14. Hidup Beriman

Hidup beriman itu penting. Tetapi ... ujar seseorang, ”contoh-contoh yang diberikan tadi [PAD] untuk membantu kita secara praktis, sama sekali tidak membantu aku. Aku malah semakin tidak yakin. Soalnya, aku hampir tidak melihat apa yang dijadikan contoh-contoh itu dalam hidupku. Imanku begitu lemah. Kadang aku bahkan bertanya-tanya sendiri, apakah aku benar-benar mem punyai iman. Semestinya, takut akan Allah jauh lebih besar. Dukacitaku karena dosa sering dangkal, lagi pula hanya sekilas. Aku juga tidak begitu yakin apa kah aku sungguh-sungguh lapar dan haus akan keadilan. Bukankah keadaan itu seharusnya sangat berbeda, kalau aku adalah orang yang terpilih?” Hal yang harus kita perhatikan baik-baik adalah kita diselamatkan melalui kepercayaan kita kepada Yesus Kristus (bnd Kis 16:31), dan bukan sekali lagi bukan karena kita percaya pada iman kita sendiri, atau pada kesungguhan iman kita.

”Sebab itu, kita yang dibenarkan berdasarkan iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah melalui Tuhan kita, Yesus Kristus.” (Rm 5:1)

Tuhan Yesus adalah Penyelamat kita. Iman hanyalah tangan yang berpegang kepada-Nya dan yang dipegang oleh-Nya. Jika terjadi, kita harus mengaku bahwa kita tidak memiliki iman yang sempurna. ”Kita akan merasa yakin dan pasti bahwa dosa atau kelemahan yang (bertentangan dengan kemauan kita) masih tertinggal dalam diri kita, tidak mungkin mencegah kita diterima oleh Allah dan beroleh anugerah-Nya” (lih Tata cara perayaan Perjamuan Kudus).18 ”Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu.” (Mzm 103:14)

Ingatlah kisah Daud: apakah diasungguh-sungguh berdukacita karena dosanya dengan Batsyeba? Sama sekali tidak. Nabi Natan harus menyadarkan dia dengan keras, ”Engkaulah orang itu!” (2Sam 12:7). Ayah anak yang bisu karena kerasukan roh, berteriak: ”Aku percaya.

Tolonglah aku yang tidak percaya ini!” (Mrk 9:24). Petrus yang menyangkal Juruselamatnya; Paulus yang harus mengakui bahwa ”menghendaki yang baik memang ada padaku, tetapi melakukan apa yang baik, tidak” (Rm 7:18).

Pada mereka terdapat iman yang kurang, sikap takut akan Allah yang kurang, dukacita karena dosa yang kurang, serta haus dan lapar akan keadilan yang kurang pula.

Lalu sekarang, dapatkah kita menyembunyikan diri di balik mereka itu, dan berpikir, ”ah, kalau mereka saja kekurangan iman, maka tidak apa-apa kalau kita pun begitu”. Tentu saja itu tidak benar. Saya meng ungkapkannya hanya untuk menunjukkan bahwa Yesus murah hati kepada mereka, walaupun hidup beriman mereka tidak sempurna. Kembali pada kisah Daud. Dikata kannya, ”Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; ... dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku” (Mzm 32:5).

Kepada Petrus, Tuhan Yesus berkata, ”Peliharalah domba-domba-Ku!” (Yoh 21:15-17).

Dan Paulus berkata, ”Syukur kepada Allah melalui Yesus Kristus, Tuhan kita!” (Rm 7:25). Di mana ada du kacita karena ketidak sempurnaan hidup ber iman kita, di situ pula terbukalah jalan untuk pengampunan.

Selanjutnya, apakah Anda melihat dosa-dosa Anda masih begitu banyak dan buah-buah pemilihan yang Anda miliki begitu sedikit, sehingga Anda bertanya-tanya apa kah Anda benar-benar terpilih? Pernahkah terlintas dalam pikiran Anda, bagaimana mungkin Anda merasa gelisah tentang hal itu, padahal orang-orang yang tidak percaya sama sekali tidak menghiraukannya? Apakah itu karena pikiran Anda sendiri? Atau, karena salah satu sifat bawaan Anda? Bukan. Namun, karena Anda yang telah dihidupkan oleh Roh Kudus, sekarang menginsafi dosa-dosa yang sebelumnya tidak Anda lihat. Sebagai orang-orang berdosa, kita adalah hamba dosa (bnd Yoh 8:34; Rm 6:6). Kita tidak mengenal keadaan yang lebih baik. Kita tidak merasa terganggu olehnya. Kita tidak melawan perbudakan itu. Seperti ikan yang mati, kita terbawa arus.

Akan tetapi, kalau kita telah dihidupkan oleh Roh, pada dasarnya kita telah dibebaskan dari perbudakan (bnd Yoh 8:36), maka kita mengenal keadaan yang lebih baik. Dan kita juga merasa terganggu oleh dosa-dosa kita.

Dosa-dosa itu membuat kita menjadi gelisah.

Di dalam diri kita bertumbuh juga perlawanan terhadap perbu dakan itu. Lalu, seperti ikan yang hidup, kita mulai berenang melawan arus, sekalipun keadaan kita masih sangat lemah: kita akan terus berenang maju.

Informasi Buku

  1. PDF
  2. Penulis:
    H. Westerink
  3. ISBN:
    978-602-1006-03-0
  4. Copyright:
    © De Vuurbaak 2000
  5. Penerbit:
    Yayasan Komunikasi Bina Kasih