Bagaimana aku dipenuhi dengan Roh? oleh Henk ten Brinke
Sejak awal Allah berkeinginan supaya umat-Nya menjadisungguh-sungguh umat milik-Nya, dan Dia menjadi Allah mereka. ”Aku Allahmu, dan kamu umat-Ku”. Roh Kudus mewujudkan keinginan itu menjadi benar. Roh Kudus adalah karunia yang paling istimewa dalam perjanjian yang baru. Melalui pengorbanan-Nya, Kristus telah memperoleh hak untuk memberikan Roh Kudus dan mencurahkanNya kepada kita. Sejak hari Pentakosta, gereja dibaptis atau dipenuhi dengan Roh. Bab sebelumnya telah membahas hal-hal itu.
Bagaimana aku dapat ikut bergabung dengan kenyataan yang mahahebat itu? Bagaimana aku ini dapat dipenuhi dengan Roh?
Bagaimana kita dapat menanggapi seruan Paulus ”Hendaklah kamu penuh dengan Roh” (Ef. 5:18)? Dalam bab ini saya hendak menarik lebih jauh garis alkitabiah yang telah kita temukan dalam bab yang pertama. Sebelum saya melakukannya, saya ingin menunjukkan beberapa kesalahpahaman di sekitar istilah ”baptisan Roh”.
Dalam bab 1 saya telah berusaha menjelaskan bahwa baptisan dengan Roh Kudus atau pemenuhan dengan Roh adalah kenyataan yang tidak berhenti-henti (kontinu). Banyak orang Kristen yakin bahwa baptisan Roh diberikan kepada gereja sebagai peristiwa yang hanya terjadi satu kali. Berdasarkan keyakinan itu, kita dapat mengembangkan dua posisi:
Baptisan Roh satu kali untuk selamanya?
Posisi 1 ditemukan dalam gereja-gereja dengan pengakuan iman Reformasi. Di antara mereka ada yang mengatakan bahwa baptisan dengan Roh Kudus merupakan kejadian tertentu dalam sejarah keselamatan. Artinya, kejadian itu hanya terjadi satu kali dan tak dapat terulang. Pada hari Pentakosta, gereja telah dibaptis dengan Roh Kudus, satu kali dan untuk selamanya.
Namun, kalau Anda mengatakan bahwa Roh telah diberikan satu kali untuk selamanya pada hari Pentakosta maka ada bahaya bahwa pemberian itu terkurung di dalam momen sejarah itu. Lalu timbul pertanyaan: Bagaimana orang-orang Kristen pada zaman ini mendapat bagian dalam pemberian Roh itu? Apakah dengan sendirinya mereka mendapat bagian itu? Haruskah Anda sebagai orang Kristen masih berdoa untuk menerima Roh? Seandainya semuanya itu telah terjadi pada hari Pentakosta maka apakah artinya pesan Paulus bahwa kita senantiasa harus ”penuh” dengan Roh? (Ef. 5:18) Namun, dalam lingkungan Reformasi yang sama juga ada posisi yang mengatakan bahwa pemberian Roh Kudus berlangsung secara terus menerus. Kalau Anda menyadari bahwa ”baptisan” dengan Roh itu bukan sesuatu yang terjadi ”satu kali untuk selamanya” (sebagai peristiwa dahulu), melainkan kenyataan yang terus-menerus berlangsung maka pastilah Anda terdorong untuk senantiasa berdoa supaya menerima pemberian itu. Bukankah Bapa di surga hendak memberikan Roh Kudus-Nya kepada mereka yang meminta kepada-Nya (Luk. 11:13)?
Lihat juga Katekismus Heidelberg, tanya jawab 116.
”Mengapa doa perlu bagi orang Kristen?”
”Doa adalah bagian utama pemberian syukur yang Allah tuntut dari kita. Dan Allah hendak melimpahkan rahmat-Nya serta Roh Kudus hanya kepada mereka yang dengan berkeluh kesah dan dengan tiada henti-hentinya memohon rahmat serta Roh itu dari-Nya dan mengucap syukur atasnya.”
Pengalaman yang kedua?
Posisi kedua juga merupakan kesalahpahaman mengenai pemberian Roh Kudus (yaitu sebagai baptisan roh di samping dan sesudah baptisan air). Posisi ini ditemukan dalam lingkungan karismatik.
Pemikiran itu menyamakan ”baptisan dengan Roh Kudus” dan ”pemenuhan dengan Roh”. Mereka berbicara tentang ”pemenuhan pertama” dan ”pemenuhan yang berulang-ulang”. Ada kalanya mereka membedakan ”baptisan dengan Roh” dan ”pemenuhan dengan Roh”, di mana ”baptisan” adalah pengalaman pertama yang diberikan Roh Kudus sebagai ”ekstra”, sedangkan ”pemenuhan” adalah pengalaman yang berulang-ulang terjadi. Akan tetapi, bagaimanapun juga: di lingkungan itu baptisan dan pemenuhan dengan Roh tidak dianggap sebagai kenyataan yang berkelanjutan di dalam gereja sejak hari Pentakosta, tetapi sebagai kejadian tersendiri (entah diulang-ulang, entah tidak) dan pribadi.
Memang benar, baptisan air tidak sama dengan ”baptisan” Roh.
Baptisan air menandai dan memeteraikan ”baptisan” dengan Roh. Menurut rumusan Reformasi yang klasik: baptisan air ialah tanda dan meterai dari baptisan roh (pembasuhan dari dosa dan pembaruan hidup). Pembasuhan dan pembaruan itu tidak dengan sendirinya berlangsung dalam hidup semua orang yang telah menjalani baptisan air. Hal itu hanya terjadi melalui jalan iman (lihat juga #4).
Tidak ada dasar alkitabiah untuk gagasan bahwa ada baptisan dengan Roh sebagai kejadian (pengalaman) tersendiri di samping dan sesudah baptisan air. Ketika Yohanes mengatakan bahwa Yesus akan ”membaptis” dengan Roh Kudus, dia tidak mengumumkan adanya baptisan kedua, di samping baptisan dengan air. Apa yang diketahuinya ialah bahwa Yesus, dengan memberikan Roh-Nya secara berlimpah-limpah pada gereja, bekerja dalam hidup semua orang yang percaya kepada-Nya. Yesus akan mewujudkan apa yang dilambangkan oleh baptisan air: pembasuhan bersih dari dosa dan pembaruan hidup.
Kisah Para Rasul
Untuk mendasarkan posisi kedua (bahwa biasanya orang-orang percaya dapat mengalami baptisan atau pemenuhan dengan Roh sebagai pengalaman kedua) ajaran karismatik sering memakai berbagai peristiwa dalam Kisah Para Rasul sebagai bukti. Namun, usaha itu kurang meyakinkan. Lihat yang berikut ini:
- Kisah Para Rasul 2 (hari Pentakosta yang pertama) memang benar menggambarkan ”pengalaman kedua” bagiorang-orang yang sudah atau belum lama sebelumnya mulai percaya kepada Yesus. Akan tetapi, yang diceritakan di situ ialah awal periode di mana Kristus membaptis gereja dengan Roh-Nya. Tentu saja hal tersebut adalah ”pengalaman kedua” bagi orang-orang yang sudah percaya. Namun, pengalaman tersebut pada waktu itu terjadi untuk pertama kali di dalam sejarah gereja. Hal itu tidak berarti bahwa mereka yang sesudah hari Pentakosta mulai percaya juga harus mengalami pengalaman yang kedua.bahkan diberikan kepada mereka juga, dan kemudian juga kepada bangsa-bangsa lain. Hal itu terutama adalah tanda bagi mereka untuk menjelaskan dan membuktikan hal itu kepada mereka. Setelah sudah menjadi jelas maka tanda itu tidak diperlukan lagi. Bagaimanapun juga, sangat sulit untuk mendasarkan sebuah ajaran mengenai baptisan dengan Roh sebagai pengalaman kedua, atas pengecualian ini di Samaria, yang sangat mungkin dapat dijelaskan berdasarkan situasi khas di sana dan pada zaman itu!
Tanda-tanda yang luar biasa?
Apakah yang boleh kita harapkan kalau Roh Kudus memenuhi (menguasai) kita? Dalam laporan mengenai tahun-tahun awal terbentuknya gereja (dituturkan dalam Kisah Para Rasul), kita membaca bahwa peristiwa pemenuhan dengan Rohkadang-kadang disertai dengan tanda-tanda yang luar biasa. Misalnya pada hari Pentakosta yang pertama (Kis. 2:1-4), juga pada waktu jemaat dipenuhi oleh Roh Kudus sesudah mereka berdoa sehubungan dengan sidang pemeriksaan terhadap Petrus dan Yohanes (Kis. 4:31) dan begitu juga pada saat Roh Kudus turun atas Kornelius dan seisi rumahnya (Kis. 10:44-46) dan ketika Roh Kudus turun atas sejumlah orang yang bertobat di Efesus (Kis. 19:6).
Dalam banyak kasus yang lain kita tidak mendapat kesan bahwa pemenuhan dengan Roh disertai dengan tanda-tanda atau pengalaman-pengalaman yang luar biasa (lihat misalnya Kis. 4:8; 9:17; 13:7). Dipenuhi dengan Roh selalu disertai dengan rasa sukacita dan rasa syukur (bdk. Kis. 13:52), tetapi itu pun tidak berarti bahwa perasaan-perasaan seperti itu yang seakan-akan harus membuktikan pemenuhan oleh Roh, atau bahwa pemenuhan itu dengan sendirinya disertai dengan kejadian-kejadian atau pengalaman-pengalaman yang luar biasa.
Dampak-dampak
Kenyataan bahwa seorang dipimpin oleh Roh, tidak selalu berarti bahwa Anda mendapat pengalaman tertentu, hal itu juga sudah ditunjukkan dalam Kisah Para Rasul dan dalam seluruh Perjanjian Baru. Kenyataan bahwa Anda dipimpin oleh Roh, tidak terutama tampak sebagai pengalaman, melainkan dinyatakan oleh dampak-dampaknya atau akibat-akibatnya.
Hal itu sudah terlihat pada hari Pentakosta yang pertama: alangkah berani dan kuat kesaksian murid-murid Yesus yang beberapa minggu yang lalu, ketika Tuhan mereka ditangkap, masih melarikan diri penuh ketakutan, dan yang begitu sulit diyakinkan oleh kenyataan bahwa Dia telah bangkit! Oleh pemenuhan dengan Roh Kudus kesaksian mereka semakin kuat. Dan justru untuk tujuan itulah para pengikut Yesus menerima Roh secara kontinu.
Selanjutnya hal-hal seperti itu dilihat dalam kehidupan jemaat: mereka bertekun dalam menghayati pengajaran para rasul; bertekun dalam mempertahankan persekutuan; bertekun dalam berkumpul dan merayakan Perjamuan Kudus dan berdoa (Kis. 2:42; 4:32-34). Roh menjaga agar selalu ada kesatuan (Ef. 2:18; 4:3; 1 Kor. 12:13).
Orang-orang yang dipimpin oleh Roh benar-benar diubah secara mendasar. Mereka memperoleh identitas baru, mereka menjadi manusia baru (meskipun ”manusia lama” mereka juga tetap hadir) (Ef. 4:22-24; Kol. 3:9-10). ”Kristus hidup di dalam aku”, demikian tulis Paulus (Gal. 2:20). Dan hal itu tampak dengan jelas!
Dalam hidup orang-orang yang dipimpin oleh Roh, tumbuh buah Roh: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri (Gal. 5:22-23). Orang-orang yang membiarkan dirinya dipimpin oleh Roh (Ef. 5:18) terlibat dalam penyembahan Allah secara bersamaan; mereka memuji-muji Tuhan dengan segenap hati; mereka bersyukur dalam segala keadaan; mereka menganggap orang lain lebih tinggi ketimbang diri mereka sendiri (Ef. 5:19-21).
Dengan demikian lahir sebuah permulaan dari apa yang sejak semula telah dikehendaki Tuhan, umat yang hidup bersama Dia, menurut hukum-hukum-Nya (Rm. 8:4) seperti telah diketahuiNya melalui para nabi-Nya dalam perjanjian yang lama. Sampai hari ini pun Yesus Kristus menggenapi perjanjian yang lama itu, yaitu bahwa Roh diberikan dan diterima dengan berlimpahlimpah; Roh itu memperbarui manusia dan menjaga agar mereka hidup menurut hukum Allah. Demikianlah Kristus, melalui Roh, memungkinkan adanya kehidupan bersama antara Allah dan manusia: ”Aku Allahmu, kamu umat-Ku”.
Selain semua dampak itu, maka pastilah apalagi dalam periode awal gereja tampak tanda-tanda yang mengiringi kehadiran Roh. Ada kalanya orang-orang berbicara dalam bahasa-bahasa lain. Ada karunia untuk bernubuat, untuk menyembuhkan, dan untuk melakukan keajaiban lainnya. Dalam bab ini saya tidak akan membahas tanda-tanda itu. Nanti, dalam bab-bab lain (terutama 6 dan 7) hal itu akan dibicarakan.
Sebuah pengalaman?
Sifat khas ajaran karismatik tentang baptisan dengan Roh Kudus, ialah bahwa baptisan itu adalah pengalaman khusus.
Pendapat itu (yang pada awalnya sudah ada pada John Wesley, dalam gerakan penyucian dalam abad ke-19 dan dalam gerakan Pentakosta dalam abad ke-20), berpengaruh begitu luas, sehingga sering diasumsikan, tanpa diucapkan dengan kata-kata, bahwa pemenuhan dengan Roh adalah suatu pengalaman, titik habis.
Sebagai contoh saya mengutip beberapa keterangan dari buku Question of Life, karangan Nicky Gumbel: ”Pemenuhan dengan Roh Kudus jarang terjadi tanpa adanya tanda-tanda yang tampak”. ”Ada orang-orang yang bergetaran seperti daun ditiup angin, ketika mereka dipenuhi oleh Roh”. ”Ada juga orang-orang yang mulai bernafas dengan sangat dalam, seakan-akan mereka menghirup Roh hampir secara fisik”. ”Ada kalanya pemenuhan Roh disertai dengan kehangatan tubuh.
Orang yang bersangkutan mengalami kehangatan itu pada kedua tangannya atau dalam bagian lain dari tubuhnya.” ”Ada juga orang yang merasakan pemenuhan dengan Roh terutama sebagai pengalaman yang sangat hebat dari kasih Allah”. Tentang hal yang terakhir itu Gumbel sudah lebih dahulu memberikan contoh. Seorang Uskup telah berkhotbah tentang Roma 5:5: ”Kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita”. ”Setelah dia berkhotbah, dia pulang ke rumah, minum secangkir kopi, lalu membaca koran. Pada saat itu dia merasa bahwa Allah mengatakan kepadanya, ”Berdoalah.” Dia pergi ke ruang doanya, dan dalam keheningan suasana di situ, dia berlutut. Dia merasa bahwa Allah mengatakan kepadanya, ”Aku menghendaki tubuhmu.” Dia tidak mengerti apa maksudnya.
Meskipun begitu, setiap bagian tubuhnya diserahkannya kepada Allah. ”Kemudian”, demikian dia bercerita, ”terjadilah apa yang telah aku khotbahkan beberapa jam yang lalu.
Kurasakan kasih bagaikan aliran listrik mengguncang tubuhku”
Dia jatuh tergeletak di lantai, dan mendengar Tuhan berkata, ”Engkau ini anakku.” Ketika dia bangkit berdiri, dia tahu benar bahwa telah terjadi sesuatu. Ternyata kejadian itu merupakan titik balik dalam hidup dan pekerjaannya. Sejak saat itu, berkat pekerjaannya, banyak orang lain menerima juga pengalaman menjadi-anak-Allah oleh kesaksian Roh Kudus.”
Cara berbicara seperti ini tentang dibaptis atau dipenuhi dengan Roh Kudus, tidak sesuai dengan apa yang kita baca dalam Perjanjian Baru. Alkitab sama sekali tidak memberi alasan untuk menghubungkan hal dipimpin oleh Roh dengan sebuah pengalaman emosional atau jasmaniah. Tentu saja benar, bahwa kalau Roh bekerja di dalam orang percaya dan di dalam gereja, maka dampaknya ialah rasa sukacita dan damai sejahtera. Namun, hal itu berhubungan dengan buah Roh dan bukan dengan sebuah pengalaman khusus mengenai penerimaan Roh.
Kita sudah melihat (dalam bab 1, #2), bahwa dipenuhi dengan Roh berarti: dipimpin oleh Roh dan bahwa hal itu dapat dilihat dari dampak-dampaknya. Seorang yang ”penuh” dengan Roh, bukanlah orang yang telah menerima pengalaman tertentu, melainkan orang yang hatinya didiami oleh kasih Allah (Rm. 5:5) dan yang hidup menurut hukum Allah, yaitu, mengasihi Allah dan mengasihi sesamanya. Hal itu dapat juga kita jabarkan dari lawan arti ”dipenuhi” oleh Roh, yaitu ”dipenuhi” oleh Iblis. Petrus mengatakan hal itu tentang Ananias (Kis. 5:3). Itu tidak berarti bahwa Ananias telah mendapat pengalaman tertentu, tetapi bahwa dia membiarkan dirinya dipimpin oleh Iblis dan melakukan keinginan Iblis itu.
Pengalaman adalah sangat penting dalam pemikiran karismatik (dan dalam hal itu gerakan karismatik ada di dalam tradisi Metodis sampai dengan gerakan Pentakosta). Menurut tradisi ini segala perbedaan ajaran yang mungkin ada di antaraorang-orang Kristen dan gereja-gereja, kurang penting daripada pengalaman. Pengalaman itu mempersatukan mereka.
Berdasarkan itu, gereja manakah yang menaungi Anda tidak begitu penting. Kursus Alfa misalnya, merasa sama nyamannya di dalam gereja Reformasi atau di lingkungan katolik Roma.
Berikut ini kutipan lagi dari Questions of Life, karangan pendiri Kursus Alfa, Nick Gumbel: ”Dalam arti tertentu, persekutuan gereja yang menaungi kita, tidaklah penting, entah itu gereja Katolik Roma atau Protestan, Reformasi, Lutheran, Metodis, Baptis, Anglikan, Evangelis, atau Pentakostal. Yang jauh lebih penting ialah apakah kita telah menerima Roh Kudus”. Yang terakhir itu pasti benar. Tetapi apakah hal itu juga membuat tidak penting kenyataan bahwa dalam gereja lain tertentu diajarkan hal-hal yang tidak alkitabiah? Apakah yang paling penting ialah bagaimana kita percaya (apa yang kita alami)? Atau apa yang kita percayai (isi kepercayaan kita)?
Sisi-sisi balik
Apakah pemenuhan oleh Roh adalah sesuatu yang datang sebagai lanjutan dari kepercayaan kepada Kristus?
Memang, dengan cara tertentu Anda boleh mengatakannya.
Asal Anda memaksudkannya begini: Melalui kepercayaan kita, maka apa yang dibicarakan oleh baptisan, menjadi kenyataan di dalam hidup kita. Sebab baptisan air tidak bekerja secara otomatis (seperti yang sudah ditegaskan dalam #2). Intinya ialah sebuah janji mengenai pengampunan dosa dan pembaruan hidup. Dan karena kita percaya, maka janji itu menjadi kenyataan di dalam hidup kita. Karena kita percaya, maka oleh Roh kita memperoleh pengampunan atas dosa-dosa kita dan pembaruan hidup kita.
Demikianlah di dalam iman, kita boleh berusaha memperoleh karunia untuk dipimpin oleh Roh.
Namun, percaya kepada Kristus tidak merupakan tahap awal sebelum kita dipimpin oleh Roh. Yang satu ialah sisi balik dari yang lain. Dengan lain kata: kalau Anda ingin dipimpin oleh Roh dengan lebih kuat, maka dalam iman, Anda harus lebih kuat berpegang kepada Yesus Kristus, dan sebaliknya.
Keajaiban bahwa kita sungguh-sungguh boleh terikat kepada Allah (tujuan perjanjian Allah), dapat digambarkan dengan dua cara, kita percaya kepada Kristus, dan Kristus berkenan untuk tinggal dalam kita oleh Roh.
Ada tiga contoh mengenai hal itu,
- Isi doa Paulus yang sangat mengesankan, yang dinaikkannya bagi orang-orang Kristen di Efesus supaya Allah, 16 Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan kamu dengan kuasa melalui Roh-Nya di dalam batinmu (pastilah Paulus dapat juga menulis ”supaya kamu dipenuhi dengan Roh), sehingga oleh imanmu Kristus tinggal di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih.” (Ef. 3:16, 17).Pendeknya: ”Roh di dalam kita” = ”Kristus di dalam kita” = ”percaya kepada Kristus”.
- ”Kristus hidup di dalam aku”, demikian ditulis Paulus (Gal. 2:20a). Dengan keterangan itu dia mengacu kepada realitas bahwa Kristus oleh Roh-Nya tinggal di dalam diri Paulus. Sebaliknya Paulus dapat menungkapkan realitas yang sama sebagai berikut, ”aku ini hidup oleh iman dalam Anak Allah” (Gal. 2:20b).Kita di dalam Dia karena kita percaya kepada-Nya (1Yoh. 2:23-24), dan karena kita menuruti firman-Nya (1Yoh. 2:5-6; 3:24). Kita di dalam Dia dan itu sekaligus juga Dia di dalam kita (1Yoh. 4:15-16), oleh Roh-Nya (1Yoh. 3:24: ”Siapa yang menuruti segala perintah-Nya, ia ada di dalam Allah dan Allah di dalam dia. Dengan inilah kita ketahui bahwa Allah ada di dalam kita, yaitu dengan Roh yang telah Ia karuniakan kepada kita”, selanjutnya 1Yoh. 4:13).
Dalam kata-kata Yohanes kita mendengar kembali kata-kata Yesus sendiri, yang telah dicatat oleh Yohanes dalam Injilnya (Yoh. 14:23; 15:3 dst.).
Bukan ”iman plus sesuatu (ekstra)”
Dalam ajaran karismatik, baptisan atau pemenuhan Roh adalah ”tambahan ekstra” yang dapat diterima seorang Kristen di atas iman yang ”biasa”. Jadi ada perbedaan antara mereka yang ”percaya biasa” dan mereka yang telah mengalami sesuatu ekstra mengenai pemenuhan dengan Roh, yaitu mereka ”percaya plus”.
Pengalaman ”plus” itu dapat diperoleh oleh semua orang Kristen, menurut ajaran karismatik. Sering hal itu disertai dengan berbicara dalam bahasa lidah. Jadi, iman bukan tahap terakhir!
Ada banyak hal lain yang masih dapat diperoleh! Maka dalam lingkungan seperti itu orang Kristen didorong untuk berjuang memperoleh pengalaman khusus itu.
Berikut ini contoh tentang apa yang ditulis oleh Nicky Gumbel dalam Questions of Life. Ia menggambarkan orang-orang yang ”percaya biasa”. ”Mereka sudah lama sekali ”percaya”, mungkin bahkan seumur hidup mereka. Mereka telah dibaptis, sidi dan juga pergi ke gereja secara teratur.” Meskipun begitu ada sesuatu kekurangan, yaitu, pemenuhan dengan Roh.
Upaya untuk mendapatkan pemenuhan dengan Roh dapat dilakukan melalui semacam rencana langkah-demi-langkah.
Yang penting dalam upaya itu ialah bahwa kita ”bekerja sama” dengan Roh:
1. Meminta kepada Allah untuk mengampuni segala perbuatan yang dapat menghalangi Anda menerima Roh.Dengan ”struktur-dua-fase” ini (fase pertama hanya percaya biasa, fase kedua percaya plus pemenuhan dengan Roh), gerakan karismatik berada dalam tradisi yang mulai dari Metodis sampai kepada gerakan Pentakosta (lihat bab 9 untuk garis ini).
Namun, ”percaya” itu bukanlah semacam batu loncatan menuju situasi ”ekstra” atau ”lebih”. Percaya itu selalu merupakan cara hidup orang Kristen. Itulah kesaksian yang tiada habisnya didengung-dengungkan oleh seluruh Alkitab. Barang siapa percaya kepada Anak, memiliki hidup yang kekal (Yoh. 3:16).
Dalam Injil pembenaran oleh Allah dinyatakan ”bertolak dari iman dan kepada iman, seperti telah dikatakan oleh nabi Habakuk, orang benar akan hidup oleh iman” (Rm. 1:17). Dibenarkan berdasarkan iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah melalui Tuhan kita, Yesus Kristus (Rm. 5:1). Roh di dalam mana Kristus membaptis gereja-Nya, ialah Roh iman (2Kor. 4:13).
Orang-orang yang telah menerima Roh, ialah orang-orang yang hidup karena percaya, bukan karena melihat (2Kor. 5:5-7).
Orang Kristen yang dipenuhi dengan Roh, adalah orang yang hidup oleh iman dalam Yesus Kristus (bdk. Gal. 2:20). Iman itu pasti mengalami periode-periode yang baik maupun yang buruk; iman yang diserang dan yang dikukuhkan. Pendeknya, iman yang sepenuhnya terlibat dalam perang antara ”manusia lama” kita dan ”manusia baru” kita. Kalau sudah mulai berpikir dalam ”struktur-dua-fase” itu (percaya lebih dahulu, dan kemudian mengalami), maka cara Anda membaca Alkitab dapat terpengaruh olehnya, secara salah.
Demikianlah saya pernah dengar keterangan yang diberikan tentang Yohanes 6 (di mana Yesus menyebut Diri-Nya sendiri ”roti yang hidup”): percaya biasa ialah kalau Anda mengakui bahwa Yesus adalah roti kehidupan itu (fase pertama). Namun, kalau Anda juga benar-benar makan roti itu, maka Anda mengalami Dia dan masuk fase kedua! Akan tetapi, Yesus sama sekali tidak mengatakan: percaya kepada-Ku belum cukup; engkau juga harus makan Aku sebagai roti kehidupan. Yang dikatakan-Nya ialah, engkau harus ”makan” Aku, artinya, percaya kepada-Ku.
”Siapa saja yang datang kepada-Ku, ia tidak akan pernah lapar lagi, dan siapa saja yang percaya kepada-Ku, ia tidak akan pernah haus lagi.” (Yoh. 6:35). Percaya kepada-Nya = ”makan dan minum Dia”. Itulah yang diserukan-Nya kepada bangsa Yahudi, ”Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah.” (Yoh. 6:29).
Varian lain pada tema dua fase ini ialah bahwa diadakan perbedaan antara memiliki Roh dan penuh dengan Roh. Orang yang ”memiliki” Roh, dapat mengatakan ”Yesus itu Tuhan”. Dan itu memang besar artinya! Barang siapa ”memiliki” Roh pasti akan selamat. Tetapi ”dipenuhi” dengan Roh, ada artinya lebih dari itu. Barang siapa dipenuhi dengan Roh akan mengalami banyak kejadian dalam hidupnya; hidup Anda menjadi penuh sukacita, penuh kasih dan penuh pengharapan.
Perbedaan itu tidak timbul dari pengajaran Alkitab. Alkitab sama sekali tidak mengenal perbedaan antara orang Kristen itu, yaitu mereka yang (hanya) ”memiliki” Roh, yang pada hakikatnya sudah cukup untuk memperoleh keselamatan, dan mereka yang lain, yang mengalami ”pemenuhan” dengan Roh, sebagai sesuatu yang lebih utama dan lebih khusus daripada situasi pertama.
Konstruksi itu (”memiliki” lalu ”dipenuhi”) bertujuan untuk meningkatkan kerinduan untuk ”semakin penuh dengan Roh”.
Namun, dampaknya kurang memberi stimulasi. Orang-orang yang mengabaikan seruan untuk berusaha agar dipenuhi dengan Roh, tetap boleh berpikir bahwa bagaimanapun juga mereka akan diselamatkan, karena mereka sudah ”memiliki” Roh. Namun, seharusnya mereka menanyakan dalam hati apakah benar mereka memiliki Roh! Soalnya, orang yang mengabaikan seruan supaya penuh dengan Roh (Ef. 5:18) mendukakan Roh (Ef. 4:30)! Apalagi, kalau ”penuh dengan Roh” sebenarnya bukan bukti tambahan bagi kepercayaan seseorang. Karena seorang yang percaya juga penuh dengan Roh. Seorang yang memiliki Roh pasti penuh dengan Roh. Hal itu akan dibahas dalam subbab berikut, yang juga subbab terakhir dalam bab ini.
Kalau Anda rindu untuk lebih mengasihi Tuhan, dan untuk melayani Dia dengan pengabdian dan semangat yang lebih besar, apakah yang dapat Anda lakukan? Bagaimana Anda dapat menanggapi seruan Paulus, ”Hendaklah kamu penuh dengan Roh”? (Ef. 5:18). Supaya Anda secara pribadi juga semakin banyak mendapat bagian dalam karunia utama yang telah diberikan Kristus kepada gereja-Nya, yaitu Roh Kudus?
Paulus memakai rumusan yang mencolok. Seruannya itu diucapkannya dengan bentuk pasif, ”hendaknya kamu dipenuhi”. Soalnya, hal itu tidak dapat kita lakukan sendiri sama halnya dengan kenyataan bahwa kita tidak dapat membaptis diri kita sendiri. Kristuslah yang dapat memenuhi kita dengan Roh-Nya. Seruan Paulus itu sekaligus diucapkannya dalam bentuk perintah seruan itu ditujukan kepada kita: kita harus membiarkan Roh memenuhi kita.
Bagaimana kita harus melakukan hal itu, yaitu membiarkan diri kita dipenuhi dengan (atau dipimpin oleh) Roh? Caranya ialah dengan memintanya kepada Roh di dalam doa, dan dengan percaya kepada Sang Anak. Kedua tindakan itu bersama-sama menjamin bahwa Anda tetap hidup oleh Roh.
Pemenuhan dengan Roh seperti itu ialah sesuatu yang dapat diperdalam dan diperbarui. Di bawah ini kedua tindakan tadi diolah lebih lanjut.
Berdoa
Yesus telah meringkas pengajaran-Nya tentang berdoa (Luk. 11:1-13) sebagai berikut, ”Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di surga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya” (ay. 13).
Sebelum itu Yesus menjelaskan kepada para murid-Nya bagaimana harus mengisi doa mereka. ”Bapa, dikuduskanlah nama-Mu; datanglah Kerajaan-Mu (jadilah kehendak-Mu, di bumi seperti di surga). Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya; dan ampunilah kami akan dosa-dosa kami, sebab kamipun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan.” (ay. 2-4).
Bagaimana semua itu akan menjadi kenyataan di dalam kehidupan para murid? Yaitu bahwa mereka benar-benar menguduskan nama Allah, bahwa mereka sungguh mulai hidup sebagai hamba-hamba Kerajaan Allah, dan melakukan kehendak Allah? Semua itu mungkin karena Roh Kudus seluruh doa Bapa Kami dapat diringkas menjadi satu doa: ”Berikanlah kami Roh Kudus-Mu.” Karena itu para murid boleh berdoa tanpa hentinya dan dengan memohon-mohon, ”Mintalah..., carilah..., ketuklah!” (ay. 9).
Ada banyak hal yang boleh kita minta dari Tuhan, tetapi kita tak tahu apakah Dia berkenan memberikannya sesuai keinginan kita. Namun, kita boleh yakin tentang satu hal, yaitu: kalau kita terus-menerus meminta Dia supaya kita diberikan (dipenuhi, dipimpin oleh) Roh Kudus, maka Sang Bapa pasti akan memenuhi permintaan itu. ”Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetuk, baginya pintu dibukakan” (ay. 10).
Nicky Gumbel menghubungkan pengajaran doa ini dengan suatu pengalaman luar biasa untuk Roh memenuhi seseorang (sesudah seorang menjadi percaya), seperti yang diajarkannya, inklusif hal berbicara dalam bahasa lidah (dalam bukunya Questions of Life). Bahwa kata-kata Yesus ini mengacu pada sebuah ”pengalaman khusus” memang tafsiran yang dibuatbuat agar sesuai dengan ajarannya. Padahal kata-kata itu tidak memberi alasan untuk berpikir ke arah itu. Yesus berbicara tentang karunia Roh (yang akan diberikan-Nya sejak hari Pentakosta) sebagai sarana yang membuat apa yang kita minta dalam doa Bapa Kami, sudah menjadi kenyataan di dalam hidup kita.
Kalau Anda berpikir bahwa Anda tidak begitu dipimpin oleh Roh seperti yang Anda inginkan; kalau Anda kurang bersemangat dalam menguduskan nama Allah, atau dalam hidup sebagai warga KerajaanNya, dan dalam melakukan kehendak-Nya nah, periksalah diri Anda apakah Anda secara teratur memohon karunia yang teristimewa dalam perjanjian baru itu, yaitu: Roh Allah. Sebab, siapa yang tidak berdoa, dia tidak akan diberi; siapa yang tidak mencari, dia tidak akan mendapatkan; siapa yang tidak mengetuk, dia tidak akan dibukakan.
Kalau doa untuk diberi Roh makin mengurang, maka mungkin saja sebabnya ialah pikiran bahwa Roh telah diberikan satu kali untuk selama-lamanya pada hari Pentakosta yang pertama (yaitu salah satu dari salah paham yang telah ditunjukkan di atas).
Percaya
Yohanes telah mencatat juga sebuah pengajaran lain yang penting dan terkenal dari Yesus tentang karunia Roh (Yoh. 7:37-39). Pada hari terakhir perayaan Pondok Daun, Yesus berseru, ”Siapa saja yang haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! Siapa saja yang percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup” (ay. 37,38). Lalu Yohanes menjelaskan, berdasarkan pengetahuannya sesudah Pentakosta, ”Yang dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepada-Nya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan.” (ay. 39). Bagaimana kita dapat mengalami bahwa Anda dipenuhi oleh Roh dengan begitu rupa, sehingga Anda seakanakan mengalirkan air hidup? Sehingga Anda menjadi seperti terusan yang melaluinya Allah mengairi lingkungan Anda? Barang siapa ingin meneruskan air itu, ia sendiri harus menjadi penuh dahulu. Itu hanya mungkin kalau kita datang kepada Yesus dan minum daripada-Nya.
Apa artinya ”datanglah kepada Yesus dan minum” (ay. 37)? Hal itu dijelaskan Yesus dengan mengatakannya sekali lagi, tetapi dengan kata-kata lain, ”Siapa saja yang haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! Siapa saja yang percaya kepada-Ku...”. Siapa saja yang ingin bahwa dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup, harus percaya!
Juga hal itu termasuk pengajaran Yesus yang di kemudian hari diolah Yohanes dalam surat-suratnya. Siapa yang ingin supaya Yesus, dengan Roh-Nya, tinggal di dalam dia, harus juga tetap tinggal di dalam Dia atau: percaya kepada-Nya. Dan menjaga segala firman-Nya; menuruti segala perintah-Nya (lihat #4).
Kalau ada kekeringan dalam hidup rohani kita; kalau tidak ada ”aliran-aliran air hidup” yang mengalir dari batin kita maka mungkin itu menunjuk pada kekurangan iman. Mungkin Anda lupa untuklagi-lagi datang kepada Yesus, dan minum! Minum segala perkataan-Nya.
Siapa yang tidak selalu minum dari firman-Nya, pasti akan menderita kekeringan!
Ada kalanya orang-orang yang mengatakan bahwa mereka percaya. Namun, nyatanya kehidupan rohani mereka sama sekali tidak melimpah ruah dengan sukacita, kasih, keramahan, dan buah Roh. Jadi, ada sesuatu yang tidak cocok. Dalam paragraf sebelumnya, kita melihat bahwa ”dipenuhi” dengan Roh tidak merupakan suatu tambahan pada ”percaya”. Akan tetapi, ”percaya” = ”dipenuhi dengan Roh”. Orang yang tidak penuh dengan Roh, tidak percaya! Dan orang yang hanya sedikit saja penuh dengan Roh hanyalah, pasti memiliki iman yang juga sedikit terbatas.
Sayang sekali, tetapi hal itu sering adalah realitas, iman terbatas... Kekurangan itulah menerangkan adanya kekurangan kehidupan rohani (hidup oleh Roh) di dalam gereja. Karena kekurangan iman itu pula, maka terdapat begitu banyak kegersangan dalam gereja.
Bagaimana caranya memerangi kegersangan itu (mulai dengan Anda sendiri, dan kemudian juga dalam lingkungan Anda)? Kegersangan itu dilawan dengan percaya (lagi-lagi atau untuk pertama kali): bertobat kepada Yesus, dan lagi-lagi datang kepada-Nya, dan minum (firman-Nya) banyak-banyak. ”Hendaklah perkataan Kristus tinggal dengan limpahnya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu” (Kol. 3:16). Dengan penuh iman mendengarkan firman Allah, itulah corong yang dipakai Roh Allah untuk memasuki kehidupan kita, dan untuk mengalirkan air hidup-Nya juga keluar dari kehidupan kita (dari ”batin” kita) ke lingkungan kita. Semakin Anda datang kepada-Nya dengan penuh iman, dan mendengarkan firman-Nya, semakin banyak kenyataan buah Roh akan Anda lihat.
Hidup
Sebab iman itu (kalau memang iman yang benar) adalah iman ”yang bekerja oleh kasih” (Gal. 5:6). Dari situ tampak bahwa memang Rohlah yang memimpin hidup Anda. Barang siapa yang percaya kepada Yesus Kristus dan berdoa mohon Roh Kudus, mulai hidup oleh Roh atau, dengan kata lain, hidupnya dipimpin oleh Roh (Gal. 5:16-26).
Dan dengan demikian kita kembali lagi pada kata Paulus, pada seruannya dalam Efesus 5:18, ”Hendaknya kamu penuh dengan Roh”. Paulus mengolah seruan itu menjadi penjelasan lebih lanjut, hendaknya kamu berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian, dan nyanyian rohani. Hendaknya kamu bernyanyi dan bersorak bagi Tuhan dengan segenap hati.
Hendaknya kamu mengucap syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita.
Hendaknya kamu merendahkan dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus. Sudah pasti Paulus tidak lengkap di sini. Dia hanya menyebutkan serangkaian contoh, yang dapat Anda lengkapi dengan berbagai contoh yang lain. Pendek kata, hiduplah seperti yang dikehendaki Tuhan, menurut kehendak-Nya.
Namun, yang tetap mencolok dalam seruan Paulus ”hendaknya kamu penuh...” ialah fakta bahwa hanya Kristus dapat melakukannya, dan pada saat yang sama, Anda harus melakukannya. Begitulah sebetulnya keadaan di antara Allah dan manusia, Allah melakukannya, dan pada saat yang sama, Anda harus melakukannya, yaitu percaya dan hidup menurut kehendak-Nya. Anda dapat melakukannya karena Allah melakukannya. Bandingkanlah kata-kata Paulus kepada jemaat di Filipi: ”Saudara-saudaraku yang terkasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih lagi sekarang waktu aku tidak hadir, karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya” (Flp. 2:12-13). Seruan supaya Anda mengerjakan keselamatan Anda (dengan menaati kehendak Allah) hanya berguna karena Allah sendiri bekerja dalam Anda sehingga Anda mau dan bekerja. Begitulah halnya juga dengan seruan Paulus untuk dipenuhi (dipimpin) oleh Roh, hanya mungkin karena Kristus hendak memenuhi Anda dengan Roh-Nya. ”Hidup oleh Roh” hanya mungkin karena Allah membuka jalan untuk kita hidup oleh Roh.
Akan tetapi, kebalikannya juga: bahwa Allah bekerja dalam diri kita begitu rupa sehingga kita melakukan kehendak-Nya, terlaksana melalui jalan usaha kita, dan tidak di luarnya. Mendapat pimpinan Roh (Rm. 8:14) terlaksana melalui upaya kita mematikan perbuatan-perbuatan tubuh kita (Rm. 8:13). Sebab itu Alkitab tidak menyerukan supaya kita hanya menunggu saja sampai ”Roh melakukannya sendiri” atau hal semacam itu. Bukan, ”hidup oleh Roh” ialah sebuah perintah kepada kita (Gal. 5:16) dan ”hidup menurut keinginan Roh” melawan ”keinginan daging” (Gal. 5:16, 17). Kita melihat sebuah perjuangan yang kita hadapi, dan kita terpanggil untuk melakukannya. Justru karena Anda berupaya untuk melakukan ”perbuatan-perbuatan Roh” maka Roh akan memimpin Anda.
Sebuah contoh: Paulus menggambarkan dalam Efesus 5: 19-21 hal-hal yang menunjukkan bahwa Anda penuh dengan Roh.
Namun, dapat juga dikatakan pada saat bersamaan, bahwa kalau Anda melakukan hal-hal yang disebutnya itu, maka itulah jalan yang dilalui Roh untuk memimpin hidup Anda. Jadi, kalau Anda ingin menaati perintah supaya Anda penuh dengan Roh, maka hendaknya Anda berbicara seorang kepada yang lain dalam mazmur, lagu-lagu pujian dan kidung-kidung rohani; hendaknya Anda saling membangun, juga dengan apa yang Anda nyanyikan seorang kepada yang lain. Bernyanyilah dengan sepenuh hati dan bersorak-sorailah bagi Tuhan, secara pribadi, sebagai keluarga dan bersama-sama jemaat dalam ibadah gereja. Hendaknya Anda bersyukur, dan jangan merasa kurang bersyukur dan kurang puas, dalam keadaan bagaimanapun. Dan hendaknya Anda rela menolong seorang dengan yang lain, dalam perkawinan Anda, dalam keluarga Anda, di tempat kerja Anda dan di dalam gereja.
Dan contoh-contoh Paulus ini dapat Anda perluas dengan begitu banyak hal yang lain, misalnya dengan buah Roh yang disebut Paulus dalam Galatia 5:22 dan juga rangkaian itu belum lengkap.
Berusahalah untuk membiarkan buah itu matang dalam hidup Anda, sebab Rohlah yang menumbuhkan buah itu!
Cara Anda menjalani hidup sangat menentukan apakah Anda dipenuhi dan dipimpin oleh Roh. Dengan cara menjalani hidup ini, Anda dapat juga melawan pekerjaan Roh itu. Dalam surat yang sama kepada jemaat di Efesus, Paulus menasihati:
”Janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah”. Juga hal ini sangat tergantung dari apa yang Anda buat (atau tidak buat):
”Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan (Ef. 4:30-31). Anda bahkan dapat ”memadamkan” Roh (1Tes. 5:19). Orang yang tidak membangun orang lain dalam iman, yang tidak memuji Allah, yang tidak merasa bersyukur, yang tidak rela menolong orang lain, dan sebagainya. Orang seperti itu mendukakan Roh Kudus, dan hendaklah dia jangan heran bahwa pada akhirnya dia tidak merasa penuh dengan Roh tetapi kosong.
Pendalaman dan pembaruan
Dalam bab 1, #4, kita sudah menetapkan: ”penuh dengan Roh Kudus” mungkin saja ciri khas manusia yang percaya. Namun, di samping itu kita membaca, bahwa juga sesudah hari Pentakosta yang pertama, ada orang-orang yang (sekali lagi) dipenuhi dengan Roh. Lagi pula, Paulus berseru supaya kita (berulang kali) dipenuhi dengan Roh Kudus (Ef. 5:18). Tampaknya tidak selalu kita dapat mengatakan tentang setiap orang Kristen bahwa dia sama penuh dengan Roh seperti orang lain.
Ketika dalam jemaat di Yerusalem harus dipilih tujuh orang untuk tugas tertentu, maka salah satu persyaratan ialah bahwa mereka harus ”penuh Roh” (Kis. 6:3). Tampaknya hal itu tidak dapat dikatakan tentang semua anggota gereja, sebab kalau begitu hal itu tidak mungkin menjadi kriteria yang membeda-bedakan. Stefanus (salah seorang dari ketujuh orang itu) ialah orang yang dapat disebut demikian, penuh dengan Roh Kudus” (Kis. 6:5). Dan itu pula yang menjadi ciri khas Barnabas, ”dia adalah orang baik, penuh dengan Roh Kudus dan iman” (Kis. 11:24).
Seperti yang seorang memiliki iman yang lebih besar dan lebih kuat ketimbang orang lain, begitu juga hidup yang seorang lebih dipimpin oleh Roh Allah ketimbang hidup orang lain. Perbedaan itu ada di dalam gereja. Namun, itu tidak berarti bahwa iman seseorang senantiasa kuat dan tetap kuat, sedangkan iman orang lain tetap kurang atau lemah. Dan demikian juga keadaannya dengan hal penuh dengan Roh, periode-periode di mana Anda dipimpin kuat oleh Roh, dapat diselingi dengan periode-periode di mana pimpinan itu kurang kuat. Dan seorang yang belum lama menjalani hidup oleh Roh, sangat mungkin bertumbuh dalam hal itu. Gambaran buah yang melukiskan apa yang dihasilkan Roh di dalam hidup Anda (Gal. 5:22), juga mengacu pada hal itu. Buah tidak muncul tiba-tiba saja pada sebuah pohon, melainkan harus bertumbuh dan menjadi matang. Itu adalah proses.
Dan semuanya dimulai dengan menabur, ”Siapa yang menabur (pada ladang) Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu” (Gal. 6:8).
Selain goncangan yang dapat dialami seorang dalam jangka waktu yang lebih lama, ada juga saat-saat di mana seorang dipimpin kuat oleh Roh. Dalam kitab Kisah Para Rasul kita melihat beberapa contoh mengenai hal itu (lih. Bab 1, #4). Semua contoh itu secara langsung atau tidak langsung, berhubungan dengan tindakan bersaksi tentang Yesus Kristus. Dan tak ayal lagi, sekarang pun kita boleh merasa yakin bahwa hal-hal seperti itu terjadi. Misalnya, seorang pendeta yang pada saat tertentu memberitakan Injil dengan penuh semangat, jauh lebih bersemangat dibandingkan dengan lain kali seakan-akan dia dijiwai sesuatu yang tidak timbul dari dirinya sendiri, melainkan dari Roh Kudus, nah, di situ kita pasti boleh memakai ungkapan alkitabiah: dia berkhotbah ”penuh dengan Roh”. Dan hal itu tentu saja bukan hanya berlaku bagi para pendeta, tetapi bagi siapa pun yang berbicara dengan orang lain tentang atau berdasarkan Injil baik dengan orang lain yang tidak (belum) percaya, maupun dengan seorang saudara seiman, dengan tujuan mendorong semangatnya, atau menegurnya atau menghiburnya.
Dan, terlepas dari situasi-situasi di mana kita bersaksi secara langsung, orang percaya manakah yang belum mengalami saat-saat di mana kita dipenuhi semangat yang khusus, yaitu pada waktu kita menyanyi dalam ibadah gereja, atau mendengarkan khotbah, atau berada dalam kelompok penyelidikan Alkitab, atau mengadakan percakapan dengan sesama kita seiman, atau kapan pun juga? Itu bukan hanya emosi-emosi manusiawi; di dalamnya pasti ada karya Roh Kudus, yang selalu dan berulang-ulang ingin memenuhi, memimpin dan menjiwai orang-orang Kristen.
Penuh dengan Roh sebagai realitas yang tetap, sebagai kenyataan yang semakin bertumbuh, sebagai saat-saat penuh rasa haru yang luar biasa pengalaman seperti itu menghasilkan hidup yang penuh buah Roh; sukacita; damai sejahtera; ketaatan; pengingkaran diri sendiri; kemenangan atas dosa-dosa; penaklukan kebimbangan; kesetiaan kepada Allah dan kepada manusia; rasa iba kepada mereka yang bukan Kristen.
Ada kemungkinan bahwa pengalaman iman orang Kristen yang karismatik tidak begitu besar bedanya dengan pengalaman iman orang Kristen yang tidak karismatik, tetapi bahwa cara mereka mengungkapkan dan mencari pengalaman-pengalaman itu yang berbeda-beda. J.I.Packer mengetengahkan hipotesis ini, yang layak dipertimbangkan (dalam bukunya Life in the Spirit, Hidup dalam Roh). Pada satu pihak dia menegaskan bahwa teologi di balik segala ciri khas yang dikemukakan oleh gerakan karismatik (”baptisan dengan Roh sebagai pengalaman khusus”) sama sekali tidak alkitabiah. Di pihak lain dia menulis, ”Apa yang dilakukan Allah dalam hidup dan melalui pengalaman orang-orang yang menyebut dirinya dengan tegas karismatik, pada hakikatnya ialah apa yang dilakukan-Nya dalam hidup semua orang beriman yang telah dilahirkan kembali, di mana pun di dunia ini yaitu pembaruan menurut gambar Kristus dalam setiap orang, sehingga kepercayaan, kasih, harapan, kesabaran, pengabdian, kesetiaan, pengingkaran diri dan kerelaan berkorban, ketaatan dan sukacita semakin nyata tampak di dalam diri kita, seperti yang kita sendiri juga melihat pada diri-Nya.” Mereka memang memiliki buah-buah seperti itu dalam hidupnya, meskipun teologinya tidak alkitabiah, itu mungkin jauh lebih baik ketimbang situasi di mana ada teologi alkitabiah tetapi tidak ada buah Roh di dalam hidup orang...
Kristus memberikan Roh-Nya secara berlimpah-limpah. Maukah Anda dipenuhi dengan Roh itu? Berdoalah, percayalah dan berupayalah untuk hidup menurut kehendak Allah, yaitu makin memperlihatkan buah-buah Roh. Sebagai berkat atas usaha itu kita boleh mengharapkan bahwa kita senantiasa dan semakin erat benar-benar hidup dengan Allah, dan Allah dengan kita, sesuai dengan maksud tujuan-Nya sejak dahulu: Dia Allah kita; dan kita umat-Nya.
Pertanyaan-pertanyaan untuk dibahas
1. Banyak orang Kristen berpendapat bahwa ”baptisan Roh” yang dijalani gereja adalah kejadian tertentu yang hanya terjadi sekali untuk selamanya. Apakah Anda melihat segi-segi menarik dalam (salah satu dari) kedua posisi di mana pendapat itu dijumpai?Drs. H. ten Brinke (1959) adalah pendeta jemaat di Belgia, Brussel.