11. TUJUAN UMUM KATEKESE

Dalam bab sepuluh telah dijelaskan bahwa setiap orang atau organisasi yang ingin mengajar, perlu menguraikan secara rinci dan menetapkan tujuan pendidikan. Kalau tujuannya kabur, maka upaya itu tidak akan berhasil baik. Tujuan dapat dibagi menjadi tiga jenis: tujuan umum, tujuan khusus, tujuan pelajaran. Dalam bab ini akan kita teliti tujuan umum atau tujuan teologis pendidikan ajaran gereja.

Gereja yang hendak mengatur katekese harus mulai dengan menetapkan tujuan umum katekese. Penetapan ini akan menentukan arah pendidikan karena tujuan-tujuan lain ("tujuan khusus" dan "tujuan pelajaran") akan diatur dan disusun untuk mencapai "tujuan besar" itu. Teologi gereja memainkan peranan penting dalam menetapkan tujuan ini. Itu sebabnya tujuan ini juga dapat disebut tujuan teologis. Dalam proses menetapkan tujuan teologis, kita harus mencari jawaban atas pertanyaan berikut: ƒ

Apa maksud pendidikan ajaran Kristen?

Apakah yang terpenting dari pendidikan itu adalah pengetahuan data-data iman, ataukah pembentukan pendapat, emosi, dan pandangan manusia?

Atau, apakah tujuan utamanya untuk mendidik orang sehingga bertingkah laku sebagai orang percaya?

Pasti semua itu penting sekali dalam katekese. Tapi kita harus berusaha menjawabnya secara rinci dan konkret. Lihatlah perspektif proses belajar yang dapat dibagankan sebagai berikut:

background image

Dengan menetapkan tujuan teologis katekese, kita sebenarnya telah menetapkan arah dan norma setiap bagian dan tahap dalam proses belajar.

Contoh-contoh Tujuan Teologis

Sebelum menguraikan tujuan umum katekese, kita akan menyebut beberapa contoh ilmu teologi. Kita akan melakukan evaluasi singkat atas contoh-contoh tersebut, tentu dengan tambahan pendapat yang terkait dengan itu.

Contoh 1
Tujuan umum katekese ialah:
  • membimbing ke dalam ajaran yang murni
  • memberi pengertian yang jelas mengenai istilah-istilah rohani
  • dan mengantar kepada pengetahuan hidup akan Penyataan Allah

Maksud uraian di atas tidak begitu jelas. Apa yang dimaksud dengan "ajaran murni" dan "pengertian yang jelas mengenai istilah-istilah rohani"? Dan tidakkah itu agak bercorak intelektualistis?

Contoh 2
Tujuan umum katekese ialah:
  • mengantar dari baptisan hingga Perjamuan Kudus

Memang Perjamuan Kudus merupakan akhir dari kegiatan katekese anak-anak. Untuk orang dewasa, akhir kegiatan itu adalah baptisan (dan seterusnya Perjamuan Kudus). Tapi bukankah uraian ini kurang menolong kita untuk bisa mengarahkan katekisasi dengan baik? Lagi pula bukankah Perjamuan Kudus (atau baptisan) merupakan hasil katekese dan bukan tujuannya?

Contoh 3
Tujuan umum katekese ialah:
  • membina muda-mudi agar menjadi anggota jemaat yang dewasa, yang dapat melaksanakan pelayanan dan tugas mereka sebagai warga negara Kristen.

Dalam uraian ini pusat katekese, yaitu mengenal Allah dan Anak-Nya Yesus Kristus kurang dipedulikan. Tekanan diberikan pada tugas orang Kristen dalam negara dan dunia. Tujuan seperti ini berasal dari teologi modern, umpamanya black theology atau juga teologi pemerdekaan. Menurut teologi ini, orang Kristen harus mengusahakan keadilan sosial dan politik di dunia, mulai dari negara sendiri. Berdasarkan teologi ini, gereja wajib membela orang miskin, yang teraniaya, yang dipenjara, dsb.

"Kemerdekaan" adalah istilah kunci dalam teologi ini. Bukan

"kemerdekaan dari dosa oleh karya penyelamatan Yesus Kristus", melainkan kemerdekaan dari segala macam tirani. Teologi kemer- dekaan melahirkan metode katekese yang membuat murid bangkit dan berani mengadakan aksi melawan ketidakadilan.

background image

Teologi liberal menghasilkan katekese yang menaburkan benih kritik terhadap kebenaran Firman Tuhan. Cara membaca Alkitab juga disesuaikan dengan ajaran teologi yang berbahaya ini dan pada akhirnya semua itu akan merusak gereja. Umpamanya, teologi ini mengajarkan bahwa sejarah penciptaan sebagaimana diceritakan Kitab Kejadian hanyalah sebuah mite, dongeng Kristen. Katekese demikian meragukan karya pendamaian Kristus. Yang ditekankan ialah, Yesus Kristus teladan yang baik, tapi sikap manusia terhadap Allahnya (arah vertikal) dilupakan. Katekese ini menekankan tugas orang Kristen terhadap sesama manusia (arah horizontal).

Contoh 4

Tujuan umum katekese adalah belajar percaya secara kognitif, dengan mempelajari semua yang difirmankan Allah, dan berharap bahwa melalui pergaulan dengan Firman Tuhan, suatu saat sang murid akan merasa terpanggil oleh Tuhan; tangan Tuhan yang meyakinkannya perihal keselamatannya.

Teologi pietisme tidak mengetahui secara pasti bahwa anak-anak adalah "anak-anak perjanjian yang akan diselamatkan". Hal itu baru bisa diterima sebagai kepastian jika panggilan Tuhan

"Katekese pemerdekaan".

telah dialami secara nyata, misalnya bila tangan Tuhan memegang anak-Nya pada suatu saat. Teologi ini mendorong banyak anggota gereja akhirnya berperan sebagai pembimbing anak-anak menuju keselamatan, karena beranggapan bahwa anak-anak belum disentuh Allah atau belum mendengar suara-Nya. Jelaslah bahwa katekisasi akan dipengaruhi oleh teologi ini. Sebenarnya teologi pietisme (yang ajarannya cukup "berat" karena menekankan keseriusan dan kesalehan yang kaku) mirip dengan teologi Injili, yang walaupun "ringan", gembira dan antusias, juga menekankan panggilan Tuhan secara pribadi. Yang dituntut adalah kesaksian yang menyebut tempat dan tanggal peristiwa panggilan Tuhan.

Tuntutan ini juga mempengaruhi tujuan katekese, tujuan membaca Alkitab dan tujuan ibadah. Pergaulan dengan Firman Tuhan (juga pada waktu katekisasi) dapat melahirkan peristiwa panggilan khusus itu!

Contoh 5

Tujuan umum katekese adalah untuk mengajarkan kepercayaan secara efektif. Tekanan diberikan pada "pengetahuan yang pasti" dan terutama pada "kepercayaan yang teguh", sehingga melalui katekese seseorang diyakinkan bahwa "badan dan jiwa semasa hidup maupun sesudah mati, adalah milik Yesus Kristus, Juruselamat yang setia".

Teologi katekese ini memprioritaskan relasi antara Allah dan manusia. Tujuan katekese adalah mengantarkan murid-murid hingga mampu mengambil keputusan sendiri perihal kepercayaannya. Dengan demikian, katekese tidak hanya perlu untuk membentuk pendapat atau pengetahuan mengenai ajaran Kristen, tapi juga harus mengantarkan murid menuju pergaulan dengan Tuhan.

Seorang didaktikus mungkin bertanya di sini: "Bukankah tujuan ini terlalu berpretensi?" Sedangkan pedagog bertanya: "Bukankah di sini diabaikan pemberian kebebasan bagi murid untuk membentuk pendapatnya sendiri?" Dan teolog bertanya: "Apakah keputusan anugerah Allah, untuk memilih dan tidak memilih menurut kehendak-Nya, sepenuhnya dihargai?"

Namun demikian jelas bahwa gereja (majelis, pendeta, penginjil, penatua, guru, katekis) perlu mempunyai sikap yang efektif terhadap kerja katekese. Perlu ada keinginan kuat untuk mengantarkan anak-anak kepada Yesus dan memperkenalkan Injil kabar baik itu. Dengan demikian kita bisa berharap bahwa pada akhirnya murid-murid akan percaya dan tidak akan murtad lagi!

Sikap dan tujuan ini sebenarnya tidak salah selama murid diberi kebebasan untuk menentukan pendapat dan kepercayaannya sendiri. Karena tidak mungkin secara otoriter memaksa orang untuk "tahu dengan pasti dan percaya dengan teguh".

Menentukan Tujuan Teologis

Di atas sudah kita lihat berbagai pendekatan teologis dalam menetapkan tujuan umum katekese. Katekese diatur dan disusun sesuai dengan pendapat aliran teologi bersangkutan. Kenyataan ini mengakibatkan adanya berbagai perbedaan dalam praktik katekese. Corak gereja (modern, liberal, reformed, pietis, injili, Katolik Roma, dst) juga ikut menentukan praktik katekese. Sekarang ilmu didaktik juga menuntut untuk menentukan tujuan umum katekese kita sendiri. Untuk itu kita dapat mengacu pada bab-bab awal buku ini, dengan mengumpulkan hasil penelitian dan mendata unsur-unsur yang menurut kita perlu dalam menentukan tujuan umum katekese kita, lihat bagan di halaman sebelah.

Terutama kita harus melihat katekese sebagai alat Roh Kudus.

Sebagaimana ditanyakan Katekismus Heidelberg dalam pertanyaan Minggu ke-25: "Dari manakah datangnya iman?" Dan jawabnya: "Dari Roh Kudus, yang menimbulkan iman dalam hati kita melalui pemberitaan Injil dan kemudian meneguhkannya dengan sakramen." Di sini disebutkan bahwa iman timbul melalui doa: pemberitaan Injil dan pelayanan sakramen. Katekese adalah unsur dari wahana pertama itu, pemberitaan Injil. Jadi di samping khotbah, katekese juga merupakan sarana penting bagi Roh Kudus.

background image

Katekese adalah alat Roh Kudus untuk ....

Alat untuk apa? Istilah "menimbulkan iman" kedengarannya agak kabur untuk mengacu pada tugas khusus katekese. Lagi pula kita harus menyadari bahwa ada dua jenis katekisasi, yaitu PI untuk orang dewasa, dan PI untuk anak-anak dari orang tua yang percaya (dalam rangka perjanjian). Itu berarti kita harus mencantumkan kedua jenis ini dalam rumusan tersebut. Lagi pula keduanya mempunyai tujuan yang sama, yakni untuk menjaga kesehatan ajaran Kristus. Dengan sengaja ungkapan "ajaran Kristus" ditekankan mengingat Mat 28, di mana Kristus memerintahkan murid-murid-Nya untuk "mengajar mereka untuk melakukan segala sesuatu yang telah diperintahkan-Nya kepada murid-murid- Nya". Jadi, sebagai objek katekese, Kristus sendiri sudah menentukan ajaran Kristus.70 Jadi rumusan tadi bisa kita sambung:

Katekese adalah alat Roh Kudus untuk mengajarkan ajaran Kristus ....

Lalu kita sertakan pula kedua jenis katekese itu,

terutama kepada orang dewasa di ambang pintu gereja dan kemudian kepada anak-anak perjanjian Allah.

Dalam merumuskan tujuan umum katekese, kita juga harus mempertimbangkan unsur mana yang lebih diutamakan: kemurnian gereja (kesehatan ajaran Kristus di dalam gereja sehingga gereja tetap aman dan kuat), atau kesehatan ajaran dalam hati orang percaya; gereja sebagai satu tubuh atau sebagai individu. Tentu kedua hal ini tidak dapat dipisahkan. Katekese menjamin kesehatan kepercayaan orang dan juga kesehatan ajaran gereja. Dwifungsi katekese ini harus ditekankan karena gereja bukan kumpulan sembarangan orang. Dan majelis berhak mengusir dari jemaat orang yang melakukan kejahatan (1 Kor 5:13). Dan karena katekese adalah alat Roh Kudus untuk menjaga kesehatan ajaran Kristus, maka Kristus harus diberitakan dengan baik, sesuai dengan ajaran-Nya sendiri! Pengertian ini kita tambahkan sekarang:

Katekese adalah alat Roh Kudus untuk mengajarkan ajaran Kristus, terutama kepada orang dewasa di ambang pintu gereja dan kemudian kepada anak-anak perjanjian Allah, sehingga mereka mengenal Allah Bapa dan mengaku Yesus Kristus sebagai Juruselamat sejati yang satu-satunya ....

Kita masih perlu menambahkan beberapa catatan.

Alat Roh Kudus ....

Alat di tangan siapa? Di tangan "gereja", artinya di tengah majelis. Secara konkret, majelis adalah dewan yang bertanggung jawab atas pelaksanaan katekese, sedangkan penginjil atau pendeta adalah pejabat pelaksana, yang menyusun dan memegang alat itu.

Orang tua tidak terlibat langsung tapi mereka memainkan peranan lain: mereka perlu memberikan dorongan ke pihak anak-anak (agar mengikuti katekisasi dengan baik) dan ke pihak majelis (agar senantiasa memperhatikan kualitas katekisasi).

Di Ambang Pintu Gereja ....

Barangsiapa dari luar gereja ingin masuk ke dalam gereja (umpamanya orang kafir yang bertobat) perlu lebih dulu mengikuti katekisasi sebelum menjadi anggota gereja.

Terutama Kepada Orang Dewasa ....

Berdasarkan kenyataan historis, pengertian terutama orang dewasa perlu ditekankan. Dalam gereja mula-mula katekisasi hanya diberikan kepada orang kafir yang datang dari luar gereja. Baru dalam perkembangannya kemudian muncul kesadaran bahwa anak-anak juga perlu diajar. Penekanan terutama orang dewasa ini menunjukkan tugas penting gereja untuk memanggil orang dari kegelapan kepada terang Yesus Kristus.

Anak-anak Perjanjian ....

Perjanjian merupakan kerangka dan dasar katekisasi untuk anak-anak. Sementara bertumbuh dewasa, mereka harus sudah mulai mengenal dan mengaku Yesus Kristus sebagai Juruselamat mereka. Mereka tidak bisa menjadi anggota sidi secara otomatis. Gereja yang tidak mempedulikan katekisasi berarti telah merusak gereja. Pengalaman sejarah Abad-abad Pertengahan telah membuktikan hal itu.

Mengenal Allah Bapa ....

Istilah mengenal dalam Alkitab berarti: mengenal dengan akal dan hati, percaya Allah, mengasihi Dia dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dengan segenap kekuatan dan akal budi. Dalam arti yang luas inilah kita memahami arti mengenal Allah. Itu berarti, pengenalan tersebut tidak terbatas hanya untuk wilayah rohani manusia saja, melainkan dalam segenap kehidupannya. Se bagaimana sudah kita lihat dalam bab satu (lihat lukisan pada akhir bab itu) kehidupan manusia merupakan kesatuan yang utuh. Kepercayaan kepada Allah Bapa dan kepada Anak-Nya Yesus Kristus akan mempengaruhi (secara positif!) semua wilayah kehidupan.

Untuk menekankan hal ini, kita akan menambahkan pengertian tersebut ke dalam rumusan definisi kita:

Katekese adalah alat Roh Kudus untuk mengajarkan ajaran Kristus, terutama kepada orang dewasa di ambang pintu gereja dan kemudian kepada anak-anak perjanjian Allah, sehingga mereka mengenal Allah Bapa dan mengaku Yesus Kristus sebagai Juruselamat yang sejati yang satu-satunya untuk seluruh wilayah kehidupan mereka.

Yesus Kristus Sebagai Juruselamat Sejati ....

Jika seseorang mengajarkan ajaran lain dan tidak menurut perkataan sehat yakni perkataan Tuhan kita Yesus Kristus dan tidak menurut ajaran yang sesuai dengan ibadah kita, ia berlagak tahu padahal tidak tahu apa-apa ... (1 Tim 6:3-4).

Tidak ada nama lain di kolong langit ini selain nama Yesus Kristus .... Itu yang perlu diakui oleh semua orang yang masuk ke dalam gereja atau yang menjadi dewasa di dalam gereja. Paulus juga menekankan ajaran Injil yang persis sama.

Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari surga yang memberitakan kepadamu suatu Injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia! (Gal 1:8).

Peringatan keras ini (dengan menggunakan kata kutuk!)

masih tetap berlaku untuk gereja masa kini. Salah satu cara untuk menjaga kemurnian Injil Kristus adalah disiplin mengajar dan belajar dalam gereja, sebagaimana diwujudkan dalam katekisasi.

Semua Wilayah Kehidupan ....

Di atas sudah ditekankan pentingnya katekisasi dalam seluruh bidang kehidupan. Tapi sering kita lihat perkembangan yang menyimpang dalam gereja masa kini. Jika kita mengatakan "seluruh kehidupan" maksudnya adalah sikap orang Kristen terhadap Allah dan manusia; vertikal dan horizontal. Tapi yang paling ditekankan oleh sebagian gereja sekarang adalah sikap orang Kristen terhadap manusia saja. Yesus Kristus hanya dilihat sebagai teladan terbaik yang perlu diteladani. Dilupakan (kadangkala disangkal keras!) karya Kristus sebagai Penebus. Dialah satu-satunya yang mendamaikan Allah dengan manusia. Dia membuka jalan menuju Allah (vertikal) dan memulihkan relasi manusia dengan Allah (proses PB!). Hukum utama dan yang pertama adalah:

Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Hukum pertama ini terkait erat dengan hukum kedua, kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Yesus berkata mengenai kedua hukum ini:

"Pada kedua perintah inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi" (Mat 22:40).

Jelaslah, katekese tidak boleh hanya menekankan tingkah laku orang Kristen terhadap sesamanya sebagai hal yang terpenting. Bukan pula sikapnya sebagai warga negara. Kristus sendiri mengatakan: yang terutama dan pertama, yaitu ... hubungan dengan Allah! Sikap manusia terhadap Penciptanya! Percaya kepada pendamaian dan pengampunan dosa! Dan oleh sebab itu: belajar untuk mengasihi Allah, belajar untuk memuji Allah. Itulah tujuan terpenting dari katekese!

TUJUAN UMUM KATEKESE

Kesimpulan

Katekese adalah alat Roh Kudus untuk mengajarkan ajaran Kristus, terutama kepada orang dewasa di ambang pintu gereja dan kemudian di dalam gereja kepada anak-anak perjanjian Allah, sehingga mereka mengenal Allah Bapa dan mengaku Yesus Kristus sebagai Juruselamat sejati yang satu-satunya untuk seluruh wilayah kehidupan mereka:

1. Mengasihi dan memuji Allah

2. Mengasihi sesama manusia

Informasi Buku

  1. PDF
  2. Penulis:
    G. Riemer
  3. ISBN:
    979-9143-18-7
  4. Copyright:
    LITINDO © 1998
  5. Penerbit:
    Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF