digambarkan bagi kita dalam Alkitab.
Petrus membanggakan kemampuannya untuk bertahan dalam iman ketika yang lain gagal (bdk. Mat. 26:33). Ia tidak menyadari kelemahannya. Akibatnya, ketika pencobaan sudah mulai dekat, ia tidak berdoa tetapi tidur (bdk. Mat. 26:40). Karena ia mengandalkan kekuatannya, ia berani masuk ke dalam kandang singa, yaitu halaman Imam Besar di mana Mahkamah Agama sedang mengadili Yesus. Petrus jatuh ke dalam dosa. Meskipun demikian, Tuhan Yesus tidak membiarkannya jatuh keluar dari anugerah. Dia berkata kepada Petrus, Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum, tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu (Luk. 22:31-32). Apakah Yesus menepati janji-Nya? Bukankah iman Petrus telah gagal?
Memang gagal, untuk sesaat, tetapi imannya tidak gagal untuk seterusnya. Tiga kali ia menyangkal Tuhan Yesus. Tetapi ketika ayam jantan berkokok, hatinya menjadi sangat menyesal karena dosanya itu. Jadi, meskipun Petrus telah jatuh ke dalam dosa (dengan menyangkali Tuhan Yesus), ia tidak jatuh keluar dari anugerah Allah. Kristus tahu bahwa Allah memelihara orang-orang kepunyaan-Nya. Karena itu, Kristus tidak berbicara mengenai sesuatu yang mungkin akan terjadi, jikalau engkau insaf , tetapi mengenai sesuatu yang pasti akan terjadi, kalau engkau sudah kembali kepada-Ku.105
1. Menurut kaum Arminian, ada dua sebab yang mungkin (berkaitan dengan pemeliharaan Allah) hingga orang-orang kudus masih jatuh ke dalam dosa yang berat. Jelaskanlah dua kemungkinan itu. Dari kedua kemungkinan itu, kaum Arminian memilih yang mana? Mengapa?
2. Apakah kesimpulan yang ditarik oleh kaum Arminian berkaitan dengan pemeliharaan Allah itu benar? Jelaskan pandangan yang benar berkaitan dengan pemeliharaan Allah dan dosa orang-orang kudus !
3. Berikan contoh dari Kitab Suci bahwa Allah berjanji akan memelihara orang kudus, namun Ia membiarkannya jatuh ke dalam dosa! Dengan menggunakan contoh itu, jelaskan apa sebab Allah membiarkan orang kudus jatuh ke dalam dosa!
Bahan untuk diPikirkan
- Dalam Doa Bapa Kami, Kristus mengajar kita berdoa, Bapa kami yang di surga ... janganlah membawa kami ke dalam pencobaan ... Walaupun benar bahwa Allah tidak mencobai siapa pun (bdk. Yak. 1:13), kadang-kadang Dia menuntun atau membawa orang-Nya ke dalam pencobaan. Bandingkanlah 2Sam. 24:1 dengan 1Taw. 21:1. Bacalah 1Raj. 22:20-22 dan 1Kor. 5:4-5! Apakah gagasan ini bertentangan dengan ajaran mengenai Allah yang memelihara orang kudus? (jikalau), melainkan kata yang merujuk pada kepastian (waktu, ketika, kalau sudah). LAI menerjemahkan, jikalau engkau sudah insaf , tetapi lebih baik Terjemahan Lama, kalau engkau sudah kembali kepada-Ku. Bandingkan BIS, kalau engkau sudah kembali kepada-Ku.
Dengan dosa yang sedemikian berat itu mereka sangat mem-bangkitkan murka Allah; mereka melakukan kesalahan yang patut diganjar hukuman mati; mereka mendukakan Roh Kudus; untuk sementara waktu mereka menghentikan praktik kehidupan iman; mereka sangat melukai hati nurani mereka dan kadang-kadang untuk sementara waktu mereka tidak merasakan lagi anugerah. Hal ini berlangsung sampai mereka membalik oleh penyesalan yang sungguh-sungguh, dan wajah kebapaan Allah kembali menyinari mereka. (2Sam. 12; Ef. 4:30; Mzm. 32:3-5; Bil. 6:25)
Berjalan sebagai pemain akrobat di atas tali atau berayun di atas bentangan tali yang tinggi di atas tanah, tentu sangat menakutkan dan amat berbahaya. Kalau kehilangan keseimbangan, atau pegangan terlepas, akibatnya tentu fatal. Pemain akrobat itu pasti jatuh dan kemungkinan meninggal.
Tetapi jika ada jaring pengaman yang dapat menahan jatuhnya si pe-main akrobat, ia tidak akan langsung jatuh ke tanah, mungkin permain-annya tidak begitu menakutkan lagi karena kurang berbahaya. Kalau de-mikian, orang mungkin dapat berpikir bahwa jatuhnya si akrobat tidak berakibat besar, karena ia akan tetap selamat dalam jaring penangkap. Tetapi sebenarnya tidak cocok. Tentu reputasi seorang akrobat yang terus terjatuh akan pudar. Pemilik sirkus, yang untuknya ia mempertunjukkan keterampilannya pasti kecewa dan akhirnya tidak akan membiarkannya lagi berjalan di atas tali tinggi itu dan memberikan pekerjaan lain yang tidak begitu menarik kepadanya.
Seandainya kita tidak memiliki janji yang menghiburkan bahwa Allah tetap akan memelihara orang-orang kudus, tentu perjalanan hidup kita mengikuti jalan kebenaran yang sempit menuju hidup yang kekal, akan sangat menakutkan. Karena kalau demikian halnya, akibatnya tentu fatal, jika seorang anak Allah kehilangan arah dan menyimpang dari jalur ketaatan. Orang itu akan kehilangan keselamatan yang kekal, dan akan menerima hukuman yang kekal. Untunglah, ada jaring pengaman yang menahan jatuhnya orang pilihan Allah, sehingga tidak kehilangan anugerah, yaitu anugerah pemeliharaan Allah. Karena demikian halnya, orang mungkin dapat berpikir bahwa jatuhnya orang kudus ke dalam dosa tidak berakibat besar, karena ia akan tetap selamat. Tetapi sebenarnya pandangan itu tidak benar. Dosa-dosa yang dibuat oleh anak-anak Allah tentu berakibat besar. Pasal ini menjelaskan apa sebenarnya akibat-akibat dosa itu, baik terhadap Allah maupun terhadap orang itu sendiri.106
Dosa kita berdampak besar terhadap Allah. Dengan dosa yang sedemikian berat itu mereka sangat membangkitkan murka Allah. Pernya-taan ini memperlihatkan inti ajaran Reformasi, yaitu kemuliaan Allah. Penyelamatan orang berdosa memang agak penting, namun pemujaan kepada Allah lebih penting! Jika seseorang berkata, Tidak masalah jika kita jatuh ke dalam dosa, karena Allah tetap akan menyelamatkan kita, jelas bahwa orang itu lebih mementingkan dirinya sendiri daripada Allah. Dia adalah orang yang egois dan berpusat hanya pada dirinya sendiri, alih-alih berpusat pada Allah. 106 Dalam penjelasan pada pasal yang lalu, kami mengatakan bahwa Allah membiarkananak-anak-Nya jatuh ke dalam dosa, karena Dia dapat mengerjakan bahwa dosa itu menghasilkan sesuatu yang baik. Dengan mengizinkan dosa itu terjadi, Allah mengingatkan mereka akan keburukan dan ketidaklayakan mereka, dan menyadarkan mereka bahwa mereka bergantung pada anugerah Allah. Dengan demikian mereka akan menyadari kelemahan mereka, sehingga mereka hanya akan berharap pada pemeliharaan Allah saja. Kalau demikian halnya, mungkin orang dapat berpikir bahwa jika Allah dapat mengerjakan bahwa dosa menghasilkan sesuatu yangt baik, mungkin baik saja kalau kita berbuat dosa. Pasal ini menolak pandangan semacam itu.
Ketika kita berdosa, kita menusuk hati Allah. Kita menyerang kewe-nangan-Nya maupun kemuliaan-Nya. Perbuatan itu sangat tidak menye-nangkan Allah, dan membangkitkan murka-Nya yang menyala-nyala. Nah, itu suatu perbuatan yang menakutkan! Allah kita adalah Allah yang cemburu (bdk. Kel. 20:5), api yang menghanguskan (bdk. Ul. 4:24), dan kehangatan amarah-Nya tercurah seperti api (bdk. Nah. 1:6). Murka Allah ditimbulkan bukan hanya terhadap musuh-musuh-Nya, tetapi juga terhadap orang pilihan-Nya jika mereka berdosa kepada-Nya. Sampai berapa kali bangsa Israel tertimpa murka Allah dan sengsara yang tidak terhingga, karena mereka menusuk hati-Nya dengan dosa mereka! Lantaran dosa yang orang-orang kudus perbuat terhadap Allah, mereka sendiri menderita akibatnya yang besar. Mereka mengalami murka Allah. Ngeri benar, kalau jatuh ke dalam tangan Allah yang hidup (Ibr. 10:31). Selanjutnya PAD menyebut sesuatu yang lain yang diakibatkan oleh dosa-dosa yang berat. Mereka melakukan kesalahan yang patut diganjar hukuman mati. Meskipun sejak kekal Allah telah mengambil keputusan untuk membenarkan orang pilihan-Nya melalui darah anak-Nya, mereka dibenarkan hanya oleh iman (bdk. Rm. 10:9). Meskipun Kristus telah mencurahkan darah-Nya satu kali untuk selama-lamanya, tidak seorang pun menerima pengampunan dosa kecuali kalau ia bertobat dan berbalik kepada Allah (bdk. Kis. 3:19). Karena itu, mereka yang berbuat dosa besar layak menerima hukuman mati sampai mereka berbalik oleh penyesalan yang sungguh-sungguh. Pernyataan itu bukan hanya pandangan dari sisi orang yang berdosa, tetapi begitulah keadaannya. Mereka tidak saja merasa bersalah, tetapi mereka memang adalah bersalah selama mereka belum mengakui dosa mereka dan berpaling darinya.
Akibat yang ketiga yang dihasilkan dosa yang berat adalah bahwa mereka mendukakan Roh Kudus (bdk. Ef. 4:30). Mendukakan berarti: menyakiti, menyusahkan, menyedihkan. Kalau kita jatuh ke dalam dosa, kita menyakitkan Roh Kudus. Roh Kudus berdiam di dalam hati kita untuk mematikan hal-hal yang jahat yang ada di dalam kita, dan untuk menghidupkan hal-hal yang baik. Roh Kudus-lah yang menuntun kita berjalan dalam kebenaran dan kekudusan, dan membuat kita berpaling dari jalan sesat dan dosa. Kalau kita berbuat dosa, kita menghalangi karya kasih-Nya di dalam kita. Dia menawarkan kepada kita sukacita, tetapi kita membawa sengsara atas diri kita. Dia menawarkan kepada kita kesucian, tetapi kita membawa kenajisan ke dalam diri kita. Kalau kita berbuat dosa, kita menyedihkan Roh Allah yang berdiam di dalam kita. Jika kita sungguh-sungguh mengasihi Allah Tritunggal, maka kita pasti akan bersedih karena telah menyedihkan Allah. Akibat yang keempat yang dihasilkan dosa yang berat adalah bahwa untuk sementara waktu mereka menghentikan praktik kehidupan iman. Iman tidak hilang, tetapi untuk sementara waktu tidak berfungsi lagi dengan baik. Kalau kita mengibaratkan iman dengan suatu mesin maka dosa adalah seperti sepotong besi yang dimasukkan ke dalam mesin itu untuk mengganjal roda pemutar dan yang menyebabkan mesin itu berhenti berputar dengan bunyi gemeretak. Selama berfungsi dengan baik, iman menghasilkan buah-buah baik, seperti doa berterima kasih dan syukur dan puji-pujian, serta membuat orang bersukacita dan merasa damai dalam hati. Tetapi siapa yang masih dapat berdoa atau mengangkat nyanyian pujian, kalau sudah jatuh ke dalam dosa? Siapa yang masih bersukacita dan merasa aman dalam hatinya? Dosa menggangu hubungan kita dengan Allah. Pasangan yang telah menikah pasti tahu dari pengalaman mereka, ketika salah satu dari mereka melakukan sesuatu yang menyinggung atau menyedihkan yang lain, maka hubungan mereka pasti menjadi dingin dan renggang. Komunikasi antara mereka menjadi sangat terbatas. Tidak ada lagi pelukan hangat di antara mereka berdua. Mereka merasa tidak nyaman bersama, dan lebih suka menyendiri. Ada sesuatu yang merusak hubungan mereka dan membuat mereka renggang. Begitu pula dengan hubungan kita dengan Allah. Jika kita berbuat dosa, kita merasa sangat sulit bahkan hampir tidak mungkin lagi untuk berdoa kepada Allah. Kita merasa jauh dari Allah. Kita tidak lagi merasakan sukacita dan damai seperti yang kita rasakan sebelumnya.
Akibat yang terakhir adalah bahwa dengan dosa yang sedemikian berat itu mereka sangat melukai hati nurani mereka dan kadang-kadang untuk sementara waktu mereka tidak merasakan lagi anugerah. Hati nurani adalah kemampuan yang Allah ciptakan di dalam diri kita, yang menimbang perbuatan-perbuatan kita, dan yang menilai apakah perbuatan-perbuatan itu baik atau jahat menurut nilai dan moral yang kita miliki. Jika seseorang melukai hati nuraninya sendiri, hal itu tentu mengerikan, karena berarti bahwa orang itu berperang dengan dirinya sendiri. Ia menjadi hakim bagi dirinya sendiri, dan menghukum dirinya karena kesalahannya. Jika orang lain menyalahkannya, ia mungkin tidak akan menghiraukannya jika hati nuraninya sendiri menganggapnya tidak bersalah. Tetapi jika hati nuraninya sendiri menyalahkan maka ia tidak akan lepas dari rasa bersalah. Perasaan itu menjadi beban yang berat, dan akan mematikan semangatnya karena merasa malu dan menyesal. Jika ia tidak bertobat dari dosanya, ia pasti tidak akan lagi merasakan anugerah Allah. Perasaannya seolah-olah Allah tidak senang lagi padanya dan tidak lagi menyinarinya dengan wajah-Nya. Untuk sesaat, ia bahkan dapat kehilangan keyakinan akan kepastian keselamatannya. Walaupun benar bahwa Allah tidak akan membiarkan orang-orang kudus-Nya tersesat untuk selama-lamanya, hal itu tidak berarti bahwa dosa yang mereka perbuat tidak begitu berat lagi. Sebaliknya, dosa mengakibatkan berbagai hal yang menyedihkan. Anak-anak Allah akan berusaha keras untuk menghindar dari akibat-akibat itu dengan hidup setia sesuai dengan perintah-perintah Allah.
Perlu diperhatikan bahwa PAD menutup pasal ini dengan mengatakan bahwa akibat-akibat itu akan berlangsung sampai mereka berbalik oleh penyesalan yang sungguh-sungguh, dan wajah kebapaan Allah kembali menyinari mereka. Akibat dari dosa itu memang mengerikan, tetapi tidak berlangsung untuk selama-lamanya. Tidak untuk selama-lamanya Allah bertahan dalam murka-Nya terhadap orang pilihan-Nya, dan tidak untuk selama-lamanya mereka akan merasa beban kesalahan mereka yang membuat mereka patut dihukum mati. Tidak untuk selama-lamanya Roh Allah bersedih, dan tidak untuk selama-lamanya mereka menghentikan praktik kehidupan iman. Hati nurani yang terluka akan pulih, dan mereka akan kembali merasakan anugerah Allah. Para penyusun PAD sangat yakin akan hal ini. Itu sebabnya mereka mengatakan, sampai mereka berbalik Kata (sampai) tidak menjelaskan kapan, tetapi memastikan bahwa mereka akan berbalik. PAD menyatakan dengan penuh keyakinan bahwa semua orang pilihan Allah pasti akan berbalik, meskipun hal itu tidak selalu terjadi dalam waktu yang singkat. Kepastian bahwa mereka akan kembali ke jalan yang benar merupakan pokok pembahasan dua pasal yang berikut.
1. Dalam keadaan bagaimana, perjalanan hidup di jalan sempit menuju kehidupan kekal menjadi perjalanan yang sangat menakutkan? Mengapa?
2. Gagasan apa yang harus kita hindari ketika berbicara mengenai karunia pemeliharaan Allah?
3. Apa dampak dosa orang-orang kudus terhadap Allah? Mengapa hal itu sangat berat bagi mereka sendiri? Apa yang dikatakan di dalam Ibrani 10:31?
4. Apa akibat yang kedua dari dosa yang berat yang dilakukan olehorang-orang kudus? Apa artinya?
5. Apa akibat yang ketiga dari dosa yang berat yang dilakukan olehorang-orang kudus? Apa akibatnya terhadap karya Roh Kudus?
6. Apa akibat yang keempat dari dosa yang berat yang dilakukan oleh orang-orang kudus? Jelaskan apa maksudnya! Mengapa hal itu sangat berat?
7. Apa itu hati nurani? Apa akibat yang ditimbulkan oleh dosa yang kita perbuat pada hati nurani kita? Mengapa hal ini sangat berat? Apa yang tidak lagi kita rasakan?
8. Apakah akibat-akibat dosa ini akan berlangsung untuk selama-lamanya? Mengapa? Kata apa yang dipakai oleh PAD untuk menunjukkan keyakinan mereka akan hal ini?
- PAD berbicara mengenai dosa yang sedemikian berat. Apakah ada dosa yang lebih buruk dan lebih membangkitkan murka Allah dibandingkan dengan dosa lain, ataukah segala dosa itu sama di mata Allah?
Sebab Allah, yang kaya akan rahmat, sesuai dengan rencana pemilihan yang tidak berubah-ubah, tidak menjauhkan sama sekali Roh Kudus dari orang-orang milik-Nya, bahkan tidak juga apabila mereka telah jatuh ke dalam dosa dengan cara yang menyedihkan. Dia juga tidak membiarkan mereka tersandung sedemikian, hingga mereka kehilangan karunia pengangkatan menjadi anak-anak Allah dan kedudukan sebagai orang yang dibenarkan, atau hingga mereka berbuat dosa yang mendatangkan maut, atau dosa yang menentang Roh Kudus, dan sama sekali ditinggalkan oleh Allah lalu menceburkan diri ke dalam kebinasaan yang kekal. (Ef. 1:11; Ef. 2:4; Mzm, 51:13; Gal. 4:5; 1Yoh. 5:16-18; Mat. 12:31, 32)
Meskipun orang pilihan dapat jatuh ke dalam dosa yang berat (pasal 4) yang dapat mengakibatkan hal-hal yang berat (pasal 5), Allah tidak akan membiarkan orang pilihan-Nya binasa. Kalau mereka sungguh-sugguh menyesal, mereka akan kembali ke jalan yang benar, dan Allah kembali akan menyinari mereka dengan wajah-Nya sebagai Bapa kita. Latar belakang pasal ini adalah satu lagi kekeliruan Arminian, yang dijelaskan dalam Penolakan V, 3:
Ajaran Keliru | Orang yang sungguh-sungguh beriman dan dilahirkan kembali dapat saja kehilangan iman yang membenarkan serta anugerah dan keselamatan itu secara menyeluruh dan untuk selama-lamanya. Mereka bahkan acap kali nyata-nyata kehilangan hal-hal ini dan binasa untuk selama-lamanya. |
Penolakannya | Pendapat ini meniadakan karunia pembenaran dan kelahiran kembali serta perlindungan terus-menerus oleh Kristus. Hal ini bertentangan dengan perkataan tegas Rasul Paulus, bahwa Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah (Rm. 5:8-9). Hal ini bertentangan juga dengan apa yang dikatakan oleh Rasul Yohanes, Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi; sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah (1Yoh. 3:9). Juga dengan perkataan Yesus Kristus, Aku memberikan hidup yang kekal kepada domba-domba-Ku dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar daripada siapa pun, dan seorang pun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa (Yoh. 10:28-29). |
PAD mengakui bahwa Allah tidak akan membiarkan orang pilihan-Nya binasa. Sebab Allah, yang kaya akan rahmat, sesuai dengan rencana pemilihan yang tidak berubah-ubah, tidak menjauhkan sama sekali Roh Kudus dari orang-orang milik-Nya, bahkan tidak juga apabila mereka telah jatuh ke dalam dosa dengan cara yang menyedihkan. PAD tidak menyangkal bahwa Allah dapat menjauhkan Roh Kudus-Nya dari orang pilihan-Nya untuk sementara waktu dan sampai batas tertentu. Hal ini dapat terjadi kalau mereka mendukakan Roh Kudus. Tetapi Allah tidak akan menjauhkan sama sekali Roh Kudus-Nya dari orang-orang milik-Nya. Kristus berjanji kepada murid-murid-Nya, Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya ( Yoh. 14:16). Dan dalam Roh Kuduslah Kristus menggenapi janji-Nya, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman (Mat. 28:20). Kristus memberikan janji-Nya ini kepada semua murid-Nya secara bersama. Namun janji ini juga berlaku bagi murid-murid-Nya secara perorangan, karena Roh Kudus berdiam dalam hati mereka masing-masing. Apalagi, janji yang diberikan kepada suatu kelompok orang tidak berarti jika janji itu juga tidak berlaku bagi mereka secara perorangan. Seandainya Allah sama sekali menjauhkan Roh-Nya dari orang-orang kudus, tentu mereka akan bertekun dalam iman dan kasih. Karena Roh Kuduslah yang memimpin orang-orang kudus ke dalam kebenaran (bdk. Yoh. 16:13) dan yang mengerjakan iman di dalam mereka (bdk. 1Kor. 2:10-14; 12:3). Roh Kuduslah yang mencurahkan kasih Allah ke dalam hati mereka (bdk. Rm. 5:5). Seandainya Allah sama sekali menjauhkan Roh-Nya dari orang-orang kudus, tentu mereka akan hidup di dalam dosa. Karena Roh Kuduslah yang membebaskan kita dari keinginan daging dan hawa nafsu dosa (bdk. Rm. 7:4, 5), dan yang memampukan kita untuk hidup dengan taat terhadap perintah-perintah Allah (bdk. Rm. 8:4, 9). Seandainya Allah menarik Roh-Nya dari kita, tentu saja kita tidak akan lagi mampu menghasilkan buah-buah yang baik (bdk. Gal. 5:22; Ef. 5:9). Sehingga hanya ada satu kesimpulan: seandainya Allah sama sekali menjauhkan Roh-Nya dari diri orang pilihan-Nya maka tentu saja mereka binasa untuk selamanya. Tetapi menurut ayat-ayat Alkitab yang kami kutip pada pasal 3, mustahil orang pilihan Allah kehilangan keselamatan. Kitab Suci memberikan begitu banyak bukti bahwa Allah memelihara orang pilihan-Nya sehingga mereka tetap memiliki keselamatan yang diperoleh Kristus bagi mereka. Dan Allah membuat hal itu melalui Roh Kudus.
Dia juga tidak membiarkan mereka tersandung sedemikian, hingga mereka kehilangan karunia pengangkatan menjadi anak-anak Allah. Paulus bersukacita karena tidak ada seorang pun atau sesuatu pun di seluruh ciptaan yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita (Rm. 8:38,39). Dan kasih itu dinyatakan dalam pengangkatan kita menjadi anak-anak Allah: Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah (1Yoh.3:1).
Dia juga tidak membiarkan mereka kehilangan kedudukan sebagai orang yang dibenarkan. Oleh iman, orang-orang kudus menjadi anggota-anggota tubuh Kristus dan menerima seluruh karunia-Nya (bdk. KH p/j 20). Salah satu dari karunia-Nya itu adalah bahwa mereka diberi kedudukan sebagai orang yang dibenarkan. Artinya, mereka telah diadili Allah dalam Kristus dan dinyatakan tidak bersalah dan benar. Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah (Rm. 5:8, 9). Orang-orang kudus menikmati kedudukan hukum tidak bersalah dan benar di hadapan Allah, karena oleh iman mereka ada di dalam Kristus, artinya, terwakili secara sah oleh Kristus. Allah memandang mereka solah-olah mereka belum pernah berbuat dosa sama sekali, dan seolah-olah mereka telah mengerjakan segala ketaatan yang dituntut dari mereka dalam hukum-Nya (bdk. KH p/j 60). Mereka tidak kehilangan kedudukan hukum tidak bersalah ini, juga jika mereka jatuh ke dalam dosa yang berat (bdk. pasal 4) sehingga layak dihukum mati (bdk. pasal 5). Tetapi, mereka harus bertobat dari dosa itu dan mencari pengampunan dosa.
Dia juga tidak membiarkan mereka ... berbuat dosa yang menda-tangkan maut, atau dosa yang menentang Roh Kudus, dan sama sekali ditinggalkan oleh Allah lalu menceburkan diri ke dalam kebinasaan yang kekal.
Dengan kalimat ini PAD menjawab kekeliruan kaum Arminian yang dijelaskan dalam Penolakan V, 4:
Ajaran Keliru | Orang yang sungguh-sungguh percaya dan dilahirkan kembali dapat melakukan dosa yang mendatangkan maut, atau dosa yang menentang Roh Kudus. |
Penolakannya | Dalam pasal kelima surat kirimannya yang pertama, Rasul Yohanes berbicara mengenai orang yang melakukan dosa yang mendatangkan maut, dan melarang mendoakan mereka (1Yoh. 5:16-17), lalu dalam ayat 18 segera ditambahkannya, Kita tahu, bahwa setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa (yaitu dosa yang demikian ); tetapi Dia yang lahir dari Allah melindunginya, dan si jahat tidak dapat menjamahnya (1Yoh. 5:18). |
Rasul Yohanes menulis, Kalau ada seorang melihat saudaranya berbuat dosa, yaitu dosa yang tidak mendatangkan maut, hendaklah ia berdoa kepada Allah dan Dia akan memberikan hidup kepadanya, yaitu mereka, yang berbuat dosa yang tidak mendatangkan maut. Ada dosa yang mendatangkan maut: tentang itu tidak kukatakan, bahwa ia harus berdoa. Semua kejahatan adalah dosa, tetapi ada dosa yang tidak mendatangkan maut (1Yoh. 5:16-17).
Apa yang dimaksud dengan dosa yang mendatangkan maut?
Perhatikanlah bahwa dahulu Yohanes berbicara mengenai kemungkinan seorang saudara berbuat dosa, yaitu dosa yang tidak mendatangkan maut. Tetapi ketika ia berbicara mengenai dosa yang mendatangkan maut, ia tidak lagi berbicara mengenai seorang saudara yang membuat dosa itu. Sebenarnya, mereka yang melakukan dosa itu adalah para nabi palsu yang menyebarkan kesesatan-kesesatan yang merusak gereja Kristus. Mereka menyangkal bahwa Yesus adalah Kristus (bdk. Yoh. 2:2), bahwa Kristus datang sebagai manusia (1Yoh.4:2-3), dan bahwa Yesus adalah Anak Allah (bdk. Yoh. 2:22-23; 4:15). Dengan tetap mempertahankan kesesatan-kesesatan itu dan dengan sengaja mengajarkannya kepada orang lain, mereka berbuat dosa yang sangat besar. Begitu besar dosa mereka sehingga gereja juga tidak boleh mendoakan agar mereka bertobat, karena untuk dosa mereka tidak ada pengampunan. Dalam Injil Matius, Kristus mengatakan, Sebab itu Aku berkata kepadamu: Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni, tetapi hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni. Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datang pun tidak (Mat. 12:1-32).
Kristus mengatakan hal itu, ketika Dia baru saja menyembuhkan orang yang kerasukan setan, yang buta, dan bisu. Tetapi orang Farisi dengan terang-terangan menolak mengakui bahwa Kristus telah menyembuhkan orang itu dengan kuasa Allah. Malah sebaliknya, mereka menuduh Kristus adalah pengikut iblis (Beelzebul), penghulu setan, dan mengatakan bahwa Kristus telah menyembuhkan orang itu dengan kuasa roh-roh jahat. Dengan demikian mereka menghujat Roh Kudus, karena penyembuhan orang yang kerasukan setan itu memperlihatkan kekuatan Roh Kudus. Mereka menolak karya kuasa Roh Kudus, dan malah menyebut penyembuhan itu sebagai karya roh jahat. Dengan demikian hati orang-orang Farisi berkeras terhadap Allah, dan hal itu membuat Allah juga semakin mengeraskan hati mereka. PAD menyatakan bahwa Allah tidak akan membiarkan orang kepunyaan-Nya begitu tenggelam dalam dosa sehingga mereka berbuat dosa yang mendatangkan maut, yaitu dosa menghujat Roh Kudus. Yohanes–setelah berbicara mengenai dosa yang mendatangkan maut– langsung meneruskan dengan berkata, Kita tahu, bahwa setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa; tetapi Dia yang lahir dari Allah melindunginya, dan si jahat tidak dapat menjamahnya (1Yoh. 5:18). Dengan mengatakan bahwa setiap orang yang lahir dari Allah tidak berbuat dosa, Yohanes tidak bermaksud menyatakan bahwa setiap orang Kristen yang telah dilahirkan kembali sudah menjadi sempurna. Bahwa itu bukan maksudnya, sudah jelas dari apa yang ia tulis sebelumnya, Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita (1Yoh. 1:8). Apa yang dimaksud oleh Yohanes di atas adalah bahwa setiap orang yang lahir dari Allah tidak melakukan dosa yang khusus itu, yaitu dosa yang mendatangkan maut. Anak-anak Allah yang telah dilahirkan kembali tidak akan menyangkal bahwa Yesus adalah Kristus, Allah yang kekal dan sejati sekaligus manusia yang sejati. Ada beberapa ayat Kitab Suci yang sepertinya menyangkal bahwa orang pilihan dipelihara oleh Allah dan bahwa orang-orang kudus akan bertekun dalam iman. Pertimbangkanlah ayat-ayat yang berikut : iBrani 6:4-6
Sebab mereka yang pernah diterangi hatinya, yang pernah mengecap karunia sorgawi, dan yang pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus, dan yang mengecap firman yang baik dari Allah dan karunia-karunia dunia yang akan datang, namun yang murtad lagi, tidak mungkin dibarui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat, sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghina-Nya di muka umum.
Berkaitan dengan pokok pembahasan kita, perlu diperhatikan bahwa penulis Kitab Ibrani mengatakan bahwa mereka ... yang pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus bisa murtad lagi. Pernyataan itu sepertinya bertentangan dengan apa yang diakui dalam pasal ini.
Tetapi perlu kita sadari bahwa Roh Kudus dapat bekerja dalam hati manusia tanpa mengerjakan iman dan pertobatan dalam orang itu. Melalui Roh Kuduslah Allah mengarahkan hati raja-raja dunia (lih. Ams. 21:1). Roh Kudus-lah yang bekerja dalam hati Nebukadnezar, Raja Babel, sehingga ia memuji, meninggikan, dan memuliakan Raja Surga (lih. Dan. 3:28-29; 4:34-37; bdk. 6:26-27). Roh Kuduslah yang menggerakkan hati Koresh, Raja Persia sehingga Dia memberi izin kepada orang Israel pulang ke Kanaan dan membangun kembali Bait Allah (bdk. 2Taw. 36:22). Roh Kudus juga dapat menggerakkan manusia, sehingga mereka seakan-akan sungguh-sungguh percaya, padahal tidak. Misalnya (iman) yang dimiliki oleh Simon Si Tukang Sihir (bdk. Kis. 8:13). Selain itu, Kitab Suci menyatakan bahwa ada orang yang telah mengakui pengajaran Kitab Suci, padahal iman mereka ternyata mati karena tidak menghasilkan buah (bdk. Yak. 2:14-20). Dalam Surat Ibrani pasal 6, penulis berbicara mengenaianggota-anggota jemaat yang telah mengaku seolah-olah memiliki iman, dan yang sepertinya sudah menghasilkan buah yang kelihatannya seperti buah pertobatan, padahal iman dan pertobatan mereka bukanlah iman dan pertobatan yang sungguh-sungguh. Perlu kita perhatikan bahwa penulis Kitab Ibrani dua kali mengatakan bahwa mereka yang murtad hanya pernah mengecap karunia surgawi dan Firman yang baik dari Allah. Mengecap berarti hanya mencicipi sedikit dari sesuatu untuk mengetahui rasanya. Bagian yang kecil yang dicicipi tidak memuaskan rasa lapar dan haus, dan tidak cukup untuk bertahan hidup. Bahkan mengecap bisa dilakukan tanpa benar-benar makan atau minum apa yang dicicipi. Seorang pencicip anggur profesional hanya mengambil sesapan air anggur kemudian menghisapnya dan membiarkannya sesaat di dalam mulutnya untuk memastikan rasanya, dan kemudian meludahkannya. Ia telah mengecap air anggur itu tanpa benar-benar meminumnya. Berarti, kalau penulis Ibrani mengatakan bahwa orang itu hanya pernah mengecap karunia surgawi itu, maksudnya adalah untuk menyatakan bahwa dampak firman Allah pada orang itu hanya pada permukaan saja, sama halnya seperti benih yang jatuh di tanah yang berbatu-batu dalam perumpamaan yang disampaikan Tuhan Yesus (bdk. Mat. 13:5-6). Mereka telah menerima penjelasan mengenai ajaran keselamatan. Mereka telah menyaksikan iman yang dimiliki orang lain. Mereka duduk di tengah-tengah jemaat yang di dalamnya Roh Kudus sedang mengerjakan karya ajaib-Nya. Mereka melihat dengan mata mereka sendiri perubahan besar dan ajaib dalam kehidupan orang yang mati bersama Kristus dan bangkit dalam hidup yang baru. Tetapi mereka sendiri tidak pernah menjadi percaya dengan sungguh-sungguh, dan tidak pernah sungguh-sungguh bertobat kepada Allah. Sama seperti orang-orang Yahudi yang telah menyaksikan kuasa dan kebajikan Juru Selamat Yesus Kristus tetapi yang tidak pernah menjadi percaya kepada-Nya dengan sungguh-sungguh dan malahan akhirnya menginginkan kematian-Nya, demikianlah orang-orang ini pun telah menyaksikan kuasa dan kebaikan Yesus, tetapi tidak menjadi percaya kepada-Nya dengan sungguh-sungguh. Mereka pun menolak-Nya, dan itu sama artinya dengan menyalibkan Kristus untuk kedua kalinya. MatiuS 13:3-8, 18-23
Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.
Karena itu, dengarlah arti perumpamaan penabur itu. Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Surga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan. Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itu pun segera murtad. Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.
Dalam perumpamaan ini, Tuhan Yesus menggambarkan berbagai macam tanggapan terhadap pemberitaan Injil. Banyak orang yang mendengar pekabaran Injil menolak karunia Allah yang ditawarkan di dalamnya. Pekabaran Injil sama sekali tidak membangkitkan perhatian mereka.
Orang lain menerima Injil untuk sementara waktu dan bersukacita dalam karunia Allah. Perasaan mereka tersentuh dan mereka menikmati semacam gelombang karunia rohani. Tetapi ketika mereka menyadari berapa banyak mereka harus berkorban, semangat mereka mengendur. Mereka mengasihi hidup ini lebih daripada hidup yang kekal. Mereka lebih takut pada apa yang akan dilakukan manusia terhadap tubuh mereka jika mereka mempertahankan iman, daripada takut pada apa yang akan dilakukan Allah terhadap tubuh dan jiwa mereka jika mereka menyangkal iman. Ada juga yang mengasihi milik jasmani mereka lebih daripada Allah, dan yang menyangkal iman ketika kesejahteraan finansial dibahayakan.
Ada lain lagi, yang mengacuhkan panggilan Injil dan menerimajanji-janji Allah. Tetapi seiring waktu berlalu, mereka tertarik pada hal-hal berdosa yang mereka nikmati sebelum mereka menjadi percaya. Pelan- pelan tetapi pasti keinginan akan hal-hal itu mulai menguasai hati dan hidup mereka, dan mereka tidak lagi menghasilkan buah-buah bagi Allah. Mungkin saja mereka tetap tinggal di dalam gereja sebagai orang-orang munafik. Mungkin juga mereka akan dikucilkan dari gereja karena ternyata mereka tidak lagi menghasilkan buah-buah iman.
Jika ada orang yang untuk sementara waktu menerima Injil, tetapi kemudian meninggalkan iman atau tidak menghasilkan buah-buah iman lagi, apakah tanggapan pertama mereka terhadap Injil dapat disebut iman yang benar? Pandangan Arminian mengenai pertanyaan itu dijelaskan dalam Penolakan V, 7:
Ajaran Keliru | Iman orang-orang yang percaya untuk sementara waktu saja, tidak berbeda dari iman yang membenarkan dan yang menyelamatkan, kecuali dalam hal panjang waktunya. |
Penolakannya | Kristus sendiri dengan jelas menunjukkan tiga macam perbedaan lagi antara mereka yang hanya percaya untuk sementara waktu dan orang-orang yang benar-benar percaya. Dalam Mat. 13:20 dst. dan Luk. 8:13 dst. dikatakan-Nya, bahwa orang-orang yang percaya untuk sementara waktu menerima benih di tanah yang berbatu-batu; mereka tidak berakar dan tidak berbuah. Sebaliknya, orang-orang yang benar-benar percaya menerima benih di tanah yang baik atau di dalam hati yang baik; mereka berakar kuat dan dengan tiada henti-hentinya serta tekun menghasilkan buah, meskipun tidak sama jumlahnya. |
PAD menekankan bahwa mereka yang hanya percaya untuk sementara waktu tidak dapat disebut sebagai orang yang benar-benar percaya. Berarti, (iman) mereka bukanlah iman yang benar. PAD membuktikan hal itu dengan menunjukkan bahwa ada tiga perbedaan. Jelas bahwa mereka yang percaya hanya untuk sementara waktu sebenarnya tidak dilahirkan kembali, karena mereka tidak pernah menerima hati yang baru yang diberikan Allah kepada mereka yang bertobat (bdk. Yeh. 11:19; 36:26). Hati mereka diumpamakan sebagai tanah yang berbatu. Tetapi orang yang benar-benar percaya, bercirikan tanah yang subur, hati mereka disediakan Allah agar menerima Firman-Nya dengan percaya.
Selanjutnya, (iman) orang yang percaya hanya untuk sementara waktu tidak berakar dan tinggal pada permukaan saja. Mereka tidak (terharu) ketika mereka mendengar pemberitaan Injil, berbeda sekali dengan orang yang benar-benar berpaling kepada Allah (bdk. Kis. 2:37; 7:54). Mereka tidak sepenuh hati menyesal karena dosa-dosa mereka, dan tidak sepenuh hati mengasihi Allah. Tentu saja mereka mengalami bermacam-macam emosi, tetapi perasaan hati sebenarnya dangkal karena tidak berasal dari iman yang benar dan tidak keluar dari dalam hati yang telah dilahirkan kembali. Selanjutnya, mereka tidak menghasilkan buah. Kitab Suci mengajarkan bahwa orang yang saleh adalah seperti pohon yang menghasilkan buah. Orang yang saleh adalah seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya Bukan demikian orang fasik: mereka seperti sekam yang ditiupkan angin (Mzm. 1:3,4). Sekam adalah kulit terluar dari bulir padi. Sekam memiliki bentuk benih padi, tetapi isinya tidak ada. Demikian juga mereka yang menerima Injil, mungkin memperlihatkan perbuatan yang berupa perbuatan yang baik, tetapi yang sebenarnya isinya tidak ada. Kristus juga pernah mengatakan bahwa jika kita tinggal di dalam Dia dengan iman yang benar, dan Dia di tinggal dalam kita, maka kita pasti akan berbuah banyak (bdk. Yoh.15:5). 2tiM. 2:16-20
Tetapi hindarilah omongan yang kosong dan yang tak suci yang hanya menambah kefasikan. Perkataan mereka menjalar seperti penyakit kanker. Di antara mereka termasuk Himeneus dan Filetus, yang telah menyimpang dari kebenaran dengan mengajarkan bahwa kebangkitan kita telah berlangsung dan dengan demikian merusak iman sebagian orang. Tetapi dasar yang diletakkan Allah itu teguh dan meterainya ialah: Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya dan Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan.
Kenyataan bahwa guru-guru palsu dapat merusak iman sebagian orang rupanya bertentangan dengan apa yang kita akui dalam pasal ini, yaitu bahwa Allah tidak akan membiarkan orang pilihan-Nya binasa. Tetapi sekali lagi perlu kami tekankan bahwa kata (iman) dalam Kitab Suci tidak selalu menunjuk kepada iman yang benar. Ingat saja ayat-ayat yang tadi sudah kita selidiki (Kis. 8:13; Yak. 2:14-20; dan Mat. 13). Ada orang yang untuk sementara waktu kelihatannya seperti orang yang termasuk orang yang ditebus oleh Tuhan dan tertebus serta menjadi anggota kumpulan orang pilihan, tetapi yang kemudian meninggalkan iman. Seperti dikatakan oleh Rasul Yohanes, Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi hal itu terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa tidak semua mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita (1Yoh. 2:19). Bahwa itulah yang dimaksudkan Paulus menjadi jelas dari ayat 19,
Tetapi dasar yang diletakkan Allah itu teguh dan meterainya ialah: Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya. Berarti, Tuhan mengenal orang pilihan-Nya. Kutipan diambil Paulus dari Bilangan 16:5 (dikutip dari Septuaginta: terjemahan bahasa Yunani dari naskah asli Perjanjian Lama dalam bahasa Ibrani). Pasal itu bercerita mengenai Korah, Datan, dan Abiram, yang telah menjadi pemimpin yang menyesatkan, yang telah berhasil menceraikan sebagian orang Israel dari Musa, pemimpin bangsa Israel yang sah. Karena itu Allah menyatakan bahwa Dia akan memberitahukan kepada mereka siapa yang telah dipilih-Nya menjadi pemimpin bangsa-Nya, yaitu Musa, atau Korah, Datan, dan Abiram. Diilhami oleh Roh Kudus, Rasul Paulus menerapkan ayat ini pada orang pilihan Allah. Dengan ajaran mereka yang keliru, Himeneus dan Filetus telah berhasil menceraikan sebagian jemaat dari ajaran yang benar. Tetapi sama seperti dalam Bilangan 16, Allah telah menyatakan siapa yang dipilih-Nya dan siapa tidak. Kesimpulannya jelas: Himeneus dan Filetus tidak dipilih Allah. galatia 5:4
Kamu lepas dari Kristus, jikalau kamu mengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat; kamu hidup di luar anugerah.
Apa yang dikatakan Paulus, bahwa bisa saja terjadi seseorang lepas dari Kristus sehingga hidup di luar anugerah, rupanya bertentangan dengan apa yang kita akui dalam pasal ini. Di Galatia, sebagian orang percaya telah mengalah pada kekeliruan humanisme yang mengatakan bahwa keselamatan diperoleh melalui perbuatan-perbuatan baik. Dengan demikian, mereka telah meninggalkan iman yang benar yang hanya bersandar pada Yesus Kristus demi keselamatan. Itu sebabnya Paulus mengatakan bahwa mereka lepas dari Kristus. Mereka mulai mendasarkan keselamatan mereka, paling sedikit sebagian, pada perbuatan-perbuatan baik yang mereka lakukan sendiri, dan tidak lagi mendasarkannya semata-mata pada apa yang dilakukan oleh Kristus. Karena itu Paulus mengatakan bahwa mereka berada di luar anugerah. Mereka tidak lagi sepenuhnya berserah kepada Kristus. Mereka tidak berpegang teguh pada ajaran bahwa kita diselamatkan hanya oleh anugerah (sola gratia). Apakah mereka dahulu benar-benar dicangkokkan pada Kristus oleh iman yang benar? Apakah mereka benar-benar pernah mendapat bagian dalam anugerah? Sebenarnya dalam pasal ini Paulus tidak menyibukkan diri dengan pertanyaan-pertanyaan itu. Pokok pembicaraannya adalah, bahwa orang di Galatia dahulu telah mengaku bahwa keselamatan diterima dalam Yesus Kristus hanya karena iman, dan tidak karena perbuatan-perbuatan baik. Ternyata, mereka kemudian sudah menyangkal pengakuan itu. Paulus tahu bahwa jika mereka sungguh-sungguh mendapat bagian dalam anugerah melalui iman, Allah pasti akan memulihkan mereka kembali melalui pertobatan. Justru itulah tujuan suratnya, agar mereka bertobat. Paulus juga tahu, sama seperti Rasul Yohanes, bahwa jika nanti menjadi nyata bahwa ada orang yang tidak bertobat, sebabnya adalah bahwa orang itu sebenarnya tidak pernah termasuk dalam kumpulan orang pilihan Allah (bdk. 1Yoh. 2:19). 2Ptr. 2:1
Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka.
Tidak tepat jika ayat ini digunakan untuk menentang ajaran mengenai ketekunan orang-orang kudus. Jika kita membaca ayat ini sepintas lalu, maka rupa-rupanya ayat-ayat ini mengatakan bahwa ada orang yang telah ditebus oleh Kristus, akhirnya dibinasakan. Kita perlu menyelidiki ayat ini lebih dalam. Dalam ayat ini, Petrus bertolak dari apa yang dinyatakan olehguru-guru palsu, yaitu bahwa mereka menyebut diri sebagai guru-guru yang benar. Mereka menyatakan bahwa mereka telah ditebus oleh Kristus dengan darah-Nya yang mahal, sehingga sudah menjadi milik-Nya. Sebagian jemaat telah menerima mereka sebagai saudara-saudara seiman, karena mereka telah mengaku dan menjadi anggota persekutuan jemaat. Tetapi, apa yang dinyatakan oleh para nabi palsu ini tidak benar. Jika kita menyimak Surat 2 Petrus dan Surat Yudas, maka kita akan menemukan hubungan yang erat antara kedua surat ini. Masalah yang diangkat dalam kedua surat ini adalah mengenai guru-guru palsu yang secara diam-diam dan tanpa diketahui telah menyelusup ke dalam jemaat. Yudas mengatakan bahwa para guru-guru palsu ini menyangkal satu-satunya Penguasa dan Tuhan kita, Yesus Kristus (4). Petrus mengatakan bahwa guru-guru palsu ini menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka.
Menurut Yudas, guru-guru palsu ini tidak pernah percaya dengan sungguh-sungguh. Yudas mengatakan bahwa mereka secara diam-diam dan tanpa diketahui menyelusup ke dalam jemaat. Atau seperti dikatakan Petrus, mereka memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan. Waktu mereka menjadi anggota jemaat, mereka membawa serta gagasan-gagasan yang merusak. Berarti, guru-guru palsu ini bukanlah guru-guru yang sebelumnya baik dan percaya kemudian murtad. Meskipun sebelumnya gereja belum sadar, mereka sebenarnya sudah menjadi orang durhaka pada waktu mereka bergabung dengan jemaat. Mereka tidak seperti apa yang mereka nyatakan mengenai diri mereka. Mereka tidak termasuk orang yang ditebus Kristus dengan darah-Nya.
1. Apakah orang-orang percaya yang telah dilahirkan kembali dapat kehilangan iman dan keselamatan? Bandingkan pandangan orang-orang Reformasi dengan pandangan kaum Arminian!
2. Apakah Allah menjauhkan Roh-Nya dari orang pilihan-Nya jika mereka terus hidup dalam dosa? Bagaimana kita mengetahui hal ini?
3. Apa yang akan terjadi jika Allah menjauhkan Roh-Nya dari orang-orang kudus? Mengapa?
4. Apa yang dimaksud dengan karunia pengangkatan menjadi anak- anak Allah? Mungkinkah orang-orang kudus kehilangan karunia ini? Apa yang dikatakan Rasul Paulus dalam Roma 8:38, 39?
5. Apa yang dimaksud dengan kedudukan sebagai orang yang dibenarkan? Jika orang-orang percaya dapat melakukan kesalahan yang patut diganjar hukuman mati (pasal 5), bagaimana mungkin mereka tetap tinggal dalam kedudukan sebagai orang yang dibenarkan?
6. Jelaskan apa yang dimaksud dengan dosa yang mendatangkan maut (1Yoh. 5:16). Apakah orang-orang percaya yang telah dilahirkan kem-bali dapat melakukan dosa itu? Bandingkan pandangan Reformasi dan pandangan kaum Arminian mengenai hal ini. Tunjukkanlah bahwa pandangan Reformasi berdasarkan Kitab Suci!
7. Apa yang dimaksud dengan dosa atau hujat terhadap Roh Kudus (Mat. 12:31-32)? Apakah orang-orang kudus dapat melakukan dosa itu? Bandingkan pandangan Reformasi dengan pandangan kaum Arminian mengenai hal ini !
8. Jelaskanlah ayat-ayat di bawah! Jelaskan mengapa ayat-ayat itu seperti- nya mengajarkan bahwa orang-orang percaya yang telah dilahirkan kembali dapat kehilangan karunia keselamatan sehingga bisana, dan jelaskan mengapa sebenarnya ayat-ayat itu tidak mengajarkan hal itu !
- Dalam Mazmur 51:13 Daud berdoa, Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku! Jika benar bahwa Allah sama sekali tidak menjauhkan Roh-Nya dari orang pilihan-Nya, mengapa Daud mengajukan permohonan ini dalam doanya?
Sebab, pertama-tama, tiap-tiap kali mereka jatuh ke dalam dosa dengan cara demikian, tetap dipelihara-Nya di dalam mereka benih-Nya yang tidak fana, yang olehnya mereka telah dilahirkan kembali, supaya benih itu tidak binasa atau terbuang. Selanjutnya sudah pasti mereka diperbarui-Nya dengan ampuh oleh Firman dan Roh-Nya, sehingga mereka bertobat. Maksudnya, supaya mereka sungguh-sungguh berdukacita menurut kehendak Allah karena dosa-dosa yang telah dilakukannya; oleh iman dan dengan hati yang patah dan remuk mereka memohon dan memperoleh pengampunan dalam darah Sang Pengantara; mereka merasakan kembali anugerah Allah, yang kini telah diperdamaikan dengan mereka; mereka menyembah kemurahan dan kesetiaan-Nya dan untuk selanjutnya mereka makin berusaha untuk mengerjakan keselamatan mereka dengan takut dan gentar. (1Ptr. 1:23; 1Yoh. 3:9; 2Kor. 7:10; Mzm. 32:5; Mzm. 51:19; Flp. 2:12)
Dalam pasal yang sebelumnya kita telah mempelajari mengenai apa yang tidak akan Allah lakukan kalau orang-orang kudus jatuh ke dalam dosa yang berat. Dia tidak akan membiarkan orang pilihan-Nya binasa. Dia tidak akan membiarkan mereka lepas dari karunia pengangkatan menjadi anak-anak Allah. Dia tidak akan membiarkan mereka kehilangan kedudukan sebagai orang yang dibenarkan. Allah tidak akan membiarkan mereka melakukan dosa yang mendatangkan maut, atau dosa hujat terhadap Roh Kudus. Dia sama sekali tidak akan meninggalkan mereka, dan tidak akan membiarkan mereka menceburkan diri ke dalam kebinasaan yang kekal. Dalam pasal ini kita mendengar apa yang akan Allah lakukan kalau orang-orang kudus jatuh ke dalam dosa yang berat. Pertama-tama, tiap-tiap kali mereka jatuh ke dalam dosa dengan cara demikian, tetap dipelihara-Nya di dalam mereka benih-Nya yang tidak fana, yang olehnya mereka telah dilahirkan kembali, supaya benih itu tidak binasa atau terbuang.
Alasan PAD menyatakan hal itu adalah kekeliruan kaum Arminian yang berkaitan dengan pokok ini. Mereka mengajarkan bahwa benih, yang olehnya kita dilahirkan kembali, dapat hancur. Orang yang telah dilahirkan kembali dapat saja kehilangan hidup baru yang telah mereka terima, demikian ajaran mereka, sehingga mereka perlu dilahirkan kembali berulang-ulang. Pandangan kaum Arminian dibahas dalam Penolakan V, 8:
Ajaran Keliru | Apabila manusia telah kehilangan kelahiran kembali yang pertama, maka tidak mustahil ia dilahirkan kembali sekali lagi, bahkan beberapa kali. |
Penolakannya | Melalui ajaran ini, mereka menyangkal ketidakfanaan benih Allah, yang olehnya kita dilahirkan kembali. Hal ini bertentangan dengan kesaksian Rasul Petrus, Kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana (1Ptr. 1:23). |
PAD hanya mengutip sebagian dari 1 Petrus 1:23. Keseluruhan ayat itu berbunyi demikian: Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal. PAD sebenarnya dapat juga mengutip 1 Yohanes 3:9: Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi;107 sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah. Apa yang dimaksud dengan benih yang olehnya kita dilahirkan kembali? Waktu membahas sarana yang digunakan Allah untuk melahirkan orang kembali, PAD menulis: Demikian pula halnya karya adikodrati Allah yang tersebut di atas, yang olehnya kita dilahirkan-Nya kembali: karya ini sekali-kali tidak mencegah atau meniadakan pemakaian Injil yang telah ditentukan Allah yang berhikmat itu menjadi benih kelahiran kembali dan makanan bagi jiwa (III/IV, 17). PAD mengatakan bahwa benih itu adalah Firman atau Injil. Dasar keterangan itu adalah dari perumpamaan mengenai benih; di sana Kristus menjelaskan bahwa benih itu adalah firman Allah (bdk. Mat. 13:19-23).108
Kitab Suci menyatakan bahwa firman Allah berkuasa (bdk. 1Tes. 1:5;
Ibr. 4:12). Firman Allah menusuk hati orang pilihan Allah dan menghasilkan hidup baru, seperti yang terjadi pada benih yang jatuh ke dalam tanah yang subur. Menurut Petrus, benih ini adalah benih yang tidak fana, benih yang tidak dapat mati. Menurut Yohanes, benih itu tetap tinggal dalam hati orang-orang kudus. Kesimpulannya adalah firman Allah terus menghasilkan hidup rohani yang baru di dalam hati orang pilihan, hidup baru yang tidak dapat mati.
Baiklah kami coba menjelaskan apa yang ditulis oleh Petrus dan Yohanes melalui cerita yang benar-benar pernah terjadi. Di halaman rumah kami, terdapat berbagai macam pohon buah-buahan, di antaranya berbuat dosa (Bdk. terjemahan dalam bahasa Inggris, New International Version: he cannot go on sinning). 108 Tidak semua orang sependapat dengan PAD dalam penjelasan mengenai benih yang olehnya kita dilahirkan kembali. Ada orang, di antaranya penulis buku ini, yang mengartikan benih ini sebagai dasar atau kekuatan kehidupan rohani yang baru, yang ditanamkan ke dalam hati orang-orang percaya. Benih ini memang erat hubungannya dengan Firman dan tidak dapat dipisahkan dari Firman, namun berbeda dari Firman. Pandangan ini berdasarkan perbedaan yang dikatakan Petrus antara kedua hal itu: orang-orang kudus dilahirkan kembali dari benih yang tidak fana oleh Firman. Kata dari menunjukkan sumber kehidupan baru, sedangkan kata oleh menunjukkan jalan atau cara yang dipakai Allah untuk menanamkan benih ini dalam hati orang pilihan-Nya. Allah memberi hidup baru oleh Firman. Pada permulaan, berkenan kepada Alah untuk menciptakan langit dan bumi dengan kekuatan-Nya oleh Firman: Berfirmanlah Allah, (Jadilah), maka terjadilah hal-hal yang pada mulanya belum ada. Dengan cara yang sama, berkenan kepada Allah untuk mewujudkan ciptaan yang baru dengan kekuatan-Nya oleh Firman (yaitu Injil). Dan benih ini, yang menjadi sumber hidup baru, dan yang ditanamkan ke dalam hati orang pilihan oleh Firman, adalah benih yang tidak fana. Benih ini tidak dapat mati (Bdk. P.H.R. van Houwelingen, 1 Petrus, Kok, 1991, hal. 70). pernah ada pohon ara. Tetapi pohon ara ini selalu dikerumuni bari-bari, sehingga seorang pembudidaya menyarankan kepada kami untuk menebang pohon ara itu. Kami mengambil gergaji dan menebang pohon itu sampai rata dengan permukaan tanah, tetapi akarnya dibiarkan di dalam tanah. Tidak lama kemudian ada tunas baru yang mulai tumbuh dari akarnya. Kami memotongnya, dan ia terus bertumbuh lagi. Setiap kali kami memotongnya, tetapi bahkan setelah bertahun-tahun, tunas-tunas baru itu tetap saja tumbuh lagi. Demikian pula halnya dengan benih kelahiran kembali yang sudah tertanam di dalam hati orang pilihan Allah. Pohon yang tumbuh dari benih kelahiran kembali itu dapat ditebang sebagai akibat dari dosa, sehingga kelihatannya iman itu telah mati dan tidak menghasilkan buah-buah yang baik lagi. Tetapi benih itu adalah benih yang tidak fana, sehingga tetap akan tumbuh kembali. Baik Petrus maupun Yohanes dengan jelas mengatakan bahwa hidup yang baru yang telah Allah tanamkan di dalam hati orang pilihan-Nya adalah hidup yang tidak fana, yang tidak akan pernah mati.
Selanjutnya sudah pasti mereka diperbarui-Nya dengan ampuh oleh Firman dan Roh-Nya, sehingga mereka bertobat. Dengan menggunakan kata pasti dan dengan ampuh, kita diingatkan akan Anugerah yang tidak dapat ditolak dan yang nyata dalam pertobatan pertama manusia, sebagaimana yang diuraikan dalam III/IV, 12: Olehnya semua orang yang hatinya menjadi tempat Allah bekerja dengan cara yang menakjubkan ini, pasti dilahirkan kembali dengan cara yang tak tergagalkan dan ampuh, serta benar-benar menjadi percaya. PAD menggunakan kata-kata yang sama, karena kuasa Allah yang berdaulat yang dipakai-Nya untuk mengerjakan pertobatan pertama, adalah kuasa yang sama yang dipakai-Nya untuk mengerjakan pertobatan sehari-hari. Allah tidak hanya dengan kuat mengerjakan sehingga orang pilihan bertobat dan menjadi percaya pada waktu mereka menjadi manusia baru, tetapi juga hari demi hari dengan kekuatan yang sama membarui iman mereka dan membuat mereka bertobat dalam iman dan pertobatan sampai pada saat terakhir. Mengenai hal ini, Rasul Paulus mengatakan, Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus (Flp. 1:6). Gembala Yang Baik, yang dari awal membawa domba milik-
Nya di jalan kebenaran, terus memimpin dan memelihara mereka. Setiap kali mereka tersesat, Dia menuntun mereka kembali ke jalan kebenaran. Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu (1Ptr. 2:25). Setelah membahas apa yang Allah lakukan untuk membaruiorang-orang pilihan-Nya sehingga mereka bertobat, PAD menjelaskan dampak karya Allah itu atas orang-orang pilihan: mereka sungguh-sungguh berdukacita menurut kehendak Allah karena dosa-dosa yang telah dilakukannya. Mereka menyesal karena telah menyakiti hati Allah yang mereka kasihi. Mereka menyesal karena telah mencemarkan nama Allah, karena mereka menjadi sadar kembali bahwa mereka telah diciptakan dan ditebus supaya mereka menghormati dan memuliakan Allah. Mereka berdukacita, tetapi mereka tidak kehilangan harapan akan belas kasihan Allah. Mereka bersedih, tetapi mereka tidak putus asa, karena mereka tahu betapa besar belas kasihan Allah terhadap orang yang takut akan Dia. Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kau pandang hina, ya Allah (Mzm. 51:19). Keyakinan akan belas kasihan Allah mendorong mereka untuk mencari pengampunan dalam kurban penebusan Kristus. Mereka yang meminta, menerima, dan mereka yang mencari, mendapat. Ketika orang-orang percaya jatuh ke dalam dosa, untuk sementara mereka mungkin tidak akan merasakan kemurahan Allah. Tetapi ketika mereka berpaling kepada Allah dengan bertobat, kembali mereka merasakan kemurahan-Nya. Mereka merasakan kembali anugerah Allah.
Mendamaikan berarti memulihkan kembali persahabatan. Kalimat
Allah, yang kini telah diperdamaikan dengan mereka hendak mengatakan bahwa hubungan antara Allah dan orang berdosa telah dipulihkan kembali. Dosa yang memisahkan manusia dari Allah telah dihilangkan, dan mereka kembali merasakan di dalam hati bahwa Allah menerima mereka dalam belas kasihan-Nya. Pertobatan membawa perdamaian. Mereka menyembah kemurahan dan kesetiaan-Nya. Mereka memuji Dia oleh karena kebaikan yang telah ditunjukkan-Nya kepada mereka, walaupun mereka sebenarnya tidak layak menerimanya. Hati mereka penuh melimpah dengan kasih terhadap Allah, karena kasih dan kebaikan-Nya tidak akan pernah berhenti, dan tetap ada, juga pada waktu mereka tidak menaati-Nya dan ternyata kurang mengasihi-Nya. Untuk selanjutnya mereka makin berusaha untuk mengerjakan keselamatan mereka dengan takut dan gentar (bdk. Flp. 2:12). Mereka tidak bekerja untuk mendapatkan keselamatan, karena keselamatan itu diberikan kepada mereka sebagai hadiah. Mereka mengerjakan keselamatan mereka, yaitu berdasarkan keselamatan, mereka memberi bentuk pada kehidupan mereka sebagai orang yang telah diselamatkan.
Awal kelahiran kembali semata-mata adalah karya Allah; dalam hal itu orang-orang pilihan sama sekali pasif. Tetapi dalam proses kelahiran kembali, selanjutnya mereka memainkan peran yang aktif. Mereka harus aktif dalam kegiatan-kegiatan rohani, seperti berdoa dan merenungkan Kitab Suci, karena dengan demikian mereka akan bertumbuh dalam iman dan kesetiaan. Diperlengkapi dengan seluruh perlengkapan senjata Allah (bdk. Ef. 6:13), mereka harus berjuang dalam perjuangan iman menentang segala kejahatan yang ada di dalam hati mereka sendiri dan di dalam dunia. Mereka harus melakukannya dengan takut dan gentar, agar mereka tidak jatuh ke dalam dosa. Karena meskipun keselamatan mereka telah pasti, dosa-dosa mereka tetap akan membawa akibat yang sangat berat (bdk. V, 5). Dengan menyadari hal ini, mereka semakin giat berusaha untuk mengerjakan keselamatan mereka.
1. Apa yang tidak akan Allah lakukan ketika orang-orang percaya jatuh ke dalam dosa?
2. Apa hal pertama yang akan Allah lakukan ketika orang-orang percaya jatuh ke dalam dosa? Apa pandangan kaum Arminian mengenai hal ini?
3. Apa yang dimaksud oleh PAD dengan benih kelahiran kembali? Apa yang dikatakan Kitab Suci mengenai benih kelahiran kembali?
4. Apakah benih kelahiran kembali dapat diberi arti yang berbeda dengan tafsiran PAD? Jika ya, bagaimana?
5. Apa hal kedua yang akan Allah lakukan ketika orang-orang percaya jatuh ke dalam dosa? Hal apa yang diterangkan dengan kata pasti dan dengan ampuh? Apa yang dikatakan oleh Paulus dalam Filipi 1:6?
6. Apa persisnya yang disesalkan orang pilihan kalau mereka bertobat?
7. Apakah orang pilihan kehilangan harapan akan belas kasihan Allah? Mengapa?
8. Orang-orang kudus kehilangan apa sebagai akibat dari dosa mereka? Bagaimana mereka memperoleh hal itu kembali? Apa nama yang diberikan pada proses ini? Apa artinya?
9. Hal apa yang ditimbulkan oleh pendamaian dari dalam orang-orang percaya? Mengapa?
10. Apa dampak dosa dan pendamaian terhadap gaya hidup orang-orang percaya?
11. Apa artinya bahwa orang-orang percaya harus mengerjakan keselamatan mereka? Apa sebabnya mereka melakukan hal itu dengan takut dan gentar?
- Seorang bapak dapat memaksa anaknya untuk memohon maaf atas kesalahan yang telah diperbuatnya. Keinginan untuk memohon maaf tidak timbul dari hati anaknya sendiri. Dapat saja anaknya itu dipaksa untuk memohon maaf, meskipun bertentangan dengan kemauannya. Permintaan maaf seperti itu sulit dipandang sebagai penyesalan yang benar. Dalam pasal ini, PAD menjelaskan bahwa manusia tidak akan bertobat oleh kekuatan atau kehendaknya sendiri. Allah-lah yang dengan pasti dan ampuh mengerjakan pertobatan orang pilihan-Nya, berdasarkan kehendak-Nya yang berdaulat dan oleh kekuatan-Nya yang tidak terbatas. Jika demikian, jelaskan apakah pertobatan orang pilihan itu tulus atau tidak, dan mengapa demikian ?
Maka, bukan karena jasa atau kekuatan mereka sendiri, melainkan karena belas kasihan Allah yang diberikan dengan cuma-cuma itu mereka beroleh hal ini, yaitu bahwa mereka tidak sama sekali kehilangan iman dan anugerah, atau untuk selama-lamanya tinggal dalam kejatuhan mereka dan akan binasa. Sejauh tergantung pada mereka, hal itu mudah saja terjadi, bahkan tanpa ragu-ragu akan terjadi. Tetapi dari sudut Allah hal itu mustahil, sebab keputusan-Nya tidak dapat diubah, janji-Nya tidak dapat diingkari, dan panggilan menurut rencana-Nya tidak dapat dicabut; begitu pula jasa, doa syafaat, dan pemeliharaan Kristus tidak mungkin ditiadakan dan juga pemeteraian dengan Roh Kudus tidak dapat digagalkan atau dimusnahkan. (Mzm. 33:11; Ibr. 6:17; Rm. 8:30, 34; Rm. 9:11; Luk. 22:32; Ef. 1:13)
Kehidupan orang Kristen seumpama perlombaan lari jarak jauh. Jika Allah memberi umur panjang maka perlombaan itu pun menjadi panjang dan lama. Lintasan yang harus dilewati oleh orang-orang percaya tidak selalu sama. Ada yang harus melewati pegunungan tinggi; yang lain ada yang melewati lintasan yang datar; yang lain lagi harus melewati lembah yang gelap dan curam. Tetapi bagi setiap orang percaya, perlombaan itu sulit dan berat. Tetapi, betapa pun sulitnya perlombaan itu, tidak seorang pun dari antara orang-orang percaya akan gagal menyelesaikannya sampai garis akhir. Semua orang percaya akan memperoleh mahkota kemenangan dan menerima upahnya yaitu hidup yang kekal. Ketekunan mereka hanya berkat Yesus Kristus. Dialah yang memimpin kita dalam iman dan yang membawa iman kita kepada kesempurnaan (bdk. Ibr. 12:2). Dialah yang membawa kita ke garis awal dengan mengerjakan keinginan di dalam hati kita untuk mengikuti perlombaan. Dia juga yang mengangkat kita ketika kita jatuh, dan pada akhirnya memastikan bahwa kita mencapai garis akhir dan menang. Dalam pasal ini, PAD menekankan bahwa hanya karena anugerah Allah Tritunggal sehingga orang-orang percaya dengan pasti dan tidak gagal berjuang dalam pertandingan yang baik, mengakhiri perlombaan, memelihara iman, dan memenangkan mahkota kebenaran (bdk. 2Tim. 4:7). Jika mereka dibiarkan berjuang dengan kekuatan mereka sendiri, tentu mereka tidak bertekun. Sisa-sisa tabiat manusia lama yang masih melekat pada mereka menyebabkan mereka lemah. Mereka sendiri tidak memiliki kekuatan yang diperlukan untuk melawan musuh-musuh mereka yang sangat kuat. Bahwa mereka bertekun itu hanya berkat anugerah Allah Tritunggal. karya PeMeliHaraan allaH BaPa Dalam pembahasan pemeliharaan orang-orang kudus, PAD mulai dengan menyebut karya Allah Bapa. Keputusan-Nya tidak dapat diubah. Menurut Rasul Paulus, Allah menetapkan rencana penebusan sebelum dunia dijadikan (bdk. Ef. 1:4). Dalam rencana-Nya yang kekal itu, Allah juga memilih orang-orang yang akan dikuduskan-Nya (ayat 4), diangkat menjadi anak-anak-Nya (ayat 5), ditebus dan diberikan pengampunan dosa (ayat 7), dan yang akan menerima warisan dari-Nya (ayat 11). Rencana Allah yang kekal itu tidak dapat diubah atau dibatalkan, karena Allah, yang dari semula telah memilih orang-orang kudus sesuai dengan maksud-Nya, di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya (Ef. 1:11). Pemazmur beryanyi, Rencana TUHAN tetap selama-lamanya, rancangan hati-Nya turun-temurun (Mzm. 33:11). Melalui Nabi Yesaya, Allah pernah berfirman, Ingatlah hal-hal yang dahulu dari sejak purbakala, bahwasanya Akulah Allah dan tidak ada yang lain, Akulah Allah dan tidak ada yang seperti Aku, yang memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian dan dari zaman purbakala apa yang belum terlaksana, yang berkata: Keputusan-Ku akan sampai, dan segala kehendak-Ku akan Kulaksanakan. Aku telah mengatakannya, maka Aku hendak melangsungkannya, Aku telah merencanakannya, maka Aku hendak melaksanakannya ( Yes. 46:9-11). Keputusan Allah itu tidak dapat diubah, karena untuk lebih meyakinkan mereka yang berhak menerima janji itu akan kepastian putusan-Nya, Allah telah mengikat diri-Nya dengan sumpah (Ibr. 6:17). Hal kedua yang menyebabkan orang-orang kudus sama sekali tidak akan kehilangan iman dan anugerah Allah adalah bahwa janji-Nya tidak dapat diingkari. Pada banyak tempat dalam Kitab Suci, Allah telah berjanji untuk selalu memelihara orang-orang kudus.109 Allah Bapa kita adalah Allah yang setia. Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya? (Bil. 23:19). Hal ketiga yang menyebabkan orang-orang kudus sama sekali tidak akan kehilangan iman dan anugerah Allah adalah bahwa panggilan menurut rencana-Nya tidak dapat dicabut. Dengan kata-kata ini, FAD menunjuk kepada apa yang dikatakan Paulus dalam Roma 8:28, Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
(Panggilan) ini adalah undangan Allah yang kudus–atau lebih tepat, perintah-Nya untuk datang kepada-Nya, menerima-Nya dalam iman dan kasih, serta mengabdi kepada-Nya dengan taat. Panggilan itu akibat dari keputusan pemilihan Allah yang kekal dan tidak berubah.110 Dan karena 32:38; Yoh. 6:39; 10:28; Rm. 8:38; 1Kor. 1:8-9; 10:13; Flp. 1:6; 2Tes. 3:1-3; 2Tim. 4:18; 1Yoh. 4:4. keputusan pemilihan Allah itu tidak dapat diubah atau dibatalkan, maka (panggilan) yang merupakan akibat keputusan itu juga tidak dapat dicabut.
(Panggilan) ini ditujukan kepada orang pilihan melalui pemberitaan Injil, dan disertai dengan kuasa Roh Kudus, sehingga tidak gagal.111 (Panggilan) ini adalah bagian dari rangkaian peristiwa ajaib yang menuntun kepada pembenaran dan pengudusan orang-orang pilihan. Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya (Rm. 8:30). karya PeMeliHaraan allaH anak PAD juga menunjuk kepada karya Allah Anak, dengan menyebut jasa-jasa Kristus, yaitu pengampunan dosa, kebenaran, dan hidup yang kekal. Menurut PAD, jasa-jasa ini tidak dapat dibatalkan, dan tidak dapat dibuat menjadi tak berguna. Pernyataan PAD ini menolak pandangan kaum Arminian yang mengatakan dapat saja terjadi bahwa tidak akan ada orang yang beruntung dari penebusan Kristus di kayu salib. Dapat saja Kristus mati dengan percuma. Kekeliruan ini sudah kami bahas pada Penolakan II,1. Di sini kami mengutip sekali lagi kekeliruan Arminian serta penolakannya112:
Ajaran Kekeliruan | Allah Bapa telah menentukan Anak-Nya untuk mati di atas kayu salib tanpa adanya keputusan yang pasti dan tentu untuk menyelamatkan orang-orang tertentu. Malahan, seandainya penebusan yang diperoleh itu tidak pernah menjadi milik nyata satu orang pun, namun perlunya, manfaat, dan nilai yang tercantum di dalam apa yang diperoleh melalui kematian Kristus itu dapat saja tetap berlaku lengkap dan tetap tinggal sempurna, genap, dan utuh dalam semua bagiannya. |
Penolakannya | Ajaran ini adalah penghinaan terhadap hikmat Bapa dan jasa Yesus Kristus, dan bertentangan dengan Alkitab. Karena Juru Selamat kita berkata, Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku dan Aku mengenal mereka ( Yoh. 10:15, 27). Dan Nabi Yesaya berkata mengenai Juru Selamat, Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya ( Yes. 53:10). Akhirnya ajaran ini menumbangkan pasal pengakuan iman yang mengandung kepercayaan kita akan Gereja Kristen yang am. |
Sama seperti jasa-jasa Kristus tidak dapat ditiadakan, begitu juga perantaraan-Nya tidak dapat ditiadakan. Tidak mungkin doa-Nya tidak diindahkan dan tidak dikabulkan oleh Bapa. Ketika Kristus berdoa sebagai Pengantara bagi kita berdasarkan jasa-jasa penebusan-Nya maka Allah Bapa tidak akan menolak-Nya. Karena Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya ( Yoh. 3:35). Kristus menjamin bahwa Bapa akan memberikan kepada kita apa pun yang kita minta kepada-Nya dalam nama Kristus (bdk. Yoh. 15:16; 16:23). Tentu saja Bapa juga akan memberikan kepada Ktistus apa pun yang diminta-Nya. PAD menjelaskan hal ini untuk menolak kekeliruan kaum Arminian yang terdapat dalam Penolakan V, 9:
Ajaran Keliru | Kristus tidak pernah berdoa, agar supaya orang-orang beriman akan bertekun dalam iman dengan tak tergagalkan. |
Penolakannya | Mereka membantah perkataan Kristus sendiri, Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur (Luk. 22:32). Mereka juga membantah kesaksian pengarang Injil Yohanes, yaitu bahwa Kristus telah berdoa bukan hanya untuk rasul-rasul, tetapi juga untuk semua orang yang akan menjadi percaya melalui pemberitaan Para Rasul itu, Ya Bapa yang Kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu; Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari yang jahat (Yoh. 17:11,15,20). |
Kaum Arminian mengenal baik isi Kitab Suci. Mereka mengenalayat-ayat yang dikutip oleh PAD. Mereka tidak menyangkal bahwa Kristus adalah Pengantara bagi orang yang percaya. Tetapi menurut mereka, Kristus tidak pernah berdoa agar orang percaya dengan tidak tergagalkan akan bertekun dalam iman. Kristus hanya berdoa kepada Bapa agar Bapa memberi pertolongan yang dibutuhkan untuk menolak dan mengatasi pencobaan kepada orang-orang percaya, demikian keterangan mereka. Menurut mereka, Kristus tidak berdoa supaya Bapa mengesampingkan kehendak manusia. Kristus hanya mau bahwa Bapa memelihara mereka supaya bertekun, selama mereka menginginkannya dan selama mereka memintanya. Jika seseorang memutuskan untuk mundur dari pertandingan iman, dan menyerahkan dirinya kepada musuh sehingga kembali menjadi budaknya, maka Kristus tidak meminta kepada Bapa supaya menghindarkan orang tersebut melakukan perbuatannya.
Berarti, kaum Arminian menafsirkan doa Kristus sebagai berikut:
Simon, Aku telah berdoa untuk engkau, agar Bapa menolong engkau untuk bertekun dalam iman ketika menghadapi iblis yang mau menjatuhkan engkau. Dan tentu saja kaum Arminian yakin bahwa Bapa akan mengabulkan doa itu dan akan memberikan kepada Petrus pertolongan yang dibutuhkannya. Tetapi akhirnya bergantung pada kehendak Petrus apakah ia akan bertekun atau tidak. Selama ia mau menerima pertolongan yang ditawarkan oleh Bapa, ia pasti tidak akan gagal. Tetapi jika ia tidak mau menerimanya, maka imannya pasti gagal. Dengan cara yang sama, kaum Arminian menafsirkan doa syafaat Kristus dalam Yohanes 17, sebagai berikut: Ya Bapa, Aku berdoa untuk mereka. Peliharalah mereka dalam nama-Mu selama mereka mau dipelihara. Melindungi mereka dari yang jahat selama mereka mau dilindungi darinya (bdk. Yoh. 17:9,11,15). Di sini pun orang Arminian yakin bahwa Allah pasti akan mengabulkan doa Kristus itu. Tetapi menurut mereka, akhirnya bergantung pada kehendak orang-orang kudus sendiri, apakah mereka akan bertekun atau tidak. Berarti menurut kaum Arminian, doa syafaat Kristus dapat dibatalkan oleh kehendak manusia. Kristus dapat saja berdoa, dan Allah Bapa dapat saja menawarkan perlindungan-Nya, tetapi akhirnya semuanya bergantung pada kehendak manusia. Di sini, sekali lagi kita menghadapi pandangan kaum Arminian mengenai kemampuan manusia, dan juga pandangan mereka mengenai kebebasan serta kedaulatan kehendak manusia. Dua pandangan kaum Arminian itu sudah berulang kali kami tolak dalam buku ini. Jika ketekunan orang-orang kudus bergantung pada diri mereka sendiri, seperti dikatakan oleh kaum Arminian maka sangat kecil-lah keyakinan atau kepastian orang-orang kudus bahwa mereka akan bertekun. Contohnya Petrus. Walaupun murid-murid lainnya terguncang imannya, Petrus yakin bahwa ia akan tetap bertahan (bdk. Mat. 26:33). Tetapi ketika menghadapi pencobaan, sampai tiga kali ia menyangkal Kristus. Satu-satunya hal yang mencegah iman Petrus tidak terperosok dan hilang, adalah Kristus yang dengan perantaraan-Nya yang penuh kuasa dan yang selalu berhasil mendoakan Petrus supaya ia dipelihara oleh Bapa.
Kristus yakin akan ketekunan Petrus. Keyakinan Kristus itu nyata ketika Dia berkata kepada Petrus, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Kristus yakin bukan pada kemampuan Petrus untuk bertekun, melainkan pada pemeliharaan Bapa-Nya. Kristus tidak memberi peringatan kepada Petrus, Simon, sebaiknya engkau berjaga-jaga dan pastikan agar engkau tetap setia, karena iblis mau menjatuhkan engkau. Kristus tidak mendesak Petrus untuk melakukan sesuatu, sebaliknya, Kristus memberi pernyataan kepadanya mengenai apa yang Dia sendiri akan lakukan, Saya akan berdoa untuk engkau. Semua itu menunjukkan bahwa ketekunan Petrus sepenuhnya bergantung pada doa perantaraan Kristus. Berdasarkan doa syafaat-Nyalah sehingga Kristus dapat berkata dengan kepastian mengenai pertobatan Petrus. Itu sebabnya Dia tidak berkata, andaikata engkau sudah insaf, tetapi jikalau engkau sudah insaf (bdk. Luk. 22:32). Itu sebabnya PAD mendasarkan keyakinan akan ketekunanorang-orang khusus pada perantaraan Kristus dengan doa-Nya, yang tidak mungkin dapat dibatalkan oleh kelemahan kehendak manusia atau oleh kekurangan kepercayaannya. Karya Kristus yang ketiga yang tidak dapat digagalkan adalah pemeliharaan-Nya. Kitab Suci menggambarkan Kristus sebagai Gembala yang bersama dengan Bapa dan Roh Kudus memainkan peran penting dalam pemeliharaan orang-orang pilihan. Kitab Suci dengan jelas menyatakan bahwa pemeliharaan domba-domba-Nya yang telah menjadi milik-Nya oleh pembayaran dengan darah-Nya di kayu salib, tidak mungkin dapat digagalkan. Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman ( Yoh. 6:39). Dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku ( Yoh. 10:28). karya PeMeliHaraan allaH roH Akhirnya, PAD menguraikan bagaimana Roh Kudus memelihara orang-orang kudus. Pemeteraian dengan Roh Kudus tidak dapat digagalkan atau dimusnahkan. Di dalam Kitab Suci ada ayat yang berkenaan pemeteraian Roh Kudus: 2 Korintus 1:21-22 Sebab Dia yang telah meneguhkan kami bersama-sama dengan kamu di dalam Kristus, adalah Allah yang telah mengurapi, memeteraikan tanda milik-Nya atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita.
Efesus 1:13-14 Di dalam Dia kamu juga–karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu– di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu. Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya.
Efesus 4:30 Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan.
Ada ayat-ayat lain dengan kata (meterai). Dalam Yohanes 6:27 tertulis, Kristus disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya. Roma 4:11 menjelaskan bahwa sunat merupakan meterai kebenaran berdasarkan iman. Dalam 1 Korintus 9:2, Paulus mengatakan bahwa hidup orang Kristen di Korintus adalah meterai dari kerasulannya. Dua ayat terakhir ini dengan jelas menyatakan arti kata (meterai). Meterai adalah (jaminan) atau (bukti) yang memastikan kebenaran sesuatu atau kebenaran seseorang. Dengan tanda-tanda mukjizat Yesus, Bapa-Nya telah memberikan bukti bahwa Dialah Mesias (bdk. Yoh. 6:26). Sunat diberikan sebagai jaminan bahwa manusia dibenarkan oleh iman (bdk. Rm. 4:11). Kehidupan orang Kristen di Korintus merupakan bukti bahwa Paulus adalah rasul yang benar (1Kor. 9:2). Mengingat hal ini maka lebih jelas bagi kita apa yang dimaksud Kitab Suci dengan ungkapan bahwa orang percaya dimeteraikan dengan Roh Kudus. Dalam 2 Korintus 1, Paulus berbicara tentang Allah, yang meneguhkan di dalam Kristus. Ternyata jemaat di Korintus telah menerima Roh Kudus, seperti jelas terlihat dari buah-buah Roh yang mereka hasilkan. Hal itu membuktikan bahwa mereka telah diteguhkan di dalam Kristus. Hadirnya Roh Kudus di dalam diri mereka adalah bukti bahwa Allah telah mengurapi mereka menjadi nabi, raja, dan imam (bdk. KH s/j 53).
Di Efesus 1:13-14, Paulus menjelaskan bahwa Roh Kudus adalah jaminan keselamatan bagi orang percaya. Kenyataan bahwa mereka telah memiliki Roh Kudus (seperti jelas terlihat dari buah-buah Roh yang mereka hasilkan) memberikan kepastian kepada mereka bahwa pada hari kedatangan Kristus kembali, pada waktu penebusan mereka akan menjadi nyata, mereka dengan pasti dan tidak gagal akan menerima keselamatan yang telah dijanjikan kepada mereka. Sepasti kini ketika mereka telah memiliki Roh Kudus, sepasti nanti pada saat mereka akan menerima keselamatan yang dijanjikan kepada mereka. Apa yang dikatakan Paulus dalam Efesus 4:30 hampir sama artinya. Roh Kudus telah dikaruniakan kepada mereka sebagai jaminan penebusan mereka. Roh Kudus mengerjakan buah kekudusan di dalam mereka. Roh Kudus mengubah hati maupun cara hidup mereka. Hasilnya adalah bahwa sudah sejak dalam kehidupan ini mereka mulai menampakkan kekudusan dan kebenaran. Walaupun mereka baru berada pada taraf permulaan kekudusan dan kebenaran itu, namun permulaan itu merupakan jaminan dan bukti kekudusan dan kebenaran yang akan mereka miliki secara penuh ketika mereka telah ditebus sepenuhnya dari tubuh dosa, dan ketika mereka menerima kemuliaan yang dijanjikan kepada mereka dan masuk ke dalam kerajaan Allah yang kekal. Paulus menasehati mereka agar mereka mendukakan Roh Kudus dengan hidup dalam dosa. Karena kalau mereka tidak menghasilkan buah-buah yang baik yang dikerjakan oleh Roh Kudus, mereka akan kehilangan kepastian penebusan mereka. Karena itu, Paulus menasihati mereka agar mereka tidak menolak dan mendukakan Roh Kudus dengan menyerahkan diri ke dalam pencobaan dan dengan hidup dalam dosa, tetapi sebaliknya, memberi diri dipimpin dan dikuatkan oleh Roh Kudus sehingga mereka memiliki keyakinan yang kuat akan penebusan mereka. PAD menunjuk kepada pemeteraian Roh Kudus untuk menekankan bahwa pemeteraian itu tidak dapat digagalkan atau dihapuskan. Allah mengaruniakan Roh Kudus sebagai jaminan akan apa yang telah Dia lakukan (yaitu bahwa Dia telah memberi iman kepada mereka dan menjadikan mereka anggota tubuh Kristus). Kalau Allah memulai pekerjaan yang baik di dalam orang-orang pilihan, Dia juga akan menyelesaikannya (Flp. 1:6). Mereka yang memiliki Roh Kudus juga memiliki jaminan, bahwa pasti dan tidak gagal, Allah akan memberikan penebusan yang penuh kepada mereka pada hari kedatangan kembali Kristus Yesus.
1. Dengan apakah kita dapat mengumpamakan kehidupan orang-orang kudus? Apakah itu persis sama untuk semua orang? Apa sebenarnya yang sama untuk semua orang kudus?
2. Keyakinan apa yang dimiliki oleh orang-orang percaya? Hal apa yang tidak merupakan dasar keyakinan itu? Hal apa yang sesungguhnya menjadi dasarnya?
3. Apa yang dimaksud dengan keputusan Allah yang kekal? Apa yang dapat kita katakan mengenai keputusan itu? Buktikanlah itu berdasarkan Kitab Suci !
4. Apa yang Allah Bapa telah janjikan kepada orang-orang kudus? Apa yang dapat kita katakan mengenai janji itu? Buktikan hal itu dari Kitab Suci !
5. Paulus mengatakan bahwa orang-orang percaya terpanggil sesuai dengan rencana Allah (Rm. 8:28). Apa artinya? Apa yang bisa kita katakan mengenai panggilan itu, dan mengapa? Ke manakah panggilan itu menuntun kita?
6. Apa itu, jasa-jasa Kristus? Apa yang bisa kita katakan mengenaijasa-jasa itu, dan mengapa? Apa pandangan orang Arminian mengenai hal itu?
7. Apa yang bisa kita katakan mengenai perantaraan Kristus? Kepastian apa yang kita miliki mengenai hal itu?
8. Menurut kaum Arminian, apa yang sebenarnya merupakan isi doa syafaat Kristus? Menurut mereka, apa yang tidak diminta Kristus dalam doa-Nya?
9. Bagaimana kaum Arminian menafsirkan Lukas 22:32 (dan ayat lain seperti itu)? Bagaimana pendapat Anda?
10. Buktikanlah dari Kitab Suci bahwa pemeliharaan Kristus tidak dapat digagalkan !
11. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pemeteraian dengan Roh Kudus dan tunjukkan bagaimana (pemeteraian) itu memberikan kepastian kepada orang-orang percaya mengenai pemeliharaan Allah !
- Jika benar bahwa Allah memelihara orang pilihan-Nya, apa sebabnya Kitab Suci menasihati kita agar terus bertekun dan jangan murtad? Contohnya, dalam 2 Petrus 3:17 Tetapi kamu, saudara-saudaraku yang kekasih, kamu telah mengetahui hal ini sebelumnya. Karena itu waspadalah, supaya kamu jangan terseret ke dalam kesesatan orang-orang yang tak mengenal hukum, dan jangan kehilangan peganganmu yang teguh. dan dalam Wahyu 3:10 Karena engkau menuruti firman-Ku, untuk tekun menantikan Aku.
Orang percaya sendiri boleh yakin akan pemeliharaan orang-orang pilihan demi keselamatan mereka dan akan ketekunan iman orang yang sungguh-sungguh percaya. Mereka memang yakin akan hal itu, menurut ukuran iman yang membuat mereka percaya dengan teguh, bahwa mereka adalah anggota-anggota gereja yang sejati dan hidup, kini dan untuk selama-lamanya, dan bahwa mereka memiliki pengampunan dosa dan hidup yang kekal. (Rm. 8:31-39; 2Tim. 4:8, 18)
Dalam Bab I, 12,13 dan Penolakan I,7, PAD telah mengakui kepastian yang dapat dimiliki orang yang percaya mengenai pemilihannya. Dalam pasal ini dan pasal-pasal selanjutnya, PAD akan mengakui kepastian yang dapat dimiliki oleh orang yang percaya mengenai pemeliharaannya. Dua hal ini, kepastian pemilihan dan kepastian pemeliharaan, adalah dua hal yang berbeda. Kepastian pemilihan memberi kepastian kepada kita mengenai apa yang telah Allah lakukan sebelum dunia dijadikan. Sedangkan kepastian pemeliharaan memberi kepastian kepada kita mengenai apa yang akan dibuat-Nya sekarang ini sampai akhir kehidupan kita di dunia ini. Meskipun kedua hal ini berbeda, sebenarnya keduanya berkaitan erat. Pemilihan kita merupakan alasan pemeliharaan dan ketekunan kita. Atau dengan kata lain, pemeliharaan dan ketekunan adalah buah pemilihan kita. Perlu diperhatikan bahwa pasal ini menggunakan dua kata yang dengan mudah akan dapat membingungkan, yaitu pemeliharaan dan ketekunan. Kata pemeliharaan menunjuk kepada apa yang dilakukan Allah, sedangkan kata ketekunan menunjuk kepada apa yang dilakukan orang-orang kudus. Memang jelas bahwa ketekunan bukan berdasarkan kekuatan dan kemampuan orang-orang kudus. Dalam bab pertama PAD dan juga dalam bab kelima, sudah kita dengar bahwa tidak seorang pun dapat bertekun berdasarkan kekuatannya sendiri. Ketekunan orang-orang kudus berasal dari Allah, yang terus menguatkan mereka agar tetap percaya dan setia. Walaupun demikian, kata ketekunan menunjuk kepada kegiatan orang-orang kudus yang terus percaya dan taat kepada Allah. Allah memelihara, sedangkan orang-orang kudus bertekun. Walaupun kami membedakan dua kata itu, jelas bahwa keduanya sangat berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Adalah pemeliharaan Allah yang memungkinkan orang pilihan bertekun dalam iman.
Karena Allah yang memelihara orang pilihan-Nya maka orang-orang percaya dapat yakin bahwa mereka akan bertekun. Sesungguhnya, jika kita harus bertekun dalam iman atas kekuatan kita sendiri, meskipun hanya untuk sebagian kecil saja, kita tidak akan pernah memiliki kepastian akan ketekunan kita. Karena kami sendiri begitu lemah, sehingga kami tidak sanggup bertahan sesaat pun, tambahan pula musuh kami turun-temurun, yaitu iblis, dunia, dan daging kami sendiri, dengan tiada henti-hentinya menyerang kami (KH, p/j 127). Ingatlah misalnya, Petrus dan murid-murid lain yang begitu yakin akan kemampuan mereka sendiri untuk bertahan menghadapi pencobaan (bdk. Mat. 26:31-35).
Maka berkatalah Yesus kepada mereka: Malam ini kamu semua akan tergoncang imanmu karena Aku. Sebab ada tertulis: Aku akan membunuh gembala dan kawanan domba itu akan tercerai-berai. Akan tetapi sesudah Aku bangkit, Aku akan mendahului kamu ke Galilea. Petrus menjawab-Nya: Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak. Yesus berkata kepadanya:
Aku berkata kepadamu, sesungguhnya malam ini, sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali. Kata Petrus kepada-Nya: Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau. Semua murid yang lain pun berkata demikian juga. Akhirnya Kristus memperingatkan mereka: Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah (ayat 41). Berarti, dasar kepastian akan ketekunan kita bukanlah kemampuan dan kekuatan kita sendiri, melainkan kesetiaan Allah yang telah berjanji untuk memelihara orang pilihan-Nya agar mereka memperoleh keselamatan. Perumusan pasal ini memperlihatkan bahwa para penyusunnya sadar bahwa ada orang yang mengaku percaya padahal kemudian iman mereka kandas (bdk. 1Tim. 1:19). PAD berhati-hati menulis bahwa orang-orang percaya dapat yakin akan pemeliharaan Allah terhadap orang pilihan-Nya dan akan ketekunan orang yang benar-benar percaya. Para penyusun PAD tahu bahwa tidak semua orang yang mengaku iman adalah orang yang dipilih, dan tidak semua orang percaya adalah orang yang benar-benar percaya. Iman tidak selalu adalah iman yang benar. Dalam penolakan kekeliruan kaum Arminian, PAD membedakan antara mereka yang hanya percaya untuk sementara waktu dan orang-orang yang benar-benar percaya (Penolakan V, 7). Pada akhirnya hanya orang pilihan (yang kepadanya Allah mengaruniakan iman–bdk. I, 7) yang dapat memiliki kepastian akan pemeliharaan Allah dan ketekunan mereka dalam iman. Perlu diperhatikan juga bahwa PAD mengatakan bahwa orang percaya (sendiri) dapat yakin akan pemeliharaan dan keselamatan mereka. Hanya ada dua yang tahu apa yang sebenarnya terdapat dalam hati manusia, yaitu Allah dan orang itu sendiri (bdk. 1Kor. 2:11). Kita dapat merasa pasti mengenai orang lain, tetapi apakah wajar bila kepastian itu bergantung pada kebenaran penilaian kita. Kita tidak dapat melihat ke dalam hati seseorang. Orang-orang munafik dapat saja menampilkan perbuatan yang kelihatannya seperti buah-buah iman, padahal sebenarnya bukan. Dalam sejarah gereja, pernah ada orang yang pada awalnya memiliki keyakinan yang sangat kuat, tetapi yang kemudian meninggalkan iman mereka. Itu sebabnya PAD mengatakan bahwa keyakinan yang dimiliki oleh orang yang benar-benar percaya hanya mengenai ketekunan mereka sendiri. Orang yang benar-benar percaya bukan saja dapat yakin, tetapi memang benar-benar yakin bahwa Allah akan memelihara mereka dan bahwa mereka akan bertekun dalam iman. Kepastian itu bukan sesuatu yang diterima oleh sebagian dari orang-orang percaya saja, sedangkan yang lain tidak menerimanya. Selain itu kepastian itu bukan merupakan tambahan bagi iman, melainkan adalah bagian pelengkap iman itu sendiri. Katekismus Heidelberg menekankan hal itu dengan tepat, ketika menjelaskan bahwa iman bukan saja keyakinan atau pengetahun yang pasti, tetapi juga kepercayaan yang teguh (p/j 21). Memang benar bahwa orang-orang percaya dapat yakin akan pemeliharaan Allah dan akan ketekunan mereka, tetapi keyakinan itu tidak selalu dirasakan kuat oleh mereka.113 Orang-orang yang percaya memiliki keyakinan itu menurut ukuran iman mereka. Iman seseorang selalu sangat dipengaruhi oleh keadaan hidupnya. Iman dapat bertumbuh semakin kuat, dan dapat juga layu dan semakin lemah. Pada waktu seseorang dalam keadaan sehat dan tidak mengalami kekurangan apa pun, dapat saja rasa bergantungnya kepada Allah makin berkurang sedangkan kepercayaannya akan kemampuananya untuk memelihara dirinya sendiri semakin kuat. Sebaliknya, kalau seseorang dalam keadaan sakit atau miskin, mungkin ia makin sadar bahwa ia lemah dan tidak berdaya, sehingga keadaan itu mendorongnya untuk mencari kekuatan kehidupannya di dalam Allah. Sesuai dengan turun naik imannya, keyakinannya mengenai pemeliharaan Allah dan ketekunannya sendiri juga akan turun naik.
PAD menyebutkan tiga hal yang termasuk dalam keyakinan itu. Pertama, orang yang benar-benar percaya mempunyai keyakinan yang kuat bahwa mereka adalah anggota-anggota gereja yang sejati dan hidup, kini dan untuk selama-lamanya. (Gereja) adalah gereja yang sejati, seperti diuraikan dalam Confessio Belgica pasal 27-29. Gereja itu adalah gereja yang kudus dan am, yang mempunyai ketiga ciri gereja yang sejati, yaitu pemberitaan Injil yang murni, pelayanan sakramen-sakramen yang murni, dan disiplin gerejawi untuk menghukum dosa.
Rumusan PAD juga mengingatkan apa yang diakui Katekismus Heidelberg mengenai gereja: Bahwa Anak Allah, oleh Roh dan Firman-Nya, sejak awal dunia ini sampai akhir zaman, mengumpulkan, melindungi, dan memelihara bagi diri-Nya dari segenap umat manusia, dalam kesatuan iman yang benar, satu jemaat yang terpilih untuk beroleh hidup yang kekal. Aku percaya bahwa aku adalah anggota yang hidup [dari] jemaat itu dan akan tetap menjadi anggotanya untuk selama-lamanya (KH, p/j 54). Dalam pertanyaan/jawaban ini, pemeliharan Allah terhadap orang yang percaya dikaitkan pada pemeli-haraan Kristus terhadap gereja. PAD juga mengaitkan kedua hal itu, dan dengan tepat! Karena orang-orang percaya dipelihara Allah melalui gereja. Untuk mengerti hal itu, kita perlu menyadari peranan gereja dalam pemeliharaan orang-orang percaya. Iman dikerjakan oleh Roh Kudus (bdk. 1Kor. 12:3; KH p/j 21) melalui pemberitaan Injil (bdk. Rm. 10:17). Tetapi iman adalah sesuatu yang hidup. Artinya, sesudah iman itu dikerjakan dalam hati orang, iman itu perlu terus-menerus dipelihara dan dikuatkan. Kalau tidak, iman akan layu dan lemah. Jika demikian, orang-orang percaya mudah menjadi korban segala macam dusta iblis dan benih keraguan yang ditaburkannya. Roh Kudus memelihara dan menguatkan iman melalui pemberitaan Injil dan melalui penerimaan sakramen (bdk. KH p/j 65). Dan jika terjadi bahwa orang-orang kudus terbujuk dan menjadi korban godaan iblis, mereka akan dipulihkan kembali melalui nasihat-nasihat Kitab Suci dan melalui disiplin gerejawi. Ketiga hal itu, Pemberitaan Injil, pelayanan sakramen-sakramen, dan penyelenggaraan disiplin gerejawi, dipercayakan kepada gereja. Karena itu, sudah jelas bahwa Allah memelihara orang pilihan-Nya melalui gereja. Harus jelas bahwa Allah tidak memelihara orang pilihan-Nya hanya melalui keanggotaan formal, hanya dengan menjaga supaya nama mereka dicatat dalam daftar anggota gereja. Orang pilihan dipelihara dengan cara mendengarkan firman Allah dan melaksanakannya, dengan memakai sakramen dan merenungkannya, dan dengan menaklukkan diri pada disiplin gerejawi dan mengacuhkannya. Allah memelihara orang pilihan melalui keanggotaan yang sejati dan hidup.
Allah telah berjanji bahwa Dia akan menjaga orang pilihan-Nya di dalam gereja. Kristus, Gembala Yang Baik, menjaga supaya domba-domba-Nya tetap aman dan terlindung di dalam kandang. Bacalah Matius 18:12-14:
Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu? Dan Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jika ia berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannya atas yang seekor itu dari pada atas yang kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat. Demikian juga Bapamu yang di surga tidak menghendaki salah seorang dari anak-anak ini hilang.
Selain itu, Gembala yang Baik mengatakan dalam Yohanes 10:27-28:
Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku menge-nal mereka dan mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku.
Itu sebabnya, pertama, bahwa mereka yang yakin akan pemeliharaan Allah percaya dengan teguh, bahwa mereka adalah anggota-anggota gereja yang sejati dan hidup, kini dan untuk selama-lamanya. Kedua, mereka yang yakin akan pemeliharaan Allah juga percaya dengan teguh bahwa mereka memiliki pengampunan dosa dan hidup yang kekal. Mereka yakin bahwa dosa mereka telah diampuni, karena mereka tahu bahwa Tuhan Yesus Kristus telah naik ke surga dan menjadi Pengantara mereka di hadapan Allah dengan doa syafaat-Nya. Yohanes menulis: jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara kepada Bapa, yaitu Yesus Kristus yang adil. Dialah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia (1Yoh. 2:1-2). Paulus menunjukkan akibat dari pengantaraan Kristus. Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka? Kristus
Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: Yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita? (Rm. 8:33-34). Ketiga, mereka yang yakin akan pemeliharaan Allah juga percaya dengan teguh bahwa mereka memiliki hidup yang kekal. Allah memilih orang-orang untuk memberikan keselamatan kepada mereka, dan hidup yang kekal termasuk keselamatan itu. Karena itu, orang pilihan Allah boleh yakin bahwa mereka adalah pewaris hidup yang kekal. Ayat-ayat berikut menunjukkan hal itu dengan jelas:
Yohanes 10:28-29, Dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapa pun, dan seorang pun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa.
2 Timotius 4:18, Dan Tuhan akan melepaskan aku dari setiap usaha yang jahat. Dia akan menyelamatkan aku, sehingga aku masuk ke dalam Kerajaan-Nya di sorga. Bagi-Nyalah kemuliaan selama-lamanya! Amin.
1 Petrus 1:5, kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir.
1. Jelaskan perbedaan antara kepastian pemilihan kita dan kepastian pemeliharaan Allah! Apakah kedua hal itu saling berkaitan? Jika demikian, jelaskan hal itu!
2. Apa perbedaan antara (pemeliharaan) dan (ketekunan)? Apakah kedua hal itu saling berkaitan? Jika demikian, jelaskan hal itu !
3. PAD dengan cermat mengatakan bahwa orang-orang percaya dapat yakin akan pemeliharaan Allah atas orang pilihan dan ketekunan orang yang benar-benar percaya. Apa alasan PAD menggunakan kata-kata itu (orang pilihan, dan benar-benar)?
4. Apakah orang pilihan Allah menganggap pemeliharaan Allah itu sebagai sesuatu yang mungkin, atau sebagai sesuatu yang pasti? Jelaskan mengapa!
5. Apakah kepastian akan pemeliharaan Allah selalu kuat dirasakan oleh orang percaya? Mengapa?
6. Jelaskan hubungan antara pemeliharaan Allah atas orang percaya dan pemeliharaan Kristus atas gereja !
7. Orang-orang kudus yakin bahwa mereka adalah anggota-anggota gereja yang sejati dan hidup kini dan untuk selama-lamanya; apa dua hal lain yang mereka yakini? Apa dasar keyakinan itu?
- PAD menyatakan bahwa kepastian akan pemeliharaan Allah juga mencakup kepastian bahwa orang pilihan adalah anggota-anggota gereja yang sejati dan yang hidup, kini dan untuk selama-lamanya.
Jadi, kepastian itu tidak timbul dari salah satu penyataan khusus, yang berlangsung tanpa atau di luar Firman, tetapi dari hal-hal berikut: Pertama, dari kepercayaan kepada janji-janji Allah yang telah dinyatakan-Nya dengan begitu berlimpah-limpah dalam Firman-Nya demi penghiburan kita. Kemudian, dari kesaksian Roh Kudus yang bersaksi bersama dengan roh kita bahwa kita adalah anak dan ahli waris Allah. Akhirnya, dari upaya yang sungguh-sungguh dan suci untuk memelihara hati nurani yang tetap murni dan untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik. Seandainya orang-orang pilihan Allah dalam dunia ini harus kehilangan hiburan yang teguh ini, yaitu bahwa mereka akan memperoleh kemenangan, dan seandainya mereka harus kehilangan jaminan kemuliaan yang kekal yang tak berdusta itu, maka mereka adalah orang-orang yang paling malang dari semua manusia. (Rm. 8:16-17; 1Yoh. 3:1, 2; Kis. 24:16; Rm. 8:37; 1Kor. 15:19)
Bagaimana orang-orang kudus memperoleh kepastian akan pemeliharaan Allah dan ketekunan mereka, yang diakui dalam pasal-pasal yang lalu?
Dalam penjelasannya, PAD mulai dengan mengatakan apa yang bukan merupakan sumber keyakinan itu: kepastian itu tidak timbul dari salah satu penyataan khusus, yang berlangsung tanpa atau di luar Firman.
Agar kita bisa memahami apa sebabnya PAD menulis pasal ini, perlu kita mempertimbangkan dulu apa yang diajarkan oleh kaum Arminian mengenai kepastian akan pemeliharaan Allah. Pandangan mereka dibahas dalam Penolakan V, 5:
Ajaran Keliru | Dalam kehidupan ini, tak mungkin orang mendapat kepastian tentang ketekunannya di masa mendatang kalau tidak memperoleh penyataan khusus. |
Penolakannya | Ajaran ini mencabut hiburan teguh orang yang sungguh-sungguh percaya, yang mereka nikmati dalam hidup ini, dan kembali memasukkan kebimbangan orang Katolik Roma ke dalam Gereja. Di mana-mana Kitab Suci mengambil kepastian ini dari ciri-ciri khas anak-anak Allah, dan dari janji-janji Allah yang amat teguh, bukan dari suatu penyataan yang khusus dan luar biasa. Teristimewa Rasul Paulus, Makhluk apa pun tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita (Rm. 8:39). Dan Yohanes berkata, Siapa yang menuruti segala perintah-Nya, ia diam di dalam Allah dan Allah di dalam dia. Dan demikianlah kita ketahui, bahwa Allah ada di dalam kita, yaitu dengan Roh yang telah Ia karuniakan kepada kita (1Yoh. 3:24). |
Pada kesempatan lain telah melihat bahwa kaum Arminian percaya bahwa Allah memberikan penyataan khusus kepada manusia di luar Firman dan pemberitaannya. Mereka percaya bahwa oleh pernyataan khusus itu Allah membuat orang menjadi percaya sehingga diselamatkan.114 Tidak mengherankan bahwa berkaitan dengan keyakinan akan ketekunan mereka berbicara mengenai suatu penyataan khusus.115 Menurut kaum Arminian, mungkin saja ada orang yang kepadanya Allah memberikan pengetahuan yang pasti bahwa mereka akan bertekun dalam iman sampai kesudahannya.116
Perhatikan bahwa kaum Arminian mengatakan bahwa mungkin saja Allah akan memberikan pengetahuan itu. Mereka tidak percaya bahwa biasanya Allah memberikan penyataan-penyataan khusus kepada orang-orang percaya.117 Berarti, menurut ajaran mereka, kebanyakan orang percaya tidak mendapat kepastian akan ketekunan mereka. Seperti yang dikatakan PAD, Ajaran ini mencabut hiburan teguh orang yang sungguh-sungguh percaya, yang mereka nikmati dalam hidup ini.
PAD mengatakan bahwa kepastian akan pemeliharaan Allah dan akan ketekunan mereka dalam iman, tidak timbul dari salah satu penyataan khusus, yang berlangsung tanpa atau di luar Firman. Alasannya, bahwa masa kini Allah tidak lagi berbicara kepada manusia melalui penyataan-penyataan yang tidak dapat keliru, seperti yang dibuat-Nya pada zaman Kitab-kitab Suci dinyatakan-Nya.118
PAD juga mengatakan bahwa ajaran Arminian ini kembali memasuk-kan kebimbangan orang Katolik Roma ke dalam Gereja. Kaum Arminian kembali memasukkan kebiasaan yang–sebelum jadinya Reformasi–lazim dalam Gereja Katolik Roma, tetapi yang bertentangan dengan firman Allah, yaitu kebiasaan untuk membimbangkan keselamatan. Dengan demikian, kaum Arminian merampas (permata) mulia dari orang yang percaya, yaitu permata yang merupakan hasil Reformasi, bahwa orang yang percaya memiliki penghiburan yaitu bahwa keselamatan mereka tidak bergantung pada kehendak atau perbuatan mereka sendiri, melainkan sepenuhnya bergantung pada anugerah Allah dalam Kristus Yesus. Pada pokoknya, kaum Arminian ini kembali pada kekeliruan Semi-Pelagianisme dari Gereja Katolik Roma, yang mengajarkan bahwa kepastian akan ketekunan bukanlah buah atau pun bagian yang penting dari iman. Setelah mengatakan apa yang bukan merupakan sumber keyakinan itu, PAD melanjutkan penjelasannya dengan menguraikan bagaimana Allah mengerjakan kepastian itu. Perlu kita mempertimbangkan dengan baik apa yang tertulis dalam penolakan kekeliruan kaum Arminian (yang telah kami kutip di atas), maupun apa yang tertulis dalam pasal ini sendiri. Dalam penolakan, PAD mengatakan, Di mana-mana Kitab Suci mengambil kepastian ini dari ciri-ciri khas anak-anak Allah, dan dari janji-janji Allah yang amat teguh, bukan dari suatu penyataan yang khusus dan luar biasa.
Hal itu juga diungkapkan dalam I, 12 yang berjudul Jaminan akan pemilihan. Dalam pasal itu PAD mengatakan, bahwa keyakinan akan pemilihan itu didapatkan orang pilihan dengan mengamati pada diri mereka sendiri dengan kegembiraan rohani dan sukacita yang kudus berbagai hal yang tak dapat disangkal merupakan buah pemilihan dan selama-lamanya, ketika Ia mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai korban (Ibr. 7:27). Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa darah-Nya sendiri. Dan dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang kekal (Ibr. 9:12). Kata yang diterjemahkan dengan satu kali untuk selama-lamanya dipakai juga dalam Yudas: ... supaya kalian terus berjuang untuk iman yang sudah satu kali diberikan Allah untuk selama-lamanya kepada umat-Nya (dikutip dari BIS, karena TB tidak menerjemahkan kata itu). Kata (iman) dalam ayat ini menunjuk kepada pengajaran firman Allah yang telah disampaikan satu kali untuk selama-lamanya. Berdasarkan hal itu, orang-orang Reformasi beranggapan bahwa setelah Kristus menyelesaikan penebusan, tidak ada penyataan yang baru lagi. yang ditunjukkan dalam firman Allah, seperti umpamanya iman yang sejati kepada Kristus, takut akan Allah bagaikan seorang anak, dukacita menurut kehendak Allah karena dosa, lapar, dan haus akan kebenaran, dan seterusnya.
Dapat dipertanyakan apakah adanya ciri-ciri orang Kristen119 betul-betul memberikan kepastian akan pemeliharaan Allah. Ciri-ciri itu hanya membuktikan apa yang ada sekarang, tetapi tidak memberi bukti tentang keadaan pada masa depan. Artinya, ciri-ciri itu hanya membuktikan bahwa orang itu pada saat ini memang percaya, tetapi tidak membuktikan bahwa orang itu akan bertekun dalam iman pada kesudahannya. Itu sebabnya, dalam penolakannya, PAD tidak hanya menyebut ciri-ciri khas anak-anak Allah, tetapi menambahkan, dan dari janji-janji Allah yang amat teguh.
Karena janji-janji Allah itu, masa depan dapat ditentukan berdasarkan apa yang sudah dapat dilihat sekarang. Dalam surat Ibrani, tertulis: Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah (Ibr. 12:1-2). Penulis surat ini mengumpamakan ketekunan dalam iman itu sebagai perlombaan maraton, dan memberikan penghiburan kepada orang-orang percaya dengan mengarahkan perhatian mereka kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman dan yang mem-bawa iman kita itu kepada kesempurnaan. Dialah yang membuat orang-orang percaya muncul di garis awal, dan Dia jugalah yang menyebabkan orang-orang percaya itu berlari dan terus berlari melintasi medan perlom-baan yang panjang dan sukar sampai ke garis akhir. Karena itu, jika seseorang sekarang sedang berlari dalam perlombaan iman, maka ia boleh yakin bahwa ia akan terus berlari sampai ke garis akhir.
Dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, Rasul Paulus juga mengakui janji yang indah itu. Ia yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus (Flp. 1:6). Demikian juga mereka yang memiliki iman yang sejati kepada Kristus, takut akan Allah bagaikan seorang anak, dukacita menurut kehendak Allah karena dosa, lapar dan haus akan kebenaran (I, 12) boleh yakin bahwa Allah, yang telah mengerjakan semuanya itu di dalam mereka, akan terus menjaga dan memelihara mereka sampai pada hari Kristus datang kembali. Dalam penolakan, PAD mengutip Roma 8:38-39. Di sana Paulus menulis, Aku yakin, bahwa (tidak ada apa-apa di seluruh ciptaan yang) akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.
Dengan penuh keyakinan Paulus berbicara bukan mengenai kete-kunannya sendiri, tetapi mengenai ketekunan semua orang yang percaya (tidak ada yang akan dapat memisahkan kita). Keyakinan itu berakar dalam kasih Allah yang tidak berubah di dalam Yesus Kristus, karena di dalam Yesus yang adalah Amin bagi semua janji Allah (bdk. 1:20; kata itu berarti pasti dan yakin). Ada banyak hal dalam kehidupan kita yang dapat mencobai iman orang-orang percaya dengan berat, sehingga pada akhirnya dapat saja iman mereka lemah dan kecil. Tetapi tidak ada sesuatu apa pun–bahkan tidak juga kelemahan iman kita–yang dapat mengubah sikap Allah terhadap kita. Kasih Allah terhadap kita yang tidak berubah membuat janji pemeliharaan-Nya juga tetap, kuat, dan tidak berubah. PAD juga mengutip 1 Yohanes 3:24, Siapa yang menuruti segala pe-rintah-Nya, ia diam di dalam Allah dan Allah di dalam dia. Dan demikianlah kita ketahui, bahwa Allah ada di dalam kita, yaitu Roh yang telah Ia ka-runiakan kepada kita. Rasul Yohanes mengajarkan bahwa kita dapat yakin bahwa kita hidup di dalam Kristus dan Kristus di dalam kita, kalau kita lihat bahwa kita menaati perintah-perintah Allah. Kristus sendiri berkata, Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Siapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa ( Yoh. 15:4-5).
Seseorang dapat saja mengatakan bahwa Yohanes 3:24 hanya berbicara mengenai keadaan sekarang, yaitu bahwa Kristus ada di dalam kita dan kita di dalam Dia. Dengan sendirinya ayat itu tidak memberikan kepastian kepada kita bahwa Kristus akan selalu tinggal di dalam kita, atau bahwa kita akan selalu tinggal di dalam Dia. Tetapi, jika kita menghubungkan ayat ini dengan Roma 8:39 maka kita akan mendapatkan kepastian itu. Dalam 1 Yohanes 3:24, kita diajarkan bahwa ketaatan kita kepada perintah-perintah Allah memberi kepastian kepada kita bahwa Kristus hidup di dalam kita dan kita di dalam Dia; sedangkan dalam Roma 8:39 kita diajarkan bahwa tidak ada sesuatu apa pun pada seluruh ciptaan yang akan dapat memisahkan kita dari Kristus. Secara bersama, kedua ayat ini memberi kepastian kepada orang-orang kudus mengenai pemeliharaan mereka dalam iman dan kesetiaan. Pada pasal ini, PAD juga menyebut sumber-sumber lain yang membe-rikan kepastian akan pemeliharaan Allah. Selain mengatakan bahwa kepastian itu timbul dari kepercayaan kepada janji-janji Allah yang telah dinyatakan-Nya dengan begitu berlimpah-limpah dalam firman-Nya demi penghiburan kita, PAD juga menunjuk kepada kesaksian Roh Kudus yang bersaksi bersama dengan roh kita bahwa kita adalah anak dan ahli waris Allah. Kata-kata ini mengacu kepada Roma 8:16,17. Dalam pasal itu Paulus meyakinkan orang-orang Kristen di Roma bahwa tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh (Rm. 8:1,4). Selanjutnya, Paulus menjelaskan bahwa menurut kodrat, kita hidup menurut daging. Tetapi di dalam anugerah-Nya, Allah telah memberikan Roh-Nya kepada kita. Oleh kuasa Roh itu, kita hidup dengan taat kepada perintah-perintah Allah. Itu sebabnya Paulus mengatakan, kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: ya Abba, ya Bapa! (Rm. 8:15). Artinya, hati nurani120 mereka telah dibebaskan dari ketakutan yang dahulu menggenggam mereka karena sadar bahwa orang yang hidup menurut daging akan mengalami kematian kekal. Sekarang hati nurani mereka tidak lagi terbelenggu oleh ketakutan, karena melalui Roh Kudus mereka telah menerima hati nurani yang aman dan tenteram, yang meyakinkan mereka bahwa mereka adalah anak-anak Allah dan ahli waris keselamatan.
Sama seperti tadi, seseorang dapat saja mengatakan bahwa Roh Kudus hanya bersaksi bahwa orang-orang percaya adalah anak dan ahli waris Allah selama mereka percaya. Tetapi seorang ayah dapat tidak mengakui anaknya dan mencabut hak warisnya jika anak itu membuat ia sangat marah. Jika memang demikian, bagaimana kesaksian Roh Kudus dapat meyakinkan kita akan pemeliharaan Allah di masa depan? Karena itulah pokok persoalan yang dibahas oleh PAD dalam pasal ini, bukan saja mengenai keyakinan bahwa orang-orang percaya adalah anak dan ahli waris Allah pada saat ini, tetapi juga keyakinan bahwa orang yang sungguh-sungguh percaya akan tetap tinggal anak dan ahli waris Allah. Jawaban atas pertanyaan itu adalah bahwa dalam ayat sebelumnya Paulus mengatakan, kamu tidak menerima roh perbudakan yang mem-buat kamu menjadi takut lagi (Rm. 8:15). Mereka tidak menerima roh yang di masa depan akan membuat mereka takut lagi. Sebaliknya, mereka menerima Roh yang akan menuntun mereka dalam ketaatan pada perintah-perintah Allah, dan yang akan selalu bersaksi bahwa mereka adalah anak dan ahli waris Allah. PAD masih menyebut satu sumber kepastian lain lagi, yaitu upaya yang sungguh-sungguh dan suci untuk memelihara hati nurani yang tetap murni dan untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik. Dalam hal ini, yang ditekankan bukan pemeliharaan Allah, melainkan kemampuan orang-orang kudus untuk bertekun. Dapat saja terjadi bahwa orang kudus bermain dengan godaan dan jatuh ke dalam dosa. Jika hal itu sering terjadi maka orang itu akan mulai kehilangan kepastian yang kuat atas ketekunannya di masa depan. Melihat kelemahan imannya dan ketidaksetiaannya, ia akan mulai ragu apakah ia akan bertekun sampai pada kesudahannya atau tidak.
Karena itu, sangat penting bagi orang-orang percaya untuk terus-menerus berjuang untuk memperoleh hati nurani yang murni dan perbuatan-perbuatan yang baik, supaya mereka menguatkan keyakinan mereka akan masa depan. Karena kemenangan-kemenangan yang mereka peroleh hari demi hari, memberi keyakinan akan kemenangan-kemenangan di masa depan.
Rasul Paulus sendiri berjuang untuk memperoleh hati nurani yang murni. Ia sadar bahwa pada suatu hari ia harus menghadap takhta pengadilan Allah. Itu sebabnya ia menulis, Aku senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia (Kis. 24:16). Ia ingin memiliki kepastian bahwa pada hari penghakiman nanti, ia akan diadili sebagai salah satu dari orang-orang yang benar yang akan dibangkitkan untuk memperoleh hidup yang kekal.
Rasul Petrus juga mendorong orang Kristen di Asia dengan berkata,
Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung. Dengan demikian kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juru Selamat kita, Yesus Kristus (2Ptr. 1:10-11). Ketika Rasul Petrus berkata bahwa mereka harus berusaha supaya panggilan dan pilihan mereka makin teguh, maksudnya supaya dengan demikian mereka sendiri lebih teguh dalam keyakinan akan pemilihan mereka, bukan Allah. Karena jelas bahwa Allah tidak ragu akan pemilihan mereka. Pemilihan itu tidak dapat diubah. Tetapi dalam hati orang Kristen dapat saja timbul keraguan, sebagai akibat dosa-dosa yang mereka lakukan. Karena itu mereka harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang (2Ptr. 1:5-7). Dengan buah-buah iman ini mereka membuat panggilan dan pilihan mereka makin teguh dalam hati mereka.
Upaya yang sungguh-sungguh dan suci untuk memelihara hati nurani yang tetap murni dan untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik menghasilkan keyakinan akan ketekunan pada orang-orang kudus. Seperti telah dikatakan di atas, kemenangan-kemenangan yang diperoleh masa kini oleh kekuatan yang diberikan kepada kita oleh Allah, menguatkan kepercayaan akan kemenangan-kemenangan yang akan kita peroleh melalui karunia yang sama. PAD mengakhiri pasal ini dengan mengatakan, Seandainyaorang-orang pilihan Allah dalam dunia ini harus kehilangan hiburan yang teguh ini, yaitu bahwa mereka akan memperoleh kemenangan, dan seandainya mereka harus kehilangan jaminan kemuliaan yang kekal yang tak berdusta itu, maka mereka adalah orang-orang yang paling malang dari semua manusia. Sebab dari kemalangan itu jelas, orang-orang kudus menyadari bahwa mereka sendiri sangat lemah, dan bahwa pencobaan-pencobaan yang mereka hadapi di dunia sangat kuat. Mereka tahu bahwa ketekunan mereka tidak bergantung pada mereka sendiri, tetapi pada Allah. Betapa besarnya penghiburan yang kita dapatkan dari kesadaran itu!
1. Menurut kaum Arminian, apakah ada cara bagi orang-orang percaya agar dapat memperoleh kepastian akan ketekunan mereka? Bagaimana? Apakah hal ini adalah sesuatu yang biasanya akan diterima oleh orang-orang percaya?
2. Apakah PAD sependapat dengan kaum Arminian berkenaan dengan penyataan khusus? Mengapa? Bagaimana kaum Arminian menggunakan Kitab Suci untuk mempertahankan pandangan mereka?
3. Apa permata yang sangat indah yang dihasilkan oleh Reformasi? Mengapa permata itu begitu indah? Apa sebenarnya yang dilakukan oleh kaum Arminian pada waktu mereka menyangkal adanya kepastian akan ketekunan?
4. Menurut PAD, bagaimana orang-orang percaya dapat memperoleh keyakinan akan pemeliharaan Allah dan ketekunan mereka dalam iman? Apakah bukti-bukti itu memuaskan dengan sendirinya? Mengapa? Jika tidak, apa lagi yang dibutuhkan?
5. Bagaimana Ibrani 12:1-2 memberi kepastian bahwa mereka yang percaya sekarang ini akan terus bertekun dalam iman dan kesetiaan?
6. Apa yang ditulis Rasul Paulus dalam Filipi 1:6?
7. Menurut 1 Yohanes 3:24, apa yang akan orang-orang percaya lihat dalam diri mereka? Keyakinan apa yang mereka dapatkan dari hal itu? Apakah hal itu dapat dibatalkan? Apa dasar Kitab Suci untuk menjawab Anda?
8. Selain kepercayaan kepada janji-janji Allah, apa sumber kedua yang memberikan kepastian bahwa Allah akan memelihara orang-orang percaya? Berikan landasan Kitab Suci untuk jawaban Anda! Bagaimana ayat itu membuktikan bahwa orang-orang percaya bukan saja sekarang ini adalah anak-anak Allah, tetapi juga pada masa depan tetap akan tinggal sebagai anak-anak Allah?
9. Apa sumber ketiga yang memberi kepastian itu, menurut keterangan PAD? Hal apa yang ditekankan di sini? Jelaskan bagaimana hal ini memberikan kepastian kepada orang-orang percaya akan ketekunan mereka di masa depan!
10. Dalam 2 Petrus 1:10 orang-orang percaya didorong untuk berusaha supaya panggilan dan pilihan mereka makin teguh. Siapakah yang harus makin teguh dalam kepastian mengenai pemilihan mereka? Bagaimana mereka harus melakukan hal itu?
11. Mengapa orang-orang percaya dianggap malang jika mereka tidak memiliki kepastian akan pemeliharaan Allah?
- Martyn Lloyd-Jones121 berpendapat bahwa pemeteraian dengan Roh Kudus122 sama dengan pembaptisan dengan Roh Kudus. Ia menganggapnya sebagai sesuatu yang terjadi pada orang yang telah bertobat dan menjadi percaya. Melalui baptisan atau meterai Roh Kudus, kata Lloyd-Jones, Allah membuktikan bahwa mereka sungguh-sungguh percaya dan meyakinkan mereka bahwa mereka adalah anak-anak-Nya. Dengan demikian Allah menguatkan keyakinan mereka bahwa mereka akan diselamatkan.
Untuk melandaskan pandangannya berdasarkan Kitab Suci, hal pertama dan yang terpenting yang ditunjuknya adalah pemeteraian Kristus (bdk. Yoh. 6:25-27), yang disamakannya dengan pembaptisan dengan Roh Kudus (bdk. Yoh. 1:33). Ia juga menghubungkan pemeteraian dengan Roh Kudus dengan pencurahan Roh Kudus atau pembaptisan dengan Roh Kudus, seperti disebutkan dalam Kisah Para Rasul 8:17; 10:44-48; 11:15-17. Akhirnya, Lloud-Jones mengacu pada Roma 8:14-16.
Pelajarilah ayat-ayat tersebut, dan putuskan apakah Martin Lloyd-Jones benar atau keliru kalau ia mengatakan bahwa orang-orang percaya sekarang ini masih dapat menantikan, mengalami pencurahan, atau pembaptisan dengan Roh Kudus yang begitu ajaib, sama seperti yang dialami oleh orang-orang Kristen pada zaman Kisah Para Rasul, sehingga keyakinan mereka bahwa mereka adalan anak-anak Allah dan ahli waris keselamatan dikuatkan!
Sementara itu, Alkitab bersaksi bahwa orang percaya selama hidup harus berjuang melawan bermacam-macam kebimbangan daging. Mereka dibuat menghadapi pencobaan yang berat sehingga tidak selalu merasakan keyakinan iman yang penuh dan kepastian tentang ketekunan ini. Tetapi Allah, sumber segala penghiburan, tidak akan membiarkan mereka dicobai melampaui kekuatan mereka, sebab di tengah pencobaan, Dia memberikan juga jalan keluar, dan oleh Roh Kudus Dia kembali merangsang di dalam mereka kepastian tentang ketekunan. (2Kor. 1:3; 1Kor. 10:13)
Dalam pasal 9 telah kita pelajari bahwa orang-orang percaya dapat yakin, dan sungguh-sungguh yakin juga, akan pemeliharaan orang-orang pilihan sehingga mereka akan menerima keselamatan, dan akan ketekunan orang-orang yang sungguh-sungguh percaya. Keyakinan itu bukan saja suatu kemungkinan, tetapi merupakan satu kepastian. Tetapi sama seperti iman dan kesetiaan orang-orang kudus dalam hidup ini belum sempurna dan utuh, demikian juga keyakinan iman dan kepastian mengenai ketekunan mereka dalam hidup ini belum sempurna. Sama seperti ayah yang dalam Markus 9:24 berteriak, Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!, demikian juga orang-orang kudus, yang memang selalu memiliki iman, berteriak kepada Allah agar mereka diberi keyakinan yang lebih kuat, agar kebimbangan yang kadang-kadang muncul dalam hati mereka diredakan. Kebimbangan semacam itu muncul dalam hati orang yang kudus, karena mereka harus berjuang melawan (daging). Dalam Kitab Suci, kata (daging) tidak hanya merujuk kepada tubuh jasmani manusia, tetapi juga kepada kodratnya, atau lebih tepat, kepada kodratnya yang berdosa. Kebimbangan daging yang dimaksud oleh PAD adalah kebimbangan yang timbul dari kodrat manusia yang berdosa. Kebimbangan itu dapat timbul karena dalam orang-orang kudus, tabiat manusia lama juga belum mati sepenuhnya, dan tabiat manusia baru belum hidup sepenuhnya. Dalam pasal-pasal pertama dalam bab ini, PAD telah berbicara mengenai kebimbangan yang muncul karena tabiat yang lama belum sama sekali mati. Dalam pasal 4 PAD telah mengakui bahwa lantaran sisa-sisa dosa yang masih tinggal di dalam mereka, kadang-kadang orang-orang kudus jatuh ke dalam dosa-dosa yang berat dan ngeri. Akibat dosa-dosa itu, dapat terjadi bahwa orang-orang kudus untuk sementara waktu menghentikan praktik kehidupan iman, demikian paparan PAD dalam pasal 5, sehingga mereka sangat melukai hati nurani mereka dan kadang-kadang untuk sementara waktu tidak merasakan lagi anugerah. Mereka mulai bertanya-tanya dalam hati bagaimana mungkin mereka yang mengaku mengasihi Tuhan dapat melakukan dosa-dosa itu. Pokoknya, Tuhan sendiri berkata bahwa jika kita sungguh-sungguh sahabat-Nya dan mengasihi-Nya, kita akan menuruti perintah-Nya (bdk. Yoh. 14:15; Yoh. 15:14). Oleh karena dosa-dosa yang mereka perbuat, anak-anak Allah tidak selalu merasakan keyakinan iman yang penuh dan kepastian tentang ketekunan.
Kebimbangan juga muncul dalam hati orang-orang kudus karena tabiat manusia baru belum hidup seutuhnya. Kita belum beriman sempurna. Seperti dikatakan dalam Katekismus Heidelberg, iman yang benar tidak hanya pengetahuan yang pasti yang membuat kita mengakui sebagai kebenaran segala sesuatu yang dinyatakan Alah kepada kita di dalam firman-Nya, bahkan juga kepercayaan yang teguh, yang dikerjakan dalam hatiku oleh Roh Kudus, melalui Injil. Isinya ialah bahwa pengampunan dosa dan kebenaran serta keselamatan yang kekal telah dikaruniakan tidak hanya kepada orang lain saja, tetapi juga kepadaku sendiri, oleh rahmat Tuhan semata-mata, hanya berdasarkan jasa-jasa Kristus saja.123
Tetapi, orang-orang kudus belum memiliki iman yang sejati. Walaupun mereka sungguh-sungguh percaya bahwa Yesus telah mati untuk membayar dosa mereka, mereka mungkin belum sepenuhnya memiliki keyakinan yang teguh bahwa pembayaran Kristus itu juga berlaku bagi mereka. Walaupun mereka percaya bahwa pengampunan dosa adalah semata-mata berdasarkan rahmat, kadang-kadang mereka kehilangan keyakinan akan pengampunan dosa itu karena mereka merasa bahwa dosa-dosa mereka terlalu berat untuk dapat diampuni, dan (aneh sekali) bahwa mereka tidak layak mendapat pengampunan. Akibatnya, mereka tidak selalu merasakan kepastian iman dan kepastian tentang ketekunan mereka. Orang-orang kudus tidak hanya kehilangan keyakinan karena kebimbangan daging yang menyerang mereka dari dalam diri mereka sendiri, tetapi juga karena pencobaan-pencobaan yang menyerang mereka dari luar. Berarti, mereka tidak hanya harus berjuang menentang kelemahan yang ada di dalam diri mereka sendiri, tetapi juga menentang serangan dunia di sekeliling mereka dan melawan serangan roh-roh jahat yang ada di atas mereka. Khususnya pada saat mengalami sengsara, pada waktu dunia dan iblis bersekongkol untuk menghilangkan keyakinan mereka, orang kudus diserang. Waktu mereka sakit, mereka cenderung bertanya kepada Allah mengapa Dia membuat mereka jatuh sakit. Dalam keadaan itu, musuh-musuh orang-orang kudus melepaskan panah api keraguan kepada hati mereka, dan menuduh mereka karena dosa mereka yang banyak dan yang membuat mereka tidak layak mendapatkan rahmat Allah. Musuh-musuh itu menjelek-jelekkan kebaikan Allah, pada saat orang kudus mengalami kemiskinan; mereka menjelek-jelekkan kemurahan Allah pada orang kudus dalam penderitaan; mereka menjelek-jelekkan kasih dan perlindungan Allah pada saat orang kudus dianiaya. Pada saat pencobaan-pencobaan yang berat, kepercayaanorang-orang kudus dapat goyah dan mereka dapat kehilangan keyakinan iman yang penuh dan kehilangan kepastian akan ketekunan mereka. Dengan demikian mereka akan kehilangan kesukacitaan mengenai kepastian bahwa Allah tetap akan memelihara mereka dalam iman. Kitab Suci memberikan banyak contoh tentang orang-orang kudus yang mulai meragukan pemeliharaan Allah. Hakim-hakim 6:13, Jawab Gideon kepada-Nya: Ah, tuanku, jika TUHAN menyertai kami, mengapa semuanya ini menimpa kami? Di manakah segala perbuatan-perbuatan-yang ajaib yang diceritakan oleh nenek moyang kami kepada kami, ketika mereka berkata: Bukankah TUHAN telah menuntun kita keluar dari Mesir? Tetapi sekarang TUHAN membuang kami dan menyerahkan kami ke dalam cengkeraman orang Midian.
Mazmur 77:5-10, Engkau membuat mataku tetap terbuka; aku gelisah, sehingga tidak dapat berkata-kata. Aku memikir-mikir hari-hari zaman purbakala, tahun-tahun zaman dahulu aku ingat. Aku sebut-sebut pada waktu malam dalam hatiku, aku merenung, dan rohku mencari-cari: Untuk selamanyakah Tuhan menolak dan tidak kembali bermurah hati lagi? Sudah lenyapkah untuk seterusnya kasih setia-Nya, telah berakhirkah janji itu berlaku turun-temurun? Sudah lupakah Allah menaruh kasihan, atau ditutup-Nyakah rahmat-Nya karena murka-Nya?
Mazmur 88:7-10,15, Telah Kautaruh aku dalam liang kubur yang paling bawah, dalam kegelapan, dalam tempat yang dalam. Aku tertekan oleh panas murka-Mu, dan segala pecahan ombak-Mu Kautindihkan kepadaku. Telah Kaujauhkan kenalan-kenalanku dari padaku, telah Kaubuat aku menjadi kekejian bagi mereka. Aku tertahan dan tidak dapat keluar; mataku merana karena sengsara. Aku telah berseru kepada-Mu, ya TUHAN, sepanjang hari, telah mengulurkan tanganku kepada-Mu. Mengapa, ya TUHAN, Kaubuang aku, Kausembunyikan wajah-Mu dari padaku?
Yesaya 49:14, Sion berkata: TUHAN telah meninggalkan aku dan Tuhanku telah melupakan aku.
Tetapi Allah adalah Allah yang murah hati. Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya ( Yes. 42:3). Iman orang-orang percaya dapat tertekuk karena diterpa badai penderitaan yang hebat, seperti buluh yang terkulai karena diterpa angin. Karena begitu hebatnya pencobaan yang mereka alami, dapat saja api kepastian akan pemeliharaan Allah dan ketekunan mereka yang menyala di dalam mereka menjadi redup dan pudar. Tetapi kekurangyakinan itu tidak menjadi alasan bagi Allah bahwa Dia akan menghukum mereka. Allah juga tidak akan membiarkan musuh-musuh orang-orang kudus itu menaklukkan dan menghancurkan sama sekali iman dan keyakinan mereka. Dengan mengutip kata-kata penghiburan dari Paulus dalam 1 Korintus 10:13, PAD menyatakan bahwa Allah, sumber segala penghiburan, tidak akan membiarkan mereka dicobai melampaui kekuatan mereka, sebab di tengah pencobaan Dia memberikan juga jalan keluar. Sebagai Pengantara, Kristus mendoakan orang-orang kudus agar mereka tidak akan dicobai melampaui kekuatan mereka, dan Bapa mendengar doa-Nya. Seperti Kata Kristus kepada Petrus pada saat ia mengalami pencobaan yang besar, Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum, tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur (Luk. 22:31-32). Oleh karena Kristus, maka Bapa tidak akan membiarkan iman orang-orang kudus gagal dan tidak akan membiarkan orang-orang kudus kehilangan kepastian akan pemeliharaan-Nya, karena kepastian itu merupakan bagian iman yang harus ada. Sebaliknya, Bapa akan menghidupkan kembali keyakinan akan ketekunan mereka. Dia akan mealakukan hal itu oleh Roh-Nya yang Kudus melalui pemberitaan Injil. Seperti diakui Rasul Paulus dalam 1 Tesalonika 1:5, Injil yang kami beritakan bukan disampaikan kepada kamu dengan kata-kata saja, tetapi juga dengan kekuatan oleh Roh Kudus dan dengan suatu kepastian yang kokoh. Hasil karya Roh Kudus adalah bahwa dalam orang-orang kudus kepastian akan pemeliharaan Allah dan akan ketekunan mereka dihidupkan kembali. Buluh yang telah terkulai tegak kembali, dan sumbu yang pudar nyalanya bersinar lebih terang lagi. Ketika kepastian akan ketekunan dihidupkan dan tumbuh kembali di dalam orang-orang kudus maka mereka akan bernyanyi dengan mazmur Raja Daud, Aku telah terbuang dari hadapan mata-Mu. Tetapi sesungguhnya Engkau mendengarkan suara permohonanku, ketika aku berteriak kepada-Mu minta tolong. Kasihilah TUHAN, hai semua orang yang dikasihi-Nya! TUHAN menjaga orang-orang yang setiawan (Mzm. 31:23-24). Dan sesuai dengan kekuatan iman yang mereka miliki, mereka dapat berkata bersama dengan Rasul Paulus Aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakan-Nya kepadaku hingga pada hari Tuhan (2Tim. 1:12).
1. Apakah orang-orang percaya memiliki kepastian yang sempurna mengenai ketekunan mereka dalam hidup ini? Mengapa?
2. Jelaskan bagaimana hal-hal berikut dapat menyebabkan orang-orang percaya mulai meragukan ketekunan mereka:
Akan tetapi, kepastian tentang ketekunan ini sekali-kali tidak membawa orang yang benar-benar percaya itu pada kesombongan dan ketidakacuhan menurut daging. Sebaliknya, ketekunan itu sungguh-sungguh menjadi akar kerendahan hati, keseganan seorang anak, kesalehan yang sejati, kesabaran dalam segala perjuangan, doa-doa yang berapi, ketabahan dalam memikul salib dan dalam mengaku kebenaran, serta juga sukacita yang teguh di dalam Allah. Begitu pula perenungan anugerah itu justru merangsang mereka untuk dengan sungguh-sungguh dan tetap melakukan pengucapan syukur dan perbuatan baik. Hal ini nyata dari kesaksian-kesaksian Alkitab dan dari teladan orang kudus. (Rm. 12:1; Mzm. 56:12, 13; Mzm. 116:12; Tit. 2:11-14; 1Yoh. 3:3)
Pasal ini menunjukkan persamaan dengan I,13 yang membahas sikap dan perilaku yang baik yang timbul dari ajaran mengenai pemilihan. Pasal ini dan pasal berikut membahas sikap dan perilaku yang baik yang timbul dari ajaran mengenai ketekunan orang kudus. Dalam keempat pasal yang lalu, PAD telah membahas pemeliharaan Allah yang menjadi sebab orang-orang kudus bertekun dalam iman dan setia kepada Allah. Karena belas kasihan Allah yang diberikan dengan cuma-cuma itu mereka beroleh hal ini, yaitu bahwa mereka tidak sama sekali kehilangan iman dan anugerah, atau untuk selama-lamanya tinggal dalam kejatuhan mereka dan akan binasa (V,8). Karena itu mereka adalah anggota-anggota gereja yang sejati dan hidup, kini dan untuk selama-lamanya (V,9).
Sekarang akan dijelaskan sikap mana yang akan dihasilkan oleh kepastian akan pemeliharaan Allah. Jawaban yang diberikan oleh kaum Arminian atas pertanyaan itu, dijelaskan dalam Penolakan V,6:
Ajaran Keliru | Ajaran tentang kepastian tentang ketekunan dan keselamatan itu pada hakikatnya bersifat bantal bagi daging dan merupakan bahaya bagi kesalehan, kesusilaan, doa-doa, dan semua hal lainnya, yang termasuk praktik hidup yang saleh. Sebaliknya, meragukan ajaran itu merupakan perbuatan yang terpuji. |
Penolakannya | Mereka ini memperlihatkan, bahwa mereka tidak mengenal keampuhan anugerah ilahi dan karya Roh Kudus yang berdiam di dalam manusia. Mereka juga membantah Rasul Yohanes yang dengan tegas mengajar yang sebaliknya, Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya. Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci (1Yoh. 3:2-3). Lagi pula ajaran ini dibantah oleh teladan orang-orang kudus dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Mereka merasa yakin akan ketekunan dan keselamatan mereka, namun tetap bertekun dalam doa dan dalam semua hal lainnya, yang termasuk praktik hidup yang saleh. |
Tidak sulit dimengerti apa sebabnya kaum Arminian berpendapat demikian. Pandangan mereka berdasarkan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari. Jika seorang siswa yakin bahwa dengan mudah ia akan lulus ujian, ia tidak akan berusaha dengan giat untuk belajar. Karena, apa gunanya? Ia sudah tahu apa yang perlu ia tahu untuk lulus ujian. Atau dengan contoh lain, jika seorang pemuda yakin bahwa ia tidak akan pernah kehilangan jabatan yang dipegangnya di perusahaan ayahnya maka ia tidak akan berusaha untuk bekerja keras untuk membuat ayahnya terkesan, berbeda dengan seorang pemuda yang ragu-ragu apakah akan terus bertahan pada jabatannya, karena itu ia akan berusaha sebaik-baiknya untuk membuktikan bahwa dia pantas dipertahankan sebagai tenaga dalam perusahaan itu. Tetapi si anak pemilik perusahaan itu dapat saja datang terlambat ke tempat kerjanya. Dapat saja bekerja dengan tidak hati-hati. Ia sama sekali tidak perlu takut dipecat. Ia merasa aman karena statusnya sebagai (anak) dari pemilik perusahaan itu. Dari pengalaman dalam kehidupan sehari-hari seperti itu, kaum Arminian menyimpulkan bahwa kepastian mengenai ketekunan dalam iman bersifat bantal bagi daging dan merupakan bahaya bagi kesalehan, kesusilaan, doa-doa, dan semua hal lainnya, yang termasuk praktik hidup yang saleh.
Sikap yang kita lihat dalam kedua contoh tadi adalah sikap manusia duniawi. Tetapi sikap-sikap yang Allah inginkan dari kita sebagai orang Kristen itu berbeda. Allah tentu tidak senang dengan sikap seorang siswa yang dengan mudah lulus ujian dengan nilai yang baik, kalau siswa itu sebenarnya dapat memperoleh nilai yang lebih baik asalkan ia menyediakan waktu lebih untuk menyiapkan diri menghadapi ujian itu. Seorang siswa yang telah bertobat kepada Allah dan yang ingin mencari kesukaan Allah, semangatnya tidak akan pernah kendur untuk belajar. Sebaliknya, siswa itu akan berusaha keras untuk menjadi sempurna, sama seperti Bapanya di surga adalah sempurna (bdk. Mat. 5:48). Tentu Allah tidak akan senang dengan seorang pemuda yang tidak berusaha untuk meningkatkan kemampuannya untuk memanfaatkan talentanya bagi ayahnya. Pekerja-pekerja muda yang telah bertobat kepada Allah dan yang ingin mencari kesukaan Allah tidak akan pernah malas dalam pekerjaannya, tetapi sebaliknya akan berusaha sekeras mungkin demi Allah, agar nama-Nya akan dimuliakan. Demikian pula halnya dengan orang Kristen yang yakin akan pemeli-haraan Allah dan ketekunan mereka.
Meskipun mereka tahu bahwa keselamatan mereka terjamin, keya-kinan itu tidak akan pernah menjadi bantal bagi daging bagi mereka, seolah-olah mereka tidak lagi perlu berjaga-jaga dan berdoa sehubungan dengan kuasa iblis dan dampak dosa. Di samping itu, keyakinan akan pemeliharaan Allah terhadap mereka tidak akan membuat mereka mundur dalam menjalani hidup yang taat pada perintah-perintah Allah, atau menjadi malas berdoa kepada-Nya. Karena orang Kristen sungguh-sungguh mencari kesukaan Allah, dan tidak mau mendukakan hati-Nya dengan berbuat dosa. Kuasa Allah yang membuat orang pilihan-Nya menjadi pasti mengenai keselamatan mereka, adalah kuasa yang memperbarui hati mereka sehingga mereka mengasihi-Nya sebagai Bapa mereka dengan kasih yang menyala-nyala, dan rajin menuruti perintah-perintah-Nya (bdk. Yoh. 14:15,21). Kuasa Allah yang memperbarui manusia duniawi adalah kuasa yang dengan tidak gagal membuat manusia baru itu menghasilkan buah-buah yang baik. Kristus pernah berkata, Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik (Mat. 7:18). Kemudian Dia berkata, Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak ( Yoh. 15:5). Kuasa Allah yang menciptakan manusia baru adalah kuasa yang menyebabkan orang yang dilahirkan kembali akan mengucap syukur kepada-Nya dalam nyanyian dan doa. Sebagaimana yang Kristus katakan, Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya (Luk. 6:45).
Karena itu, PAD menolak kekeliruan kaum Arminian dengan mene-gaskan bahwa kepastian mengenai ketekunan tidak membawa orang yang benar-benar percaya pada kesombongan dan ketidakacuhan menurut daging.124 Sebaliknya, kepastian mengenai ketekunan justru menjadi akar kerendahan hati, keseganan seorang anak.
Katakanlah, apakah mungkin seorang perempuan, yang sadar bahwa ia adalah sasaran yang mudah untuk dilecehkan, langsung akan menjadi sombong dan merasa aman kalau suaminya berjanji kepadanya bahwa ia selalu akan menjaga dan melindunginya terhadap kekerasan semacam itu? Bukankah ia justru akan rendah hati karena sadar bahwa ia tidak dapat membela dirinya sendiri dan harus mengandalkan suaminya untuk melindunginya? Bukankah ia akan merasa diri lemah dan sangat tidak berdaya, seperti seorang anak yang mengandalkan perlindungan orang tuanya? Bukankah ia akan sangat menghargai dan menghormati cinta kasih dan kekuatan suaminya, yang telah berjanji bahwa ia akan selalu melindunginya?
Demikian pula orang yang benar-benar percaya, sadar bahwa mereka tidak berdaya di hadapan musuh-musuhnya. Ia akan mengaku bahwa ia selalu cenderung untuk berbuat dosa, dan menurut kodratnya tidak mampu memenangkan pencobaan. Ia insaf bahwa jika ia harus bertekun sampai pada kesudahannya, ia harus sepenuhnya bergantung pada perlindungan Allah. Ia akan merasa rendah hati karena ketidaklayakan dan kelemahannya, dan akan menyegani kasih setia Allah dan kekuatan-Nya yang tidak terbatas. Kepastian mengenai pemeliharaan Allah juga adalah sumber kesalehan yang sejati. Apakah perempuan dalam contoh tadi, yang sadar bahwa ia adalah sasaran yang mudah bagi orang yang mau melecehkannya, dengan sengaja akan bermain-main dengan lelaki jahat itu, padahal ia tahu bahwa lelaki itu bermaksud tidak baik? Apakah ia akan berani membangkitkan amarah suaminya yang setia itu dengan melakukan kefasikan seperti itu? Bukankah ia akan berusaha keras untuk melarikan diri dari orang jahat itu dan menjauhinya sedapat mungkin? Demikian juga halnya dengan orang yang benar-benar percaya.
Orang Kristen tidak akan bermain-main dengan dosa dan iblis dengan alasan bahwa tidak akan terjadi apa-apa karena keselamatan mereka sudah pasti. Orang yang benar-benar percaya tahu betapa besar akibat dari dosa.125 Mereka tahu bahwa iblis dapat menimbulkan kerugian besar bagi mereka,
Ketidakacuhan menurut daging menunjukkan sikap yang sama sekali tidak memprihatinkan atau mengkhawatirkan kuasa Iblis atau akibat dosa. dan bahwa nama Allah akan dicemarkan akibat dosa mereka. Karena itu mereka akan melarikan diri dari dosa dan dari Iblis, dan menjauhkan diri dari segala sesuatu yang dapat menimbulkan amarah Allah. Kepastian akan pemeliharaan Allah juga merupakan sumber kesabaran dalam segala perjuangan. Pemeliharaan Allah tidak berarti bahwa orang Kristen akan lolos dari segala pencobaan dan mengatasi tiap-tiap dosa. Dalam pasal 4, telah dipelajari bahwa orang-orang kudus dapat mengalami pencobaan dan kadang-kadang jatuh ke dalam dosa, bahkan ke dalam dosa yang berat. Kalau kita menerapkan hal itu pada contoh mengenai perempuan tadi, yang adalah sasaran yang mudah bagi seseorang yang mau melecehkannya, berarti bahwa kadang-kadang lelaki yang jahat itu akan menjebaknya, bahkan kadang-kadang akan menangkapnya. Dapat saja terjadi bahwa ia akan mulai memperlakukannya dengan kejam. Seandainya perempuan itu tidak mendapat janji dari suaminya bahwa ia akan melindunginya, mungkin saja ia akan cepat berputus asa dan menyerah, karena ia tahu bahwa ia bukan tandingan bagi lelaki jahat itu. Tetapi, janji pemeliharaan dan perlindungan suaminya membuat wanita itu bersemangat untuk terus menentang lelaki jahat itu dan menangkis upayanya untuk memperkosanya, karena ia sadar bahwa suaminya akan segera datang dan menyelamatkannya. Demikian juga, kepastian mengenai keselamatan yang kekal meng-halangi orang-orang Kristen menyerah jika mereka diserang dan dicobai. Mereka terus berlomba dalam pertandingan iman menentang dosa, iblis, dan seluruh kerajaannya, karena mereka tahu bahwa oleh pemeliharaan Allah mereka akan bertekun sampai pada kesudahannya. Allah telah berjanji bahwa mereka akan mengalahkan dosa dan iblis, karena dalam Kristus kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita (Rm. 8:37).
Kepastian bahwa karena anugerah Allah mereka akan bertekun, mendorong orang Kristen untuk menaikkan doa-doa yang berapi-api. Perempuan dalam contoh tadi, karena tetap percaya akan pemeliharaan yang dijanjikan kepadanya oleh suaminya, akan berteriak makin kuat agar suaminya akan mendengar suaranya dan mengetahui bahwa ia dalam kesulitan, dan suaminya akan segera datang untuk menyelamatkannya.
Juga jika teriakannya tidak langsung didengar, wanita itu akan berteriak terus dengan tidak henti-hentinya, karena ia sungguh-sungguh yakin akan janji suaminya. Demikian pula, keyakinan akan pemeliharaan Allah adalah sumber doa-doa yang berapi-api yang dinaikkan oleh orang-orang Kristen.
PAD juga mengatakan bahwa dalam orang yang benar-benar percaya, kepastian akan pemeliharaan Allah menghasilkan ketabahan dalam memikul salib dan dalam mengaku kebenaran. Mereka memikul salib demi kebenaran. Kita harus menyadari bahwa pada saat pasal-pasal ini dirumuskan, darah banyak pengikut-pengikut Reformasi yang mati syahid, belum kering. Mereka mati karena tetap berpegang pada kebenaran, juga pada kebenaran yang diakui dalam pasal-pasal ini. Kebenaran bahwa Allah tetap memelihara orang-orang kudus sehingga mereka bertekun sampai pada kesudahannya, merupakan permata yang begitu berharga dan memiliki nilai yang begitu besar bagi orang-orang percaya, sehingga mereka siap untuk tetap mempertahankan pengakuan ini, juga jika hal itu berarti bahwa mereka harus mengalami penderitaan. Ajaran ini sangat bagus untuk kita perjuangkan, sekalipun kita harus menderita dan teraniaya dalam perjuangan itu sampai mati.
Ada dua hal yang muncul dari kepastian akan pemeliharaan Allah.
Pertama, sukacita yang teguh di dalam Allah. Sukacita ini bukan hasil dari kepastian akan pemeliharaan Allah yang dimiliki orang-orang percaya, meskipun kepastian itu tentu memberi sumbangan. Tetapi sukacita ini lebih merupakan hasil dari kasih dan kemurahan Allah yang menganjurkan-Nya untuk memelihara orang yang dipilih-Nya. Sukacita yang dirasakan orang-orang pilihan adalah sukacita dalam Allah, bukan hanya sukacita dalam pemeliharaan dan perlindungan-Nya.
Kedua, kepastian akan keselamatan yang kekal juga merangsang mereka untuk dengan sungguh-sungguh dan tetap melakukan pengucapan syukur dan perbuatan baik. Orang-orang kudus akan selalu berterima kasih karena kepastian bahwa mereka akan menerima keselamatan yang kekal. Hati mereka diliputi rasa terima kasih atas anugerah-Nya yang sebenarnya tidak pantas mereka terima, bukan saja atas pemberian keselamatan yang mereka terima dari-
Nya ketika Dia mengerjakan iman di dalam hati mereka, tetapi juga atas janji-Nya bahwa Dia akan tetap memelihara mereka dalam keselamatan itu. Rasa terima kasih dalam hati mereka juga akan menjadi nyata dalam perbuatan mereka. Rasa terima kasih selalu diwujudkan dalam bentuk perbuatan baik.
Rasa terima kasih serta perbuatan baik yang tampil dalam kehidupan orang-orang pilihan bukan tanggung-tanggung dan tanpa daya batin. Malah sebaliknya, orang-orang kudus bersifat sungguh-sungguh dalam berterima kasih dan ketaatan mereka. Mereka akan mengasihi Allah dan mengabdi kepada-Nya dengan segenap hati, dengan segenap akal budi, dan dengan segenap kekuatan. Selain itu, mereka tidak hanya sekali-sekali saja menunjukkan rasa terima kasih dan melakukan perbuatan baik. Bukan pada suatu saat saja hati mereka penuh melimpah dengan rasa terima kasih, sedangkan pada hari berikutnya hati mereka kosong. Bukan pada suatu saat saja mereka melakukan perbuatan baik, sedangkan pada hari berikutnya dengan serampangan menceburkan diri mereka ke dalam dosa. Rasa terima kasih serta perbuatan baik mereka akan berupa ucapan syukur dan melakukan perbuatan-perbuatan baik dengan tidak henti-hentinya dan dengan mantap. Bahwa kepastian mengenai keselamatan yang kekal merupakan sumber dari sikap-sikap berbagai perbuatan yang saleh, menurut PAD telah nyata dari kesaksian-kesaksian Alkitab dan dari teladan orang kudus. PAD tidak mengacu kepada ayat-ayat tertentu, barangkali karena seluruh isi Kitab Suci membuktikan bahwa hal itu benar. Renungkanlah contoh-contoh yang berikut. Dalam Mazmur, Daud mengucapkan pengakuan yang bagus mengenai pemeliharaan Allah:
Jika aku berada dalam kesesakan, Engkau mempertahankan hidupku; terhadap amarah musuhku Engkau mengulurkan tangan-Mu, dan tangan kanan-Mu menyelamatkan aku. TUHAN akan menyelesaikannya bagiku! Ya TUHAN, kasih setia-Mu untuk selama-lamanya (Mzm. 138:7-8). Dalam perjuangannya menentang musuh-musuhnya, Daud yakin bahwa TUHAN menyelesaikan usahanya, yaitu melindunginya dalam perjuangannya itu dan membuatnya bertekun sampai kesudahan perjuangan itu. Daud yakin bahwa Allah akan memeliharanya sampai tugasnya di bumi ini selesai. Dan balasan apa yang Daud terima dan rasakan dalam hatinya atas pengalaman itu? Dengan sepenuh hatinya ia berterima kasih kepada Allah:
Aku hendak bersyukur kepada-Mu dengan segenap hatiku, di hadapan para allah aku akan bermazmur bagi-Mu. Aku hendak sujud ke arah bait-Mu yang kudus dan memuji nama-Mu (Mzm. 138:1-2). Pengalaman itu juga menghasilkan kesalehan dalam kehidupan Daud. Ia hidup bergaul dengan Allah dengan hati yang rendah dan penuh rasa hormat, seperti seorang anak terhadap ayahnya. Ia menjalankan kehidupan yang sungguh-sungguh saleh. Hatinya penuh melimpah dengan syukur dan terima kasih kepada Allah, seumur hidupnya. Contoh kedua yang ingin kami sebut adalah Paulus. Ia pun yakin bahwa ia akan menerima keselamatan yang kekal:
Itulah sebabnya aku menderita semuanya ini, tetapi aku tidak malu; karena aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakan-Nya kepadaku hingga pada hari Tuhan (2Tim. 1:12). Perhatikan bahwa kepastian akan keselamatan yang kekal menghasil-kan ketabahan dalam memikul salib dan dalam mengaku kebenaran dalam kehidupannya. Selain itu, perlu kita perhatikan bahwa kepastian akan pemeliharaan Allah mendorong Paulus untuk menasihati Timotius untuk bertekun: Peganglah segala sesuatu yang telah engkau dengar dari padaku sebagai contoh ajaran yang sehat dan lakukanlah itu dalam iman dan kasih dalam Kristus Yesus (2Tim. 1:13). Dalam surat Paulus kepada jemaat di Filipi juga tertulis pengakuan yang sangat bagus mengenai pemeliharaan Allah terhadap orang-orang pilihan. Kepastian mengenai anugerah Allah membuat Paulus menaikkan doa-doa syukur yang berapi-api dan memenuhinya dengan sukacita:
Aku mengucap syukur kepada Allahku setiap kali aku mengingat kamu. Dan setiap kali aku berdoa untuk kamu semua, aku selalu berdoa dengan sukacita. Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus (Flp. 1:3-6). Apakah kepastian Paulus akan pemeliharaan Allah menyebabkan Paulus bersifat bantal bagi daging seperti dikatakan kaum Arminian? Apakah kepastian Paulus bahwa ia akan menerima keselamatan yang kekal merupakan bahaya bagi kesalehan, kesusilaan, doa-doa, dan semua hal lainnya, yang termasuk praktik hidup yang saleh dalam kehidupan Paulus? Sekali-kali tidak! Justru sebaliknya! Dengan tepat PAD menyatakan bahwa kepastian akan pemeliharaan Allah tidak menghindarkan orang-orang pilihan untuk melakukan pengucapan syukur dan perbuatan baik, tetapi justru menggelorakan hati mereka untuk menjalani kehidupan saleh itu.
1. Menurut kaum Arminian, sikap apa yang akan timbul dari kepastian mengenai pemeliharaan Allah? Apa dasar pandangan mereka?
2. Mengapa janji Allah–bahwa Dia akan memelihara orang yang percaya–memampukan mereka akan bertekun dan tidak menjadi bantal bagi daging bagi mereka?- Dalam perumpamaan mengenai orang Farisi dengan pemungut cukai (bdk. Luk. 18:10-12), kita melihat bahwa orang Farisi tersebut sangat bangga dan sombong dan begitu yakin akan ketekunannya. Menurut Anda, sikap apa yang menghasilkan sikap itu pada orang Farisi?
Pada mereka yang dibangkitkan lagi sesudah jatuh ke dalam dosa, kepercayaan akan ketekunan itu tidak juga menghasilkan kecerobohan dan kealpaan dalam kesalehan, tetapi ikhtiar yang terlebih besar untuk mengikuti jalan-jalan Tuhan dengan saksama. Jalan-jalan itu telah dipersiapkan sebelumnya, supaya dengan menapakinya, mereka tetap memiliki kepastian tentang ketekunan mereka, dan supaya wajah Allah yang telah diperdamaikan dengan mereka tidak dipalingkan kembali dari mereka karena mereka telah menyalahgunakan kebaikan-Nya sebagai seorang Bapa, sehingga mereka jatuh ke dalam siksaan jiwa yang lebih berat lagi. Sebab bagi mereka yang takut akan Allah, memandang wajah-Nya itu lebih manis daripada hidup, tetapi apabila Allah menyembunyikan wajah-Nya, maka bagi mereka hal itu lebih pahit daripada maut. (2Kor. 7:10; Ef. 2:10; Mzm. 63:4; Yes. 64:7; Yer. 33:5)
Bayangkan diri Anda sedang memanjat tebing yang curam dan terjal di gunung yang tinggi. Semakin tinggi Anda memanjat tebing itu, semakin Anda sadar adanya bahaya, bahwa batu yang Anda jadikan pijakan untuk memanjat dapat longsor sehingga Anda akan kehilangan pegangan. Jika Anda jatuh, Anda pasti akan mati. Karena itu, Anda pasti akan sangat berhati-hati! Setiap kali Anda menginjakkan kaki pada sebuah batu yang menonjol keluar, lebih dahulu Anda akan berkali-kali mengentak-entakkan kaki Anda ke atas batu itu untuk memastikan bahwa batu itu tidak akan terlepas. Jika batu itu tidak terlepas, Anda akan menguji batu itu dengan memposisikan sebagian berat badan Anda di atas batu itu tanpa melepaskan kaki lain dari tumpuan yang sedang menahan Anda. Jika batu itu tetap kukuh, barulah Anda akan memberanikan diri untuk meletakkan seluruh berat badan Anda pada batu itu, dan melepaskan kaki yang satu untuk mencari pijakan yang berikutnya. Proses memanjat tebing itu akan memakan waktu yang cukup lama, karena Anda mendaki gunung itu dengan penuh kehati-hatian. Tetapi jika Anda terikat pada sebuah tali keselamatan yang dikukuhkan pada pengait besi yang dipakukan dengan sangat kuat ke dalam batu tebing itu selang lima meter, itu cerita yang lain. Karena ahli-ahli telah meyakinkan Anda bahwa jika Anda kehilangan tumpuan dan jatuh, tali keselamatan itu akan menahan Anda sehingga tidak jatuh terempas. Mereka menjamin bahwa pengait-pengait besi yang dipakukan ke dalam batu tebing itu cukup kuat dan pasti dapat menahan berat badan Anda. Tetapi berbeda memperoleh pengetahuan secara teori denganbenar-benar mengalaminya sendiri. Meskipun Anda telah diyakinkan bahwa tali keselamatan akan menghindarkan Anda jatuh terempas, tentu saja Anda tidak akan mencoba dengan sengaja apakah hal itu benar atau tidak. Bayangkan saja tali keselamatan itu putus atau pengait itu tidak kuat dan terlepas!
Tetapi, andaikan Anda jatuh meskipun Anda sudah sangat berhati-hati. Kejadian itu akan memberi pengalaman bahwa sarana pengaman itu benar-benar berfungsi. Tali itu ternyata cukup kuat. Pengait-pengait besi benar-benar tertancap kuat. Mungkin Anda mengalami luka memar atau luka lecet, tetapi pada umumnya Anda baik-baik saja. Sebetulnya, proses jatuh itu memberi Anda rasa riang, karena darah Anda berdesiran dan adrenalin Anda terpacu. Karena Anda telah mengalami sendiri alat-alat pengamananbenar-benar berfungsi, mungkin saja selanjutnya Anda tidak terlalu takut jatuh dan Anda menjadi kurang berhati-hati. Kali berikutnya mungkin Anda tidak lagi berulang-ulang memastikan bahwa batu tumpuan kaki Anda cukup kuat untuk menahan berat badan Anda. Anda tidak terlalu berhati-hati seperti sebelumnya, pada waktu memindahkan berat badan Anda dari tumpuan yang sudah terbukti kuat ke tumpuan berikutnya yang belum dicoba. Karena Anda sudah yakin bahwa hidup Anda terjamin, berkat alat-alat pengaman yang Anda gunakan. Kaum Arminian berkeyakinan bahwa ajaran orang yang benar-benar percaya tetap akan menerima keselamatan yang kekal, akan menghasilkan sikap yang sama pada orang yang telah jatuh ke dalam dosa dan yang sudah bertobat dan hidup kembali sebagai orang yang setia. Mereka pun akan menjadi kurang berhati-hati untuk melarikan diri dari pencobaan dan mengatasi dosa. Kalau mereka diajarkan bahwa orang yang benar-benar percaya boleh yakin bahwa mereka tetap akan diselamatkan (seperti keyakinan kaum Reformasi), dan bahwa tidak mungkin mereka kehilangan anugerah Allah atau menerima hukuman, menurut kaum Arminian mereka akan kurang berhati-hati karena merasa tidak akan terjadi apa pun pada mereka. Mereka akan menganggap diri mereka tidak mempan terkena dampak dosa yang mematikan. Sikap itu akan menghasilkan kecerobohan pada waktu menghadapi dosa. Mereka tidak lagi akan segera menghindar dari pencobaan dan menjauhkan diri dari segala dosa. Karena itu, Kaum Arminian menyimpulkan bahwa ajaran Reformasi mengenai pemeliharaan Allah terhadap orang pilihan-Nya dan persekutuan orang yang benar-benar percaya adalah ajaran yang sangat berbahaya yang akan mengakibatkan orang percaya tidak hidup saleh lagi. PAD dengan tegas menolak tuduhan kaum Arminian itu: Pada mere-ka yang dibangkitkan lagi sesudah jatuh ke dalam dosa, kepercayaan akan ketekunan itu tidak juga menghasilkan kecerobohan dan kealpaan dalam kesalehan. Mereka yang karena kelemahan telah jatuh ke dalam dosa, tetapi yang oleh anugerah Allah telah bertobat dari dosa itu, tidak akan menjadi ceroboh karena pengalaman mengajarkan bahwa Allah memelihara mereka. Justru sebaliknya! Pengalaman anugerah Allah yang memelihara mereka akan menghasilkan ikhtiar yang terlebih besar untuk mengikuti jalan-jalan Tuhan dengan saksama. Jalan-jalan itu telah dipersiapkan sebelumnya. Dengan telah mengalami kasih pemeliharaan Allah, mereka akan lebih menjaga dirinya untuk tetap tinggal dengan takwa di jalan-jalan Tuhan. Karena inilah yang dipersiapkan sebelumnya supaya dengan menjalaninya, mereka akan tetap mempertahankan kepas-tian ketekunannya.126 Artinya, dibandingkan dengan zaman sebe lum nya, mereka akan jauh lebih rajin berusaha menjauhi pencobaan, menentang dosa, dan hidup taat pada perintah-perintah Allah.
Apa sebabnya? Jika benar bahwa mereka dapat yakin akan pemeliharaan Allah, mengapa mereka masih perlu khawatir? Jika benar bahwa orang yang benar-benar percaya pasti akan memperoleh keselamatan yang kekal, dan bahwa tidak ada hal lain di seluruh ciptaan yang dapat memisahkan mereka dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, mengapa mereka tidak akan berbuat dosa lagi? Tidak benarkah, bahwa dosa menyukacitakan?
PAD memberi dua alasan mengapa orang-orang kudus tidak menjadi ceroboh dan alpa dalam kesalehan. Alasan yang pertama, dengan menapakinya (yaitu jalan-jalan Tuhan), mereka tetap memiliki kepastian tentang ketekunan mereka. Karena tidak ada hal yang lebih membuat orang-orang kudus menjadi ragu-ragu akan pemeliharaan Allah, selain mereka terus memberontak terhadap Allah. Contoh berikut, dari sejarah bangsa Israel mungkin dapat menjelaskan hal itu. Allah menyatakan kasih-Nya terhadap keturunan Abraham dengan mengadakan perjanjian anugerah dengan mereka. Jika mereka mengikuti jalan yang telah Allah tentukan dalam hukum-Nya maka mereka akan menerima bukti yang berkelimpahan bahwa Allah mengasihi mereka. Allah akan mencurahkan berkat-Nya yang berlimpah-limpah atas mereka, sama seperti seorang ayah yang mengasihi anak-anaknya akan memberi hadiah-hadiah yang bagus kepada mereka. Tetapi, kebalikannya juga benar. Jika mereka memberontak kepada Allah, maka Allah tidak akan mencurahkan berkat-Nya. Malahan Dia akan mendatangkan segala macam kutuk atas mereka. Dan hal itu benar-benar terjadi. Tuhan menyerahkan mereka ke tangan musuh-musuh mereka, yang menghancurkan kota-kota kediaman mereka, merampas segala kekayaan mereka, dan membawa mereka ke pembuangan. Tetapi Allah tetap memelihara orang-orang pilihan-Nya. Pada waktunya, Allah membawa mereka kembali ke tanah perjanjian. Tetapi mereka tidak setia terhadap Allah. Orang Israel yang telah kembali dari pembuangan, lebih memperhatikan rumah-rumah mereka sendiri daripada menyibukkan diri dengan membangun kembali rumah Tuhan (bdk. Hag. 1:4). Selain itu, mereka juga tidak membawa hasil yang pertama dari tanah mereka dan buah sulung segala pohon, seperti ditetapkan dalam hukum Allah. Dan karena itu, Tuhan mendatangkan kekeringan atas mereka dan penyakit sampar. Pada akhirnya, orang mulai meragukan kasih Allah. Karena Tuhan harus terus menghukum mereka karena ketidaktaatan mereka maka Dia tidak dapat menunjukkan kasih setia-Nya kepada mereka. Akhirnya mereka tidak percaya lagi bahwa Allah mengasihi mereka. Ketika Allah berfirman melalui Nabi Maleakhi, Aku mengasihi kamu, mereka sangat tidak percaya dan membalas, Dengan cara bagaimanakah Engkau mengasihi kami? (Mal. 1:2). Sama seperti pemberontakan yang terus-menerus membuat orang mengkhawatirkan kasih Allah, demikian pula hidup terus dalam dosa akan membuat orang-orang kudus mengkhawatirkan pemeliharaan Allah. Tuhan telah bersumpah bahwa Dia akan menyelamatkan bangsa-Nya yang setia dari tangan musuh-musuhnya, tetapi bahwa Dia akan menyerahkan bangsa-Nya yang tidak setia ke dalam tangan musuh-musuhnya. Jika musuh-musuh bangsa Tuhan terus berkuasa atas mereka dan terus menekan mereka dengan berat, mereka akan mulai meragukan pemeliharaan Allah. Mereka akan berpikir bahwa Allah telah meninggalkan mereka, dan bahwa mereka akan binasa sama sekali. Tetapi dengan menapakinya (jalan-jalan Tuhan), mereka tetap memiliki kepastian tentang ketekunan mereka.
Alasan kedua yang diberikan PAD mengapa orang-orang kudus tidak menjadi ceroboh dan alpa dalam kesalehan, adalah agar mereka terus merasakan kemurahan Allah. Jika mereka mematuhi jalan-jalan Tuhan, wajah Allah yang telah diperdamaikan dengan mereka tidak dipalingkan kembali dari mereka karena mereka telah menyalahgunakan kebaikan-Nya sebagai seorang Bapa.
Kemurahan Allah dicerminkan dalam wajah-Nya yang menyinari bangsa-Nya. Sebaliknya, murka Allah nyata waktu Dia mengalihkan wajah-Nya dari mereka. Berkat iman berbunyi sebagai berikut, TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau; TUHAN menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau anugerah; TUHAN menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera (Bil. 6:24-26). Sebaliknya, Nabi Yesaya berkata, yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu ( Yes. 59:2). Kita pun mengalami hal seperti itu dalam pergaulan dengan kekasih kita. Ketika relasi antara suami dan istri dalam keadaan baik, mereka saling terbuka. Tetapi jika suami melakukan sesuatu yang menyakitkan hati istrinya, si istri akan mengalihkan pandangannya dari suaminya. Ia tidak mau lagi menatapkan suaminya, karena ia tidak senang lagi kepadanya.
Tetapi jika si suami benar-benar mengasihinya, ia pun akan sakit hati karena telah menyebabkan istrinya menjadi kurang senang kepadanya. Jika hal ini terjadi, dan si istri akan memaafkan kesalahannya, pasti ia akan berusaha untuk tidak pernah menodai kemurahan hati istrinya. Ia akan berusaha sekuat mungkin untuk tidak lagi melakukan sesuatu yang dapat menyakitkan hati istri yang dikasihinya. Demikian pula, orang-orang yang telah jatuh ke dalam dosa telah mengalami keadaan yang membuat Allah merasa tidak senang terhadap mereka. Mereka telah mengalami bagaimana rasanya jika Allah mengalihkan wajah-Nya dari mereka. Dan mereka tidak mau bahwa hal itu akan terjadi lagi. Mereka mengasihi Tuhan dan ingin melihat wajah-Nya. Mereka ingin Allah senang pada mereka dan menyinari mereka dengan wajah-Nya. Karena itu, mereka akan melarikan diri dari pencobaan, menjauhi dosa, dan mengikuti jalan-jalan Tuhan, agar tidak untuk kedua kalinya mereka akan menimbulkan murka Allah dan jatuh ke dalam siksaan jiwa yang lebih berat lagi.
Karena seperti yang dikatakan PAD, Sebab bagi mereka yang takut akan Allah, memandang wajah-Nya itu lebih manis daripada hidup, tetapi apabila Allah menyembunyikan wajah-Nya, maka bagi mereka hal itu lebih pahit daripada maut. Orang-orang kudus lebih suka mati daripada harus merasakan lagi bahwa Allah menyembunyikan wajah-Nya terhadap mereka.
Janganlah menyembunyikan wajah-Mu kepadaku, jangan-lah menolak hamba-Mu ini dengan murka; Engkaulah pertolonganku, janganlah membuang aku dan janganlah meninggalkan aku, ya Allah penyelamatku! (Mzm. 27:9). Alasan-alasan inilah yang membuat orang-orang percaya tidak akan menyalahgunakan janji Allah bahwa Dia akan memelihara mereka. Kepastian akan keselamatan kekal yang mereka miliki tidak akan membuat mereka ceroboh dan tidak saleh. Justru sebaliknya! Mereka akan berusaha sekuat mungkin untuk mematuhi jalan-jalan Tuhan supaya mereka tetap memiliki kepastian tentang ketekunan mereka, dan supaya mereka tidak akan menderita kesedihan lagi karena telah menimbulkan amarah Allah.
1. Apa pandangan kaum Arminian terhadap ajaran mengenai pemeliharaan Allah dan ketekunan orang yang benar-benar percaya? Apa dasar pandangan mereka?
2. Apa akibat bagi orang yang benar-benar percaya kalau mereka sudah mengalami pemeliharaan Allah terhadap mereka?
3. Apa alasan pertama mengapa pemeliharaan Allah itu tidak membuat orang percaya menjadi ceroboh dan tidak saleh? Berikan contoh mengenai hal ini berdasarkan Kitab Suci !
4. Apa alasan kedua mengapa pemeliharaan Allah itu tidak membuat orang percaya menjadi ceroboh dan tidak saleh? Mengapa hal ini sangat penting bagi orang-orang kudus?
- Jika benar bahwa ajaran mengenai pemeliharaan Allah tidak menye-babkan kecerobohan dan kehidupan yang tidak saleh, apa sebab Kitab Suci memperingatkan orang-orang kudus terhadap hal-hal itu? Misalnya dalam ayat berikut, Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh! (1Kor. 10:12).
Sebagaimana Allah telah berkenan memulai pekerjaan anugerah-Nya itu di dalam kita oleh pemberitaan Injil, begitu pula Dia memelihara, meneruskan, dan menyelesaikan pekerjaan itu. Caranya, dengan mendengarkan, membaca, dan merenungkan Injil, dan dengan nasihat-nasihat, ancaman-ancaman, janji-janji, serta juga dengan menggunakan sakramen-sakramen kudus. (Ul. 6:20-25; 2Tim. 3:16, 17; Kis. 2:42)
Sebutir benih membutuhkan air supaya berkecambah. Kalau sudah ber-kecambah, benih itu tetap membutuhkan air agar bertahan hidup. Tanpa air, semaian itu akan layu dan mati. Bahkan sesudah semaian itu bertumbuh menjadi tanaman yang dewasa, tanaman itu tetap membu tuhkan air. Tidak berbeda halnya kalau Allah mengerjakan penebusan manusia. Dalam III/IV, 6 telah kita pelajari bahwa manusia hanya dapat memperoleh pengetahuan yang menyelamatkan mengenai Allah dan dilahirkan kembali oleh Firman atau pelayanan pendamaian, yakni Injil Mesias. Dalam III/IV, 11 PAD menyatakan bahwa bilamana Allah melaksanakan perkenan-Nya itu di dalam orang pilihan, dan mengerjakan di dalam mereka pertobatan yang sejati, maka Dia membuat Injil diberitakan kepada mereka. Dan keseluruhan III/IV, 17 mengenai sarana-sarana yang dipakai oleh Allah. Dalam pasal itu kita mengaku bahwa karya adikodrati Allah yang olehnya kita dilahirkan-Nya kembali sekali-kali tidak mencegah atau meniadakan pemakaian Injil yang telah ditentukan Allah yang berhikmat itu menjadi benih kelahiran kembali dan makanan bagi jiwa.
Dalam Bab III/IV, PAD berbicara mengenai pemberitaan Injil berkenaan dengan awal karya adikodrati Allah. Dalam Bab V, PAD berbicara mengenai pemberitaan Injil berkenaan dengan kelanjutan dan pemeliharaan karya adikodrati Allah. Alasan mengapa pasal ini ditulis adalah untuk mencegah pemikiran bahwa orang yang sungguh-sungguh menjadi percaya tidak perlu lagi datang ke gereja minggu demi minggu untuk mendengarkan pemberitaan Injil dan menerima sakramen-sakramen. Seolah-olah imannya tidak mungkin akan pernah mati, dan tidak mungkin ia akan kehilangan keselamatan, karena Allah telah berjanji untuk memelihara orang yang benar-benar percaya supaya mereka tetap percaya dan menerima keselamatan. Tetapi pikiran itu salah. Jika iman itu tidak diberi makan dan dikuatkan melalui pemberitaan Injil dan pemakaian sakramen-sakramen, iman itu pasti akan mati. Contoh yang berikut mungkin dapat menjelaskan hal itu. Pada waktu Raja Hizkia jatuh sakit dan hampir mati, Tuhan menyembuhkannya dan berjanji bahwa Dia akan memperpanjang hidupnya lima belas tahun lagi (2Raj. 20:6). Hizkia tentu akan sangat keliru kalau ia berpikir bahwa janji Allah untuk memelihara hidupnya berarti bahwa ia tidak lagi perlu makan dan minum. Janji Allah untuk memelihara hidupnya termasuk penggunaan sarana-sarana (yaitu makanan dan minuman).
Demikian juga janji Allah bahwa Dia akan memelihara orang-orang kudus supaya mereka tetap percaya dan setia, tidak berarti bahwa mereka tidak perlu menggunakan sarana-sarana yang Allah hendak pakai untuk memelihara kehidupan rohani. Janganlah kita berani mencobai Allah dengan jalan menceraikan apa yang menurut perkenan-Nya dikehendaki-Nya supaya tetap tergabung erat (bdk. III/IV, 17). Allah telah menggabungkan pemeliharaan kehidupan rohani dengan pendengaran Injil dan penggunaan sakramen-sakramen. Hal itu sangat nyata dalam ayat berikut dari surat Ibrani:
Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia. Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat. Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu. Tetapi yang ada ialah kematian yang mengerikan akan penghakiman dan api yang dahsyat yang akan menghanguskan semua orang durhaka. Jika ada orang yang menolak hukum Musa, ia dihukum mati tanpa belas kasihan atas keterangan dua atau tiga orang saksi. Betapa lebih beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas dia, yang menginjak-injak Anak Allah, yang menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya, dan yang menghina Roh kasih karunia? (Ibr. 10:23-29).
Dalam ayat 23, penulis menasihati kita untuk berpegang teguh pada pengakuan yang membawa kita kepada keselamatan (bdk. Rm 10:9). Selanjutnya ia mengingatkan kita akan janji Allah yang dapat dipercayai, yaitu janji bahwa Dia akan memelihara kita. Dalam ayat 25, ia mendorong kita untuk terus mengikuti pertemuan-pertemuan gerejawi, karena di sanalah Injil diberitakan dan sakramen-sakramen dilayankan. Akhirnya dalam ayat 26-29, penulis memberi peringatan keras mengenai dosa yang disengaja dan mengenai penolakan Kristus, karena hal-hal itu akan membawa kita pada penghukuman. Berdasarkan apa yang ditulis dalam surat Ibrani itu, kita dapat memahami bahwa ketekunan dalam pengakuan iman yang benar kepada Yesus Kristus mengharuskan orang yang benar-benar percaya untuk berkumpul sebagai gereja, mendengarkan pemberitaan Injil dan menggunakan sakramen-sakramen. Jika mereka tidak berkumpul untuk memberi diri dikuatkan dalam iman, pada akhirnya mereka akan menyangkal pengakuan yang benar dan mengalami kematian rohani.
Itu sebabnya PAD mengatakan, Allah memulai pekerjaan anugerah-Nya itu di dalam kita oleh pemberitaan Injil, begitu pula Dia memelihara, meneruskan, dan menyelesaikan pekerjaan itu. Caranya, dengan mendengarkan, membaca, dan merenungkan Injil, dan dengan nasihat-nasihat, ancaman-ancaman, janji-janji, serta juga dengan menggunakan sakramen-sakramen kudus. Perhatikanlah bahwa PAD tidak hanya menyebut cara mendengarkan firman Allah, tetapi juga cara membaca firman-Nya. Itu sebabnya, tokoh-tokoh Reformasi dengan kuat mempertahankan bahwa Kitab Suci harus diterjemahkan ke dalam bahasa yang dapat dipahami oleh semua orang Kristen. Baru sekarang ini, dengan adanya percetakan, sudah menjadi mungkin dan adalah sangat penting setiap orang percaya memiliki Alkitab sendiri untuk membaca dan merenungkannya dengan tetap dan teratur. Karena melalui firman dan sakramen-sakramen maka jiwa kita diberi makan Roti Surgawi dan Air Kehidupan, yang memberikan keselamatan. Kristus berjanji bahwa siapa yang makan dari Roti itu, tidak akan mati (bdk. Yoh. 6:50), dan bahwa siapa yang minum Air Kehidupan, tidak akan haus untuk selama-lamanya (bdk. Yoh. 4:14).
Perhatikanlah juga bahwa PAD tidak hanya menyebut pentingnya bagian-bagian Kitab Suci yang menyenangkan pendengaran, seperti janji-janji Allah, tetapi juga menyebut nasihat-nasihat dan ancaman-ancaman yang tercantum di dalamnya.
Memang penting untuk mendengar janji-janji Allah, tetapi juga penting untuk mendengar kutukan-Nya. Kita perlu mendengar berita mengenai keselamatan, tetapi juga berita mengenai dosa. Kita perlu dihibur, tetapi juga dinasihati. Kita perlu didorong, tetapi juga untuk diancam. Melalui keseluruhan Kitab Suci, Allah berkenan memelihara, meneruskan, dan menyelesaikan pekerjaan anugerah-Nya di dalam orang-orang kudus supaya mereka tetap percaya dan setia. Karena itu, orang-orang kudus harus mendengarkan keseluruhan Kitab Suci yang diberitakan dari atas mimbar, dan membaca keseluruhan Kitab Suci serta merenungkannya di rumah dan di perkumpulan Pemahaman Alkitab.
1. Pikiran salah yang manakah yang mau ditangkis dalam pasal ini?
2. Hal apa yang tidak boleh dipisahkan oleh orang-orang percaya dari janji pemeliharaan Allah?
3. Hal apa yang kita pelajari dari Ibrani 10:23-29?
4. Selain dari pemberitaan Injil setiap minggu di gereja, sarana lain yang manakah yang dipakai Allah untuk memelihara orang-orang kudus?
5. Bagian mana di dalam Kitab Suci yang dipakai Allah untuk memelihara orang-orang kudus?
- Dalam pembahasan sarana-sarana yang dipakai untuk mengerjakan ketekunan dalam iman dan kesetiaan, PAD tidak menyebut doa. Ber-kait an dengan hal itu:
Ajaran tentang ketekunan orang yang sungguh-sungguh percaya dan kudus dan tentang kepastian tentang ketekunan itu, telah dinyatakan Allah dengan berlimpah-limpah dalam firman-Nya demi kemuliaan nama-Nya dan demi penghiburan orang yang takut akan Dia, dan telah diterakan-Nya dalam hati orang percaya. Memang ajaran itu tidak dapat dipahami oleh daging, dibenci oleh iblis, diejek oleh dunia, disalahgunakan oleh mereka yang tidak memahaminya dan orang munafik, dan dibantah oleh para penyesat. Akan tetapi, mempelai perempuan Kristus senantiasa amat mengasihinya dan tetap membelanya sebagai suatu harta yang tak terkira nilainya. Allah akan menjaga, supaya ia akan berbuat demikian untuk seterusnya. Tidak ada rencana yang dapat dilaksanakan untuk melawan Dia dan tidak ada satu kuasa pun yang dapat bertahan terhadap Dia. Hanya Allah ini, yaitu Bapa, Anak, dan Roh Kudus, patut menerima hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin. ( Why. 14:12; Ef. 5:32; Mzm. 33:10,11; 1Ptr. 5:10,11)
Dalam penjelasan yang telah kami berikan mengenai bab V yang mengakhiri PAD, telah kami bicarakan sejumlah besar ayat Alkitab yang menyatakan ajaran mengenai ketekunan orang-orang kudus dan keyakinan yang orang-orang percaya miliki mengenai pemeliharaan Allah. Mengingat jumlah ayat yang menyatakan ajaran ini127 membuktikan benar apa yang dikatakan PAD dalam pasal ini, yaitu bahwa ajaran ini telah dinyatakan Allah dengan berlimpah-limpah dalam firman-Nya. Ajaran ini tidak hanya dinyatakan dalam Kitab Suci, tetapi juga tertanam di dalam hati orang yang sungguh-sungguh percaya. Roh Kudus, yang telah menyebabkan ajaran ini dengan sempurna dituliskan dalam Kitab Suci, juga menyebabkan ajaran ini dituliskan dalam hati orang-orang kudus. Oleh sebab itu, orang-orang kudus percaya dan mengakui ajaran ini dengan kepastian iman. Ajaran ini dinyatakan Allah dengan dua tujuan. Pertama, demi kemulia-an nama Allah. Sama halnya dengan ajaran mengenai pemilihan, ajaran ini pun memperlihatkan anugerah Allah yang berdaulat. Adalah karena anugerah Allah sehingga Dia memilih sejumlah orang tertentu yang akan diselamatkan-Nya. Dialah yang menerangi pikiran mereka, memperbarui hati mereka, membebaskan kehendak mereka, supaya mereka mengenal Allah, mengasihi Dia, dan mengabdi kepada-Nya. Tetapi bukan itu saja yang Allah lakukan. Dia tidak hanya mengerjakan kita menjadi percaya, tetapi Ia juga membawa iman kita itu kepada kesempurnaan (Ibr. 12:2). Dia tidak hanya memampukan kita untuk berlomba dengan tekun dalam perlombaan iman, tetapi Dia juga mengerjakan kita berlomba terus dengan teguh, dan bertekun sampai pada kesudahannya, dan tetap memperoleh mahkota kemenangan. Dengan demikian, Allah menerima segala hormat dan pujian atas keselamatan kita, karena Dialah yang mengerjakannya dari awal sampai pada kesudahan. Kedua, ajaran mengenai ketekunan orang-orang kudus dinyata kan sebagai penghiburan bagi orang-orang kudus. Ketika kita mempertim-bangkan panjang dan beratnya perlombaan iman, terjalnya gunung yang harus kita daki dan curam dan gelapnya lembah yang harus kita lewati, dan ketika kita menyadari kuat dan liciknya musuh-musuh kita yang terus-menerus menyerang kita, kita akan merasa sangat terhibur oleh kepastian bahwa kita akan bertekun dalam iman sampai pada kesudahan. Jiwa kita tidak lagi takut dan gelisah, tetapi menjadi damai dan tenang dalam keyakinan bahwa Allah akan memelihara kita. Ajaran ini membangkitkan tanggapan yang sangat negatif dari orang yang pikirannya gelap dan yang hatinya keras. PAD menggambarkan lima tanggapan yang negatif. Pertama, ajaran itu tidak dapat dipahami oleh daging. Ketika PAD memakai kata (daging), kata itu menunjuk kepada manusia duniawi, yai-tu orang yang tidak percaya dan yang tidak memiliki Roh Kudus. Orang itu tidak mengerti ajaran mengenai ketekunan orang-orang kudus, karena pikir annya gelap dan ia tidak dapat mengakui kebenaran hal-hal yang ber-sifat rohani. Seperti dikatakan Paulus, manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebo-dohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani (1Kor. 2:14).
Kedua, ajaran ini dibenci oleh iblis. Alasannya jelas. Pertama, ajaran ini memperlihatkan kemenangan anugerah Allah, dan kekalahan iblis dan sekutunya yang berusaha dengan sekuat tenaga untuk menyesatkan orang yang percaya kepada Allah supaya mereka akan binasa untuk selama-lamanya. Kedua, ajaran ini menguatkan dan mendorong orang-orang kudus yang diancam iblis yang mau melemahkan dan mematahkan semangatnya. Seperti telah kita lihat sebelumnya, bagi orang yang percaya, ajaran ini adalah akar kerendahan hati, keseganan seorang anak, kesalehan yang sejati, kesabaran dalam segala perjuangan, doa-doa yang berapi, ketabahan dalam memikul salib dan dalam mengaku kebenaran, serta juga sukacita yang teguh di dalam Allah (bdk. V, 12). Ketiga, ajaran mengenai pemeliharaan Allah diejek oleh dunia. Bagi dunia, ajaran mengenai pemeliharaan Allah terhadap orang pilihan-Nya merupakan suatu kebodohan. Mungkin saja, para penyusun PAD ingat pada Mazmur 73. Dalam Mazmur itu, Asaf berkata mengenai orang fasik:
Sebab kesakitan tidak ada pada mereka, sehat dan gemuk tubuh mereka; mereka tidak mengalami kesusahan manusia, dan mereka tidak kena tulah seperti orang lain. Sebab itu mereka berkalungkan kecongkakan dan berpakaian kekerasan. Karena kegemukan, kesalahan mereka menyo-lok, hati mereka meluap-luap dengan sangkaan. Mereka menyindir dan mengata-ngatai dengan jahatnya, hal peme-rasan dibicarakan mereka dengan tinggi hati. Mereka mem-buka mulut melawan langit, dan lidah mereka membual di bumi (Mzm. 73:4-9).
Dan di sisi lain, orang-orang kudus kadang-kadang merasakan kesakit-an dan kesusahan. Mereka mengalami kesusahan dan kena tulah. Dalam mata dunia, hal itu membuktikan bahwa pemeliharaan Allah itu adalah sesuatu yang tidak masuk akal. Karena, demikianlah kata dunia, jika me-mang benar Allah ada, ternyata Dia tidak tahu apa yang dialami manusia, atau Dia sama sekali tidak mempedulikan mereka. Keempat, ajaran mengenai pemeliharaan Allah (disalahgunakan) oleh mereka yang tidak memahaminya dan orang munafik. Dalam kalimat ini dua kelompok orang digabungkan, orang yang tidak memahaminya, dan orang munafik. Ada orang yang sungguh-sungguh ingin memahaminya tetapi tidak memiliki pengetahuan mengenai kebenaran. Dan ada yang lain yang memiliki pengetahuan mengenai kebenaran, tetapi yang tidak sungguh-sungguh menerimanya. Kedua kelompok itu menyalahgunakan ajaran mengenai pemeliharaan Allah, karena ajaran membuat mereka malas melaksanakan perintah-perintah Allah, atau berlengah-lengah secara daging (bdk. I, 13). Mereka berpikir bahwa karena janji Allah bahwa Dia tetap akan memelihara mereka, mereka tidak perlu lagi mengejar kebenaran dan kekudusan. Mereka menjadi ceroboh dan melalaikan kesalehan. Kelima, ajaran mengenai pemeliharaan Allah dibantah oleh para penyesat. Dapat dipertanyakan apakah orang ini disebut penyesat karena mereka membantah ajaran ini, mengenai keputusan Allah yang berdaulat mengenai pemilihan dan pemeliharaan, ataukah mereka membantah ajaran ini karena mereka adalah penyesat. Setiap penyesat yang menyangkal salah satu dari kedua belas pasal Pengakuan Iman Rasuli yang merupakan ringkasan iman Kristen, meren-dahkan kedaulatan Allah dan meninggikan kemampuan dan kedaulatan manusia. Setiap penyesat yang menolak ajaran Kristen mendasar lainnya, juga menolak ajaran bahwa Allah memilih dan memelihara orang-orang kudus.
Demikian juga orang yang menolak kedaulatan anugerah Allah, baik dalam memilih maupun dalam memelihara orang-orang kudus, patut disebut penyesat, meskipun mereka mungkin menerima keduabelas pasal Pengakuan Iman Rasuli sebagai ringkasan iman Kristen. Karena orang yang membantah ajaran ini sebenarnya membantah kedaulatan kehendak dan anugerah Allah, dan dengan demikian membantah kemuliaan Allah. Berbeda dengan segala tanggapan negatif itu, mempelai perempuan Kristus (yaitu gereja) senantiasa amat mengasihi-Nya dan tetap mem-belanya sebagai suatu harta yang tak terkira nilainya. Kasih kita terhadap ajaran ini, dan semangat untuk membelanya, berdasarkan kasih kita kepada Allah dan kerinduan untuk mempertahankan kemuliaan-Nya. Kita tidak mau meninggikan diri dengan mengurbankan kemuliaan Allah, justru karena kita tahu bahwa kita sama sekali tidak turut mengerjakan keselamatan kita dan tidak layak menerima pujian karena keselamatan itu. Sebaliknya, kita patut menaikkan segala pujian kepada Allah yang kita kasihi, karena hanya Dia yang layak menerima segala hormat dan pujian, karena Dia yang memberikan anugerah-Nya kepada kita yang memungkinkan kita bertekun. Di samping itu, kita mematuhi dan membela ajaran ini karena ajaran itu menghibur kita dan memberikan damai sejahtera kepada kita. Kita menghargai penghiburan dan damai itu jauh lebih daripada rasa hormat yang dicuri dan kesombongan semu orang yang mempertahankan bahwa mereka mampu bertekun karena kekuatan mereka sendiri. Kita lebih suka mengurbankan segala harta milik kita, dan kebebasan kita, bahkan kehidupan kita, daripada kehilangan penghiburan dan damai yang merupakan hasil ajaran ini. Dalam sejarah gereja, orang-orang percaya telah menunjukkan hal itu pada masa-masa penganiayaan. Selama berabad-abad, para penyesat terus-menerus membantah ajaran ini dan berusaha menyesatkan mempelai perempuan Kristus. Tetapi pada abad-abad yang lalu, gereja senantiasa mengasihi dan membela ajaran ini. Allah akan menjaga, supaya ia akan berbuat demikian untuk seterusnya. Tidak ada rencana yang dapat dilaksanakan untuk melawan Dia dan tidak ada satu kuasa pun yang dapat bertahan terhadap Dia. Pemeliharaan Allah terhadap orang-orang kudus termasuk pemeliharaan ajaran ini. Atau dengan kata lain, ajaran mengenai pemeliharaan Allah terhadap orang-orang kudus, adalah salah satu sarana yang dipakai Allah untuk memelihara orang-orang kudus. Secara umum telah diterima bahwa sikap yang positif itu penting untuk mencapat hasil yang positif. Anak-anak sekolah membutuhkan dorongan dan desakan yang positif agar mereka berkembang dan berhasil. Mereka perlu punya rasa percaya diri bahwa mereka mampu menyelesaikan tugas yang diberikan kepada mereka, karena kalau mereka tidak percaya diri mereka akan cepat putus asa ketika menghadapi soal yang sulit. Kepercayaan diri akan mendorong mereka untuk bertekun. Demikian pula kepercayaan orang-orang kudus atas pemeliharaan yang dijanjikan Allah akan mendorong mereka untuk bertekun ditengah-tengah badai godaan dan pencobaan. Seperti diakui PAD sebelumnya, ajaran mengenai pemeliharaan Allah dan ketekunan orang-orang kudus adalah akar kesabaran dalam segala perjuangan, doa-doa yang berapi, ketabahan dalam memikul salib dan dalam mengaku kebenaran (V, 12).
Hanya Allah, yaitu Bapa, Anak, dan Roh Kudus, patut menerima hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya.
Amin.
1. Apakah ajaran mengenai ketekunan orang-orang kudus hanya secara samar-samar saja dinyatakan dalam Kitab Suci? Berapa banyak ayat yang dapat Anda temukan dalam Kitab Suci yang membuktikan ajaran itu?
2. Selain tertulis di dalam Kitab Suci, di mana lagi ajaran ini tertulis? Apa hasilnya?
3. Apa dua tujuan yang menjadi penyebab utama ketekunan orang-orang kudus dinyatakan? Jelaskan bagaimana ajaran ini mencapai kedua tujuan tersebut!
4. PAD menulis bahwa ajaran mengenai ketekunan orang-orang kudus tidak dipahami oleh daging. Apa yang dimaksudkan dengan kata (daging)? Mengapa daging tidak memahami ajaran ini?
5. Apa dua alasan iblis membenci ajaran mengenai ketekunanorang-orang kudus?
6. Mengapa dunia mengejek ajaran ini?
7. Bagaimana orang-orang yang tidak memahaminya dan orang-orang munafik yang menyalahgunakan ajaran ini?
8. Apakah penolakan ajaran mengenai ketekunan orang-orang kudus merupakan ajaran sesat, dan apakah orang yang menolak ajaran ini dapat disebut (penyesat)?
9. Jelaskan dua alasan mengapa Gereja mengasihi dan membela ajaran mengenai ketekunan orang-orang kudus!
10. Jelaskan pernyataan berikut: Ajaran mengenai pemeliharaan Allah terhadap orang-orang kudus merupakan sarana yang dipakai Allah untuk memelihara orang-orang kudus!
- Renungkan dan gambarkan perasaan-perasaan yang Anda sendiri rasakan sebagai hasil dari mempelajari ajaran mengenai pemeliharaan Allah terhadap orang pilihan-Nya dan ketekunan orang-orang kudus.