16. KATEKISASI SEDERHANA

(Contoh praktik dalam situasi sederhana)

Bab ini memuat ringkasan ceramah yang diberikan oleh Pdt. H. Versteeg73 pada suatu konferensi pendeta di Papua. Ia melayani di Papua tahun 1979- 1994. Metodenya termasuk "klasik"; ia memakai cara tanya-jawab hafalan dan lukisan-lukisan untuk menjelaskan materi yang diajarkannya. Metode ini sangat berbeda dari metode cerita, sebagaimana diuraikan dalam bab sebelumnya.

Pendahuluan 73

Anda mungkin telah mengenal tiga prinsip dalam setiap rencana pendidikan, yaitu: keadaan awal, tujuan pendidikan, dan evaluasi.

Ketika baru bertugas di Papua, saya diminta mengadakan sakramen di beberapa gereja yang sudah mandiri. Saat menanyai orang-orang dewasa yang minta dibaptis, saya terkejut karena pengetahuan mereka tentang ajaran Alkitab sangat dangkal. Mereka tidak mampu menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan Kristen, karena mereka tidak mengerti prinsip-prinsip kekristenan. Dari sini, nyata kelemahan gereja terkait, baik kelemahan yang bersifat umum maupun yang fundamental. Tanpa pengetahuan, iman anggota jemaat itu akan sangat lemah dan hampir binasa. Hal ini terjadi karena katekisasi tidak pernah diberikan dengan baik. Keadaan ini mendorong semua pihak terkait untuk lebih memperhatikan katekisasi sebagai hal mendasar dalam kehidupan gereja. Karena:

  • Kekuatan gereja tergantung pada kekuatan katekisasi.
  • Pengikut katekisasi masa kini adalah anggota jemaat masa depan.
  • Kehidupan gereja tergantung antara lain pada baik tidaknya metode katekisasi.

Tujuan Katekisasi

Tujuan katekisasi bukan untuk mempelajari satu atau dua buku katekisasi. Bukan pula sekadar mengikuti dua atau tiga tahun katekisasi sebagai syarat menerima baptisan. Tujuan- Nya adalah agar semua peserta belajar untuk hidup sebagai Kristen yang baik dan benar.

background image

Ada beda katekisasi untuk anak-anak dari katekisasi untuk orang dewasa yang minta dibaptis. Anakanak Kristen sudah diajar oleh orang tuanya mengenal Allah sebagai Bapa mereka dan Yesus Kristus sebagai Juruselamatnya. Padahal orang dewasa yang berkat pekabaran Injil datang ke gereja untuk minta dibaptis, belum memiliki pengetahuan tentang kekristenan.

Tujuan katekisasi untuk orang dewasa yang demikian, sebaiknyalah ditentukan sebagai berikut:

Jika kita berhasil mencapai tujuan ini, maka gereja akan hidup sehat. Untuk mencapai tujuan tersebut, kita harus memperhatikan hal-hal berikut:

Siapa yang Boleh Ikut?

Pintu gereja selalu terbuka untuk setiap orang yang ingin mendengar Injil. Pintu katekisasi juga terbuka, tapi secara teratur. Artinya, siapa yang ingin mengikut Tuhan, dipersilakan masuk. Tapi ada syarat penting yang harus dipastikan sebelumnya: yakni keinginan yang sungguh-sungguh yang wajib dibuktikan melalui kerajinan, kesetiaan, dan usaha untuk hidup menurut Firman TUHAN.

Menjelaskan Tujuan

Pada permulaan kursus katekisasi, pengajar harus menjelaskan tujuan katekisasi dengan baik, sehingga tidak ada murid yang ikut dengan tujuan atau harapan yang keliru. Harus pula ditekankan pentingnya mengikuti pelajaran sesuai jadwal yang ditetapkan. Izin tidak masuk hanya diberikan bila ada alasan yang benar, misalnya sakit. Semua murid harus memiliki buku-buku katekisasi sendiri, jangan diberikan gratis, kecuali orang bersangkutan benarbenar tidak mampu. Sebenarnya keinginan memiliki buku katekisasi membuktikan keseriusan seseorang untuk mengikuti katekisasi.

Mengantar mereka kepada pengenalan akan Allah semesta alam, dan kepada Yesus Kristus yang adalah Juruselamat mereka yang satu-satunya, dan supaya membuka diri untuk "dihidupi" oleh Roh Kudus. Mereka belajar:

– untuk bersekutu dengan TUHAN,

– menjadi murid Kristus,

– dihidupi oleh Roh Kudus,

– menjadi orang Kristen yang hidup dalam jemaat,

– menjadi orang Kristen yang bersaksi dalam dunia.

Pembagian

Pengajar perlu menjelaskan adanya tiga bagian pelajaran dalam katekisasi.

1. Belajar Cerita Alkitab atau Sejarah Keselamatan. Pada bagian ini dipelajari hal kekudusan Tuhan dan kekuatan-Nya serta segala perbuatan-Nya yang besar, sehingga murid takut akan Tuhan.
background image 2. Belajar Katekismus Sederhana. Tujuannya, agar murid mengerti gunanya ajaran Tuhan dalam hidupnya.
3. Belajar (dan melatih!) untuk hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Itu berarti cara hidup Kristus harus benar-benar diajarkan. Dengan demikian, bisa dilihat apakah mereka betulbetul ingin menjadi manusia baru, yang menjauhkan diri dari segala berhala, guna-guna, dan hal-hal lain yang tidak kristiani. Mereka harus benar-benar menyatakan buah-buah Roh Kudus dalam hidupnya. Dalam hal ini Majelis Gereja juga berperan penting, karena para penatua wajib mengawasi cara hidup para katekumen. Barangsiapa di antara mereka ternyata masih terikat pada kehidupan yang lama, keikutsertaannya dalam katekisasi lebih baik dihentikan dulu, sampai ia membuktikan keinginan dan pertobatannya untuk menjadi Kristen.

background image

Pembagian Per Kelompok

Akan sangat baik bila peserta katekisasi dibagi dalam beberapa kelompok.

Misalnya berdasarkan kemampuan mereka memahami pelajaran. Dengan pembagian tersebut, setiap peserta bisa mengikuti pelajaran dengan wajar dan tertib. Jumlah peserta per kelompok hendaknya tidak lebih dari sepuluh orang.

Siapa Mengajar?

Bila peserta dibatasi hingga sepuluh orang, mungkin dibutuhkan banyak tenaga pengajar. Metode ini telah dipraktikkan di beberapa kampung di Papua sehingga terbentuk lebih dari sepuluh kelompok katekisasi. Akibatnya penginjil atau pendeta tidak mampu mengajar mereka semua.

Untuk mengatasi persoalan demikian, bijaksana sekali bila Majelis Gereja menugaskan anggota jemaat yang sudah mampu untuk melaksanakan pekerjaan tersebut. Materi tentang cerita Alkitab, misalnya, bisa diajarkan oleh seorang penatua. Namun kelompok yang tingkatannya lebih tinggi, haruslah diajar oleh penginjil atau pendeta. Tapi perlu diingat perhatian pendeta atau penginjil terhadap para pengajar akan menjadi dorongan tersendiri bagi mereka dalam melaksanakan tugasnya.

Arti Penting Bahasa

Orang dewasa yang buta aksara akan lebih memahami pelajaran yang diberikan dalam bahasa mereka sendiri daripada dalam bahasa lain, sekalipun materinya lebih menarik. Jadi, lebih baik pelajaran itu diberikan oleh seorang penatua yang berbahasa suku, daripada pendeta yang hanya mampu berbahasa umum atau asing.

Lama Pelajaran

Salah satu prinsip umum dalam didaktik mengatakan, mempelajari sesuatu sedikit demi sedikit jauh lebih baik daripada satu kali sekaligus. Lebih baik belajar berulang-ulang kali, daripada belajar satu kali dan lama sekali. Dengan kata lain, akan lebih berhasil jika Anda memberi katekisasi secara singkat beberapa kali dalam beberapa minggu, daripada satu kali beberapa jam.

Berapa Tahun Mengikut Katekisasi?

Sering ada anggapan bahwa setiap orang yang sudah mengikuti katekisasi satu sampai dua tahun akan menjadi Kristen jempolan. Dengan kata lain, lamanya mengikuti katekisasi dijadikan syarat untuk menerima seorang sebagai anggota jemaat. Hal ini sangat keliru karena akan merusak Gereja Tuhan.

Yang menentukan bukanlah lamanya mengikuti katekisasi, melainkan pengetahuan akan Firman TUHAN.

Pengertian yang Salah

Ada pula orang yang serius mengikuti katekisasi karena salah mengerti hakikat baptisan. Ia menganggap bahwa ia pasti akan memperoleh keselamatan setelah dibaptis. Pengertian yang salah ini hanya dapat diubah oleh pengajaran yang baik mengenai hakikat, arti, dan maksud baptisan.

Di sisi lain, ada muda-mudi yang mampu belajar cepat dan menyelesaikan tugas dengan sangat baik. Kenyataan itu janganlah hendaknya dijadikan alasan untuk segera membaptiskan mereka. Kemampuan bukanlah jaminan juga bukan bukti kesungguhan dan kesiapan untuk menerima baptisan. Apalagi kemampuan demikian bukanlah kualitas iman dan bukan jaminan bahwa mereka akan betul-betul hidup menurut kehendak Tuhan.

Setelah Pelayanan Baptisan

Seseorang yang telah dibaptis sesudah mengikuti katekisasi dengan sungguh-sungguh sesuai waktu yang ditentukan, bisa saja tiba-tiba mengalami kekosongan dalam hidupnya, karena tidak ada lagi kegiatan katekisasi untuk diikuti. Jika katekisasi diberikan dengan baik, memang sewajarnyalah orang yang baru dibaptis itu kehausan untuk terus mendalami Firman Tuhan. Majelis harus memperhatikan masalah ini. Misalnya dengan melibatkan orang itu dalam kegiatan rohani, penyelidikan Alkitab, dan bagi mereka yang mampu diberi tugas khusus dalam jemaat seperti mendampingi peserta kursus katekisasi yang mengalami kesulitan belajar.

Pasca Katekisasi Tapi Pra-Baptis

Biasanya, mereka yang telah menyelesaikan kursus katekisasi langsung menjadi calon baptisan. Tapi mungkin saja ada di antara mereka yang belum boleh dibaptis karena kehidupannya tidak sesuai dengan ajaran Kristen. Majelis tentu belum boleh membaptiskan mereka. Setiap orang tidak cukup mengaku dengan mulutnya saja; pengakuan harus tercermin dalam kelakuan. Majelis harus tetap berpegang pada keyakinan, bahwa melalui campur tangan Roh Kudus, setiap orang percaya yang telah mengalami hidup baru selalu memperlihatkan buah-buah iman dalam hidupnya.

Hidup baru itu sendiri juga berarti melawan segala yang bersifat berhala dan keinginan daging. Hidup damai dalam keluarga, berbicara dan berperilaku baik; pendeknya, hidup sesuai dengan Dasa Titah. Lagi pula, setiap orang percaya sesuai kemampuannya, harus bersaksi mengenai iman dan Juruselamatnya, Tuhan Yesus. Orang Kristen wajib berbicara mengenai Tuhan Yesus. Orang Kristen yang benar bukan saja hidup menurut hukum Taurat TUHAN, tapi juga harus memberi kesaksian tentang Tuhan Yesus (Why 12:17), terutama melalui perilakunya.

Karena itu Majelis Gereja harus memberi perhatian khusus terhadap calon baptis seperti kasus di atas, umpamanya melalui kunjungan rumah, hingga orang itu dapat diterima untuk dibaptis.

background image

ORGANISASI KATEKISASI SECARA PRAKTIS

Pengajar atau guru harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya dan berdoa sebelum memulai katekisasi. Pembagian waktu katekisasi harus diatur dengan tertib. Misalnya:

ACARA KATEKISASI
1. Menyanyi
2. Berdoa
3. Memeriksa tugas hafalan
4. Mencek bahan hafalan yang ditugaskan
5. Menerangkan bahan baru
6. Mencek pengertian mengenai bahan yang baru diajarkan
7. Memberi tugas
8. Menyanyi
9. Doa (lisan atau tulisan)

Nyanyian

Biasakanlah menyanyikan Mazmur atau nyanyian rohani lainnya secara bersama-sama sebelum katekisasi dimulai. Nyanyian itu akan menciptakan suasana yang baik. Hal serupa juga perlu dilakukan pada kelompok yang belum mampu baca tulis (buta aksara).

Berdoa

Doa merupakan hal penting dan mutlak. Usahakanlah selalu berdoa bersama-sama sebelum dan sesudah pelajaran katekisasi. Tapi jagalah agar doa jangan menjadi rutinitas formal belaka.

Pergaulan sehari-hari dengan murid

Pemeriksaan

Setiap tugas yang diberikan, misalnya menjawab pertanyaan-pertanyaan, harus diperiksa apakah sudah dikerjakan dengan baik. Keberhasilan sistem pendidikan ini juga tergantung dari pemeriksaan tersebut. Jika pemeriksaan tidak serius dilakukan, murid akan menjadi malas dan pada akhirnya mereka tidak memperoleh apa-apa dari pelajaran itu.

Tapi sistem hafalan mengandung kelemahan, karena murid bisa hafal sesuatu tanpa memahami artinya. Karena itu pengajar perlu menguji pemahaman murid, dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan khusus yang tidak ada dalam buku. Cara ini akan mendorong murid berusaha untuk memahami arti dari apa yang mereka hafal. Di sini pengajar dapat menilai kemampuan setiap murid, karena kemampuan mereka menjawab pertanyaan-pertanyaan khusus itu pasti tidak sama.

Penilaian

Setiap pengajar harus mempunyai buku daftar murid tempat mencatat hasil-hasil ujian, sekaligus berfungsi sebagai buku daftar hadir. Setiap murid seharusnya dinilai dalam setiap jam katekisasi. Penilaian ini sangat penting untuk melihat kemajuan mereka dalam pelajaran.

Cepat atau perlahan-lahan?

Mutlak dan penting semua murid memahami materi yang diajarkan. Tapi untuk mencapai tujuan itu, bijaksana sekali bila ditempuh cara "alon-alon asal kelakon" "biar lambat asal selamat".

Mendesak seseorang untuk mempelajari sebuah buku, apalagi dalam waktu singkat, bisa membuat orang itu merasa terpaksa bahkan merasa tidak mampu dan putus asa.

Hal negatif ini besar kemungkinannya terjadi terutama atas anak-anak yang tinggal di kota. Waktu mereka banyak disita oleh sekolah, pekerjaan rumah, kesibukan estra kurikuler, dan kesibukan lainnya, misalnya, membantu orang tua mencari nafkah.

Soal menghafal untuk buta aksara

Ada yang berpendapat bahwa orang tua yang buta aksara tidak perlu menghafal isi katekismus. Alasannya, usia tua tidak memungkinkan mereka lagi untuk menghafal. Lagi pula, mereka akan sangat sulit mengerti arti pelajaran yang dihafal itu.

Pendapat itu berbau meremehkan kemampuan orang tua.

Ingatlah kemampuan mereka mengingat cerita-cerita leluhur! Itu berarti mereka mampu menghafal, asal diarahkan dan didorong.

Alasan bahwa mereka sulit mengerti mungkin benar. Tapi bukan berarti penghafalan tidak berguna. Pelajaran yang sudah dihafal dengan baik, bisa menjadi dasar yang kuat untuk kehidupan rohani mereka. Bila pendeta misalnya berkhotbah tentang pokok iman yang kebetulan mereka hafal, pemahaman mereka tentang tema khotbah itu akan lebih baik.

Di samping itu, bahan yang dihafal itu akan memampukan mereka untuk menyelesaikan berbagai persoalan secara kristiani. Artinya, memotivasi terbentuknya pemikiran dan kehidupan kristiani dalam diri mereka.

Pentingnya mengulangi bahan katekisasi

Janganlah menganggap bahwa bahan katekisasi cukup dihafal dan diuji satu kali saja. Pelajaran harus selalu diulang. Secara rutin hafalan tentang isi katekismus harus selalu disegarkan.

Akan sangat baik bila pada akhir setiap bagian induk katekisasi (umpamanya bagian mengenai dosa), dilakukan pengulangan atas seluruh isi bab itu, untuk memastikan tidak ada bagian yang terlupakan.

Bahan baru

Janganlah membuat murid-murid bosan dengan uraian yang bertele-tele.

Cek pengertian tentang bahan baru

Setelah bahan baru dijelaskan, pengajar mengakhiri pelajarannya dengan mengajukan beberapa pertanyaan mengenai pelajaran yang baru diberikan. Dengan demikian ia mengetahui apakah murid sudah mengerti isi dan maksud bahan pelajaran yang akan dihafal.

Memberi tugas

Sebelum mengakhiri katekisasi dengan nyanyian dan doa, pengajar memberi tugas hafalan dengan jelas dan tertib. Ia perlu mengingatkan bahwa tugas tersebut akan diperiksa pada jam katekisasi berikutnya.

Menyanyi

Pilihan lagu untuk dinyanyikan pilihlah dari Mazmur, Nyanyian Rohani, Kidung Jemaat, atau lagu rohani ciptaan mereka sendiri dalam bahasa suku mereka.

Doa

background image

Biasanya pengajar menutup katekisasi dengan doa. Justru katekisasi juga merupakan kesempatan yang bagus untuk belajar berdoa. Karena di mana lagi orang mendapat kesempatan untuk berdoa? Anak-anak Kristen biasanya sudah belajar berdoa dari orang tua mereka di rumah. Tapi bagaimana dengan orang yang lanjut usia? Belum cukup kalau mereka hanya menghafal Doa Bapa Kami. Mereka juga perlu berdoa dengan kata-kata sendiri.

Artinya, katekisasi merupakan kesempatan untuk belajar berdoa dan doa yang baik. Itu berarti Anda sebagai pengajar harus memperhatikan isi doa itu dan memberikan petunjuk yang baik.

Sehabis jam katekisasi

Tanggung jawab Anda sebagai pengajar atau guru terhadap muridmurid, tidak selesai begitu jam katekisasi berakhir. Anda perlu menjaga dan membimbing mereka setiap hari. Sebenarnya Anda adalah gembala mereka, yang harus selalu siap mendampingi mereka untuk memberi nasihat, penghiburan, dll. Pergaulan dengan murid-murid itu dijalin, umpamanya dengan mengunjungi mereka ke rumah masing-masing. Kehidupan mereka harus dibentuk dalam periode katekisasi itu. Mereka harus dibentuk menjadi manusia baru. Sebenarnya itulah tugas setiap orang Kristen dalam seluruh aspek kehidupannya. Tapi periode katekisasi merupakan kesempatan khusus untuk membentuk perilaku dan sikap mereka sesuai kehendak Allah. Untuk itu Anda perlu waktu yang cukup untuk bergaul dengan murid-murid Anda.

Guru Teladan

Guru harus tegas dalam memberi nasihat. Harus bisa menjadi teladan bagi murid. Guru harus memperlihatkan kepada murid cara hidup yang sesuai ajaran Kristen yang sejati. Jika kehidupan guru tidak cocok dengan ajarannya, maka ia akan dicap munafik karena bila benar demikian ia memang munafik, dan ajarannya tidak akan dihormati. Bahkan kelakuan guru lebih penting dan lebih berguna daripada penjelasan yang dia berikan. Dengan demikian, apa yang tidak dimengerti oleh murid dengan baik secara teoretis, mereka bisa melihatnya secara praktis dari kehidupan gurunya.

background image

METODE CERITA

Lampiran ini adalah contoh rangkaian dan alur cerita yang cocok diterapkan dalam katekisasi di Indonesia. Rangkaian cerita ini merupakan penerapan dari seluruh uraian yang diberikan dalam buku ini.

Ingatlah kesatuan setiap cerita. Setiap murid harus mampu menceritakan kepada orang lain semua cerita yang telah dipelajarinya. Mereka harus diajar dan dimampukan untuk itu, sebagaimana Roh Kudus telah mengangkat mereka menjadi nabi.

(Singkatan "KH" berarti Katekismus Heidelberg; FAD berarti Fasal Ajaran Dordrecht; singkatan lainnya sama dengan singkatan yang lazim digunakan dalam Alkitab).

DOA PENGAJAR

Beritahukanlah jalan-jalan-Mu kepadaku, ya Tuhan, tunjukkanlah itu kepadaku. Bawalah aku berjalan dalam kebenaran-Mu dan ajarlah aku, sebab Engkau-lah Allah yang menyelamatkan aku, Engkau kunanti-nantikan sepanjang hari.

(Mzm 25:4-5)

Informasi Buku

  1. PDF
  2. Penulis:
    G. Riemer
  3. ISBN:
    979-9143-18-7
  4. Copyright:
    LITINDO © 1998
  5. Penerbit:
    Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF