3. Garis Besar ALKITAB

1. Mengenai apakah Alkitab itu?

Alkitab berisi tentang apa? Bayangkan, kalau orang bertanya seperti itu kepada kita. Untuk menjelaskannya, dari mana kita harus memulai? Apa yang harus kita katakan agar orang itu mendapat gambaran yang baik tentang Alkitab? Tentu saja, hal itu tidak mudah. Apa yang semestinya kita katakan dan apa yang boleh kita abaikan? Namun, sebaiknya kita harus memberikan gambaran yang menyeluruh. Sama seperti kita meng amati sesuatu dari atas, demikianlah kita bisa melakukannya terhadap Alkitab.

2. Hubungan Allah dan manusia

Jika kita sandingkan halaman-halaman pertama Alkitab dengan halaman-halamannya yang terakhir, maka tampak jelas persamaan-persamaannya. Kitab Kejadian memulai isi Alkitab dengan penciptaan langit dan bumi. Kitab Wahyu menutupnya dengan janji mengenai langit dan bumi yang baru. Dalam Kejadian, Allah bergaul dengan kedua orang pertama. Dia mengunjungi Adam dan Hawa di Taman Eden (bnd Kej 3:8). Allah sendiri akan bersama-sama dengan mereka. Pada akhir Kitab Wahyu hal itu diungkapkan kembali. Kita melihat hubung an antara Allah dan manusia: Ia akan tinggal bersama-sama dengan mereka (Why 21:3). Dikatakan bahwa Dia membangun kemah-Nya di tengah-tengah mereka. Manusia yang pertama kini telah berkembang men jadi kumpulan besar orang banyak (Why 7:9; bnd Kej 1:28). Seka rang Allah bergaul dengan mereka semua, tidak lagi dalam sebuah taman, tetapi dalam sebuah kota yang sangat besar (lih Why 21:23-26).

3. Sampai kepada akhir yang baik

Kalau kita membandingkan bagian akhir Alkitab dengan bagian awalnya, maka jelaslah banyak hal yang telah terjadi; berbagai peristiwa kesusahan dan kesedihan, dukacita dan keluhan. Pada mulanya belum ada persoalan-persoalan seperti itu. Manusia awalnya tidak cemar, hidup dalam kekudusan, tidak fana, dan juga tidak rusak. Kemudian maut dan kebinasaan masuk bagai perampok. Hal itu terjadi se bagai akibat manusia memutuskan hubungan kepercayaan dengan Allah (bnd Kej 3). Tetapi, Allah memulihkan hubungan itu di kemudian hari. Allah selalu berinisiatif menyatakan kehendak-Nya. Hal itu menjadi sebuah refrein dalam Alkitab: Aku akan menjadi Allahmu dan kamu akan menjadi umat-Ku (lih Kej 12:1-3; 17:7; Kel 20:1; Yer 31:33; Mat 28:18; Kis 2:39; Why 21:3, 7).

Pada akhirnya, Allah mengubah sejarah manusia menjadi baik adanya, karena Ia akan meng hapus segala air mata dari mata mereka (Why 21:4; bnd Yes 25:8). Dia mampu mengatasi semua kesulitan dunia. Dia membuat segala yang jahat menjadi baik. Penyakit dan kuasa maut akan dilenyapkan untuk selama-lamanya sehingga yang tinggal hanya pancaran kemuliaan Allah pada manusia.

4. Janji utama1

Pada mulanya Allah telah memberitahukan rancangan-Nya secara ringkas kepada Adam dan Hawa (lih Kej 3:15). Ketika kejahatan merasuki dunia, Allah menyatakan perang kepada kejahatan dan penjahat yang ada di baliknya. Selanjut nya, kehidupan selalu diwarnai oleh perjuangan, yaitu pertarungan di antara yang baik dan yang jahat. Tetapi, Allah yang berjanji bahwa peperangan itu akan berakhir dengan kemenang an. Seorang keturunan dari Hawa akan menyerang kejahatan dan meniadakannya dari dunia. Pada saat itu, Adam dan Hawa mengerti intinya (atau pokoknya), yakni keselamatan berasal dari Allah melalui seseorang yang sudah ditentukan. Apa dan bagaimana caranya masih perlu dibuka dan dirincikan lebih lanjut. Tetapi, kabar baik (Injil) itu pada dasarnya sudah jelas. Hal itu juga nyata dari nama yang diberikan Adam kepada istrinya. Pada awalnya, dia dinamai menurut suaminya yang dalam bahasa Ibrani disebut isy (orang laki-laki), yaitu isya (orang perempuan). Tetapi, senantiasa dia dinamai menurut ”Adam” yang akan datang kelak, yaitu Hawa. Nama Hawa itu berarti ibu semua yang hi dup (lih Kej 3:20), atau juga ”mama Kehidupan”.2

5. Tindakan Allah yang mengacaubalaukan bahasa manusia, dan pemulihannya

Sekarang kita beralih ke tahap sejarah selanjutnya. Sekali lagi kita membandingkan di antara zaman permulaan dan zaman akhir.

Pada permulaan sejarah, sebagaimana yang kita baca, manusia membangun menara yang tinggi di Babel. Mereka melakukannya bukan untuk mencapai langit, melainkan karena menginginkan suatu simbol agar me reka tidak tercerai-berai satu dengan yang lain. Dan terutama, me reka ingin mencari nama (lih Kej 11:4). Mereka mau membangun nama untuk diri mereka sendiri. Mereka semua menyadari hidup mereka punya akhir dan akan berhenti pada suatu saat. Dengan melakukan perbuatan yang besar, mereka akan bisa hidup terus dalam ingatan orang. Mereka ingin tetap hidup bahkan sesudah mereka mati, dan dengan demikian mereka mau tetap mengontrol segala-galanya. Ambisi itulah yang Allah lihat dalam rencana mereka. Dan semuanya itu tidak berkenan di hati Allah!

Mencari nama untuk dirinya sendiri: itulah ciri mereka. Mereka mau menandingi Allah. Sebagai akibatnya, Allah mengacaubalaukan bahasa mereka, sehingga mereka tidak bisa mengerti lagi bahasa masing-masing (Kej 11:7). Mereka diserakkan Allah ke seluruh bumi (lih Kej 11:8-9). Oleh karena itu, mereka tidak lagi bisa menyatukan kekuasaan mereka melawan Allah.

Berabad-abad kemudian, pada Hari Pentakosta terjadilah hal yang serupa. Sekali lagi, sebuah nama ditinggikan. Tetapi, kali ini bukan tentang manusia, melainkan Allah yang meninggikan nama-Nya. Dia menyatakan perbuatan-perbuatan-Nya yang besar (bnd Kis 2:11), yang tidak terlupakan dan yang melampaui hidup semua orang. Anak Allah sendiri yang membangun nama baik yang mulia itu! Dalam pekerjaan-Nya, Dia (Sang Anak) tidak melawan Allah, tetapi untuk kemuliaan nama-Nya, dan untuk melayani manusia. Dia mengadakan peperangan terhadap kejahatan, kebinasaan, penyakit, dan maut. Hanya ada satu nama yang oleh-Nya manusia dapat diselamatkan dan hidup terus (lih Kis 4:12).

Pada Hari Pentakosta itu kita melihat banyak peristiwa lain yang terjadi. Bahasa manusia tidak dikacaubalaukan, tetapi yang terjadi ialah pemulihan. Semua orang yang hadir saat itu men dengar para rasul berbicara tentang perbuatan-perbuatan besar Allah dalam bahasanya sendiri (lih Kis 2:4, 8, 11). Bangsa-bangsa tidak lagi diserakkan ke seluruh bumi, tetapi sebalik nya mereka dikumpulkan. Tidak ada yang mampu menyatukan semuanya sedemikian rupa kecuali Anak Allah. Jadi, sekarang tidak ada lagi perselisihan karena bahasa yang kacau-balau, tetapi yang ada adalah kesatuan, karena semua orang mendengar tentang Allah yang telah meninggikan nama-Nya, dalam bahasanya masing-masing.

6. Melalui Abram

Allah selalu peduli terhadap semua bangsa. Dia tidak pernah mengabaikan satu bangsa pun. Namun, Dia memusatkan perhatian-Nya yang isti mewa pada satu orang, yakni Abram, dan keturunannya. Allah memanggil Abram dari Ur. Dan dengan dilatarbelakangi peristiwa mena ra Babel, Allah berjanji untuk membuat nama Abram masyhur (lih Kej 12:2). Bahkan Allah memberikan nama baru kepadanya, yaitu Abraham, yang berarti dia menjadi bapak segala bangsa (lih Kej 17:5). Allah mempunyai rancangan-rancangan terhadap dunia ini, dan hendak menggenapinya melalui Abraham. Allah ingin terus berjalan bersama Abraham. Hal itu terjadi melalui cara yang luar biasa karena Abraham dan istri nya mandul sampai mereka lanjut usia (lih Kej 11:30).3 Tetapi, pada akhirnya-mukjizat besar terjadi!-Abraham mendapat seorang anak. Allah berjanji kepada Abraham bahwa keturunannya akan lahir melalui mukjizat. Dari keturunannyalah akan muncul bangsa yang besar yang tak terhitung jumlahnya. Dan semua bangsa akan mendapat bagian dalam janji-janji yang besar itu (lih Kej 12:3).

Allah juga menjanjikan tanah kepada Abraham. Allah memberikan harapan akan negeri yang akan menjadi dimiliki Abraham di masa depan. Umat Israel, anak-anak Abraham, akhirnya tiba di tanah yang dijanjikan itu, setelah lama berada di padang gurun yang penuh cobaan. Sebenarnya, semua yang berkaitan dengan tanah yang dijanjikan itu memberikan gambar an4 yang karak teristiknya untuk masa depan. Karena tanah itu menunjukkan makna yang lebih dari sekadar tempat di bawah matahari untuk umat Allah, tanah Palestina. Tanah itu menunjuk ke tanah warisan yang lain, yaitu bumi baru. Karena itu, Abraham juga disebut ahli waris dunia dan menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah (lih Ibr 11:9-10; bnd Rm 4:13).

Janji kepada Abraham mengenai tanah dan keturunan berkaitan satu dengan yang lain. Kedua-duanya adalah janji utama.5 Pada bumi baru kedua janji ini akan tergenapi dengan sempurna ketika umat manusia yang baru mempunyai tempat yang seluas-luasnya untuk tinggal, dan kebahagiaannya tidak ada habis-habisnya.

Jika kita mulai membaca Perjanjian Baru, pada ayat pertama Injil Matius, kita langsung bertemu dengan Abraham. Yesus, Mesias atau Penebus yang dijanjikan Allah, lahir sebagai anak Abraham (lih Mat 1:1). Allah menepati janji-Nya yang berabad-abad lamanya. Dan kalau kita membaca seluruh Injil Matius, kita mendengar Yesus-sebelum Dia naik ke surga-mengatakan sesuatu yang mengingatkan kita akan Abraham. Yesus memerintahkan supaya Injil diberitakan kepada semua bangsa di muka bumi (bnd Kej 12:3). ”Jadikanlah semua bangsa murid-Ku” (Mat 28:19). Dan juga: ”Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman” (ay 20). ”Aku menyertai kamu”, tepat seperti yang pernah Allah ungkap kan sebelumnya kepada Abraham.

7. Angin dan api

Allah mengikatkan diri secara khusus dengan satu bangsa. Seolah-olah, Allah menikah dengan umat-Nya, Israel. Melalui bangsa itu, Allah hendak mewujudkan janji-janji-Nya yang hebat mengenai datangnya bumi yang baru. Hubungan yang istimewa itu Dia ikrarkan dalam sebuah perjanjian. Hal itu terjadi pada Gunung Sinai, setelah Dia membebaskan umat-Nya dari perbudakan di Mesir. Ketika Allah meneguhkan perjanjian itu, dan umat-Nya menjawab, ”ya dan amin,” maka terjadilah badai, dan gunung [tempat Allah menampakkan diri], menyala-nyala dengan api. Umat Israel harus berdiri jauh-jauh. Mereka takut akan kehadiran Allah (lih Kel 19-20; Ul 5; bnd Ibr 12:18-21). Karena mustahil umat yang penuh dosa dan pemberontakan bisa berdekatan dengan Allah yang begitu kudus dan menakjubkan.

Jika kita melihat abad-abad selanjutnya sambil mengarahkan perhatian kita pada hari Penta kosta, lagi-lagi kita akan menjumpai tanda-tanda angin dan api. Hanya, anginnya bukan badai yang keras, tetapi orang hanya mendengar bunyi seperti tiupan angin keras (Kis 2:1-2). Selanjutnya, api itu begitu dekat, yaitu seperti nyala-nyala api yang bertebaran dan hinggap pada kepala-kepala mereka masing-masing, tanpa menghanguskan rambut mereka (lih Kis 2:3). Mana mungkin Allah bisa datang begitu dekat? Itu berkat karya Kristus. Saat manusia berkali-kali memutuskan hubungan dengan Allah, Dia kembali memulihkan hubungan itu. Betapa setianya Allah! Allah tetap setia saat manusia tidak peduli. Allah menyelesaikan apa yang tidak pernah berhasil manusia lakukan. Allah mengambil alih tempat manusia dan membuat perjanjian yang baru dan yang tidak bisa rusak lagi (lih Ibr 8; 12:24). Pada hari Pentakosta itu lahirlah umat yang baru dari semua bangsa.

8. Firdaus kembali dibuka

Dalam sejarah kita terus melihat Allah selalu berusaha membangun hubungan dengan manusia. Mereka menjauh dari-Nya, tetapi Dia lah yang memulihkan hubungan dengan manusia. Allah ingin dekat dan tinggal di tengah-tengah manusia.

Hal itu juga bisa kita lihat dalam kisah berikut: Sesudah manusia diusir dari taman Eden, taman itu dijaga oleh beberapa malaikat dengan pedang (lih Kej 3:24). Kerub-kerub yang adalah roh-roh yang berdiri di sekitar takhta Allah (lih bab 10.5.1). Firdaus telah berlalu, jalan masuk ditutup. Namun, Allah datang mendekat kepada manusia. Selama umat-Nya mengembara di padang gurun6, Dia berjalan bersama-sama de ngan mereka. Allah membangun kemah di antara umat-Nya, untuk men jelaskan bahwa Dia mau berdiam di tengah-tengah me reka. Sebenarnya, mustahil Dia tinggal begitu dekat karena ada jurang pemisah yang dalam antara Allah yang kudus dan umat yang berdosa. Karena itu, di Kemah Suci terdapat tabir yang memisahkan tempat kediaman Allah. Pada tirai itu digambarkan kerub-kerub, yakni malaikat-malaikat (lih Kel 26:31-33). Tabir itu memisahkan tempat khusus, yaitu ruang yang maha kudus, letak takhta Allah secara simbolis, dalam bentuk tabut. Di kemudian hari, kemah itu diganti dengan Bait Allah. Peraturannya masih tetap sama. Tidak seorang pun yang boleh masuk ke tempat yang khusus itu, yang mengingat kan akan Firdaus yang sudah hilang.

Allah bisa berdiam di sana karena Dia terus-menerus memperdamaikan diri-Nya dengan umat-Nya. Hal itu terjadi melalui tumpahan darah, yang berasal dari kurban-kurban yang dipersembahkan. Setahun sekali hanya satu orang yang boleh masuk, melewati tabir sampai ke depan takhta Allah, untuk mem bebaskan dirinya sendiri dan umat Israel (lih Im 16), sesudah penumpahan darah kurban. Jika tidak, maka tidak seorang pun yang bisa datang begitu dekat.

Arti semuanya itu menjadi jelas ketika Yesus, Anak Allah, mati.

Pada saat itu, tirai terbelah menjadi dua (lih Mat 27:51). Darah-Nya telah mengalir, maka sekarang jalan menuju Allah telah dibuka (lih Ibr 10:1921). Yesus yang merintis jalan kepada Allah. Dia mendekat bahkan tinggal di tengah-tengah manusia. Dia sendiri adalah Allah. Dia menang atas maut. Dia melunasi semua hutang dan mengalahkan kematian. Karena kebangkitan-Nya, jalan menuju Allah terbuka kembali. Hal itu tampak jelas ketika malaikat-malaikat berdiri di kuburan pada hari kebangkitanNya. Mereka tidak hanya pembawa pesan, tetapi mereka juga memperlihatkan bahwa jalan menuju firdaus kembali dibuka. Sama seperti janji Yesus kepada satu dari dua orang yang disalibkan bersama dengan Dia: Hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus (Luk 23:43). Dan kemudian di bumi yang baru, malaikat-malaikat berada di atas pintu-pintu gerbang kota Yerusalem untuk menjaga agar tidak ada yang masuk ke dalamnya sesuatu yang najis dan kotor (lih Why 21:12, 27). Pintu-pintu gerbang itu tidak pernah ditutup lagi. Allah sendiri beserta Anak-Nya yang menjadi pusat-Nya yang cemerlang.

9. Dialah Raja!

Ada lagi hal penting yang perlu kita gali, yaitu tentang kerajaan. Di dalam Alkitab, Allah disebut juga Raja. Dia adalah Raja alam semesta, seluruh ciptaan-Nya.

Umat Allah sendiri, Israel, tidak merasa puas dengan Allah sebagai Raja. Mereka juga ingin memiliki raja sendiri, sama seperti bangsa-bangsa lainnya (lih 1Sam 8). Allah mengguna kan kerajaan itu, yakni raja memerintah atas nama Allah. Tetapi, raja-raja itu membuat Allah kecewa. Saul tidak taat kepada Allah, Daud mempunyai sisi gelap, dan Salomo pun demikian. Semua putra Daud lama-kelamaan mengecewa kan. Kejahatan semakin bertambah. Sampai akhirnya umat Israel dibuang dari tanah pusaka mereka (terulang lagi apa yang pernah terjadi di Taman Eden). Semua raja gagal. Kenyataan itu menimbulkan kerinduan akan seorang raja, yang memenuhi harapan-harapan Allah dan umat-Nya. Dan itu juga yang Allah janjikan: seorang anak Daud, yang akan membawa damai dan yang akan menjadi raja atas semua bangsa (lih 2Sam 7). Kerajaan Allah pasti datang, pada saat yang Dia tentukan dan kekal untuk selama-lamanya.

Pada akhirnya harus tumbuh sesuatu yang baru-tunas atau taruk-dari tunggul dinasti Daud yang telah dipotong dan yang sepertinya sudah hilang total (lih Yes 11:1; bnd ps 9; juga Yeh 17). Yesus bukan hanya anak Abraham, melainkan juga anak Daud. Kerajaan-Nya tidak berakhir. Kita menemukannya juga di bagian awal Perjanjian Baru dalam Matius 1, tetapi sejarah kelahiran Yesus lebih jelas lagi terlihat dalam Lukas 1-2. Anak Allah akan duduk di atas takhta Daud untuk selamalamanya. Tidak seorang pun yang bisa menurunkan-Nya dari takhta itu. Dia lah Raja yang sempurna di bumi yang baru.

10. Model jam pasir

Kalau kita melihat secara menyeluruh, kita menemukan pola yang unik. Allah memulai sejarah dengan sepasang manusia. Dia juga mengarahkan perha tian-Nya kepada semua keturunan Adam dan Hawa. Tetapi, seiring berjalan nya waktu, kita melihat terjadinya pengerucutan, yang disebabkan semakin banyak manusia yang menjauh dari Allah. Setelah peristiwa-peristiwa air bah-hanya Nuh dan keluarganya yang selamat-dan menara Babel, pengerucutan berlanjut terus, yaitu ketika Allah mengarahkan perhatian-Nya kepada satu orang secara khusus, Abram (lih Kej 12). Meskipun Allah memusatkan perhatian-Nya kepada Abram, Allah langsung menentukan Abram untuk memimpin ”semua kaum di muka bumi (Kej 12:3)! Melalui Abram dan umat Israel, yang berasal dari Abram, Allah mempeduli kan seluruh dunia. Jadi, umat Israel tidak pernah berdiri atas dirinya sendiri, tetapi selalu berfungsi sebagai pelayan bagi bangsa-bangsa (lih Ul 4:6; Mzm 87).

TUHAN memang menyebut diri-Nya Allah Israel, tetapi TUHAN terus-menerus memberi tahu bahwa Dia tidak kehilangan kontak de ngan dunia-Nya (lih Kel 19:5). Artinya, konsentrasi-Nya pada satu bangsa saja hanya bersifat sementara. Maksud Allah adalah, meme nangkan kembali seluruh umat manusia bagi-Nya melalui umat Israel. Oleh karena itu, Allah mengutus Anak-Nya ke dunia ini, sebagai anak Abraham. Dia adalah manusia yang baru, yang tidak membatasi diri pada bangsa asalNya, tetapi yang mengarahkan perhatian-Nya kepada semua bangsa (lih Mat 28:18-19). Hal itu tampak jelas pada hari Pentakosta, ketika semua bangsa kembali diperhatikan. Allah sedang memimpin umat manusia yang baru, yang terdiri dari semua kaum di muka bumi.

Jika diandaikan, seperti melihat sebuah jam pasir yang terletak pada sisinya. Awalnya lebar, tetapi kemudian semakin sempit, sampai kedatangan Kristus. Pada waktu itu umat Allah yang tertinggal hanya sisa sedikit. Melalui Kristus yang berada di pusat, Allah sampai lagi pada sepanjang keluasan, yaitu suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat dihitung jumlahnya, dari segala bangsa dan suku dan umat dan bahasa (lih Why 7:9)!

11. Cara Allah

Kini, kita telah memperoleh gambaran yang menyeluruh. Gambar itu bisa diisi dan diberi fokus dengan berbagai cara. Tetapi, kita tidak hanya bisa mengenali pola-pola tertentu di dalamnya, demikian juga cara Allah bekerja. Kita juga belajar mengenal Dia semakin baik.

Cara Allah bekerja sering bertentangan dengan apa yang dipikirkan manusia. Allah bekerja dengan manusia yang darinya tidak bisa diharapkan apa-apa. Berapa lama Abraham harus menunggu lahirnya seorang anak laki-laki? Menurut mata manusia, hal itu adalah kemustahilan semata-mata. Tetapi, ketika kemungkinan-kemungkinan yang bisa dipikirkan oleh manusia sudah habis, Allah pun bertindak. Allah memunculkan dari yang tidak ada menjadi ada, itulah ciri khas cara Allah bekerja. Dari orang-orang mandul, yang darinya tidak bisa diharapkan apa-apa, Allah malah membuat penyelamat-penyelamat muncul (msl, Simson dan Samuel). Muncul nya umat Israel adalah semata-mata mukjizat. Demikian juga kelangsungan hidupnya (lih Rm 4:17).

Ketika mengikuti sejarah dalam Alkitab, kita bisa menyimpulkan siapa Allah. Allah tidak membuka semuanya sekaligus. Tetapi, dengan berjalannya waktu, Allah semakin banyak menyatakan diri-Nya. Lamakelamaan Allah membuat pengenalan kita akan Dia semakin baik adanya. Dengan berbagai cara Allah menyatakan siapa diri-Nya. Karya penyataan-Nya itu bukanlah hal yang sepele!7 Sesuai kehendak-Nya, Allah 7 Dari rahasia yang tertutup (bahasa Yunani apokryphon) menuju penyataan yang terbuka (bh Yunani apokalyps).

background image background image

mau tinggal, bergaul, bahkan bekerja sama dengan mereka. Allah berbicara kepada manusia, dan melakukan perbuatan-perbuatan yang besar. Dengan demikian, semuanya berlangsung cepat dan lancar. Allah sering memberi tahukan perbuatan-perbuatan-Nya sebelumnya, dan menjelaskan sesudahnya. Dengan cara itu, Allah memperlihatkan diri-Nya sendiri kepada umat-Nya dan kepada dunia. Allah memperkenalkan namaNya, memberitahukan rencana-rencana dan strategi-Nya, kehendak dan tujuan-Nya.

Dalam melakukan rencana-Nya, Allah ingin mengajar manusia mengenai siapa Dia, apa yang Allah harapkan dari dunia-Nya, dan apa rencana-Nya. Karena manusia telah kehi langan pan dangan akan dirinya sendiri dan akan Allah, mau tidak mau Allah harus mengajar kita betapa kita telah menyimpang dari maksud-Nya yang semula, dan betapa kita membutuhkan Dia untuk dipulihkan dengan sempurna. Justru itulah rencana Allah! Allah sedang mengerjakan pemulihan total dunia-Nya. Allah mau memperbaiki hubungan-hubungan yang sudah rusak, sampai Dia menjadi semua di dalam semua (1Kor 15:28). Pada akhirnya, Allah akan kembali membentangkan kemah-Nya di tengah-tengah bangsabangsa. Allah sendiri akan menyertai mereka (lih Why 7:15; 21:3).

Setiap hari mendalami firman Tuhan

1. Kejadian 2:1-14 (Permulaan sejarah).
2. Kejadian 12:1-4 (Melalui Abram umat manusia mendapat perhatian Tuhan).
3. Kejadian 11:7-9 dan Kisah Para Rasul 2:4-6 (Keadaan kacau balau-bahasa dipulihkan).
4. Lukas 2:29-32 (Keselamatan untuk semua bangsa).
5. Wahyu 7:9-17 (Manusia yang tak terhitung banyaknya dari semua bangsa).
6. Wahyu 21:1-6 (Allah sendiri akan menyertai mereka).
7. Wahyu 21:22-22:5 (Pancaran kemuliaan Allah atas semua bangsa).

Pertanyaan diskusi

1. Apa yang paling berkesan bagi Anda dalam gambar yang menyeluruh itu?
2. Apa gunanya bagi Anda untuk melihat hubungan-hubungan di antara perbuatan-perbuatan Allah yang besar itu? Apakah saling berkaitannya itu masih menarik bagi Anda?
3. Apa yang menarik perhatian Anda, jika membandingkanperistiwa-peristiwa di Gunung Sinai (lih Kel 19:17-20; Ibr 12:18-21) dengan peristiwa hari Pentakosta (lih Kis 2:1-4)? Perhatikan tanda-tanda yang terjadi.
4. Mengapa janji pertama setelah manusia jatuh ke dalam dosa disebut janji utama? Menurut Anda, apakah Adam dan Hawa sudah bisa mengerti intinya (pokok janji utama itu)?
5. Apakah Israel masa kini masih tetap mempunyai arti yang sama bagi semua bangsa seperti halnya sebelum kedatangan Kristus (bnd bab 20)?
6. Cara kerja yang Allah perlihatkan, sering bisa dikenali. Apa arti garis keturunan yang berturut-turut dalam kelahiran-kelahiran yang ajaib itu? Mengapa Allah sering melibatkan orang-orang yang mandul terlebih dahulu? (Bnd Rm 4)
7. Apa yang dimaksud dengan kata ”penyataan”? Apakah Allah masih tetap menyatakan diri-Nya dengan cara yang sama itu? Atau benarkah Anda juga belajar mengenal Allah melalui cara-cara yang lain?

background image

Informasi Buku

  1. PDF
  2. Penulis:
    Dr. Egbert Brink
  3. ISBN:
    978-602-1006-17-7
  4. Copyright:
    © 2000. Dr. Egbert Brink
  5. Penerbit:
    Yayasan Komunikasi Bina Kasih