PASAL AJARAN YANG KEDUA

Kematian Kristus dan Penebusan Manusia Oleh-Nya

Pasal 1

Hukuman yang Dituntut Oleh Keadilan Allah

Allah tidak hanya Maha Murah, tetapi juga Maha Adil. Maka keadilan-Nya itu–demikian Dia telah menyatakan diri dalam Firman-Nya–menuntut agar dosa-dosa yang telah kita perbuat terhadap keagungan-Nya yang tak terhingga itu mendapat hukuman-hukuman sementara dan kekal, baik atas badan maupun atas jiwa. Kita tidak mungkin luput dari hukuman-hukuman itu, kecuali jika tuntutan-tuntutan keadilan Allah dipenuhi. (Kel. 34:6,7; Rm. 5:16; Gal. 3:10)

Pasal ini mengenai keadilan dan kemurahan Allah, yaitu dua dari kesempurnaan-kesempurnaan-Nya. Istilah-istilah sering dipakai, dan kita tentu mendapat firasat mengenai artinya, namun tidak mudah mendefinisikannya. Itu sebabnya ada baiknya kami menjelaskan dengan teliti apa yang dimaksud dengan kedua istilah tersebut.

(Keadilan) artinya sama dengan (kejujuran). Berkaitan dengan tingkah laku seseorang, kata itu menggambarkan orang yang dengan jujur bertindak sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku. Kata (keadilan) juga dapat dipakai dalam hubungan dengan pembalasan. Dalam hubungan itu, (keadilan) adalah kejujuran dalam hal memberi hukuman atau upah sesuai dengan apa yang pantas diberikan. Seseorang yang menyediakan pekerjaan untuk orang lain berlaku adil jika dia membayar upah yang jujur kepada para pekerja-pekerjanya, sesuai dengan kecakapan yang mereka miliki dan pekerjaan yang mereka lakukan. Dalam bahasa Inggris, kata (mercy)44 berarti kebaikan dan pertolongan yang diberikan kepada orang yang mengalami kesukaran, meskipun mereka tidak pernah berbuat apa-apa yang menyebabkan mereka pantas menerima pertolongan itu. Kemurahan Allah dan keadilan-Nya perlu sekaligus ditekankan. Manusia yang telah jatuh ke dalam dosa ingin sekali percaya akan kemurahan Allah, tetapi sekaligus sama sekali tidak mau percaya pada keadilan-Nya. Alasannya cukup jelas: orang yang bersalah cenderung untuk melarikan diri dari pengadilan. Dan karena manusia yang telah jatuh ke dalam dosa itu bersalah di hadapan Allah, tentu saja ia mencoba menyangkal keadilan Allah agar dapat meloloskan diri.

Ada yang mencoba mendiamkan hati nurani dan menghilangkan rasa takut mereka dengan menyangkal keberadaan Allah. Sedangkan yang lain ada yang mengakui keberadaan Allah, tetapi yakin bahwa kemurahan-Nya mengesampingkan keadilan-Nya. Mereka percaya bahwa Allah adalah Penyayang dan Pengasih, yang tidak akan membalas kesalahan orang yang dengan hati yang patah dan remuk mengharapkan rahmat-Nya. Tetapi, penyangkalan keadilan Allah ini adalah semacam balsem yang semu: dalam hidup ini (balsem) ini mungkin menenangkan hati nurani manusia, tetapi tidak mungkin dapat menghilangkan apa yang dinyatakan dalam

Kitab Suci: Allah menuntut bahwa dosa akan dihukum dengan hukuman yang tertinggi atas tubuh dan jiwa. Kemurahan hati Allah tidak dapat membatalkan keadilan-Nya.

Integritas moral Allah mengharuskan-Nya untuk bertindak sesuai dengan peraturan dan hukum yang telah ditetapkan-Nya. Tetapi, bukankah Allah Pencipta sekaligus Legislator tertinggi, sehingga Dia dapat melakukan apa saja yang dikehendaki-Nya? Jadi, bila Allah dalam kemurahan-Nya ingin membiarkan dosa manusia tanpa hukuman, tentu Dia dapat memutuskan demikian, bukan? Bukankah Yesus pernah mengatakan: Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? (Mat. 20:15).

Memang, tentu saja benar bahwa Allah adalah Pencipta dan juga Legislator tertinggi. Pada awalnya, pada waktu Dia menentukan undang-undang-Nya, Dia sama sekali bebas memperlakukan manusia menurut kehendak hati-Nya. Ternyata Allah memutuskan untuk mengadakan suatu perjanjian dengan manusia. Di dalam perjanjian itu, Dia telah memutuskan ketetapan-ketetapan dan peraturan-peraturan yang harus dipatuhi oleh manusia, tetapi yang juga harus dipatuhi oleh Allah sendiri. Dengan demikian, keadilan moral Allah menuntut Dia bertindak sesuai dengan ketetapan-ketetapan dan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan-Nya untuk Diri-Nya sendiri. Saya ingin menjelaskan hal ini dengan contoh yang berikut. Ada seorang anak kecil sedang bermain dengan adiknya dan bebeberapa teman adiknya. Kakak itu berkata: Saya telah memikirkan suatu permainan baru. Ayo kita main! Pada waktu mereka bermain, Si Kakak-lah yang menjadi (kepala); ia yang lebih tua, dan ia juga yang telah memikirkan permainan itu. Ia yang telah menentukan peraturannya, yang dijelaskannya kepada adiknya dan teman-teman adiknya. Ia bebas untuk menentukan peraturan apa saja sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Tetapi sesudah peraturan-peraturan permainan itu ditetapkan, si kakak sendiri juga harus mematuhinya. Misalnya, jika ternyata salah satu dari peraturan yang ditetapkan tidak menguntungkannya, ia tidak boleh mengabaikannya. Bila ia mengabaikannya, tentu adiknya langsung akan protes: Kakak curang! Itu tidak adil! Kalau kakak itu menjawab bahwa ia yang menjadi pemimpin, bahwa ia yang telah memikirkan permainan itu, dan bahwa ia dapat menentukan dan mengubah peraturannya sesuai dengan apa yang dikehendakinya, ternyata ia lupa bahwa peraturan-peraturan yang telah ia buat sebenarnya juga berlaku bagi dirinya sendiri! Jika ia tidak mematuhinya, ia berlaku tidak jujur dan tidak adil, walaupun ia sendiri yang telah menentukan aturannya. Demikian pula halnya dengan perjanjian yang telah Allah adakan dengan manusia. Di dalamnya Allah tidak hanya menetapkan apa yang harus diperbuat oleh manusia, tetapi juga apa yang akan diperbuat-Nya. Allah telah mengatakan bahwa jika manusia mematuhi peraturan perjanjian itu, Dia akan memberkatinya dengan kehidupan bahagia yang kekal. Sebaliknya, jika manusia tidak mematuhinya, Dia akan menghukum manusia dengan kematian yang kekal. Dan keadilan Allah menuntut bahwa Dia sendiri pun bertindak sesuai dengan janji dan ancaman yang telah ditetapkan dalam perjanjian-Nya. Apabila Dia tidak bertindak sesuai dengan apa yang dikatakan-Nya, Dia berlaku tidak adil. Dan Allah tidak mungkin berlaku tidak adil! Demikianlah Kitab Suci:

Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta, bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya? (Bil. 23:19; bdk. 1Sam. 15:29).

Jadi bagaimana, jika di antara mereka ada yang tidak setia, dapatkah ketidaksetiaan itu membatalkan kesetiaan Allah? Sekali-kali tidak! Sebaliknya: Allah adalah benar, dan semua manusia pembohong, seperti ada tertulis: Supaya Engkau ternyata benar dalam segala firman-Mu, dan menang, jika Engkau dihakimi (Rm. 3:3-4). Jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya (2Tim. 2:13).

Keadilan Allah menuntut Dia mematuhi peraturan-peraturan–yang sebagai Allah yang berdaulat–telah Dia tetapkan di Taman Firdaus. Di situ Dia telah berfirman bahwa Dia akan menghukum dosa dengan hukuman yang berat, sehingga itulah yang harus Dia lakukan. Itulah bagian pertama dari keadilan Allah, yang kita bahas pada awal pasal ini. Keadilan Allah menuntut bahwa Dia akan bertindak adil dan jujur, sesuai dengan jani-janji dan ancaman-ancaman-Nya.

Keadilan Allah tidak boleh dipandang sebagai sesuatu yang negatif. Sebaliknya, keadilan itu adalah salah satu kesempurnaan Allah, dan kita patut memuliakan Allah karena keadilan-Nya. Bila Adam pernah setia terhadap perjanjian Allah, padahal Allah memutuskan untuk tidak menggenapi janji-janji yang diberikan-Nya, tentu kita akan protes: Itu tidak adil! Itu tidak jujur! Engkau sudah berjanji kepada kami! Demikian pula, tentu tidak adil dan tidak jujur bila Allah memutuskan untuk tidak mempertahankan kutuk yang telah diucapkan-Nya. Di atas telah kami katakan bahwa kata (keadilan) juga dapat dipakai dalam hubungan dengan pembalasan. Keadilan berarti memberi hukuman atau upah dengan jujur, sesuai dengan apa yang patut seseorang terima. Juga Keadilan timbal balik ini menyebabkan Allah tidak mungkin dapat melupakan dosa manusia begitu saja. Demikianlah dikatakan juga dalam Katekismus Heidelberg (p/j 11): Keadilan-Nya menuntut supaya dosa yang diperbuat terhadap Kemuliaan Allah yang Tertinggi itu dihukum dengan hukuman yang tertinggi juga, yaitu hukuman yang kekal atas tubuh dan jiwa.

Kita patut menghargai keadilan Allah sama seperti kita menghargai keadilan hakim-hakim dunia. Tidak ada seorang pun yang akan menghargai seorang hakim yang tidak adil. Tidak seorang pun akan menghargai seorang hakim yang menjatuhkan hukuman atas orang yang tidak bersalah, dan yang membiarkan orang yang bersalah tanpa hukuman. Demikian juga kita patut menghargai dan memuji Allah yang adil. Kesempurnaan Allah ini tidak akan mengizinkan-Nya membiarkan dosa tanpa hukuman.

Hukuman Allah atas dosa kita sangat berat. Sebenarnya tidak ada hukuman yang lebih berat–hukuman yang kekal atas tubuh dan jiwa! Betulkah bahwa begitu hebatnya kesalahan manusia sehingga dituntut hukuman yang paling berat? Karena yang dilakukan manusia sebenarnya hanyalah memakan buah pohon yang dilarang oleh Allah. Apakah pelanggaran itu sungguh-sungguh begitu berat? Ya, memang sungguh demikian!

Dosa pertama begitu berat karena alasan di balik dosa itu. Adam ingin menjadi sama seperti Allah. Alih-alih membiarkan Allah menentukan apa yang baik dan apa yang jahat, Adam sendiri mau memperoleh hak itu. Ia sendiri mau menentukan apa yang baik dan apa yang jahat. Dan itulah yang dijanjikan Iblis kepadanya: tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat (Kej. 3:5). Adam mau melepaskan diri dari pemerintahan Allah. Ia ingin menjadi setara dengan Allah! Artinya: ciptaan menginginkan tingkat yang sama dengan Penciptanya! Tentu saja itu satu kesalahan yang sangat berat!

Selain itu, kita perlu menyadari bahwa pangkat atau kedudukan oknum yang kepadanya kejahatan dilakukan, ikut menentukan tingkat beratnya kesalahan itu. Jika seseorang memukul orang yang sama kedudukannya dengan dirinya sendiri, memang itu salah. Tetapi jika seseorang memukul seorang pegawai tinggi atau raja maka kesalahannya itu jauh lebih berat. Pada masalah yang terakhir, hakim tentu akan memberikan hukuman yang tertinggi kepadanya. Demikianlah juga beratnya dosa yang diperbuat oleh manusia, karena manusia, yang hanya ciptaan, telah memberanikan diri memberontak terhadap pemerintahan Allah yang Maha Tinggi. Berdasarkan dosa yang begitu hebat, keadilan Allah menuntut bahwa dosa itu harus dibayar dengan hukuman yang paling berat–kebinasaan baik jiwa maupun tubuh manusia, untuk selama-lamanya.

Pertanyaan:

1. Apa yang dimaksud dengan keadilan Allah?
2. Apa sebabnya bahwa menurut kodratnya, manusia enggan untuk mengakui keadilan Allah?
3. Bagaimana caranya manusia berusaha luput dari keadilan Allah?
4. Berikan dua alasan mengapa kemurahan Allah tidak dapat membatalkan keadilan-Nya.
5. Haruskah kita memandang keadilan Allah sebagai sesuatu yang negatif? Mengapa?
6. Apa dua hal yang menyebabkan dosa manusia begitu berat sehingga dosa itu memerlukan hukuman tertinggi atas tubuh dan jiwa?

Bahan untuk Dipikirkan

1. Bagaimana reaksi Anda jika ada orang yang menanyakan pertanyaan berikut: Allah mengharuskan kita untuk mengampuni orang yang bersalah kepada kita tanpa menuntut pembayaran. Jika benar bahwa kita harus memperlihatkan gambar dan rupa Allah, apakah itu tidak berarti bahwa Allah pun mengampuni dosa kita tanpa menuntut pembayaran?
2. Bukankah perumpamaan tentang pengampunan (Mat.18:23-25) menunjukkan bahwa Allah mengampuni hutang dosa kita tanpa menuntut pembayaran?

Pasal 2

(Dan Penolakan 2, 3, 4, 5, 7) Pelunasan Oleh Kristus

Tetapi karena kita sendiri tidak sanggup menyediakan pelunasan dan melepaskan diri kita dari murka Allah maka karena kasih-Nya yang tak terhingga Allah telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal menjadi jaminan bagi kita. Dia telah menjadi dosa dan kutuk di atas kayu salib karena kita dan sebagai ganti kita, untuk menyediakan pelunasan bagi kita. (Yoh. 3:16; Rm. 5:8; 2Kor. 5:21; Gal. 3:13)

Pada pasal yang sebelumnya kita telah mempelajari bahwa keadilan Allah menuntut supaya dosa dilunasi. Katekismus Heidelberg mengajukan pertanyaan (p/j 13) apakah kita dapat melaksanakan pelunasan dengan upaya sendiri. Mampukah kita memuaskan kemurkaan Allah? Mampukah kita menanggung beban kutuk Allah dan membebaskan diri dari kemarahan-Nya yang pada tempatnya?

Pada pasal yang sebelumnya telah kami jelaskan bahwa dosa kita sangat mengerikan, dan bahwa kesalahan kita sangat besar. Itu sebabnya Allah harus menghukum kita dengan hukuman yang paling berat. Hukuman itu paling berat bukan hanya karena hebatnya, tetapi juga karena lamanya. Hukuman itu berlangsung terus dengan tiada akhir, untuk selama- lamanya. Begitu besar murka Allah atas dosa kita, sehingga kita tidak akan pernah mampu menyelesaikan pembayarannya. Allah tidak akan pernah berkata: Sudah cukup. Hukuman itu akan berlangsung terus untuk selama-lamanya.

Sejauh ini, sudah begitu banyak hal yang terungkap berkenaan dengan keadilan Allah. Kita telah melihat bahwa kesetiaan Allah (terhadap perjanjian-Nya, pada Firman yang dinyatakan-Nya, dan kepada diri-Nya) menuntut pelunasan atas dosa. Mulai dari pasal ini, PAD ingin menjelaskan bahwa Allah tidak hanya Maha Adil, tetapi juga Maha Murah.

Sulit dimengerti bagaimana mungkin Allah dapat berlaku adil dan sekaligus menunjukkan belas kasihan terhadap seseorang. Keadilan dan kemurahan hati rupanya adalah dua hal yang tidak dapat dilaksanakan secara bersamaan. Karena keadilan berarti bahwa seseorang menerima hukuman yang pantas diterimanya, sedangkan kemurahan hati berarti bahwa seseorang menerima pengasihan dan pertolongan yang sebenarnya tidak pantas diterimanya. Karena itu, Allah dapat saja berlaku adil terhadap kita atau menunjukkan kemurahan-Nya, salah satu di antara keduanya, tetapi tidak kedua-duanya secara bersamaan. Namun Kitab Suci mengajarkan bahwa Allah menunjukkan kemurahan hati-Nya dan sekaligus mempertahankan keadilan-Nya. Sion akan Kubebaskan dengan penghakiman yang adil dan orang-orangnya yang bertobat akan Kubebaskan dengan tindakan yang benar ( Yes. 1:27).

Dengan cara yang sungguh luar biasa Allah menjalankan keadilan-Nya dan pada saat yang sama menunjukkan kemurahan hati-Nya terhadap manusia yang berdosa. Allah telah mengirim Anak-Nya yang tunggal menjadi jaminan bagi kita. Dialah yang memikul tanggung jawab kita yang berdosa. Kristus datang sebagai Adam yang terakhir, sebagai Kepala atau Wakil kita.45 Dengan rela Dia mengenakan daging dan darah kita, menjadi serupa dengan kita dalam segala hal, sekaligus tetap mempertahankan ke-Allahan-Nya. Kristus telah memikul beban segala dosa kita, dan menanggung murka Allah yang menyala-nyala kepada kita. Penderitaan dan kematian-Nya merupakan sebuah pembayaran yang tidak terkira nilainya. Dengan demikian, Kristus telah membayar lunas hutang dosa kita, dan telah memuaskan keadilan Allah secara sempurna. Kitab Suci menyaksikan hal itu dengan ucapan Kristus di kayu salib, Sudah selesai ( Yoh. 19:30). Pembayaran penuh telah dilakukan bagi semua orang pilihan Allah.

Tetapi kaum Arminian menyangkal bahwa pelunasan telah dibuat oleh Kristus melalui kematian-Nya. Mereka mengaku bahwa Kristus telah mati untuk pengampunan dosa kita. Mereka percaya bahwa kematian Kristus telah memuaskan keadilan Allah. Mereka percaya bahwa dosa diampuni karena salib Kristus. Tetapi terhadap ucapan-ucapan yang Alkitabiah ini mereka memberi penjelasan yang sangat menyimpang!

Kitab Suci mengajarkan bahwa manusia adalah (tawanan) keadilan Allah. Satu-satunya jalan bagi manusia agar dapat dibebaskan dari pengadilan Allah yang adil adalah melalui penderitaan Kristus yang menanggung penghukuman yang seharusnya diterima manusia. Melalui kayu salib, Kristus telah memuaskan keadilan Allah dan menebus manusia dari dosa. Melalui pelunasan oleh Kristus, orang-orang percaya menerima pengampunan yang penuh atas dosa-dosa mereka. Tetapi kaum Arminian memiliki pandangan lain. Mereka mengajarkan bahwa Allah sebenarnya adalah (tawanan) dari keadilan-Nya sendiri. Mereka berpendapat bahwa Allah sebenarnya ingin mengampuni dosa mereka yang bertobat dan yang mencari kemurahan hati-Nya, tetapi karena keadilan-Nya, kemurahan-Nya tidak mungkin dilakukan-Nya: perjanjian yang dibuat-Nya telah mengikat Allah. Dia harus taat pada perjanjian yang telah dibuat-Nya dengan manusia, bahwa Dia akan menghukum manusia dengan kematian jika manusia berbuat dosa terhadap Allah. Karena perjanjian itu, sebagai Allah Yang Adil, Dia tidak dapat tidak menuntut pembayaran dosa. Dan itulah sebabnya, menurut orang-orang Arminian, bahwa Allah mengutus Anak-Nya. Melalui kematian-Nya, Kristus telah memuaskan keadilan Allah. Tetapi Kristus tidak datang ke dalam dunia dengan maksud untuk memperoleh pengampunan dosa bagi siapa pun, dan juga tidak untuk melakukan kebenaran bagi seorang pun. Menurut orang-orang Arminian, Kristus mati hanya untuk memperoleh hak bagi Bapa untuk membangun suatu perjanjian yang baru, dengan syarat yang baru, yang melaluinya manusia dapat memperoleh keselamatan.46

Dalam Penolakan II, 2 tertulis:

Ajaran Keliru Maksud kematian Kristus bukanlah agar perjanjian baru, yaitu perjanjian rahmat, sungguh-sungguh diteguhkan-Nya oleh darah-Nya, melainkan semata-mata agar bagi Bapa diperoleh-Nya hak untuk sekali lagi mengadakan perjanjian dengan manusia–entah perjanjian rahmat–entah perjanjian perbuatan, sebagaimana dikehendaki Bapa.
Penolakannya Ajaran ini bertentangan dengan Alkitab, yang mengajar bahwa Kristus telah menjadi Jaminan dan Pengantara suatu perjanjian yang lebih baik, yaitu perjanjian baru, dan bahwa surat wasiat barulah sah, bila pembuat wasiat itu telah mati (Ibr. 7:22; 9:15,17).

Baik kaum Reformasi maupun kaum Arminian sama-sama sependapat bahwa Kristus datang untuk memenuhi tuntutan perjanjian. Yang membuat keduanya berbeda adalah maksud pemenuhan ini. Apakah Kristus memenuhi tuntutan perjanjian dengan maksud untuk menggenapi dan mempertahankannya? Atau adakah maksud-Nya yang lain, yaitu untuk untuk mengakhiri perjanjian itu dan membangun suatu perjanjian yang baru? Untuk memahami perbedaan ini, coba kita pikirkan, seseorang yang memperbaiki mobilnya yang rusak. Apa alasannya dia memperbaiki mobilnya? Ada dua kemungkinan. Kemungkinan pertama, dengan maksud untuk terus menggunakannya. Kemungkinan yang kedua, dia memperbaiki mobilnya dengan tujuan untuk menjualnya agar ia dapat membeli mobil yang baru. Apa sebenarnya maksud Allah waktu Dia mengirim Kristus? dalam Notulen Sinode Dordrecht). John Owen mengutip Arminius: Hasil kematian dan penderitaan Kristus bukan hilangnya dosa dari manusia, atau pengampunan pelanggaran. Hasil kematian Kristus adalah perdamaian dengan Allah, dan penebusan bagi kita, sehingga keadilan Allah dipuaskan dan tidak memaksa-Nya lagi untuk menjatuhkan hukuman. Dengan demikian Allah menjadi bebas untuk memberi pengampunan atas dosa manusia, dengan syarat apa pun yang dikehendaki-Nya. John Owen juga mengutip Grevinchovius, seorang pengikut Arminius, yang mengatakan bahwa kematian Kristus tidak merupakan pelunasan dosa kita, melainkan pembebasan Allah dari syarat yang menyebabkan bahwa Dia tidak bebas untuk mengampuni dosa. Dengan kematian-Nya, Kristus tidak memperoleh keselamatan bagi kita, melainkan kebebasan bagi Allah untuk menyelamatkan kita dengan salah satu syarat. (Dalam A Display of Arminianism, Still Waters Revival Books, 1989, p. 94). Syarat itu, menurut kaum Arminian, adalah bertobat dan percaya.

Apakah Kristus memenuhi perjanjian semula itu untuk menggenapi dan mempertahankannya, ataukah untuk membangun suatu perjanjian yang baru?

Kitab Suci mengajarkan bahwa sebenarnya hanya ada satu perjanjian antara Allah dan manusia, yaitu perjanjian yang dibangun Allah pada mulanya, dan yang akan berlangsung sampai akhir zaman. Perjanjian yang diadakan Allah dengan manusia sebelum manusia jatuh ke dalam dosa adalah perjanjian yang sama, yang dibangun kembali oleh Allah setelah manusia jatuh ke dalam dosa. Pihak yang terlibat di dalamnya tetap sama (yaitu Allah dan manusia). Janji dan kutukannya tetap sama (yaitu kehidupan yang kekal dan kematian yang kekal). Begitu juga dengan syaratnya, tetap sama (yaitu ketaatan yang sempurna). Menurut Kitab Suci, satu-satunya hal yang membedakan antara perjanjian sebelum manusia jatuh ke dalam dosa dan perjanjian sesudahnya adalah bahwa Allah, dengan penuh anugerah, telah menjanjikan seorang Pengantara, yang akan menggenapi perjanjian itu, bukan menghapus atau mengakhirinya.

Bahwa Kristus datang untuk menggenapi perjanjian berarti bahwa Dia datang untuk memenuhi tuntutan dari perjanjian itu. Bagi manusia di Taman Firdaus, tuntutan itu hanya satu: manusia harus mematuhi perintah Allah dengan sempurna. Bagi manusia yang telah jatuh ke dalam dosa ada tambahan, karena ia harus menanggung murka Allah sebagai kutuk perjanjian karena tidak taat pada perintah-Nya. Kristus telah memenuhi tuntutan yang bersegi dua itu. Pertama, Dia mematuhi tuntutan perjanjian dengan ketaatan-Nya yang sempurna, yang dituntut dari manusia. Kedua, Dia menanggung kutuk atas dosa yang dilakukan oleh manusia.

Kristus melakukan semuanya itu bagi orang yang telah diberikan Allah kepada-Nya. Dia telah bertindak atas nama mereka, dan sebagai Pengganti mereka. Akibat kerja Kristus sebagai Jaminan, Pengantara, Kepala atau Wakil orang pilihan, Allah tidak lagi memandang orang pilihan sebagai orang yang telah melanggar perjanjian, melainkan sebagai sekutu perjanjian yang setia. Semua dosa mereka telah diampuni, dan mereka dipandang sebagai orang yang benar bersama-sama dengan Kristus. Dengan demikian Kristus telah menggenapi perjanjian itu, dan orang pilihan menerima janji perjanjian, yaitu hidup yang kekal.

Kaum Arminian menyangkal bahwa Allah bermaksud untuk mempertahankan perjanjian yang telah dibangun-Nya dengan manusia di Taman Firdaus. Sebaliknya, mereka percaya bahwa Allah bermaksud untuk mengakhiri perjanjian yang pertama dahulu, baru kemudian mengadakan perjanjian yang baru dengan tuntutan-tuntutan yang baru. Tetapi, demikian pendapat kaum Arminian, perjanjian yang pertama hanya dapat diakhiri setelah semua tuntutan-tuntutan-Nya telah dipenuhi. Sama seperti seorang akuntan, hanya dapat menutup buku tahunan setelah semua upah untuk tahun itu telah diterima dan semua hutang telah dibayar, demikian juga Allah hanya dapat menyelesaikan perjanjian itu setelah semua hutang manusia kepada Allah dibayar lunas. Tuntutan perjanjian yang pertama (taat dengan sempurna kepada hukum Allah) perlu dipenuhi dulu, sesudah itu Allah pantas menetapkan tuntutan yang baru (percaya pada janji-janji Allah). Menurut kaum Arminian, tidak ada seorang pun yang menerima pengampunan dosa dan kebenaran sebagai hasil kerja Kristus yang mengenapi perjanjian yang pertama. Sebaliknya, Kristus membayar apa yang perlu dibayar kepada Allah dengan syarat-syarat perjanjian yang pertama, dengan tujuan untuk memberikan hak kepada Allah untuk mengadakan perjanjian yang kedua dengan manusia, yaitu perjanjian anugerah yang diadakan Allah sesudah Adam jatuh ke dalam dosa. Berkaitan dengan ini kami perlu meluruskan kekeliruan yang biasa muncul mengenai pandangan kaum Arminian. Sering kali orang salah memahami pandangan kaum Arminian, seolah-olah mereka mengajarkan bahwa Kristus telah membayar 95 persen dari hutang dosa, sedangkan sisa yang lima persen perlu dibayar oleh manusia sendiri. Tetapi sebenarnya pandangan kaum Arminian itu tidak demikian. Mereka mengajarkan bahwa Kristus telah membayar lunas seratus persen hutang manusia kepada Allah berdasarkan perjanjian yang pertama. Tetapi jasa Kristus sama sekali tidak diperhitungkan kepada siapa pun. Satu-satunya manfaat karya Kristus bagi manusia adalah bahwa Dia telah menggenapi perjanjian yang pertama dan memungkinkan Allah mengadakan perjanjian yang baru, yaitu perjanjian anugerah, dengan tuntutan yang lebih ringan. Dalam perjanjian yang baru ini, terserah kepada manusia untuk membayar utuh seratus persen atas tuntutan yang baru itu.

Berarti, ada perbedaan mendasar antara pandangan kaum Arminian dan kaum Reformasi mengenai hukum Allah yang ditetapkan di Taman Firdaus, yang diringkaskan dalam Sepuluh Hukum Allah di Gunung Sinai.47 Kaum Reformasi percaya bahwa hukum Allah adalah kekal karena merupakan perwujudan dari sifat Allah sendiri yang kekal dan tidak berubah. Dan karena itu, ketaatan sempurna kepada hukum Allah tetap merupakan satu-satunya jalan bagi manusia untuk diterima dalam belas kasihan Allah. Allah tidak mungkin dapat mengubah persyaratan-Nya bagi manusia untuk memperoleh hidup yang kekal, karena Dia juga tidak mungkin dapat mengubah sifat-Nya sendiri. Demikianlah pandangan Reformasi. Tetapi menurut kaum Arminian hukum Allah itu semena-mena. Dapat saja Allah membuat hukum yang lain jika Dia berkehendak. Dan itulah yang dilakukan Allah melalui Kristus, kata orang Arminian. Mengganti syarat yang lama (taat kepada hukum-Nya) Allah telah menetapkan syarat yang baru untuk memperoleh keselamatan, satu hukum yang baru; yaitu iman.

Reformasi Arminian Kristus menyelamatkan orang yang berdosa dengan memuaskan hukum Allah sebagai Pengganti manusia dan atas nama manusia, untuk menggenapi dan mempertahankan perjanjian Allah. Kristus menyelamatkan orang yang berdosa dengan memuaskan Sang Pembuat Hukum, karena dengan demikian Dia memungkinkan-Nya menetapkan suatu perjanjian yang baru dengan suatu hukum yang baru (iman) yang dapat dipenuhi oleh manusia sendiri.

Pandangan kaum Arminian ini dibahas dalam Penolakan II, 3:

Ajaran Keliru Oleh pelunasan yang telah dilakukan-Nya, Kristus tidak memperoleh dengan pasti bagi seorang pun baik keselamatan sendiri maupun iman yang membuat pelunasan itu dengan ampuh diraih demi keselamatan. Sebaliknya, Dia hanya memperoleh bagi Bapa kuasa atau kemauan yang bulat untuk membuka babak baru dalam tindakannya terhadap manusia dan menentukan syarat-syarat baru apa saja yang dikehendaki-Nya. Apakah syarat-syarat itu dipenuhi, tergantung pada kehendak bebas manusia. Maka dapat saja terjadi, bahwa tidak seorang pun, ataupun semua orang memenuhinya.
Penolakannya Mereka ini meremehkan kematian Kristus, sama sekali tidak mengakui buah atau anugerah utama yang diperoleh melalui kematian itu, dan memanggil ajaran keliru Pelagius kembali dari neraka.

Menurut kaum Arminian, sebenarnya Kristus tidak memperoleh pengampunan dosa bagi siapa pun. Kristus hanya memungkinkan Allah untuk menetapkan syarat yang baru bagi manusia untuk memperoleh pengampunan dosa. Dia hanya memungkinkan Bapa menurunkan harga keselamatan, supaya manusia mampu melakukan apa yang dituntut Allah dalam perjanjian yang baru agar manusia dapat menerima pengampunan dosa. Dalam perjanjian yang pertama, Allah menuntut supaya dosa akan dibayar dengan hukuman yang tertinggi dan kekal atas tubuh dan jiwa. Tetapi dalam perjanjian yang baru Allah tidak lagi menuntut pembayaran yang berat itu, kata orang Arminian. Agar manusia menerima pengampunan dosa, sekarang Allah menganggap cukup kalau manusia menunjukkan hati yang patah dan sedih.

Dengan cara yang licik, kaum Arminian telah menghilangkan efek salib Kristus. Menurut mereka, dasar pengampunan dosa tidak terletak pada tubuh Kritus yang dipatahkan, melainkan pada hati manusia yang patah. Akibat kekeliruan ini, lahirlah kekeliruan lainnya. Menurut kaum Arminian, kematian Kristus tidak diperlukan untuk menerima pengam-punan dosa. Bacalah Penolakan II, 7:

Ajaran Keliru Kristus tidak dapat dan tidak perlu mati bagi mereka yang dikasihi Allah dengan kasih yang tertinggi dan yang telah dipilih-Nya untuk hidup yang kekal. Dia memang tidak mati bagi mereka, karena orang yang sedemikian tidak memerlukan kematian Kristus.
Penolakannya Mereka membantah Sang Rasul, yang berkata bahwa Kristus telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku (Gal. 2:20). Demikian juga, Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka? Kristus Yesus, yang telah mati bagi mereka? (Rm. 8:33-34). Dan Juru Selamat sendiri berkata, Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku ( Yoh. 10:15). Dan, Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya (Yoh. 15:12-13).

Dalam kesesatan ini, kaum Arminian menyatakan bahwa Kristus tidak dapat mati demi pengampunan dosa orang pilihan. Mereka menyangkal kemungkinan penggantian, perwakilan yang sah, atau jaminan. Mereka tidak percaya bahwa kesalahan yang disebabkan oleh dosa Adam di Taman Firdaus dengan adil dapat diwariskan kepada keturunannya. Dalam Apologi mereka mengatakan bahwa adalah bertentangan dengan keadilan jika seseorang dianggap bersalah karena kesalahan yang ia sendiri tidak lakukan. Demikian juga mereka menyangkal bahwa kesalahan kita telah diperhitungkan kepada Kristus. Kristus tidak dapat membayar kesalahan kita, kata mereka.

Selanjutnya mereka mengatakan bahwa Kristus tidak perlu mati untuk membayar dosa orang pilihan. Kristus telah mengakhiri perjanjian yang pertama, yang menuntut kematian sebagai pembayaran pengampunan dosa. Allah telah mengadakan perjanjian yang baru dengan tuntutan pembayaran yang baru bagi manusia agar dapat menerima pengampunan dosa, yaitu kurban jiwa yang hancur. Kematian Kristus dibutuhkan hanya untuk mengakhiri perjanjian yang pertama, bukan untuk melunasi hutang dosa manusia.

Kalau benar bahwa Kristus tidak dapat mati dan juga tidak perlu mati bagi orang pilihan, itu berarti bahwa Dia tidak pernah mati bagi mereka. Dengan demikian, kaum Arminian menyangkal inti sari kematian Kristus. Kitab Suci dengan jelas menolak kekeliruan ini, dan menyatakan bahwa Kristus telah mati untuk membayar hutang dosa kita dan memperoleh pengampunan dosa bagi kita.

Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberonta-kan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian ( Yes. 53:4-6).

Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah (2Kor. 5:21). dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Maha Besar, di tempat yang tinggi (Ibr. 1:3).

Karena itu Ia adalah Pengantara dari suatu perjanjian yang baru, supaya mereka yang telah terpanggil dapat menerima bagian kekal yang dijanjikan, sebab Ia telah mati untuk menebus pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan selama perjanjian yang pertama (Ibr. 9:15). demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia (Ibr. 9:28).

Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh (1Ptr. 2:24).

Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita (1Yoh. 2:2).

Baik kaum Reformasi maupun kaum Arminian mengakui sebagai tambahan pada penerimaan pengampunan dosa, manusia harus memenuhi persyaratan tertentu agar pantas mendapatkan hidup yang kekal. Menurut Kitab Suci, persyaratan itu adalah kebenaran. Hanya orang yang benar yang akan mewarisi hidup yang kekal. Dalam perjanjian yang pertama (sebelum manusia jatuh ke dalam dosa), kebenaran ini harus diperoleh dengan menaati hukum Allah. Tetapi dalam perjanjian yang baru (setelah manusia jatuh ke dalam dosa), kebenaran ini harus diperoleh dengan iman. Baik kaum Arminian maupun kaum Reformasi mengakui hal itu. Tetapi arti yang diberikan pada pernyataan itu menurut kaum Reformasi dan kaum Arminian memang sangat berbeda!

Kaum Reformasi percaya bahwa tuntutan perjanjian tetap dan tidak akan berubah sampai selama-lamanya. Dalam perjanjian yang baru pun Allah masih tetap menuntut ketaatan yang sempurna kepada hukum-Nya, sama seperti yang dituntut-Nya dari Adam di Taman Firdaus. Tanpa kebenaran itu, tidak ada seorang pun yang akan mewarisi kerajaan Allah. Tetapi, karena manusia tidak mampu untuk mempersembahkan sedikit pun dari ketaatan yang sempurna ini, Allah mengirim Anak-Nya untuk mempersembahkan ketaatan yang sempurna kepada hukum Allah bagi kita, sebagai ganti kita. Bagi kita, Kristus telah taat kepada hukum Allah dengan sempurna, dan dengan demikian Dia telah memperoleh kebenaran itu bagi kita. Kebenaran Kristus diperhitungkan kepada kita melalui iman.

Peranan iman dalam proses bagi kita untuk memperoleh kebenaran perlu dijelaskan lebih dalam.48 Kita dihitung sebagai orang yang benar bukan karena kelayakan iman kita. Iman kita bukan kebenaran yang diminta Allah dari kita. Iman hanyalah alat yang kita pakai untuk mendapatkan kebenaran Kristus dan menjadikannya kebenaran kita sendiri. Iman adalah tangan jiwa, dan dengan tangan itu kita menerima ketaatan Kristus. Berarti, kita dihitung sebagai orang benar bukan karena iman melainkan melalui iman. Kaum Reformasi percaya bahwa Kristus telah melunasi tuntutan perjanjian melalui ketaatan yang sempurna bagi kita.

Tetapi pandangan kaum Arminian mengenai kebenaran melalui iman sama sekali berbeda. Mereka tetap berpendapat bahwa dalam perjanjian baru yang dimungkinkan Kristus, Allah tidak lagi menuntut ketaatan yang sempurna dari manusia. Kristus telah memungkinkan Allah menurunkan harga yang perlu dibayar oleh manusia untuk memperoleh kebenaran. Harga murah itu memang perlu, menurut kaum Arminian, karena manusia telah (sakit) sehingga tidak mampu lagi untuk taat dengan sempurna kepada hukum Allah. Allah telah meringankan tuntutan perjanjian, se-hingga sekarang manusia mampu memenuhinya. Dalam perjanjian yang baru, Allah hanya menuntut manusia percaya kepada-Nya, dan walaupun manusia telah jatuh ke dalam dosa ia memang mampu melakukan hal itu. Iman menggantikan tuntutan ketaatan, dan menjadi hal yang mendapat penghargaan hidup yang kekal.

Sungguh, kaum Arminian langsung mengaku bahwa iman bukan me-ru pakan pelunasan yang penuh. Tetapi karena anugerah Allah, pemba-yaran yang kecil itu diperhitungkan sebagai pembayaran yang penuh.

Dengan demikian kaum Arminian mempertahankan pandangan mere-ka bahwa keselamatan bergantung pada perbuatan manusia. Kristus tidak memperoleh kebenaran bagi seorang pun. Manusia harus memper oleh kebenarannya sendiri dengan menjadi percaya. Pandangan Arminian itu tercantum dalam Penolakan II, 4:

Ajaran Keliru Isi perjanjian baru, yaitu perjanjian rahmat, yang telah diikat oleh Allah Bapa dengan manusia melalui kematian Kristus, bukanlah bahwa kita dibenarkan di hadapan Allah dan diselamatkan oleh iman sejauh iman ini meraih jasa Kristus. Sebaliknya, isinya bahwa Allah membatalkan tuntutan ketaatan sempurna terhadap hukum Taurat dan menganggap iman itu sendiri serta ketaatan iman, meskipun tidak sempurna, sebagai ketaatan sempurna kepada hukum Taurat serta dengan penuh rahmat menilainya layak diganjar hidup yang kekal.
Penolakannya Mereka ini membantah Alkitab, yang berkata, oleh anugerah-Nya telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian melalui iman, dalam darah-Nya (Rm. 3:24-25). Bersama Socinus yang fasik itu, mereka memasukkan ajaran yang baru dan asing tentang pembenaran manusia di hadapan Allah, yang bertentangan dengan perasaan bulat seluruh gereja.

Kaum Arminian menyangkal bahwa dalam perjanjian yang baru, yang diadakan Allah dengan manusia, hidup yang kekal merupakan anugerah yang diberikan cuma-cuma kepada manusia karena Kristus telah membayar lunas harganya (seperti yang diajarkan dalam Kitab Suci dan diakui oleh kaum Reformasi). Menurut mereka, Allah tidak memberikan apa-apa dengan cuma-cuma kepada manusia. Kata mereka, Allah tidak dengan cuma-cuma memberikan pengampunan dosa karena kematian Kristus. Pengampunan tidak diberikan karena kematian Kristus, tetapi karena pertobatan manusia, menurut mereka, dan kita tidak memperoleh kebenaran lantaran kita menerima ketaatan Kristus pada hukum Allah dengan hati yang percaya. Sebaliknya, mereka mengajarkan bahwa kita memperoleh kebenaran berdasarkan iman kita, karena iman (menurut mereka) adalah perbuatan yang menghasilkan ganjaran. Allah tidak memberikan sesuatu apa pun dengan cuma-cuma. Dengan murah hati Allah telah menurunkan harga keselamatan karena karya Kristus, tetapi masih ada harga yang tetap harus dibayar manusia untuk mendapatkan pengampunan dosa dan kebenaran.

PAD menolak kekeliruan ini dengan sungguh tepat. Kitab Suci mengajarkan bahwa Allah menghadiahkan kebenaran kepada kita oleh karena anugerah-Nya. PAD mengutip Roma 3:24-25 yang di dalamnya Paulus dengan jelas menyatakan bahwa kita dibenarkan oleh anugerah Allah, dengan cuma-cuma, tanpa menuntut pembayaran apa pun. Ada juga ayat Alkitab lain yang dapat dikutip untuk membuktikan hal ini:

Ayo, hai semua orang yang haus, marilah dan minumlah air, dan hai orang yang tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah gandum tanpa uang pembeli dan makanlah, juga anggur dan susu tanpa bayaran! ( Yes. 55:1).

Sebab, jika oleh dosa satu orang, maut telah berkuasa oleh satu orang itu, maka lebih benar lagi mereka, yang telah menerima kelimpahan anugerah dan karunia kebenaran, akan hidup dan berkuasa oleh karena satu orang itu, yaitu Yesus Kristus (Rm. 5:17).

Bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh kaum Arminian, kita tidak menerima kebenaran sebagai penghargaan berdasarkan apakah kita sudah memenuhi salah satu syarat. Kebenaran diberikan kepada kita sebagai hadiah. Kebenaran diberikan kepada kita melalui iman, bukan karena iman. Bagaimana mungkin kebenaran itu kita dapatkan karena iman, padahal iman itu sendiri sebenarnya adalah pemberian cuma-cuma yang kita dapatkan dari Allah (bdk. Ef. 2:8). Berhubungan dengan pelunasan Kristus, ada satu pertanyaan lagi yang perlu kita jawab, yaitu siapakah yang mendapat bagian dalam kurban Kristus? Kaum Reformasi percaya bahwa hanya mereka yang berada dalam Kristus oleh iman yang sejati mendapat bagian dalam Kristus dan segala anugerah-Nya. Sebaliknya, kaum Arminian yakin bahwa semua orang, bahkan mereka yang ditentukan untuk penghukuman yang kekal, mendapat bagian dalam anugerah Kristus.

Di dalam Penolakan II, 5 hal ini dijelaskan:

Ajaran Keliru Semua orang telah diterima oleh Allah, sehingga mereka diperdamaikan dengan Allah dan turut mengambil bagian dalam karunia perjanjian itu. Maka tidak seorang pun takluk pada hukuman kekal karena dosa turunan, dan tidak seorang pun akan dihukum karenanya. Sebaliknya, semua orang bebas dari kesalahan yang disebabkan dosa tersebut.
Penolakannya Pandangan ini bertentangan dengan Alkitab, yang menegaskan, bahwa pada dasarnya kita adalah orang-orang yang harus dimurkai (Ef. 2:3).

Kaum Arminian percaya bahwa penebusan yang dikerjakan Kristus tidak terbatas. Menurut mereka, semua orang menerima hasil dari karya penebusan Kristus. Semua orang telah diperdamaikan dengan Allah. Hal ini memang tidak berarti bahwa semua orang diselamatkan karena karya Kristus, atau bahwa semua orang akan menerima hidup yang kekal karena pendamaian yang dikerjakan Kristus. Menurut kaum Arminian, pendamaian itu berarti bahwa semua orang telah dibebaskan dari perjanjian yang pertama yang didirikan Allah dengan Adam, yaitu dari tuntutannya (kebenaran) dan dari hukumannya (kematian yang kekal). Kristus telah menggenapi dan mengakhiri perjanjian yang lama itu dengan penebusan-Nya di kayu salib, sehingga menurut kaum Arminian, semua orang telah dibebaskan dari perjanjian itu. Sebagai gantinya, Allah telah memasukkan semua orang ke dalam perjanjian yang baru. Dalam perjanjian yang baru ini, semua orang berada dalam hubungan yang baik dengan Allah, sama seperti hubungan Adam dengan Allah di Taman Firdaus. Dan sama dengan Adam, ketaatan orang kepada tuntutan perjanjian baru akan menentukan apakah mereka tetap tinggal dalam hubungan yang baik dengan Allah atau tidak. PAD menanggapi kekeliruan ini dengan mengutip Efesus 2:3b Pada dasarnya kita adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain. Rasul Paulus membedakan dua kelompok orang, yaitu orang yang percaya, dan mereka yang lain. Paulus mengatakan bahwa orang yang percaya, sebelum mereka menjadi percaya, sama sekali tidak berbeda dengan orang lain. Sebelum menjadi percaya, mereka adalah adalah orang yang harus dimurkai, sama seperti orang yang tidak percaya juga adalah orang yang harus dimurkai. Jelas bahwa menurut Paulus tidak semua orang diperdamaikan dengan Allah.

Di samping itu, Kitab Suci menyatakan dengan gamblang bahwa tidak semua keturunan Adam termasuk dalam perjanjian anugerah. Allah mengadakan perjanjian-Nya hanya dengan keturunan Ishak, bukan dengan keturunan Ismael (bdk. Kej. 17:19-21). Dia mengadakan perjanjian-Nya dengan keturunan Yakub, bukan dengan keturunan Esau. Sekarang pun, perjanjian Allah hanya diadakan dengan orang yang percaya serta anak-anaknya (bdk. Kis. 2:39; 1Kor. 7:14).

Pertanyaan:

1. Sebutlah dua aspek yang mengindikasikan bahwa hukuman Allah atas dosa kita adalah hukuman yang paling berat! Dua hal tersebut menunjukkan apa mengenai kemampuan kita untuk memuaskan keadilan Allah?
2. Apa yang dimaksud dengan (penjamin)? Siapakah yang menjadi Penjamin bagi kita? Apa yang dilakukan-Nya sebagai jaminan bagi kita? Dan apa hasil dari karya-Nya?
3. Tujuan penebusan Kristus adalah untuk membebaskan kita dari apa:

  1. menurut Kitab Suci?
  2. menurut kaum Arminian?
4. Menurut Kitab Suci, ada berapa perjanjian? Bagaimana kita tahu mengenai hal ini? Apakah ada perbedaan di antara perjanjian-perjanjian itu?
5. Apa artinya bahwa Kristus datang untuk menggenapi perjanjian? Apa yang dituntut dalam perjanjian di Taman Firdaus? Apa yang dituntut oleh perjanjian setelah manusia jatuh ke dalam dosa? Apa hasil penggenapan perjanjian oleh Kristus bagi manusia?
6. Menurut kaum Arminian, ada berapa perjanjian? Apa peranan Kristus menurut mereka? Menurut mereka, apa hasil penggenapan perjanjian oleh Kristus bagi manusia?
7. Kaum Reformasi dan kaum Arminian memiliki pandangan yang berbeda mengenai cara bagaimana Kristus menyelamatkan manusia. Jelaskan perbedaan itu!
8. Isilah tabel yang berikut:
Kaum Reformasi Kaum Arminian
Perjanjian yang Pertama Hukuman atas dosa adalah: Hukuman atas dosa adalah:
Perjanjian yang Baru Hukuman atas dosa adalah: Hukuman atas dosa adalah:
9. Kaum Arminian telah meniadakan berkat salib Kristus. Jelaskanlah hal itu!
10. Apa sebabnya kaum Arminian menyangkal bahwa Kristus dapat mati untuk membayar dosa manusia?
11. Apa sebabnya kaum Arminian berpendapat bahwa Kristus tidak perlu mati untuk membayar dosa manusia?
12. Sebutlah dua ayat dari Kitab Suci yang membuktikan bahwa Kristus telah mati untuk membayar dosa orang yang dipilih!
13. Isilah tabel yang berikut:
Kaum Reformasi Kaum Arminian
Perjanjian pertama Tuntutan untuk memperoleh hidup yang kekal adalah: Tuntutan untuk memperoleh hidup yang kekal adalah:
Perjanjian baru Tuntutan untuk memperoleh hidup yang kekal adalah: Tuntutan untuk memperoleh hidup yang kekal adalah:
14. Apa peran iman dalam penyelamatan manusia:
  1. menurut kaum Reformasi?
  2. menurut kaum Arminian?
15. Bagaimana cara kaum Arminian menyangkal anugerah yang cuma-cuma dan membuat keselamatan bergantung sepenuhnya pada perbuatan manusia sendiri? Sebutlah dua ayat Kitab Suci yang membuktikan bahwa anugerah Allah itu diberikan cuma-cuma, tanpa sumbangan apa pun dari manusia!
16. Kaum Arminian percaya bahwa semua orang telah diperdamaikan dengan Allah. Jelaskanlah pandangan mereka? Bagaimana pandangan ini menurut Kitab Suci?

Bahan untuk Dipikirkan

1. Kristus telah menanggung hukuman atas dosa kita. Apakah hal itu berarti bahwa kita tidak lagi perlu dihukum karena dosa-dosa yang kita perbuat? Contohnya, haruskah orang tua tetap menghukum anak-anaknya kalau mereka sungguh-sungguh menyesali kesalahan yang telah mereka lakukan? Haruskah orang Kristen yang telah bertobat tetap dihukum oleh pengadilan duniawi karena kesalahan yang mereka lakukan?
2. Dalam penjelasan pasal ini telah kami katakan bahwa sebenarnya hanya ada satu perjanjian antara Allah dan manusia.

  1. Tetapi di dalam Kitab Suci disebutkan bahwa ada perjanjian (baru) (bdk. Yer. 31:31; Mat. 26:28; 2Kor. 3:6; Ibr. 8:8,13). Bagaimana Anda menjelaskan ayat-ayat itu yang rupanya bertentangan dengan penjelasan yang telah kami berikan?
  2. Kita membedakan antara perjanjian yang ada sebelum manusia jatuh ke dalam dosa, dan perjanjian yang ada sesudah manusia jatuh ke dalam dosa.
    1. Apa nama yang dapat kita berikan kepada kedua tahap perjanjian?
    2. Apakah ada perbedaan di antara kedua tahap perjanjian itu?

Pasal 3

Kematian Kristus yang Tidak Terbatas Nilainya

Kematian Anak Allah ini adalah korban dan pelunasan yang satu-satunya dan sempurna untuk dosa. Kematian itu tidak terbatas kekuatan dan nilainya, dan lebih dari cukup untuk mendamaikan dosa seluruh dunia. (Ibr. 9:26,28; Ibr. 10:14; 1Yoh. 2:2)

Dalam pasal pertama dan kedua, PAD telah menguraikan ajaran yang asasi bahwa dengan kematian-Nya Kristus telah menunaikan keadilan Allah dan melakukan pendamaian yang diperlukan bagi dosa-dosa kita. Dalam pasal-pasal berikut PAD akan menolak tuduhan-tuduhan yang tidak beralasan dari kaum Arminian terhadap ajaran Reformasi mengenai Penebusan Terbatas. Agar kita dapat memahami apa yang dikemukakan dalam kelima pasal yang berikut, lebih dahulu kita perlu mempelajari apa yang dimaksud dengan ajaran Penebusan Terbatas itu. Dari namanya saja, ajaran ini sudah hampir jelas. Penebusan berarti menunaikan atau membayar kesalahan. Dengan kematian-Nya, Kristus telah melakukannya bagi kita. Penebusan Terbatas berarti bahwa jasa-jasa pelunasan Kristus tidak diberikan kepada semua orang, tetapi hanya kepada orang pilihan. Kristus tidak mati bagi semua orang, tetapi hanya bagi mereka yang diberikan Bapa kepada-Nya. Kaum Arminian menolak Penebusan Terbatas ini, seperti nyata dari Penolakan II, 5 (Penolakan itu telah kita bahas dalam pasal 2 dari Bab ini).

Agar orang yang belum mengerti, akan menolak ajaran Reformasi, dengan berbohong kaum Arminian memfitnah nama kaum Reformasi, dengan mengatakan, bahwa Reformasi mengajarkan bahwa penebusan adalah terbatas karena nilai kematian Kristus terbatas. Menurut kaum Arminian, orang Reformasi tidak percaya bahwa nilai kematian Kristus cukup untuk membayar segala dosa dari seluruh dunia, dan bahwa itulah sebabnya bahwa pelunasan itu terbatas dan hanya bermanfaat bagi sejumlah orang. Untuk mempertahankan ajaran yang benar, dalam pasal ini para penyusun PAD menyatakan bahwa kematian Kristus merupakan kurban satu-satunya dan sempurna yang benar-benar cukup. Seperti dikatakan oleh Rasul Petrus: Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan (Kis.4:12). Kematian Kristus adalah sempurna, baik dalam arti bahwa Kristus adalah suci dan tanpa dosa (bdk. Ibr. 9:14), maupun dalam arti bahwa pengurbanan-Nya sungguhlah cukup untuk segala dosa seluruh dunia. Kita mengakui Kristus sebagai Juru Selamat yang sempurna. Katekismus Heidelberg menyatakan: mereka yang menerima Juru Selamat ini dengan iman yang benar tidak dapat tidak akan memperoleh dalam Dia segala sesuatu yang diperlukan untuk keselamatannya (p/j 30).

Dalam surat Paulus kepada jemaat di Ibrani, kita membaca bahwa pada zaman Perjanjian Lama ada banyak kurban yang dipersembahkan. Tetapi tidak ada satu pun dari kurban-kurban itu yang dapat menghapus dosa manusia, karena semuanya itu tidak sempurna. Itu sebabnya mengapa selama zaman itu, kurban-kurban itu tidak pernah berakhir. Tetapi ketika Kristus datang, Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus dengan membawa darah-Nya sendiri. Dan dengan itu, Ia telah mendapat kelepasan yang kekal (Ibr. 9:12). Kenyataan bahwa Kristus mempersembahkan tubuh-Nya hanya satu kali saja, menunjukkan bahwa pengurbanan-Nya yang satu-satunya itu sudah cukup untuk menjamin penebusan kita.

Kitab Suci juga mengajarkan bahwa kita tidak boleh membatasi nilai penebusan Kristus, seolah-olah pengurbanan-Nya hanya cukup untuk menutup dosa sejumlah orang saja. Menentang fitnah kaum Arminian, PAD mengaku bahwa kematian Kristus tidak terbatas kekuatan dan nilainya, dan lebih dari cukup untuk mendamaikan dosa seluruh dunia. Di sini PAD sependapat dengan Rasul Yohanes, yang menghendaki para pembaca suratnya tahu bahwa nilai kematian Kristus cukup bagi mereka bahkan bagi seluruh dunia: Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia (1Yoh. 2:2).49

Jika itu memang kehendak Allah maka kematian Kristus pasti akan cukup, bukan saja bagi 144,000 orang pilihan,50 tetapi juga bagi semua orang yang lain. Nilai kematian Kristus tidak terbatas dan tidak pernah habis. Tetapi, itu tidak berarti bahwa Kristus telah melunasi dosa seluruh umat manusia. Kematian-Nya cukup untuk melunasi hutang dosa seluruh dunia, tetapi hanya berhasil bagi orang pilihan. Kematian Kristus lebih dari cukup untuk membayar utang dosa semua orang, tetapi hanya membayar utang dosa orang pilihan Allah.

Pertanyaan:

1. Jelaskan arti dari Penebusan Terbatas!
2. Menurut kaum Arminian, apa alasan kaum Reformasi mengajarkan Penebusan Terbatas?
3. Apa yang diyakini kaum Reformasi mengenai nilai kematian Kristus?

Pasal 4

Sebab Kematian Kristus Tidak Terbatas Nilainya

Kematian itu demikian kuat dan bernilai, karena Pribadi yang telah mengalaminya itu bukan hanya manusia sejati dan benar-benar kudus, melainkan juga Anak Allah yang tunggal, yang se-Zat dengan Bapa dan Roh Kudus dan bersama-sama Mereka kekal dan tak terhingga sebagaimana seharusnya Dia yang menjadi Juru Selamat kita. Tambahan lagi, karena kematian-Nya disertai kesadaran akan murka Allah dan akan kutuk yang patut menimpa kita karena dosa-dosa kita. (Ibr. 4:15; 7:26; 1Yoh. 4:9; Mat. 27:46)

Walaupun di hadapan Allah semua orang mempunyai nilai yang sama, harus sering kita akui bahwa tidak semua orang bernilai sama. Sebagai contoh, berita pembunuhan seorang pengembara di suatu kota yang besar hampir tidak akan mendapatkan perhatian; tetapi berita kematian orang yang berkedudukan tinggi, misalnya seorang menteri atau presiden, akan menggemparkan. Atau sebagai contoh lain, jika seorang prajurit tewas di medan perang, tentu itu merupakan korban yang besar; tetapi kematian seorang jenderal pasti akan dipandang sebagai kerugian yang jauh lebih besar. Artinya, semakin tinggi kedudukan seseorang, semaking tinggi nilai yang akan diberikan pada kehidupannya. Dalam Alkitab, para pengikut

Raja Daud memberi nilai yang sangat tinggi pada kehidupannya, kata mereka: ... tuanku sama harganya dengan sepuluh ribu orang dari pada kami (2Sam. 18:3). Dalam pasal sebelumnya, PAD menyatakan bahwa kematian Kristus ter-batas kekuatan dan nilainya. Dalam pasal ini, PAD menjelaskan sebabnya. Sama seperti dalam kedua contoh tadi, yang menyatakan bahwa kedu duk-an seseorang menjadikan nilai kehidupannya lebih tinggi bagi sesamanya manusia, demikian pula identitas Kristus menjadikan nilai kematian-Nya sangat tinggi. Darah-Nya sangat berharga, bukan saja karena Dia adalah orang yang benar dan tanpa cela, tetapi juga karena Dia adalah Allah yang sejati. Walaupun Anak se-Zat dengan Allah, dari kekal sama kemuliaan dan kuasa, Dia tidak menganggap kesetaraan-Nya itu sebagai sesuatu yang ha-rus dipertahankan (bdk. Flp. 2:6). Sebaliknya, Dia merendahkan diri dan mengenakan tabiat manusia kita tanpa kehilangan tabiat ke-Allahan-Nya. Sebagai Oknum yang adalah manusia sejati sekaligus Allah yang sejati, Kristus telah menderita sengsara dan mati. Andaikata Kristus hanya seorang manusia biasa saja maka Dia pasti hanya dapat menyelamatkan satu orang saja. Tetapi karena ke-Allahan-Nya, Dia dapat menyelamatkan banyak orang melalui kematian-Nya. Sebagai contoh: pertukaran tawanan antara dua negara yang sedang berperang tentunya harus mempunyai nilai yang setara. Seorang prajurit dapat ditukar dengan seorang prajurit, dan seorang letnan akan ditukar dengan seorang letnan. Tetapi seorang jenderal yang ditawan pasti akan memiliki nilai lebih daripada seorang prajurit. Dan sebagai tukaran untuk seorang jenderal pihak penawan mungkin akan menuntut seratus prajurit. Artinya, andaikata Kristus hanyalah seorang manusia biasa maka kematian-Nya pasti hanya dapat melepaskan satu orang saja. Tetapi karena Dia juga adalah Allah yang sejati, kematian-Nya dapat melepaskan banyak orang. Jumlah orang yang dapat dilepaskan oleh kematian Kristus sebenarnya tidak terbatas.

Nilai kematian Kristus masih lebih tinggi lagi karena Dia mati di bawah murka Allah. Kita sering kali hanya menyadari akan kesengsaraan Kristus pada tubuh-Nya, tetapi kita tidak boleh lupa bahwa Kristus juga menderita pada jiwa-Nya. Sudah sejak sebelum penderitaan pada tubuh-Nya mulai, Kristus telah berkata kepada murid-murid-Nya, Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya (Mat. 26:38). Begitu hebat penderitaan pada jiwa-Nya, sampai membuat peluh-Nya menjadi seperti titk-titik darah di Taman Getsemani. Bahkan saat di kayu salib, penderitaan jiwa-Nya membuat-Nya berseru, Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? (Mat. 27:46).

Sekali lagi, kematian Kristus tidak terbatas nilainya karena Dia tidak hanya menanggung murka Allah atas dosa orang-orang pilihan, tetapi murka Allah yang menyala-nyala atas seluruh umat manusia. Dalam Katekismus Heidelberg (s/j 37) tertulis, Dia telah menanggung murka Allah atas dosa seluruh umat manusia pada tubuh dan jiwa-Nya, selama Dia hidup di dunia ini tetapi terutama pada akhir hidup-Nya. Itulah yang dimaksud Paulus pada waktu ia mengatakan, Kristus telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia (1Tim. 2:6).

Kristus menanggung murka Allah atas dosa seluruh umat manusia. Tetapi itu tidak berarti bahwa Kristus telah menyelamatkan seluruh umat manusia. Orang yang diselamatkan-Nya bersama dengan orang lain berada di bawah murka Allah yang mengenai keseluruhan umat manusia. Itu sebabnya Kristus tidak dapat menyelamatkan kita kecuali jika Dia menanggung murka Allah atas keseluruhan umat manusia. Berarti, penderitaan-Nya tentu cukup untuk menebus dosa semua orang, namun hanya dimaksudkan bagi orang yang percaya, sehingga hanya merekalah yang menerima manfaatnya. Hal itu dapat dijelaskan dengan contoh berikut. Bayangkanlah sese-orang yang ingin membeli beberapa onderdil dari sebuah mobil yang telah ringsek. Harga onderdil-onderdil itu sekitar Rp. 10.000. Pemilik mobil itu menjelaskan kepada orang yang mau membeli onderdil itu, bahwa asuransi tidak akan membayar ganti rugi untuk mobilnya, yang nilainya sekitar Rp. 10.000.000,- jika dia telah menjual beberapa onderdil dari mobil itu. Jika orang itu tetap ingin memperoleh onderdil-onderdil itu, ia harus membayar harga yang sama yang akan dibayar oleh asuransi. Walaupun ia hanya akan memakai beberapa onderdil saja, yang harganya Rp. 10.000,- ia harus membayar harga keseluruhan mobil itu, yaitu Rp. 10.000.000,-! Demikian pula Kristus hanya dapat menyelamatkan sebagian umat manusia jika Dia menanggung murka Allah atas keseluruhan umat manusia. Artinya, karena Kristus telah menanggung murka Allah atas seluruh umat manusia, kematian-Nya cukup untuk menebus seluruh umat manusia, meskipun maksud Kristus hanya untuk menebus sebagian umat manusia saja, dan bukan keseluruhannya. Seperti sudah dijelaskan pada pasal yang sebelumnya, para penyusun PAD menulis pasal ini untuk membantah fitnah kaum Arminian, yang menyatakan bahwa orang Reformasi menyangkal bahwa nilai kematian Kristus cukup untuk menebus seluruh umat manusia. Kaum Arminian menegaskan bahwa ajaran Reformasi mengenai Penebusan Terbatas didasarkan pada pandangan kaum Reformasi (menurut kaum Arminian) mengenai nilai kematian Kristus yang terbatas. Tetapi sama seperti dalam pesan yang sebelumnya, PAD terus terang mengaku bahwa nilai kematian Kristus tidak terbatas sama sekali. Karena Kristus adalah Anak Allah yang kekal dan sejati, dan karena dengan kematian-Nya Dia menanggung murka Allah atas dosa seluruh umat manusia, maka kematian-Nya lebih dari cukup untuk menghapus dosa seluruh dunia. Nilai kematian Kristus yang tidak terbatas itu merupakan sumber penghiburan berlimpah bagi anak-anak Allah. Walaupun mereka telah ditebus dalam Kristus, mereka masih tetap dapat jatuh dalam dosa-dosa yang berat. Namun seberapa pun besar dosa-dosa yang mereka perbuat, pengorbanan Kristus lebih dari cukup untuk menutup segala dosa mereka. Seperti dikatakan oleh Nabi Yesaya: Sekalipun dosamu merah seperti kir-mizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba ( Yes. 1:18).

Pertanyaan:

1. Sebutkan alasan pertama mengapa kematian Kristus tidak ternilai harganya!
2. Sebutkan alasan yang kedua!
3. Apakah Kristus hanya menanggung dosa orang pilihan, atau Dia juga menanggung murka Allah atas seluruh umat manusia? Apa sebabnya?
4. Apa sebabnya PAD mengaku bahwa kematian Kristus tidak ternilai harganya?
5. Apa manfaat pengakuan itu bagi kita?

Pasal 5

Pemberitaan Injil di Seluruh Dunia

Selanjutnya janji Injil ialah, bahwa setiap orang yang percaya kepada Kristus yang disalibkan itu tidak binasa, tetapi beroleh hidup yang kekal. Janji itu harus diberitakan dan dimaklumkan kepada semua bangsa dan semua orang yang menurut perkenan Allah, menjadi alamat pemberitaan Injil-Nya, disertai perintah bertobat dan percaya, tanpa mengadakan pembedaan. ( Yoh. 3:16; 1Kor. 1:23; Mat. 28:19; Kis. 2:38; 16:31)

Dalam Bab I pasal 3, PAD telah membahas pekabaran Injil. Di sana PAD menekankan kedaulatan Allah. Allah mengirimkan kabar Injil kepada yang dikehendaki-Nya dan kapan Dia menghendakinya. Dengan menunjukkan bahwa tidak semua orang menerima pemberitaan Injil, PAD membuktikan bahwa tidak semua orang mendapat kesempatan untuk diselamatkan, karena tidak ada keselamatan kalau orang tidak percaya, dan tidak ada orang yang percaya kalau mereka belum mendengar Injil (bdk. Rm. 10:14). Dengan demikian ajaran mengenai pemilihan sudah menjadi jelas dengan melihat bahwa ada orang yang kepadanya Injil diberitahukan sedangkan ada orang lain yang kepadanya Injil tidak diberitahukan. Dalam pasal ini sekali lagi pemberitaan Injil dibahas, tetapi konteksnya berbeda. Dalam Bab II, PAD menguraikan ajaran mengenai Penebusan Terbatas. Kristus tidak mati bagi semua orang. Dia tidak menyerahkan nyawa-Nya untuk memberikan kesempatan kepada semua orang untuk diselamatkan. Sebaliknya, Dia menyerahkan nyawa-Nya bagi orang yang telah diberikan Bapa kepada-Nya, dan hanya bagi mereka saja. Kristus telah mati bagi orang-orang pilihan (bdk. Yoh. 10:15; 17:9). Kaum Arminian menyangkal ajaran Penebusan Terbatas. Mereka tidak percaya bahwa jumlah orang yang akan beruntung dari kematian Kristus itu terbatas. Mereka mengatakan bahwa Kristus telah mati untuk memberikan kesempatan kepada semua orang untuk memperoleh keselamatan berdasarkan kematian-Nya.51 Mereka bernalar bahwa jika ajaran mengenai Penebusan Terbatas benar, maka pemberitaan Injil mengenai penebusan juga harus terbatas dan tidak perlu diberitakan kepada semua orang. Karena apa gunanya, kata mereka, untuk memberitakan Injil kepada orang yang tidak mendapat kesempatan untuk memperoleh keselamatan oleh kematian Kristus?

Menurut kaum Arminian, kesalahan ajaran Penebusan Terbatas sudah jelas, karena Allah telah memberikan Amanat Agung kepada gereja untuk memberitakan Injil kepada segala bangsa. Karena Kristus telah menyuruh bahwa Injil harus diberitakan kepada semua orang, menurut kaum Arminian sudah jelas bahwa semua orang dapat kesempatan untuk memperoleh keselamatan dari Injil itu!

Tetapi benarkah bahwa ajaran mengenai Penebusan Terbatas berarti bahwa Injil hanya perlu diberitakan kepada orang-orang pilihan saja? Sama sekali tidak! Pertama, Injil harus diberitakan kepada semua orang, karena kita tidak tahu siapa yang terpilih dan siapa yang tidak. Melalui pemberitaan Injil maka menjadi nyata siapa yang termasuk orang pilihan dan siapa yang tidak. Alasan ini sudah cukup bagi gereja, bahwa gereja harus memberitakan Injil kepada semua orang. Alasan kedua masih lebih penting, yaitu bahwa tujuan pemberitaan Injil tidak hanya untuk membuat orang bertobat dan menjadi percaya, tetapi juga untuk mengeraskan hati orang. Perlu kita ingat apa yang dikatakan Kitab Suci mengenai hal ini:

Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: Siapakah yang akan Ku-utus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku? Maka sahutku: Ini aku, utuslah aku! Kemudian firman-Nya: Pergilah, dan katakanlah kepada bangsa ini: Dengarlah sungguh-sungguh, tetapi mengerti: jangan! Lihatlah sungguh-sungguh, tetapi menanggap: jangan! Buatlah hati bangsa ini keras dan buatlah telinganya berat mendengar dan buatlah matanya melekat tertutup, supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik dan menjadi sembuh (Yes. 6:8-10).

Sebab bagi Allah kami adalah bau yang harum dari Kristus di tengah-tengah mereka yang diselamatkan dan di antara mereka yang binasa. Bagi yang terakhir kami adalah bau kematian yang mematikan dan bagi yang pertama bau kehidupan yang menghidupkan. Tetapi siapakah yang sanggup menunaikan tugas yang demikian? (2Kor. 2:15-16).

Dari surat Rasul Petrus juga jelas bahwa pekabaran Injil mengenai kematian Kristus membuat sebagian orang tersandung padanya sehingga tidak menjadi percaya; Petrus menulis bahwa Kristus menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan. Mereka tersandung pada-Nya, karena mereka tidak taat kepada Firman Allah; dan mereka juga telah ditentukan untuk itu (1Ptr. 2:8).

Pasal ini juga menjelaskan bagaimana cara Injil harus diberitakan. Berita Injil adalah bahwa setiap orang yang percaya kepada Kristus yang disalibkan itu tidak binasa, tetapi beroleh hidup yang kekal (bdk. Yoh. 3:16). Kita perlu mengarahkan perhatian terhadap bagaimana cara PAD menguraikan kabar Injil. Kadang-kadang ada pemberitaan melalui papan iklan, yang sering kali juga diberitakan dari mimbar atau melalui brosur, yang mengatakan: Yesus telah mati untuk Anda. Penguraian itu tidak sesuai dengan janji dalam Kitab Suci, tetapi sebaliknya merupakan versi pemberitaan Arminian, yang berakar pada ajaran mereka mengenai Penebusan Tak Terbatas. Ajaran itu tidak sesuai dengan firman Tuhan.

Sama seperti Kristus tidak berdoa untuk semua orang, tetapi hanya untuk mereka yang telah diberikan Bapa kepada-Nya (bdk. Yoh. 17:9), demikian juga Dia menyerahkan nyawa-Nya tidak untuk semua orang, tetapi untuk domba-domba yang telah diberikan Bapa kepada-Nya (bdk. Yoh. 10:15). Berarti, janji Injil adalah bahwa Yesus telah mati hanya bagi mereka yang percaya kepada-Nya, yaitu, bagi mereka yang telah dipilih Bapa dan yang dibuat-Nya menjadi percaya.

Pertanyaan:

1. Apa yang ingin dibuktikan oleh kaum Arminian mengenai perintah Kristus untuk memberitakan Injil kepada semua orang? Apakah pendapat mereka benar?
2. Apa alasan pertama mengapa Injil harus diberitakan kepada semua orang, bahkan kepada mereka yang tidak dipilih?
3. Apa alasan kedua yang menjadi dasar bahwa Injil harus diberitakan kepada semua orang, bahkan kepada mereka yang tidak dipilih? Buktikan bahwa tujuan pemberitaan Injil ini adalah berdasarkan Kitab Suci!
4. Jelaskan suatu cara pemberitaan Injil yang harus dihindari dan jelaskan alasannya!
5. Bagaimana seharusnya Injil itu diberitakan?

Bahan untuk Dipikirkan

- Adakalanya orang mengatakan bahwa usaha pekabaran Injil di suatu daerah ternyata tidak berhasil. Apakah pernyataan itu benar? Mengapa?

Pasal 6

Sebab Sebagian Orang Tidak Menjadi Percaya

Banyak orang yang dipanggil oleh Injil, tidak bertobat dan tidak percaya kepada Kristus. Mereka binasa dalam ketidakpercayaan. Hal ini tidak terjadi oleh sebab pengorbanan Kristus di atas kayu salib bercacat atau berkekurangan, tetapi lantaran kesalahan mereka sendiri. (Mat. 22:14; Mzm. 95:11; Ibr. 4:6)

Ini bukan kali pertama dan juga bukan kali yang terakhir PAD membahas pertanyaan mengapa ada orang yang tidak menerima panggilan Injil dengan bertobat dan percaya. Hal itu sudah dibahas dalam Bab I, 5 dan akan dibahas sekali lagi dalam Bab III/IV, 9. Namun itu tidak berarti bahwa PAD mengulang-ulang hal yang sama, karena pokok dibahas dalam konteks yang lain. Dalam Bab ini kita membahas penebusan kita oleh kematian Kristus. Telah kita mempelajari bahwa Kristus tidak mati untuk semua orang, tetapi hanya untuk orang yang dipilih. Artinya, penebusan yang dikerjakan-Nya adalah terbatas. Jika demikian, orang dapat bertanya apakah mungkin kesalahan pengorbanan Kristuslah yang menjadi sebab bahwa ada orang yang tidak menerima Injil dengan iman yang benar. Itulah sebabnya pokok ini dibahas lagi dalam pasal ini.

Pasal ini ingin membela ajaran Reformasi yang digambarkan dengan salah oleh kaum Arminian. Dengan fitnah, mereka menuduh kaum Reformasi mengajarkan bahwa Allah tidak dapat memberikan iman kepada semua orang karena nilai kematian Kristus tidak cukup untuk menebus dosa semua orang. Oleh sebab itu, mereka mengatakan, pada akhirnya adalah kesalahan Kristus kalau tidak semua orang menjadi percaya. Tetapi tentu itu bukan apa yang diajarkan oleh orang Reformasi! Karena itu, kekeliruan ini perlu kita pelajari lebih dalam. Orang-orang Reformasi mengajarkan bahwa manusia tidak mempunyai kemampuan dalam dirinya sendiri untuk menjadi percaya. Mereka perlu menerima iman sebagai anugerah dari Allah. Orang yang kepadanya Allah menghadiahkan iman, digabungkan dengan Kristus dan mendapat bagian dalam korban pendamaian-Nya. Sejauh ini tidak ada masalah!

Tetapi orang-orang Arminian terus bertanya mengapa orang-orang Reformasi percaya bahwa alih-alih Allah memberikan iman kepada semua orang, Dia memberikannya hanya kepada sejumlah orang saja? Mengapa Allah tidak memberikan iman kepada semua orang, sehingga mereka semua mendapat bagian dalam korban pendamaian dari Kristus? Tentu orang-orang Reformasi tahu bahwa Allah adalah Pengasih dan Penyayang yang tidak berkenan kepada kematian orang fasik! ( Yeh 33:11). Tentu orang-orang Reformasi mengakui bahwa Allah menghendaki supaya semua orang diselamatkan! (1Tim. 2:1). Kalau demikian halnya, apa sebabnya orang-orang Reformasi mengajarkan bahwa Allah menghadiahkan iman hanya kepada sejumlah orang saja, dan kepada yang lain tidak? Menurut kaum Arminian, orang-orang Reformasi pasti yakin bahwa Allah senang untuk memberikannya kepada semua orang. Tetapi sayang, mereka berpegang pada ajaran mengenai Penebusan Terbatas. Karena, mengapa menurut orang-orang Reformasi Allah tidak memberikan iman kepada semua orang? Pasti karena nilai kematian Kristus tidak cukup untuk menutup dosa semua orang! Demikianlah pandangan orang-orang Arminian terhadap ajaran Reformasi. Tetapi sebenarnya gambaran ini adalah karikatur dari apa yang dipercayai oleh orang-orang Reformasi. Kaum Arminian mengatakan bahwa orang-orang Reformasi mengajarkan bahwa Allah menghadiahkan iman kepada sejumlah orang saja karena nilai korban penebusan Kristus terbatas. Maka menurut kaum Arminian, kesimpulannya adalah bahwa menurut ajaran Reformasi, kesalahan Kristuslah yang menyebabkan bahwa ada orang yang tidak percaya, karena Dia tidak menyediakan kurban yang nilainya cukup untuk menutup dosa semua orang. Tetapi penyataan kaum Arminian mengenai kepercayaan orang-orang Reformasi tidak sesuai dengan kebenaran. Kalau mereka mengatakan bahwa orang-orang Reformasi percaya bahwa iman adalah sesuatu yang hanya dapat diperoleh manusia sebagai hadiah dari Allah, karena manusia yang telah jatuh ke dalam dosa adalah mati di dalam dosanya sehingga tidak lagi mampu untuk atas kemauan dan kekuatan sendiri menjadi percaya, itu memang benar. Kalau mereka mengatakan bahwa orang-orang Reformasi mengajarkan bahwa semua orang yang percaya telah digabungkan dengan Kristus dan mendapat bagian dalam kurban pendamaian-Nya, itu memang benar. Kalau mereka mengatakan bahwa orang-orang Reformasi percaya bahwa jumlah orang yang kepadanya Alah menghadiahkan iman adalah terbatas, itu pun benar. Tetapi kalau mereka mengatakan bahwa Allah hanya menghadiahkan iman kepada sejumlah orang saja karena nilai kurban pendamaian dari Kristus tidak cukup untuk semua orang, itu tidak benar!

Memang benar bahwa orang-orang Reformasi mengajarkan Penebusan Terbatas. Hanya, ajaran mengenai Penebusan Terbatas tidak berarti bahwa nilai kurban pendamaian Kristus adalah terbatas. Hal itu sangat penting untuk dimengerti! Dalam Bab II pasal 3 dan 4, PAD telah menekankan bahwa kematian Kristus lebih dari cukup untuk mendamaikan dosa seluruh dunia.52 Bukanlah nilai kematian Kristus yang membatasi jumlah orang yang diselamatkan. Yang membatasinya ialah keputusan mengenai pemilihan yang diambil Allah menurut perkenan kehendak-Nya yang sama sekali bebas. Dengan keliru, kaum Arminian mengatakan bahwa jika sepenuhnya terserah kepada Allah untuk memutuskan siapa yang akan diselamatkan, pasti Allah akan menyelamatkan semua orang. Memang benar bahwa Allah tidak berkenan kepada kematian manusia yang diciptakan-Nya menurut gambar-Nya sendiri (bdk. Yeh.18:32). Tetapi tidak benar bahwa Allah pasti akan menyelamatkan semua orang jika Dia dapat berbuat demikian. Dia pasti dapat menyelamatkan semua orang jika Dia menghendakinya. Tetapi Dia telah memutuskan untuk tidak menunjukkan anugerah-Nya kepada semua orang. Malah sebaliknya! Sejak kekal, Allah telah menentukan sejumlah orang untuk dibinasakan. Dia memutuskan untuk membiarkan mereka dalam sengsara yang merupakan akibat dari tindakan manusia sendiri. Dan apa sebabnya Dia membiarkan mereka? Untuk menunjukkan kuasa dan murka-Nya, untuk dengan lebih dengan terang menyatakan belas-kasihan-Nya terhadap orang-orang pilihan (bdk. Rm. 9:22 dst.). Allah membatasi jumlah orang yang akan menerima pemberian iman sehingga mereka mendapat bagian dalam kurban pendamaian Kristus, untuk menyatakan baik anugerah-Nya maupun keadilan-Nya. Tetapi, walaupun Allah tidak memberikan iman kepada sejumlah orang, hal itu tidak berarti bahwa adalah kesalahan Allah, bila ada orang yang tidak percaya. Tidak mungkin manusia dapat menuduh Allah dengan mengatakan, Engkau tidak memberikan iman kepada saya! Bahwa saya tidak percaya bukan kesalahan saya, melainkan kesalahan-Mu! Pertama, Allah akan menanggapi tuduhan itu dengan mengingatkan orang itu bahwa Dia telah menjadikan manusia sedemikian rupa sehingga mereka dapat percaya, dan bahwa manusia sudah kehilangan karunia itu oleh ketidaktaatan yang disengaja. Adalah kesalahan manusia sendiri, bahwa mereka sekarang telah menjadi budak dosa dan iblis, dan tidak mampu lagi untuk menjadi percaya. Kalau Allah menunjukkan anugerah-Nya kepada sejumlah orang, walaupun mereka pun tidak layak menerimanya, tindakan itu tidak berarti bahwa Allah bertanggung jawab atas dosa yang dibuat oleh mereka yang tidak menerima anugerah-Nya. Kedua, Allah akan mengatakan kepada mereka yang telah mendengar Injil namun menolak untuk percaya, Kamu dihukum bukan karena Aku tidak menghadiahkan iman kepada kamu, melainkan karena kamu menolak untuk percaya kepada-Ku.

Akhirnya, orang yang tidak dipilih, sama sekali tidak berkeinginan untuk percaya. Dengan sengaja mereka tetap tinggal tidak percaya. Dengan demikian, sekali lagi PAD menunjukkan bahwa ketidakperca-yaan tidak disebabkan oleh kekurangan kurban Kristus, tetapi sepenuhnya oleh kesalahan orang yang tidak percaya itu sendiri.

Pertanyaan:

1. Apa tuduhan kaum Arminian terhadap orang-orang Reformasi berkenaan dengan doktrin Reformasi mengenai Penebusan Terbatas?
2. Apa rangkaian pemikiran kaum Arminian yang membuat mereka menyimpulkan demikian?
3. Apa sebenarnya yang membatasi keluasan penebusan Kristus?
4. Apakah Allah berkenan kepada kematian orang fasik? Dapatkah Anda membuktikannya berdasarkan Kitab Suci? Apakah itu berarti bahwa Allah mau menyelamatkan setiap orang di dunia ini? Buktikanlah itu berdasarkan Kitab Suci!
5. Apa yang menjadi alasan utama Allah membatasi penebusan Kristus?
6. Pertahankan kebenaran Allah melawan tuduhan yang mengatakan bahwa Allah-lah yang bersalah atas ketidakpercayaan orang, karena Allah telah membatasi keluasan penebusan Kristus!

Bahan untuk Dipikirkan

- Jika manusia yang telah jatuh ke dalam dosa, tidak mampu lagi untuk menjadi percaya sehingga tergantung sepenuhnya pada Allah yang menghadiahkan iman kepadanya, apakah itu tidak berarti bahwa sebenarnya Allahlah yang bertanggung jawab kalau Dia meninggalkannya dalam ketidakpercayaannya? Jika tidak, mengapa tidak? Dan jika ya, apakah hal itu adil?

Pasal 7

(Dan Penolakan 6) Alasan Mengapa Orang Lain Menjadi Percaya

Akan tetapi, semua orang yang sungguh-sungguh percaya, dan oleh kematian Kristus dibebaskan dan diselamatkan dari dosa serta kebinasaan, menikmati anugerah ini hanya berdasarkan rahmat Allah. Rahmat itu dianugerahkan kepada mereka dari kekekalan, di dalam Kristus, walaupun Allah tidak berkeharusan menganugerahkannya kepada seorang pun. (Mat. 22:14; 2Kor. 5:18; Ef. 2:8-9)

Baik kaum Arminian maupun orang-orang Reformasi percaya bahwa kalau manusia tidak percaya, itu disebabkan oleh diri mereka sendiri. Tetapi orang-orang Arminian tidak setuju dengan ajaran Reformasi, yang menyatakan bahwa kalau manusia menjadi percaya, itu disebabkan oleh Allah. Orang-orang Arminian percaya bahwa manusia sendirilah penyebab iman. Pandangan ini merupakan bagian hakiki dalam ajaran mereka mengenai Penebusan Tidak Terbatas. Pandangan itu diuraikan dalam Penolakan II, 6:

Ajaran Keliru Sejauh hal itu bergantung kepada Allah, Dia telah berkehendak mengaruniakan secara sama rata kepada semua orang anugerah-anugerah yang telah diperoleh oleh kematian Kristus. Jikalau ada orang yang mendapat bagian dalam pengampunan dosa dan hidup yang kekal sedangkan yang lain tidak, maka perbedaan itu bergantung pada kehendaknya yang bebas, yang meraih anugerah yang ditawarkan tanpa memandang bulu, bukan pada karunia khusus dari rahmat Allah, yang bekerja dalam orang itu dengan ampuh sehingga mereka memeluk anugerah itu, sedangkan yang lain tidak.
Penolakannya Mereka ini menyalahgunakan pembedaan antara hal memperoleh dan hal memeluk, untuk meresapkan pendapat tersebut ke dalam hati orang yang kurang hati-hati dan yang tidak berpengalaman. Mereka berbuat seolah-olah mereka mengemukakan pembedaan ini dalam arti yang sehat, namun mereka mencoba menyuguhkan kepada rakyat racun yang mematikan, yakni ajaran keliru kaum Pelagian.

Kaum Arminian berpendapat bahwa manusialah yang menentukan keluasan karya penebusan Kristus, bukan Allah. Menurut mereka, adalah kehendak manusia yang menentukan siapa yang akan mendapat bagian dalam hasil kematian Kristus, bukan kehendak Allah. Sepanjang yang menyangkut Allah, semua orang mendapat kesempatan yang sama untuk mendapat bagian dari hasil kematian Kristus, demikian papar mereka, karena untuk Allah, karya penebusan Kristus itu tidak terbatas.53 Pada prinsipnya, dalam pandangan mereka, mungkin saja semua orang akan menerima kehidupan yang kekal, walaupun kemungkinan itu sebenarnya sangat kecil. Mereka mengajarkan bahwa Kristus telah memperoleh penebusan bagi semua orang.54 Tetapi manusialah yang harus memanfaatkan hasil kurban Kristus bagi diri mereka dengan memeluknya melalui iman. Berarti, menurut kaum Arminian, pada akhirnya manusialah yang menentukan apakah ia akan diselamatkan atau tidak; sehingga jum-lah orang yang akan mendapat bagian dalam pendamaian Kristus tidak ditentukan oleh Allah, tetapi oleh manusia. PAD menunjukkan bahwa dalam hal ini kaum Arminian tidak dengan jelas membedakan hal memperoleh keselamatan dan hal memeluk keselamatan. Perbedaan itu tidak terlalu sulit untuk dipahami. Sebagai contoh: jika kulit saya terbakar, saya pergi ke apotek untuk memperoleh (beli) salep untuk mengobati luka bakar itu. Tetapi itu tidak cukup jika saya hanya mendapatkan salep itu, saya harus menggunakannya (mengoleskannya) pada luka itu. Kedua istilah itu dapat digunakan dalam arti yang sehat. Dengan ke-matian-Nya, Kristus telah memperoleh keselamatan. Dia telah mempero-leh penebusan kita oleh kebenaran-Nya dan kematian-Nya. Karya-Nya itu merupakan dasar penyelamatan kita dari kesalahan kita dan dari kuasa dosa. Hanya, keselamatan itu perlu diterapkan kepada orang pilihan. Orang pilihan tidak secara otomatis mendapat bagian dari hasil karya Kristus. Kristus perlu menggunakan keselamatan yang diperoleh-Nya bagi orang pilihan (sama seperti dalam contoh tadi, salep yang dibeli itu perlu dioleskan pada luka). Hal itu dibuat-Nya melalui Roh Kudus, yang mem perbarui hati orang pilihan, menerangi pikiran mereka, dan menghi-dupkan kehendak mereka yang tadinya mati, sehingga mereka bertobat kepada Allah dan memeluk karunia keselamatan dari Kristus dengan iman yang sejati dan hidup. Melalui iman, orang pilihan Allah dijadikan anggota tubuh Kristus dan mendapat bagian dalam hasil penebusan-Nya.

Tetapi kaum Arminian menyalahgunakan pembedaan antara hal mem- peroleh dan hal memeluk hasil penebusan Kristus. Seperti telah dije laskan tadi, mereka mengajarkan bahwa Kristus telah memperoleh penebusan bagi semua orang, tetapi bahwa manusia perlu memeluk keselamatan ini dengan menerimanya dan dengan percaya. Menurut mereka, hal percaya ini adalah perbuatan manusia semata-mata. Walaupun manusia telah jatuh ke dalam dosa, manusia masih tetap sanggup untuk menjadi percaya oleh dirinya sendiri.55 Di sini sekali lagi kita menemukan ajaran keliru kaum Arminian, bahwa manusia mengalami keburukan sebagian saja. Mereka percaya bahwa meskipun manusia telah menjadi buruk, ia masih tetap sanggup untuk melakukan apa-apa yang baik. Manusia masih sanggup untuk bertobat dan menjadi percaya. Menurut mereka, kehendak seseorang tetap bebas untuk memilih menjadi percaya atau tidak menjadi percaya.56

Tetapi, jika manusia telah mati dalam dosa, seperti diajarkan oleh Kitab Suci, tidak mungkin manusia dari dirinya sendiri akan memeluk apa yang diperoleh Kristus. Hal memeluk keselamatan yang diperoleh Kristus bukan perbuatan manusia sendiri, melainkan perbuatan Roh Kudus. Roh Kudus mengerjakannya dengan menghadiahkan iman kepada orang pilihan, yang sudah kehilangan kesanggupan untuk menjadi percaya berdasarkan usahanya sendiri. Dengan demikian, sudah jelas bahwa iman sepenuhnya berasal dari Allah, dan bukan dari manusia.

Pertanyaan:

1. Menurut kaum Arminian, siapakah yang menentukan apakah seorang manusia akan mendapat bagian dalam keselamatan yang dikerjakan Kristus di kayu salib? Atau dengan kata lain, siapakah yang membatasi jumlah orang yang ditebus oleh Kristus?

2. Apa perbedaan antara hal memperoleh keselamatan dan hal memeluk keselamatan? Apakah kita bisa menggunakan istilah-istilah ini dengan sehat?
3. Menurut Kitab Suci, siapa yang memperoleh penebusan kita, dan dengan cara apa? Apakah kaum Arminian setuju dengan hal ini? Jika tidak, jelaskan apa yang menjadi keyakinan mereka!
4. Menurut Kitab Suci, siapa yang menerapkan penebusan itu bagi umat pilihan, dan bagaimana caranya? Apakah kaum Arminian setuju dengan hal ini? Jika tidak, jelaskan apa yang menjadi keyakinan mereka!
5. Apakah itu salah jika kita berbicara mengenai manusia yang menerima keselamatan yang dikerjakan Kristus melalui iman? Mengapa?
6. Apa ajaran sesat yang merupakan dasar pandangan kaum Arminian mengenai Penebusan Tak Terbatas?
7. Kaum Arminian percaya bahwa iman berasal dari manusia sendiri. Jelaskan mengapa ajaran ini merupakan bagian yang mendasar dalam ajaran mereka mengenai Penebusan Tak Terbatas!

Bahan untuk Dipikirkan

- Dalam pasal ini PAD menyatakan bahwa semua orang yang sungguh-sungguh percaya ... dilepaskan dari dosa. Artinya bahwa mereka dibenarkan melalui iman. Tetapi pasal ini juga mengatakan bahwa rahmat ini dianugerahkan kepada mereka dari kekekalan, di dalam Kristus. Apakah hal itu berarti bahwa dosa mereka yang percaya telah diampuni (sehingga mereka dibenarkan) dari kekekalan, bahkan sebelum mereka menjadi percaya? Jika demikian, apakah benar jika kita berbicara mengenai pembenaran melalui iman?

Pasal 8

(Dan Penolakan 1) Kemanjuran Kematian Kristus

Sebab inilah keputusan yang berdaulat, kehendak yang penuh rahmat, dan maksud Allah Bapa, yaitu agar keampuhan yang menghidupkan dan menyelamatkan yang terdapat dalam kematian Anak-Nya yang amat berharga itu menjangkau semua orang terpilih, untuk mengaruniakan hanya kepada mereka saja iman yang membenarkan, dan oleh iman itu dengan tak tergagalkan mengantarkan mereka kepada keselamatan. Dengan perkataan lain: Allah telah menghendaki agar Kristus, oleh penumpahan darah-Nya di atas salib (yang olehnya perjanjian baru telah diteguhkan-Nya), dari antara segala bangsa, suku, kaum, dan bahasa menebus dengan ampuh semua orang–dan hanya mereka itu saja–yang dari kekekalan sudah terpilih untuk keselamatan dan yang telah diberikan Bapa kepada-Nya. Begitu pula, agar Kristus mengaruniakan kepada mereka iman, yang telah diperoleh-Nya bagi mereka oleh kematian-Nya, sama seperti karunia-karunia Roh Kudus yang lain yang membawa keselamatan. Begitu pula, agar Dia menyucikan mereka dengan darah-Nya dari semua dosa mereka, baik dari dosa bawaan maupun dari dosa-dosa yang nyata, yang mereka lakukan sebelum atau sesudah menjadi percaya, dan agar Dia memelihara mereka dengan setia sampai akhir, dan pada kesudahannya menempatkan mereka di hadapan diri-Nya dengan penuh kemuliaan, tanpa cacat atau kerut. ( Yoh. 17:9; Ef. 5:25-27; Luk. 22:20; Ibr. 8:6; Why. 5:9; Flp. 1:29; 1Yoh. 1:7; Yoh. 10:28; Ef. 5:27)

Dalam pasal ini, PAD mengakui ajaran yang disebut anugerah yang tidak dapat ditolak. Istilah tidak dapat ditolak berarti: tidak bisa digagalkan atau diatasi. Dengan ajaran ini kita mengakui bahwa Allah, dalam kedaulatan-Nya, tidak hanya memilih sejumlah orang untuk diselamatkan, tetapi juga dengan tidak tergagalkan mengantarkan mereka pada keselamatan. Mereka yang telah dipilih Allah untuk menerima anugerah ini kadang-kadang dapat menentang juga anugerah ini (sehingga kurang tepat untuk berbicara mengenai anugerah yang tidak dapat ditentang), tetapi mereka tidak dapat dan tidak akan menghalangi Allah menyelesaikan kehendak-Nya untuk memberikan penebusan kepada mereka.

Allah tidak begitu saja menyerahkan pilihan itu kepada manusia, apakah ia mau diselamatkan atau tidak. Selain itu, Allah tidak menyerahkan begitu saja kepada manusia untuk diselamatkan atau untuk bertekun dalam keselamatan. Kehendak Allah tidak bergantung pada kehendak manusia. Malah sebaliknya, Allah melakukan kehendak-Nya atas manusia.

Tetapi ini tidak berarti bahwa Allah melaksanakan kehendak-Nya atas manusia bertentangan dengan kehendak manusia. Seperti yang akan kita pelajari pada Bab III/IV, pasal 16, Allah memperbarui kehendak orang pilihan sehingga mereka menghendaki supaya Allah meneruskan pekerjaan-Nya di dalam mereka. Allah mengerjakan sehingga mereka dengan sukarela mengulurkan tangan untuk menerima anugerah-Nya. Allah mengerjakan sehingga mereka dengan sukarela hidup taat kepada-Nya. Allah mengerjakan sehingga mereka menyesali dosa mereka dan bertobat. Tetapi keputusan untuk diselamatkan atau tidak diselamatkan, tidak pernah diserahkan kepada manusia, seolah-olah sesudah Allah memulai pekerjaan-Nya, akhirnya manusia masih dapat menolak anugerah Allah. Untuk sesaat manusia dapat menentang anugerah Allah, tetapi akhirnya anugerah Allah akan mengatasi perlawanannya. Dalam kekuasaan yang berdaulat, Allah mewujudkan keputusan-Nya mengenai pemilihan, sehingga setiap orang yang termasuk orang pilihan tetap akan menjadi percaya dan selamat. Allah juga melindungi dan memelihara mereka supaya mereka tetap memiliki keselamatan itu sampai pada hari ketika

Kristus datang kembali dari surga, sehingga tidak seorang pun dari mereka yang akan hilang.

Dengan beberapa istilah, pasal ini mengakui bahwa anugerah Allah tidak mungkin dihalangi. Pertama, pasal ini mengakui keampuhan yang menghidupkan dan menyelamatkan yang terdapat dalam kematian Kristus. (Keampuhan) menunjukkan kekuatannya untuk menghasilkan dampak yang diinginkan. Ketika kita berbicara mengenai keampuhan yang menyelamatkan yang terdapat dalam kematian Kristus, itu berarti bahwa kematian Kristus mempunyai kekuatan untuk menghasilkan keselamatan. Oleh kematian-Nya, Kristus tidak hanya membuka kesempatan bagi manusia untuk diselamatkan. Kematian-Nya menghasilkan kepastian keselamatan bagi mereka yang dipilih Allah dan diberikan-Nya kepada Kristus. Istilah kedua yang dipakai dalam pasal ini untuk mengakui ajaran mengenai anugerah yang tidak dapat ditolak, adalah: dengan tak tergagalkan mengantarkan mereka kepada keselamatan. Tidak ada keraguan sedikit pun bahwa semua orang pilihan Allah akan diselamatkan. Allah tidak akan gagal dalam melaksanakan keputusan-Nya mengenai pemilihan. Istilah ketiga adalah menebus dengan ampuh. PAD tidak berbicara mengenai penebusan orang pilihan yang mungkin akan terjadi, tetapi mengakui penebusan dengan ampuh, artinya yang sungguh-sungguh akan menyelamatkan orang pilihan. Pokok ajaran yang berkaitan dengan ajaran mengenai anugerah yang tidak dapat ditolak adalah ajaran mengenai ketekunan orang-orang kudus. Orang pilihan Allah tetap akan dilindungi dan dipelihara-Nya agar tetap selamat. Mereka tidak akan pernah dihukum. Itulah yang diakui PAD dengan mengatakan, adalah kehendak Allah bahwa Kristus memelihara mereka dengan setia sampai akhir, dan pada kesudahannya menempatkan mereka di hadapan diri-Nya dengan penuh kemuliaan, tanpa cacat atau kerut.

Ajaran itu paling jelas dinyatakan dalam kata-kata Kristus sendiri, seperti tertulis dalam Injil Yohanes 10. Dalam pasal itu Kristus berbicara mengenai diri-Nya sendiri sebagai Gembala yang baik yang memberikan nyawa-Nya bagi domba-domba-Nya. Pada awalnya Kristus berbicara mengenai domba-domba itu tanpa menentukan siapakah mereka (1-11). Tetapi dalam ayat-ayat berikut Kristus menyatakan bahwa Dia tahu persis siapa domba-domba-Nya. Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku (14). Dia juga mengatakan, Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala (16). Kristus akan menuntun mereka; itu tidak perlu disangsikan. Mereka akan mendengarkan suara-Nya. Domba lainnya tidak mendengarkan suara-Nya karena mereka tidak termasuk dalam kawanan domba-domba-Nya (26). Tetapi domba-domba-Nya akan mendengarkan-Nya dan mengikuti-Nya (27). Di samping itu, Kristus akan menjaga mereka sehingga mereka tidak akan binasa, dan tidak seorang pun akan merebut mereka dari tangan Bapa (28, 29).

Keselamatan orang pilihan sama sekali pasti. Apa dasar kepastian itu? Dasarnya adalah penebusan Kristus yang tuntas, yang dibuat-Nya atas nama orang pilihan. Dengan darah-Nya Kristus telah meneguhkan perjanjian. Artinya, Dia telah melakukan segala sesuatu yang perlu dilakukan menurut tuntutan perjanjian itu. Dia telah memenuhi segala tuntutan perjanjian, dan Dia melakukan hal itu bagi orang pilihan, dengan mewakili mereka. Kematian-Nya adalah kematian mereka. Pembayaran-Nya adalah pembayaran mereka. Ketaatan-Nya adalah ketaatan mereka. Di dalam Kristus mereka telah memenuhi segala tuntutan perjanjian. Tidak ada lagi yang tersisa yang harus dilakukan oleh mereka agar mereka dapat menerima kehidupan yang kekal. Tetapi, apakah mereka tidak perlu menerima jasa-jasa Kristus?

Tentu perlu! Tetapi Kristus juga telah memperoleh kewenangan untuk menanamkan iman yang menyelamatkan ke dalam mereka, sehingga mereka akan menerima jasa-jasa Kristus. Iman dan ketekunan dalam iman adalah karunia-karunia yang telah diperoleh Kristus dan yang pasti diberikan-Nya kepada orang-orang pilihan. Dengan demikian orang-orang pilihan pasti akan menjadi percaya dan diselamatkan. Tetapi mungkinkah orang-orang pilihan dapat kehilangan anugerah dan keselamatan mereka? Tidak mungkin! Karena Kristus telah memperoleh kewenangan untuk menjadi Gembala yang baik, yang memelihara mereka sehingga tetap memiliki keselamatan yang telah diperoleh-Nya. Dapat saja domba-domba tersesat keluar dari kawanan, tetapi Gembala yang baik akan mencari dan menemukan mereka. Tidak ingatkah kita akan apa yang dikatakan-Nya? ... Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku ( Yoh. 10:28).

Kematian Kristus memiliki kuasa yang luar biasa: kuasa untuk memperoleh keselamatan bagi orang pilihan, kuasa untuk memberikan keselamatan itu kepada mereka, dan kuasa untuk memelihara mereka agar tetap memiliki keselamatan. PAD mengatakan bahwa tidak mungkin kematian Kristus itu tidak menghasilkan buah sehingga kematian-Nya percuma saja. Tetapi menurut kaum Arminian bisa saja hal itu terjadi! Bacalah Penolakan II,1:

Ajaran Keliru Allah Bapa telah menentukan Anak-Nya untuk mati di atas kayu salib tanpa adanya keputusan yang pasti dan tentu untuk menyelamatkan orang-orang tertentu. Malahan, andai kata penebusan yang diperoleh itu tidak pernah menjadi milik nyata satu orang pun, namun manfaat, dan nilai yang tercantum di dalam apa yang diperoleh melalui kematian Kristus itu dapat saja tetap berlaku lengkap dan tetap tinggal sempurna, genap, dan utuh dalam semua bagiannya.
Penolakannya Ajaran ini adalah penghinaan terhadap hikmat Bapa dan jasa Yesus Kristus, dan bertentangan dengan Alkitab. Karena Juru Selamat kita berkata, Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku dan Aku mengenal mereka ( Yoh. 10:15,27). Dan Nabi Yesaya berkata mengenai Juru Selamat, Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya ( Yes. 53:10). Akhirnya ajaran ini menumbangkan pasal pengakuan iman yang mengandung kepercayaan kita akan Gereja Kristen yang am.

Nicolaus Grevinchovius, seorang Arminian, pernah menulis: Walaupun kematian dan pelunasan Kristus telah dilaksanakan, bisa saja terjadi, jika tidak ada seorang pun yang memenuhi syarat perjanjian baru, bahwa tidak ada seorang pun yang diselamatkan.57 Atau dengan kata lain, mungkin saja Kristus telah memberikan nyawa-Nya sedangan tidak ada seorang pun yang memanfaatkannya. Kesimpulannya, menurut kaum Arminian, kematian Kristus tidak memiliki kekuatan untuk menyelamatkan seorang pun, dan hanya mengakibatkan keselamatan menjadi suatu kemungkinan. Kematian-Nya tidak mempunyai kekuatan yang mutlak dan manjur (yang sungguh-sungguh dapat menyelamatkan manusia), tetapi hanya kekuatan yang mungkin saja (yaitu kalau manusia mau menggunakannya). Dengan tepat PAD menyimpulkan bahwa kekeliruan kaum Arminian ini menghina hikmat Bapa. Kehendak dan perbuatan Allah ditaklukkan pada kehendak manusia. Allah dapat menentukan rencana-Nya, tetapi manusia sanggup menggagalkan rencana Allah. Dengan demikian, bukan Allah lagi yang berdaulat, melainkan manusia. Manusialah yang mengambil keputusan akhir, bukan Allah. Menurut kaum Arminian, rencana Allah adalah rencana yang mungkin akan menimbulkan kemuliaan-Nya, atau mungkin juga tidak. Rencana itu mungkin mengakibatkan manusia memuliakan Allah, atau mungkin juga tidak. Dan bahkan jika rencana itu menimbulkan kemuliaan-Nya dan mengakibatkan manusia memuliakan Allah, Allah tidak akan menerima segala pujian, karena manusia turut mengerjakan keselamatannya. Karena manusia telah menggunakan kehendaknya yang bebas dan kesanggupannya untuk menjadi percaya dan untuk bertekum dalam iman. Dengan demikian, pada akhirnya kaum Arminian merampas kedaulatan dan kemuliaan Allah, dan menghina hikmat tertinggi Allah. Sebenarnya Allah telah menentukan suatu rencana yang jauh lebih bagus. Dalam rencana itu Dia tetap berdaulat. Dia menetapkan rencana dan melaksanakannya dengan berhasil. Kehendak manusia takluk kepada kehendak Allah. Allah tetap Allah. Dengan rencana ini, Allah tetap akan menerima pujian dari mereka yang dengan tidak tergagalkan diantarkan pada keselamatan.

PAD mengutip Juru Selamat, yang pernah mengatakan: Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku, dan: Aku mengenal mereka ( Yoh.10:15,27). Tuhan Yesus tahu dengan pasti bahwa ketika Dia menyerahkan nyawa-Nya, pengorbanan-Nya itu tidak akan percuma. Dia sudah tahu sebelumnya siapa saja yang telah diberikan Bapa kepada-Nya, dan kepada siapa Dia akan memberikan kehidupan yang kekal (28).

PAD juga mengutip Nabi Yesaya, yang menulis mengenai kematian Pengantara: Apabila Ia menyerahkan diri-Nya sebagai korban penebus salah, Ia akan melihat keturunan-Nya, umur-Nya akan lanjut dan kehendak TUHAN akan terlaksana oleh-Nya ( Yes. 53:10). Sekali lagi Mesias diberi janji bahwa Dia pasti akan menemukan buah atas pekerjaan-Nya. Ia akan melihat keturunan-Nya. Artinya, Dia akan melihat anak-anak Allah yang menerima kehidupan melalui kematian-Nya. Di samping itu, melalui Nabi Yesaya, Allah menyatakan bahwa kehendak-Nya (yaitu rencana-Nya untuk menebus orang pilihan) akan terlaksana oleh-Nya. Tidak ada apa pun yang dapat menghalangi Allah melaksanakan kehendak-Nya. Selain ayat-ayat yang dikutip dalam PAD, Yohanes 17:1-2 dapat dikutip juga. Dalam ayat ini, kita membaca bahwa Kristus berdoa kepada Bapa, Bapa, telah tiba saatnya; permuliakanlah Anak-Mu, supaya Anak-Mu mempermuliakan Engkau. Sama seperti Engkau telah memberikan kepada-Nya kuasa atas segala yang hidup, demikian pula Ia akan memberikan hidup yang kekal kepada semua yang telah Engkau berikan kepada-Nya. Di sini telah dengan sangat jelas dinyatakan bahwa Kristus telah menerima kuasa untuk dengan pasti dan tidak tergagalkan memberikan hidup yang kekal kepada orang pilihan.

Di samping itu, ajaran kaum Arminian bertentangan dengan ajaran mengenai Gereja Kristus. PAD merujuk pada apa yang diakui oleh Gereja Reformasi dalam Pengakuan Iman Belanda (Confesio Belgica) pasal 27.58 Gereja ini sudah ada sejak awal dunia dan akan ada sampai akhir zaman, mengingat Kristus adalah seorang Raja yang kekal, yang tidak bisa tidak memiliki rakyat. Dan Gereja yang kudus ini dipelihara atau dipertahankan Allah terhadap amukan seluruh dunia, meskipun kadang-kadang selama beberapa waktu Gereja itu tampak sangat kecil di mata orang, bahkan rupanya sudah punah. Begitu pula pada masa kritis dalam pemerintahan Ahab, Tuhan meninggalkan bagi diri-Nya tujuh ribu orang yang tidak pernah sujud menyembah Baal. PAD juga merujuk kepada Katekismus Heidelberg, p/j 54: Aku percaya bahwa Anak Allah, oleh Roh dan Firman-Nya, sejak awal dunia ini sampai akhir zaman, mengumpulkan, melindungi, dan memelihara bagi diri-Nya dari segenap umat manusia satu jemaat yang terpilih untuk beroleh hidup yang kekal. Pengakuan mengenai Gereja ini akan muncul kembali dalam pasal yang berikut.

Pertanyaan:

1. Apa yang dimaksud dengan ajaran mengenai anugerah yang tidak dapat ditolak?

2. Mengapa lebih baik memakai istilah tidak dapat ditolak daripada istilah tidak bisa ditentang?
3. Siapa yang memutuskan apakah seseorang akan menjadi percaya atau tidak? Dan siapa yang memutuskan apakah seseorang akan bertekun dalam iman atau tidak?
4. Allah melaksanakan kehendak-Nya dalam manusia. Apakah hal itu berarti bahwa Allah bekerja berlawanan dengan kehendak manusia? Jelaskan jawaban Anda!
5. Apa arti kata kemanjuran? Apa yang dimaksud kalau kita berbicara mengenai kematian Kristus yang manjur itu untuk menyelamatkan?
6. Istilah-istilah yang mana dipakai dalam pasal ini untuk menguraikan ajaran mengenai anugerah yang tidak dapat ditolak?
7. Pokok ajaran apa yang berkaitan dengan ajaran mengenai anugerah yang tidak dapat ditolak? Hal apa yang kita akui dalam pokok ajaran itu?
8. Bagian mana dalam Kitab Suci yang dengan jelas menyatakan ajaran itu?
9. Mungkinkah orang pilihan itu jatuh ke dalam dosa? Mungkinkah mereka akan kehilangan total anugerah keselamatan? Mengapa?
10. Di dalam pasal ini kita mengakui tiga aspek dari karya Kristus. Sebutkan!
11. Ajaran kaum Arminian bertentangan dengan ajaran mengenai anugerah yang tidak dapat ditolak. Apa isi ajaran mereka? Mengapa ajaran ini sangat menghina Allah?
12. Kesimpulan apa yang harus kita ambil dari Yohanes 10:15,27 dan Yesaya 53:10? Apa yang kita pelajari dari Yohanes 17:2 berkaitan dengan penerapan penebusan?
13. Bagaimana kekeliruan kaum Arminian merusak apa yang diakui dalam pasal 27 dari Pengakuan Iman Belanda mengenai Gereja?

Pasal 9

Pemenuhan Rencana Allah

Keputusan ini, yang berasal dari kasih Allah yang abadi terhadap orang pilihan, telah digenapi secara kuat sejak awal dunia hingga dewasa ini, dan alam maut pun tidak berhasil melawannya. Keputusan itu akan digenapi juga untuk seterusnya, sedemikian rupa, hingga orang pilihan, masing-masing pada zamannya, akan dihimpun menjadi satu kumpulan, dan selalu akan ada Gereja orang-orang percaya, yang berdasarkan darah Kristus. Gereja itu tetap mengasihi Dia, Juru Selamatnya, yang telah menyerahkan nyawa-Nya baginya di atas kayu salib, sama seperti seorang mempelai laki-laki menyerahkan nyawanya bagi mempelai perempuannya, bertekun beribadah kepada-Nya, dan memuji-muji Dia sekarang dan sampai selama-lamanya. Amin. (Mat. 16:18; Yoh. 11:52; 1Raj. 19:18; Ef. 5:25)

Dalam pasal ini PAD mengakui kedaulatan kehendak Allah mengenai keputusan pemilihan. Kedaulatan-Nya berlawanan dengan kedaulatan kehendak manusia seperti dikemukakan oleh kaum Arminian. PAD men-gakui bahwa rencana Allah, yang ditetapkan-Nya sejak kekal, telah dige-napi secara kuat sejak permulaan zaman dan akan terus digenapi sampai kesudahan zaman. PAD menyimpulkan hal itu berdasarkan sejumlah ayat Alkitab, seperti yang berikut:

... Apa yang dikehendaki-Nya, dilaksanakan-Nya juga (Ay. 23:13).

Ingatlah hal-hal yang dahulu dari sejak purbakala, bahwasanya Akulah Allah dan tidak ada yang lain, Akulah Allah dan tidak ada yang seperti Aku, yang memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian dan dari zaman purbakala apa yang belum terlaksana, yang berkata: Keputusan-Ku akan sampai, dan segala kehendak-Ku akan Kulaksanakan, yang memanggil burung buas dari timur, dan orang yang melaksanakan putusan-Ku dari negeri yang jauh. Aku telah mengatakannya, maka Aku hendak melangsungkannya, Aku telah merencanakannya, maka Aku hendak melaksanakannya ( Yes. 46:9-11).

(Allah) yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya (Ef. 1:11).

PAD menunjukkan kasih Allah yang mendorong-Nya untuk menye-lesaikan penyelamatan dengan penuh rahmat. Kasih Allah begitu besar sehingga Dia tidak menghukum dunia, tetapi mengaruniakan Anak-Nya untuk menebus dunia ini. Jika kita sungguh-sungguh mengasihi seseorang, kita akan melakukan apa pun sesuai dengan kemampuan kita. Demikian pula Allah melakukan apa pun yang dapat Dia perbuat untuk menebus orang yang dikasihi-Nya. Dan Allah adalah yang Maha Kuasa! Ke-Mahakuasaan-Nya itu menjamin bahwa orang pilihan akan ditebus dengan tidak tergagalkan. Dia tidak akan membiarkan sesuatu apa pun memisahkan orang pilihan-Nya dari kasih-Nya. Setelah mengakui rahmat Allah dalam pemilihan, Rasul Paulus mengaku bahwa tidak ada apa pun yang dapat memisahkannya dari kasih Allah:

Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka? Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita? Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? Seperti ada tertulis: Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan. Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita. Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita (Rm. 8:33-39).

Karena kasih setia Allah dan pemeliharaan-Nya yang penuh kuasa, maka akan selalu ada gereja yang memuji dan memuliakan Allah. Iblis dan sekutunya berusaha untuk menghancurkan gereja, tetapi usaha mereka akan sia-sia. Seperti Kristus mengatakan, alam maut tidak akan menguasainya (Mat. 16:18).

Pertanyaan:

1. Apa yang diakui dalam pasal ini? Berdasarkan ayat-ayat mana?
2. Apa yang mendorong Allah untuk menyelesaikan rencana-Nya? Penghiburan apa yang orang percaya peroleh dari hal ini? Apa kesimpulan yang ditarik Paulus dalam Roma 8:39?
3. Apa dampaknya bagi gereja?

Bahan untuk Dipikirkan

1. Dalam pasal ini tertulis: orang pilihan, masing-masing pada zamannya, akan dihimpun menjadi satu kumpulan.

  1. Apa yang dimaksud dengan masing-masing pada zamannya? Apakah kata ini menunjuk saat orang pilihan menjadi percaya? Ataukah kata ini menunjuk pada masa kedatangan Kristus kembali?
  2. Apa yang dimaksud dengan satu kumpulan? Apakah ini menunjuk ke Gereja yang Katolik dan Am?
  3. Mengingat jawaban Anda pada (a) dan (b), apakah PAD meng-ajarkan bahwa semua orang pilihan langsung menjadi anggota dari Gereja yang Katolik dan Am ketika mereka menjadi percaya?

Informasi Buku

  1. PDF
  2. Penulis:
    Arthur van Delden
  3. ISBN:
    978-602-0904-34-4
  4. Copyright:
    © Pro Ecclesia Publishers, 2004, 2016
  5. Penerbit:
    Literatur Perkantas