Dalam bab ini akan kita selidiki apa yang dikatakan Alkitab perihal mengajar. Istilah-istilah apa yang dipakai Alkitab? Apa makna istilah-istilah itu untuk kita di Indonesia masa kini?
Alkitab tidak menyajikan suatu pedoman kateketik.
Bahkan tidak ada satu pun uraian rinci mengenai pendidikan anak-anak pada umat Tuhan. Meskipun begitu, Alkitab memberi beberapa petunjuk konkret mengenai pendidikan ajaran Kristen. Umpamanya, bagaimana Alkitab mengaitkan antara hal belajar, mengenal Allah, dan beribadah.
ISTILAH-ISTILAH ALKITABIAH |
KATÈKHEIN –– κατηχειν DIDASKEIN –– διδασκειν GINOOSKEIN –– γινωσκειν MANTHANEIN –– μανθανειν PAIDEUEIN –– παιδευειν KATÈKHEIN –– κατηχειν |
KATEKESE KATEKETIK KATEKISASI |
Katèkhein adalah muasal kata katekese, kateketik, dan katekisasi. Istilah ini mempunyai beberapa makna dalam Alkitab. Makna utama memberi tekanan kepada otoritas (wewenang, kekuasaan yang sah) dalam hal pendidikan; karena katèkhein berarti mengajar dari atas ke bawah. Pengajar ada di atas (yang berwenang), dan pelajar ada di bawah (yang takluk). Dalam kata ini sekaligus terkandung makna aksi dan reaksi: aksi dari pihak pengajar mengundang reaksi dari pelajar. Jadi di samping aspek otoritatif kata katèkhein juga beraspek dialogis.
Katèkhein berarti : memberitahukan sesuatu dengan wibawa dan dengan cara dialogis |
Dalam nas ini kata katèkhein bermakna membawa kabar. Ada orang yang memberitahu bahwa Paulus mengajar orang Yahudi untuk melepaskan hukum Musa.
Apolos telah menerima pengajaran tentang Jalan Tuhan. Apolos fasih berbicara dan sangat mahir dalam soal-soal Kitab Suci. Ketika ia datang ke Efesus, ada orang yang memberitahu (katèkhé- mènos) Jalan Tuhan kepadanya.
"... supaya engkau (yaitu Teofilus) dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar." Jadi Teofilus sudah sering mendengar berita mengenai Kristus sehingga ia tahu satu-dua hal mengenai Dia. Maknanya mirip dengan makna dalam Kis 18 di atas.
"... dan tahu akan kehendak-Nya, dan oleh karena diajar (katèkhoumenos) dalam hukum Taurat, dapat menilai mana yang baik dan mana yang tidak." Kita makin menemukan makna yang lebih rinci: orang Yahudi telah menerima pengajaran dalam hukum Taurat! Karena itu mereka dapat menilai mana yang baik dan mana yang tidak. Pelajaran yang dimaksud di sini adalah yang diterima orang Yahudi di Sinagoge. Mereka tidak hanya mempelajari hukum Taurat secara tekstual, tapi juga penerapannya dalam kehidupan seharihari.
1 Kor 14:19
"Dalam pertemuan jemaat aku lebih suka mengucapkan lima kata yang dapat dimengerti untuk mengajar (katèkhesoo) orang lain juga, daripada beribu-ribu kata dengan bahasa lidah." Kita lihat sekarang kata katèkhein juga dipakai dalam jemaat Kristus, yaitu dengan makna memberitahukan ajaran yang berguna dan yang dapat dimengerti secara jelas.
"Dan baiklah dia, yang menerima pengajaran (ho katèkhoumenos) dalam Firman, berbagi segala sesuatu yang baik dengan orang yang memberikan pengajaran (ho katèkhountos) itu." Dengan kata lain, sudah ada orang yang khusus mengajar dalam jemaat mula-mula. Barangkali sudah ada kelompok guru yang mendapat tugas khusus mengajar orang yang ingin menjadi anggota jemaat.
Mengenai pemakaian kata katèkhein dalam Alkitab, kita dapat menyimpulkan:
– Biasanya kata ini mengandung makna yang agak umum atau netral, yaitu menceritakan, memberitahukan, membawa kabar, dan mengajar.
– Hanya dalam Gal 6:6 dan 1 Kor 14:19 istilah ini mengandung makna yang lebih spesifik mengacu kepada tugas khusus dalam jemaat mula-mula. Makna khusus inilah yang lazim dipakai dalam sejarah gereja seterusnya.
DIDAKTIK DIDAKTIKUS DIDAKTIS |
Istilah Yunani didaskein juga diserap ke dalam bahasa Indonesia. Kata didaktik (ilmu tentang cara mendidik), didaktikus (ahli mendidik) dan didaktis (bersifat mendidik) berasal dari kata ini. Kata didaskein sudah dipakai dalam terjemahan PL bahasa Yunani, kira-kira 150 SM, yang disebut Septuaginta. Kata ini menekankan segi otoritas (wewenang guru terhadap murid) dan intelektualitas (penekanan kepada akal budi manusia) dalam aktivitas mengajar, dan selalu mengacu kepada praktik mengajar (cara mendidik, metodik).
"Maka sekarang, hai orang Israel, dengarlah ketetapan dan peraturan yang kuajarkan (didaskein) kepadamu untuk dilakukan, supaya kamu hidup dan memasuki serta menduduki negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allah nenek moyangmu." Di sini jelas penekanan istilah didaskein pada praktik atau kelakuan. Tujuan ajaran itu menjadi jelas pula: belajar untuk hidup dan melaksanakan hukum Taurat Tuhan. Arti belajar dalam PL bukan hanya sebatas mempelajari berbagai keterampilan, tapi juga mencakup keseluruhan bidang kehidupan manusia. Yang penting, ialah manusia sanggup menerjemahkan pengetahuannya tentang Taurat menjadi kelakuan-kelakuan konkret.
"Tunjukkanlah jalan-Mu kepadaku, ya TUHAN, dan tuntunlah aku di jalan yang benar", bnd 1 Sam 12:23; Mzm 25:4, 8; 27:11; Ams 4:11, dll. Di sini yang dimaksud dengan belajar adalah belajar mengikuti Jalan Tuhan. Pendidikan Yahudi dimaksudkan untuk memperkenalkan perbuatanperbuatan Tuhan kepada manusia, agar manusia percaya dan setia kepada-Nya. Dengan demikian pendidikan bertujuan mendorong setiap orang agar berkeinginan penuh mengikuti Jalan Tuhan sampai saat terakhirnya.
"Yesus pun berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar (didaskoon) dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Surga serta menyembuhkan orang-orang di antara bangsa itu dari segala penyakit dan kelemahan mereka", bnd Mat 9:35; 11:1. Di sini nyata hubungan mengajar dan pemberitaan Injil Kerajaan; kuasa-Nya terbukti melalui penyembuhan orang-orang sakit pada pengajaran itu.
".... Padahal tiap hari Aku duduk mengajar (didaskoon) di Bait Allah ...." Cara mengajar ini sesuai dengan cara mengajar rabi Yahudi yang lazim pada waktu itu. Titik berat pengajaran bukan hanya sekadar menafsirkan Kitab-kitab Suci (hukum Taurat) tapi juga pemberian contohcontoh penerapan dan ajakan untuk hidup sesuai dengan Firman itu.
"Setelah Yesus mengakhiri perkataan ini, takjublah orang banyak itu mendengar pengajaran (didakhè)-Nya, sebab Ia mengajar (didaskoon) mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka." Ternyata pengajaran Yesus luar biasa: Ia mengajar dengan kuasa, karena Ia adalah Anak Allah. Dan Ia sepenuhnya menaklukkan diri kepada Firman itu, sehingga ajaran-Nya bukan saja bercorak intelektual, tapi juga sangat praktis dan mengena di hati orang.
"Karena itu, pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka (didaskontes autous) melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu." Dalam perintah pekabaran Injil, Yesus tegas menyebut bahwa hal mengajar terkait dengan hal membaptis, dan kedua hal ini tergantung lagi dari tujuan untuk menjadikan semua bangsa murid- Nya. Dengan kata lain, hal menjadi murid dicapai melalui baptisan dan ajaran. Bagaimana caranya menjadi murid Yesus? Bukan hanya melalui baptisan, tapi juga dengan cara belajar melakukan segala sesuatu yang telah Yesus perintahkan kepada murid-murid pertama. Dan hal belajar melakukan ini mencakup segala bidang kehidupan; murid mengikuti langkah-langkah Guru. Didaskein berarti mengantarkan murid ke dalam kehidupan yang sesuai dengan perintah Yesus.
"Kemudian rasul-rasul itu kembali berkumpul dengan Yesus dan memberitahukan kepada-Nya semua yang mereka kerjakan dan ajarkan." Rasul-rasul pergi untuk mengajar (bnd Kis 4:18; 5:25). Mereka mengajar orang banyak dalam nama Yesus, pekerjaan-Nya, kebangkitan-Nya, dst.
"Mereka bertekun dalam pengajaran (didakhè) rasul-rasul dan dalam persekutuan." Jemaat yang bertekun dalam pengajaran ini adalah jemaat yang hidup. Pengajaran ini menuntut ketaatan dan ketekunan, tidak cukup hanya mempelajarinya begitu saja.
Kata Nikodemus, "Rabi, kami tahu bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah." Yesus juga disebut guru (didaskalos). Ia bahkan lebih berwibawa daripada Musa (Yoh 5:45). Barangsiapa ingin memperoleh keselamatan harus terlebih dahulu menjadi murid Didaskalos ini.
"Dialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar (didaskalos)", bnd Kis 13:1; 1 Kor 12:28. Juga 1 Tim 2:7; 2 Tim 1:11, di mana Paulus menyebut diri didaskalos. Dalam jemaat mulamula ternyata ada orang-orang yang dikhususkan mengajar sebagai guru. Yang diutamakan dalam surat Paulus kepada Timotius ialah maksud dan fokus pengajaran bukanlah hal-hal yang bersifat dogmatik atau etik, melainkan pemberitaan keselamatan oleh Allah dan kehendak-Nya dalam kehidupan manusia. Ajaran demikianlah yang disebut ajaran sehat (1 Tim 1:10; 2 Tim 4:3; Tit 1:9; 2:1). Ajaran itu berasal dari Allah dan menuntun kepada keselamatan. Ajaran itu juga menjaga manusia agar tidak sesat, asal ia "... terdidik dalam pokok-pokok iman kita dan dalam ajaran sehat yang telah kauikuti selama ini" (1 Tim 4:6).
Berdasarkan uraian di atas, dapatlah disimpulkan hal-hal berikut dari kegiatan didaskein (mengajar):
– ajaran harus terarah kepada manusia sebagai pribadi yang utuh, bukan hanya kepada akal, tapi juga kepada hati dan emosi.
– ajaran harus praktis sehingga manusia mampu menikmati kebaikan Allah dalam kehidupan dan berjalan pada jalan keselamatan setiap saat.
– Yesus dan rasul-rasul menganggap ajaran penting.
– ajaran merupakan salah satu cara yang dipakai Allah untuk mengantar manusia menuju keselamatan.
Barangsiapa menolak ajaran Allah berarti mengundang kebinasaan dan kematian bagi dirinya sendiri dan keluarganya.
Istilah bernada intelek ini berarti mengetahui atau mengenal sesuatu karena sudah menikmatinya atau melihatnya. Pengetahuan adalah hasil pertimbangan dan pemikiran akal budi manusia.
Istilah ini mendapat arti yang lebih khusus lagi dari filsafat Yunani yang berpengaruh pada zaman PB, yakni pengetahuan yang sangat dalam, gnosis (γνωσις). Pengetahuan ini menuntun manusia menyelami misteri-misteri (rahasia-rahasia) kehidupan beragama.
Arti istilah ini dalam PB hanya dapat dimengerti berdasarkan penggunaannya dalam PL. Ginooskein dalam PL berarti mengetahui atau mengenal sesuatu karena telah bertemu atau telah mengalaminya. Jadi artinya hampir sama dengan mengaku. Tapi makna kata ini juga menekankan hubungan satu orang dengan orang lain. Dengan demikian kata ginooskein dapat berarti mempedulikan, memelihara karena sudah mengenal, sudah mengetahui, sudah mengasihi. Bandingkan dengan relasi famili atau teman yang mengandung dimensi kasih setia. Umpamanya Yer 31:34:
"Tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan: Kenallah TUHAN! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku, demikianlah firman TUHAN, sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka."
Nas ini dapat ditafsirkan sebagai berikut: mereka semua akan mengakui Aku dan mereka akan taat mendengar dan mengasihi Aku, mereka akan menghiraukan hubungan dengan Aku dan memuji serta menghormati-Ku.
Dalam PB, kata ginooskein juga berarti mengenal Allah.
Maksud mengenal di sini ialah mengetahui kehendak-Nya yang wajib dilaksanakan. Pengenalan ini dimungkinkan berkat pergaulan dengan Allah; tapi sekaligus pengenalan itu pula yang menuntun kita bergaul dengan Dia. Sehingga kita tahu bahwa Ia senantiasa dekat di sisi manusia untuk menjaga, menolong, dan menasihati. Seperti tertulis dalam Ibr 3:10-11:
"Itulah sebabnya Aku murka kepada orang-orang itu, dan berkata: Selalu mereka sesat hati, dan mereka tidak mengenal jalan-Ku, sehingga Aku bersumpah dalam murka- Ku: Mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Ku."
Pergaulan yang diungkapkan dalam istilah mengenal Allah adalah intisari perjanjian Allah dengan manusia. Perjanjian yang mengandung dua inti pokok, yakni janji dan tuntutan itu, sebenarnya tidak berbeda dengan relasi antar manusia. Pergaulan antara dua orang juga mengandung janji dan tuntutan. Relasi itu mengikat kedua pihak yang bergaul itu.
Masih ada istilah dalam bahasa Yunani untuk mengungkapkan aspek lain dalam hal belajar-mengajar yakni manthanein. Kata ini menekankan relasi khusus antara guru dan murid.
Dalam Septuaginta (terjemahan PL dalam bahasa Yunani) kata manthanein dipakai untuk menggambarkan sikap manusia dalam upayanya mengetahui dan melakukan kehendak Tuhan. Kenallah Taurat dan berbuatlah sesuai dengan Taurat itu!
Dalam PB, istilah ini jarang dipakai bila dibandingkan dengan kata didaskein. Tapi artinya tetap sama seperti dalam PL, yakni murid senang menjadi pengikut guru! Barangsiapa menjadi murid Yesus, dengan senang hati ia akan berusaha menyesuaikan kelakuannya dengan ajaran Yesus.
Umpamanya Ef 4:20-24. Mengenal Kristus (manthanein)
dalam ayat ini berarti manusia dituntun ke dalam kehidupan baru. Relasi dengan guru Kristus mengakibatkan perubahan besar:
"Tetapi bukan dengan demikian kamu belajar mengenal Kristus. Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus, yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibarui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya."
Murid (mathetes, μαθητης) sepenuhnya menuruti kehendak gurunya. Hal ini dipelajari melalui pergaulan sehari-hari dengan guru itu. Rabi Yesus memanggil murid-murid secara khusus, kemudian mereka menjadi rasul-rasul-Nya. Tapi bukan mereka saja yang disebut mathetos; semua orang yang melalui karya Roh Kudus menerima Firman Tuhan sebagai kebenaran, dapat disebut murid Yesus Kristus (lihat ump Kis 11:26). Karena telah belajar mengikut Dia, telah belajar melayani Dia, dan telah mempelajari kehendak-Nya, maka setiap murid akan berusaha setia melakukan tugasnya. Ia selalu siap melaksanakan tugas yang diperintahkan Guru.
PEDAGOGI PEDAGOGIS PEDAGOGIK |
Istilah ini dalam Bahasa Indonesia masa kini ialah pedagogi. Istilah ini mengacu pada ilmu pendidikan atau ilmu pengajaran. Seorang pedagog adalah ahli mendidik, guru. Dan kata pedagogis dipakai untuk menyifatkan suatu kelakuan atau tindakan yang baik dan bijak terhadap anak-anak, dalam rangka pendidikan. Umpamanya permainan-permainan pedagogis. Permainan seperti itu merupakan salah satu permainan yang baik untuk anak-anak. Permainan itu membuat anak belajar sesuatu. Ada pula nyanyian-nyanyian pedagogis di Indonesia, umpamanya untuk belajar abjad atau mendorong sifat yang baik. Dalam kebudayaan Yunani, istilah ini dipakai untuk menggambarkan segala sesuatu yang dilakukan dalam upaya mendidik kaum muda agar menjadi warga negara yang baik. Demikianlah hal pedagogis menyangkut negara dan politik juga.
PL memakai kata paideuein dalam arti yang berbeda sekali. Umpamanya Im 20:26. Dalam nas ini pendidikan adalah hal pengudusan:
"Kuduslah kamu bagi-Ku, sebab Aku ini, TUHAN, kudus dan Aku telah memisahkan kamu dari bangsa-bangsa lain, supaya kamu menjadi milik-Ku."
Pendidikan di sini merupakan pelajaran untuk hidup sesuai dengan kehendak Tuhan sebagai pemilik umat-Nya. Tujuan Taurat adalah mengajar, menuntun, dan menjaga manusia dalam hidupnya sebagai umat Tuhan.
Hal yang sama juga ditekankan dalam seluruh Kitab Ams.
Kitab pedagogis ini mendidik manusia untuk hidup kudus karena "takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan," (Ams 1:7). Pelajarilah hikmat! Janganlah mencari kebodohan. Orang bodoh tidak memberi dirinya untuk diajari oleh Firman Tuhan. Alangkah baiknya orang itu dihukum.
Dalam PB, Paulus menyebut hukum Taurat sebagai pedago- gos menuju Kristus (Gal 3:24). Hukum itu menuntun kita kepada Juruselamat Yesus Kristus, karena hukum Taurat selalu memperingatkan kita akan dosa-dosa dan kelemahan kita. Menyadari hal itu maka kita didorong kepada Yesus Kristus. Hukum Taurat berfungsi sebagai pedagog yang selalu mengajar dan mengantar kita kepada kasih karunia yang terdapat dalam Yesus Kristus. Kasih karunia itu merasuki kita untuk giat melawan dosa; dan kita didorong untuk hidup saleh dan kudus. Sebagai patokan berkaitan dengan itu Alkitab berkata,
"Seluruh Kitab Suci diilhamkan Allah dan bermanfaat untuk mengajar (pros didaskalian), untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik (pros paideuan) orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik " (2 Tim 3:16, 17).
Mendorong agar jangan berbuat salah, menarik ke luar dari bahaya dosa, mengajak agar jangan menginjak jalan yang menuju kebinasaan, itulah fungsi hukum Taurat.
Dalam pendidikan ajaran Kristen, kita perlu memperhatikan petunjuk-petunjuk berikut, yang didasarkan atas penyelidikan istilah-istilah alkitabiah sebagaimana diuraikan dalam bab ini.
Seorang yang memberi katekisasi berarti sedang melayankan ajaran Kristen. Dalam hal ini ia tidak lemah, karena ia boleh mengajar dengan kuasa, dengan penuh wibawa: secara struktural ia berada di atas dan muridnya di bawah.
"Dialog" merupakan unsur penting dalam metode belajarmengajar, agar ajaran diterima secara mendalam dan ketepatan pengertiannya selalu terjaga.
Ajaran membuat murid mengenal Allah, mengenal Kristus.
Ajaran membuat murid memeluk Juruselamat Yesus Kristus.
Ajaran menciptakan hubungan yang erat antara guru dan murid. Ajaran mencari keselamatan dan kebaikan (damai sejahtera) untuk murid.
HASIL PENYELIDIKAN ISTILAH-ISTILAH |
KATÈKHEIN — κατηχειν |
Memberitahukan ajaran dengan wibawa dan dengan cara dialogis |
DIDASKEIN — διδασκειν |
Mengajar dengan kuasa (otoritas) keterkaitan ajaran dengan praktik: mengajar untuk melakukan akal budi membentuk emosi dan kepercayaan tahu sesuatu dan berbuat sesuai dengan itu "belajar mengikuti jalan Tuhan" |
GINOOSKEIN — γινωσκειν |
Tekanan ajaran kepada akal budi. Mengetahui sesuatu karena telah melihat, telah bertemu, telah terbukti, telah menikmati, telah mengenal, telah merasa dan telah memeluk secara rohani |
MANTHANEIN — μανθανειν |
Tekanan kepada sikap manusia yang belajar: menjadi murid, mengikut guru taat sepenuhnya kepada guru |
PAIDEUEIN — παιδευειν |
Mendidik secara bertanggung jawab agar jangan binasa, agar hidup baik |