15. ROH KUDUS yang Adalah ALLAH Sendiri

1. Perhatian untuk Roh Allah

Antusias, suka cita, bersemangat, bergairah, bergelora .... Itu semua kata-kata yang muncul saat kita berpikir tentang Roh Kudus. Tetapi, apakah perhatian semua orang Kristen yang diberikan kepada-Nya sudah cukup atau pantas? Kita sering mendengar keluhan tentang gereja-gereja yang kurang berkembang, tentang suasana ibadah yang datar dan kurang bersemangat, tentang iman jemaat yang lemah, tentang suasana yang dingin, tentang muka-muka yang muram. Apakah Roh Kudus benar-benar hadir? Apakah benar Roh Kudus baru dikatakan hadir, kalau terjadi antusiasme yang menyala-nyala, kalau orang berkobarkobar, atau kalau antusiasme mereka berdampak kepada orang lain, karena ada sesuatu yang menyentuh hati yang sukar dipendam. Ketika orang penuh semangat dan spirit, apakah itu berarti bahwa mereka mempunyai Roh? Apakah semua orang Kristen dibaptis dengan Roh Kudus? Dan bagaimana mengenai karuniakarunia Roh, seperti bernubuat, berbahasa lidah, menyembuhkan, dan sebagainya? Bagaimana mengenai buah-buah Roh? Masih sangat banyak pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan hal itu.

2. Roh bukanlah kuasa yang tidak berke pribadian

Allah adalah Roh! Seperti yang diuraikan dengan begitu mantap dalam Pengakuan Iman Nicea, yaitu ”yang bersama-sama dengan Bapa dan Anak disembah dan dimuliakan”.1 Roh Kudus bukanlah kuasa yang tidak berkepribadian karena Roh Kudus itu adalah Allah sendiri. Dia tidak sama seperti tetapi sama dengan Bapa dan Anak (lih 4.3; KH, p/j 53)! Hanya Dia yang menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah (1Kor 2:10). Ada lagi ungkapan yang begitu indah dalam Pengakuan Iman Nicea, yaitu ”yang jadi Tuhan dan yang meng hidupkan” (bnd Yoh 6:63; 2Kor 3:6). Menghidupkan; hanya Allah yang bisa melakukannya! Kitab Suci berbicara tentang Roh Kudus dengan istilah-istilah seputar hidup dan hidup baru (lahir baru). Roh yang membuat manusia hidup sehingga tepatlah nas ini, ”Roh Allah telah membuat aku, dan napas Yang Mahakuasa membuat aku hidup” (Ayb 33:4; bnd Kej 2:7). Tetapi, Roh Kudus juga membuat manusia hidup kembali (lih Yeh 37:14).

  • Dialah Sumber hidup. Jika Roh menahan napas-Nya, semuanya akan mati (lih Mzm 104:29-30). Tetapi, jika Roh Kudus menghembuskan napas-Nya atas bumi, semuanya akan ber tumbuh dan berbunga dengan berwarna-warni. Dia yang menghembuskan hidup yang baru ke dalam semuanya. Tetapi, Roh Kudus juga turut mengeluh bersama seluruh makhluk yang menderita (bnd Rm 8:18-27).
  • Dialah Inspirator yang agung. Roh Kudus yang mengilhamkan kepada para seniman dalam meng hidupkan bahan yang mati. Dia yang mendukung pekerjaan Bazaleel dan Aholiab (lih Kel 35:30-36:3). Kreativitas untuk membuat gambar-gambar yang hidup dari bahan yang ada di dalam dan di sekitar Kemah Suci, mereka terima dari Roh Kudus. Roh Kudus yang menyediakan karunia-karunia dan membuatnya berkembang (bnd 1Kor 12).
  • Dialah Komunikator yang agung. Dia yang berbicara dari hati Allah. Apa yang digali-Nya dari sana, Dia sampaikan kepada manusia. Kita sama sekali tidak akan bisa mengetahui apa pun tentang Allah, jika Roh-Nya tidak memperlihatkannya kepada kita (lih bab 2.1-3). Dengan berbagai cara Roh Kudus mengomunikasikan betapa hati Allah tertuju kepada dunia-Nya. Seluruh Alkitab menapaskan Dia.

1 Lih Groen, Ibid., hlm. 72.

Dengan melibatkan manusia, Roh Kudus tetap berkomunikasi secara verbal (lih 2Tim 3:16). Dari Allah, Roh Kudus berkomunikasi dengan manusia. Sebaliknya, ketika manusia berkomunikasi de ngan Allah, Roh Kudus menyelidiki hati kita, dan dari dalam diri kita, Roh Kudus ikut berdoa untuk menyampaikan apa yang tidak terucapkan oleh kita kepada Allah.

Dia yang mewujudkan hubungan dengan Allah Bapa dan Anak.

Dia yang membuat kita berseru, ”Ya Abba, ya Bapa!” (Rm 8:15-16) dan juga, ”Yesus adalah Tuhan!” (1Kor 12:3). Dia yang mempunyai semangat misi dan gairah yang teramat besar untuk membangun relasi antara manusia dan Allah. Hal itu tidak dilakukan-Nya secara otomatis, tetapi dengan pertolongan dari daya meyakinkanNya yang Ilahi. Dia yang meng insafkan dunia akan kebenaran, tetapi juga akan dosa dan penghakiman (Yoh 16:8). Jika tidak, mana mungkin kita mengalami perjumpaan dengan Kristus? Dia yang mewujudkan baik antusiasme yang penuh semangat (ciri khas kaum pemuda) maupun penyesalan yang sungguh-sungguh.

Singkatnya, Roh Kudus adalah Allah, yang dinamai Penghibur! Tidak seorang pun yang dapat memungkiri-Nya (lih Yoh 14:16-17).

3. Dari sebagian sampai sepenuhnya

Sudah jelas terlihat dari apa yang saya bahas di atas; betapa Roh Kudus telah hadir dan bekerja selama masa Perjanjian Lama. Mustahil jika Roh Kudus tidak bekerja pada masa itu. Bukankah Roh Kudus itu Allah? Walaupun demi kian, ada perbedaan yang jelas di zaman Perjanjian Baru, yakni masa sesudah Penta kosta. Dalam Perjanjian Lama kita selalu membaca bahwa yang menerima karunia Roh ialah para pemimpin umat (Musa, Simson, Saul, Daud). Itu sebabnya, tokoh-tokoh yang merujuk kepada Mesias itu (yaitu para raja, para imam, dan para nabi) diurapi. Misalnya, pada saat Musa mengangkat tujuh puluh tua-tua, dia mendengar dari Allah bahwa mereka akan mendapat bagian dari Roh, sama seperti dia sendiri. Selanjutnya mereka mulai bernubuat sehingga Musa berseru,

Ah, kalau seluruh umat TUHAN menjadi nabi, oleh karena TUHAN memberi Roh-Nya hinggap kepada mereka!” (Bil 11:29).

Para nabi menubuatkan, ”Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia”, yaitu laki-laki dan perempuan, tua dan muda (lih Yl 2:28-29; bnd Yes 32:15). Per bedaan di antara kehadiran Roh dalam Perjanjian Lama dan dalam Perjanjian Baru bisa diringkaskan sebagai berikut, yaitu dalam Perjanjian Lama Roh Kudus dicurahkan kepada sebagian orang saja sedangkan dalam Perjanjian Baru, Roh Kudus dicurahkan kepada semua orang. Awalnya, Roh Kudus dicurahkan secara khusus hanya kepada beberapa orang, dan dikemudian hari, Roh Kudus dicurahkan secara umum kepada semua orang percaya (lih Yes 59:21; Yer 31:33-34; Yeh 36:26-28). Atau, dengan kata lain, dari perwakilan (para imam dan para nabi bertindak di tengah-tengah umat Allah) kepada keterlibatan (semua orang Kristen masing-masing adalah imam dan nabi). Artinya, di dalam PB tidak ada lagi yang bertindak atas nama orang lain, tetapi semua orang berdiri sejajar di samping yang lain.

4. Kristus dan Roh

Yohanes Pembaptis, nabi yang besar, memberitakan kedatangan Anak Allah. Di dalam nya dia langsung menunjuk kepada Roh Kudus. Yesus, Sang Mesias, mempunyai Roh sedemikian rupa sehingga Roh Kudus bisa membaptiskan orang dengan Roh Kudus (lih Mat 3:11). Pada permulaan pela yanan Yesus di muka umum, Roh Kudus turun ke atas-Nya (lih Mat 3:16). Yesus sendiri pun menyaksikan bahwa Roh Kudus ada pada-Nya (lih Luk 4:21; bnd Yes 61:1). Hal itu nyata dalam seluruh pekerjaan-Nya sebagai Nabi yang tertinggi, Imam Besar, dan Raja yang tertinggi (KH p/j 31; bnd 12.2). Hal itu juga tampak dalam mukjizat-mukjizat yang diperbuat-Nya sebagai Pembuat mukjizat yang agung, dengan kharisma-Nya (karunia Roh) yang luar biasa itu.

Kristus dan Roh Kudus tak terpisahkan, terikat satu dengan yang lain. Hal itu dijelaskan-Nya, antara lain dalam undangan, ”Siapa saja yang haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! Siapa saja yang percaya kepada-Ku, ... dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup”. Yohanes menambahkan bahwa Yesus berbicara tentang Roh yang akan diterima setiap orang percaya (lih Yoh 7:37-39). Karena Yesus tidak hanya mempunyai Roh, tetapi Dia juga Pengutus Roh Kudus, maka kata-Nya ”Aku akan mengutus Penghibur dari Bapa” (Yoh 15:26; 16:7). Sekali lagi, Yesus menjelaskannya pada saat Dia menampakkan diri setelah kebangkitan-Nya. Dia mengembusi para rasul dan berkata, ”Terimalah Roh Kudus!” (Yoh 20:22). Dan sambil menan tikan hari Pentakosta, ”Kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus” (Kis 1:5).

5. Pencurahan Roh

Pada hari Pentakosta semua janji digenapi (lih Kis 2). Roh Kudus datang lebih dekat, lebih daripada yang pernah terjadi sebelumnya. Pertama di Gunung Sinai, angin ribut dan kilat api membuat umat Israel tetap berada jauh dari gunung itu (lih Kel 19; bnd 3.6). Tetapi sekarang tiupan angin keras memenuhi seluruh rumah di mana orang-orang percaya berkumpul dan berdoa. Dan tampaklah lidah-lidah api di atas kepala para rasul tanpa meng hanguskan mereka. Roh hinggap pada mereka semua, tanpa kecuali. Dan mereka dipenuhi dengan Roh Kudus dan mulai berbicara. Semangat mereka berkobar-kobar berkat tindakan Roh Kudus.

Semua orang mendengar orang-orang percaya itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri. Apakah itu ’bahasa lidah’ yang surgawi, yang pada saat itu dimengerti oleh setiap orang? Ataukah para rasul itu berbicara dalam bahasa-bahasa yang berbeda-beda (lih Kis 2:8-11)? Terdapat dukung an bagi dua kemungkinan itu. Saya sendiri mempertahankan interpretasi yang terakhir. Hanya kenyataan dua kata ’lidah’ dan ’bahasa’ adalah terjemahan dari satu kata Yunani ’glossa’ sudah mencukupi untuk itu. Sangkaan beberapa orang bahwa ”mereka sedang mabuk anggur manis” (Kis 2:13), tidak dikarenakan fenomena para rasul berkata-kata dalam salah satu bahasa yang mulia yang tak terpahami, yang bicaranya seperti orang mabuk, tetapi karena orang mendengar bunyi-bunyi berbagai bahasa asing dengan serentak. Roh Kudus yang memperdengarkan berbagai bahasa, justru ingin menunjuk kan bahwa Injil tidak lagi berbunyi hanya dalam bahasa kaum Yahudi. Dengan begitu, Roh Kudus melampaui atau menembus semua batas. Tanda-tanda ini selalu terjadi, ketika Roh Kudus sedang melakukan hal yang di luar batas pemikiran manusia. Hal itu terlihat pada orang-orang

Samaria (lih Kis 8), pada Kornelius (lih Kis 10-11), dan pada sekelompok murid-murid Yohanes Pembaptis (lih Kis 19).

Apa yang ada di ujung lidah para rasul? Mereka berbicara tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah (Kis 2:11). Sekali lagi, nyata bahwa betapa Kristus dan Roh Kudus terikat satu dengan yang lain. Roh Kudus tidak mengarahkan perhatian terhadap diri-Nya sendiri. Segala perhatian diarahkan-Nya kepada Bapa dan Kristus yang ditinggikan-Nya (lih Kis 2:33). Di sini Roh Kudus membuat mata air hidup semakin hebat, yang nantinya mengaliri dunia (lih Yeh 47; Yoh 7:39). Tercurahlah keselamatan sampai meluap karena Kristus telah menyelesaikan pekerjaanNya dan dimuliakan (lih Kis 2:33). Hal itu juga muncul dalam tang gapan para rasul pada mereka yang hatinya gusar, katanya ”Apa yang harus kami perbuat?” (Kis 2:37). Petrus memanggil mereka untuk bertobat, dan pembaptisan dalam nama Kristus langsung dihubungkannya de ngan menerima Roh Kudus (lih Kis 2:38-39). Pentakosta sungguh-sungguh menjadi pesta Kristus.

6. Diurapi dengan Roh

Apakah semua orang Kristen bisa mengatakan bahwa dia telah menerima Roh Kudus? Sudah pasti, iya, dengan bertitik tolak dari Perjanjian Baru, yaitu bahwa semua orang yang beriman kepada Kristus pasti menerima Roh Kudus. Pada hari Pentakosta, Kristus bersama Roh Kudus masuk dan berdiam di dalam jemaat-Nya (lih Ef 2:22). Dan tidak seorang pun yang bisa memisahkan Kristus dari umat Allah. Sekaligus semua orang percaya disebut bait Roh Kudus (lih 1Kor 3:16; 6:19). Paulus yang menulis bahwa ”dalam satu Roh kita semua ... telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh” (1Kor 12:13). Dan Yohanes bisa mengata kan bahwa ”kamu telah beroleh pengurap an dari Yang Kudus, dan dengan demikian kamu semua mengetahui nya” (1Yoh 2:20). Kristus adalah Kepala, dan orang-orang percaya seba gai tubuh-Nya (lih Ef 4:15). Ketika Kepala diurapi dengan Roh Kudus, ang gota-anggota tubuh pun pasti ikut terurapi. Sama seperti minyak peng urapan di atas kepala imam, meleleh ke seluruh tubuhnya (lih Mzm 133:2).

Siapa pun yang terikat kepada Kristus, tidak hanya berstatus Kristen, tetapi juga dimampukan untuk hidup sebagai Kristen dengan sungguh-sungguh (lih Rm 12:1-2; lih bagian 12.2), yaitu sebagai imam untuk mengabdikan hidup kepada Allah serta melayani orang lain, sebagai raja untuk berjuang melawan kejahatan, dan sebagai nabi untuk menyaksikan Nama Allah dengan berani. Tidak seorang pun yang dapat hidup sebagai orang Kristen atas kekuatannya sendiri (KH p/j 32; bnd Rm 6:12-13; Ef 6:10-20; Mat 10:20; Kis 4:13; 1Ptr 3:15).

Akan tetapi, semuanya itu tidak berlangsung secara otomatis. Ada juga kemungkinan Paulus mengarahkan diri kepada jemaat dengan katakata, jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus (Rm 8:9). Atau, ”Janganlah padamkan Roh” (1Tes 5:19). Dia juga meng ajak kaum percaya, katanya, ”Hendaklah kamu penuh dengan Roh!” (Ef 5:18). Dalam hal itu kita aktif tanpa berhenti. Artinya, kita terus-menerus membuka diri untuk Roh Kudus, dan membiarkan diri dibarui oleh-Nya terusmenerus. Tetapi, janganlah kita bingung, apakah kita harus belajar mengenal Kristus lebih dahulu dan selanjutnya masih harus menunggu Roh Kudus menghinggapi kita? Karena siapa yang mengenal Kristus, harus memiliki Roh Kudus (lih 1Kor 12:3). Di mana ada Tuhan, di situ pula Roh Kudus (lih 2Kor 3:17). Siapa yang menjadi milik Tuhan, juga mendapat bagian dari Roh Kudus (bnd Gal 4:6; Fil 1:19). Di suatu ke sempatan Paulus mengatakan, ”hendak lah kamu penuh dengan Roh” (Ef 5:18), dan pada kesempatan lain dia mengatakan, ”hendaklah perkataan Kristus tinggal dengan limpahnya di antara kamu” (Kol 3:16).

7. Dibaptis dengan Roh Kudus

Mengapa saya begitu menekankan bahwa semua orang yang sungguhsungguh percaya kepada Kristus telah menerima Roh Kudus? Karena sering kali orang-orang percaya dibingungkan oleh kalangan Kharismatik dan Pentakosta yang menunjukkan keharusan pembaptisan de ngan Roh Kudus. Gerakan Pentakostal memandang pembaptisan dengan Roh Kudus sebagai sebuah peristiwa tersendiri, yang menyusul sesudah orang bertobat. Sebagai bukti bahwa orang telah menerima Roh Kudus, orang itu haruslah mulai berbahasa lidah. Dalam gerakan Kharismatik,

hal itu sedikit lebih bernuansa. Mereka menyebutnya sebagai pemenuhan Roh Kudus, yang mana hal itu tidak terjadi sekali saja, tetapi bisa berlangsung terus-menerus.

Mengikuti Karunia-dalam bukunya Op zoek naar de Geest (Mencari Roh)-saya membedakan antara gerakan Kharismatik dan gerakan Pentakosta. Kedua-duanya memberikan perhatian yang khusus kepada pribadi dan pekerjaan Roh Kudus. Dalam hal ini, gerakan Pentakosta aktif di luar gereja-gereja, sementara gerakan Kharismatik ingin berpengaruh di dalam gereja-gereja. Selain itu, perlakuan terhadap Alkitab yang berbeda-beda. Dalam gerakan Pentakostal, ayat-ayat Alkitab sering dimaknai terpisah dari konteksnya dan dengan mudah dikaitkan dengan kehidupan seharihari serta ditujukan untuk perorangan. Sebaliknya, gerakan Kharismatik lebih memperhatikan konteks ayat-ayat Alkitab yang akan ditafsirkan dan diterapkan. Perbedaan yang lain ialah, dalam gerakan Pentakosta, orang begitu terarah pada akhir zaman dan kedatangan kerajaan seribu tahun (lih 25.10). Sedangkan, pada gerakan Kharismatik tidak terlalu menekankan kerajaan seribu tahun (khiliasme), tetapi lebih mengarahkan perhatiannya pada masalah-masalah dunia. Banyak orang yang menyebut diri ”evangelikal”, menganggap diri sebagai pengikut gerakan Kharismatik.

Bagaimanapun, mereka bertitik tolak dari sebuah pengalaman istimewa yang mereka sebutkan ”baptisan Roh Kudus”. Pengalaman itu mengikuti pertobatan, entah cepat atau lambat. Yang dimaksudkan ialah penerimaan Roh Kudus yang terjadi dengan kesadaran sendiri dan yang menimbulkan kegembiraan yang tidak terkatakan (bnd 1Ptr 1:8). Mungkin juga hal itu merupakan terobosan Roh Kudus yang baru, yaitu sesudah Roh Kudus diterima lebih awal dalam pembaptisan dengan air. Akibatnya, dalam praktik dibedakan dua kelompok orang Kristen, yaitu mereka yang tidak mengalami baptisan Roh Kudus (orang-orang Kristen yang duniawi) dan yang memang telah mengalaminya (orang-orang Kristen yang rohani).

Apakah Alkitab tidak cukup jelas mengungkapkan pembaptis an Roh Kudus itu? Ter nyata, dalam Perjanjian Baru kata benda ”(pem)baptisan” hanya dipakai untuk pembaptisan dengan air. Dan pembaptisan itu dikemukakan sebagai hal yang terjadi hanya satu kali saja. Sedang kan berkait an dengan Roh Kudus, istilah ini kita temui hanya sebagai kata kerja, yaitu membaptis (kan) dengan Roh Kudus. Dengan ungkapan itu, Yohanes Pembaptis menunjuk ke pekerjaan Tuhan Yesus yang berbeda dengan pekerjaannya sendiri. Sama seperti Yohanes membaptis dengan air, demikian Yesus akan membaptis dengan Roh Kudus (lih Mat 3:11 dan ayat-ayat sejajarnya dalam Mrk 1:8; Luk 3:16; Yoh 1:33). Kata-kata yang sama juga kita jumpai dalam Kisah Para Rasul 1:5 (pengulangan ayat-ayat tadi, tetapi sekarang Yesus sendiri yang mengucapkannya), dengan maksud, Tuhan memberitahukan hari Pentakosta, hari Dia akan men curahkan Roh. Dalam ayat ini ungkapan ”men curahkan Roh” sama arti nya dengan ”membaptis dengan Roh”. Sama halnya dalam Kisah Para Rasul 11:16 (kata-kata Yesus dikutip oleh Petrus). Dalam rumah Kornelius, dia (bersama seisi rumahnya) ”dibaptis dengan Roh Kudus”. Tetapi, memang mencolok bahwa hal itu tidak terjadi baru setelah dia menjadi percaya, tetapi pada saat dia menjadi percaya. Di sini, Petrus juga mengingatkan peristiwa keselamatan yang terjadi pada hari Pentakosta. Akhirnya, dari ayat 1 Korintus 12:13 yang telah disebut di atas, sudah jelas bahwa dalam satu Roh kita semua ... telah dibaptis menjadi satu tubuh.

Sudah jelas, tujuan Tuhan agar setiap orang Kristen dipenuhi Roh Kudus (lih Kis 2:39, bnd ay 17-18; Rm 8:12-17). Hanya, persoalannya bukan dibaptis dengan Roh, melainkan yang terpenting oleh Roh kita bersemangat dan dibarui terus-menerus. Dibaptis dengan Roh Kudus adalah hal yang mencakup seluruh hidup kita. Pekerjaan Roh Kudus yang terus-menerus dalam semua orang percaya adalah akibat langsung dari apa yang terjadi pada hari Pentakosta (lih Kis 4:29-31; 7:55; 10:44-46; 13:2; 15:28; 19:6), seperti air hidup mengalir dalam semua orang percaya tanpa henti (lih Yoh 7:37-39). Dari perintah ”Penuhlah dengan Roh!” itu sendiri sudah jelas bahwa yang dimaksudkan ialah keaktifan yang terus-menerus. Jadi, tepat apa yang dikatakan tentang timbulnya keinginan untuk dipenuhi dengan Roh (msl, Ef 5:18). Tetapi, tidak tepat jika ”pembaptisan de ngan Roh” bisa dianggap sebagai syarat untuk menentukan apakah seseorang Kristen yang sungguh-sungguh atau tidak. Jika demikian, maka kita menuntut iman yang ”ekstra” atau yang lebih tinggi, yang sama sekali tidak ditemukan dalam Alkitab. Kita memang diingatkan supaya tidak mendukakan Roh (lih Ef 4:30) atau bahkan memadamkan-Nya (lih 1Tes 5:19). Tetapi, orang-orang yang percaya tidak pernah dipanggil untuk menerima Roh Kudus, tetapi mereka diajak untuk hidup dalam Roh (lih Rm 8:9, 14; Gal 5:25). Penting sekali kita tetap mengindahkan ciri-ciri seorang Kristen, yaitu sukacita karena iman, penyesalan yang sungguhsungguh akan dosa, kerinduan yang berkobar-kobar terhadap Allah, dan sebagainya. Tetap bergaul erat dengan Allahlah yang membuat ciri-ciri itu akan mengikuti.

8. Karunia-karunia Roh

Roh Kudus dicurahkan sebagai hasil pekerjaan Kristus. Roh Kudus adalah karunia itu sendiri, oleh karena Kristus yang memberikan-Nya (lih Rm 5:12; 6:23). Sekaligus Dialah Pemberi semua karunia. Kata untuk ”karunia Roh” ialah karisma. Kalau kita mengatakan seseorang mempu nyai karisma, berarti orang itu memiliki bakat yang menonjol. Sebenar nya, kata karisma berarti ”kado” atau ”hadiah”. Ada kaitannya dengan kata dalam bahasa Yunani kharis, yang berarti ”anugerah”. Kata ini biasa nya digunakan untuk segala macam hal yang kita terima dari Allah dengan cuma-cuma. Dalam Perjanjian Baru kita menemui beberapa daftar karisma-karisma ini, misalnya, karunia untuk bernubuat, mengajar, memimpin, menyem buhkan, berkata-kata dengan bahasa lidah ... (lih 1Kor 12:4-11, 28-30; Rm 12:6-8; Ef 4:7-11).

Dalam Perjanjian Baru diungkapkan dengan jelas bahwa banyak karisma yang Kristus berikan oleh Roh-Nya (lih 1Kor 12:7; bnd Rm 12:3)-dengan melimpah di tengah-tengah umat-Nya. Tidak ada orang percaya yang dilewati-Nya pada saat Dia membagi-bagikan karunia-karunia itu. Kita boleh berusaha memper oleh karunia-karunia Roh itu, tetapi kita tidak boleh menuntutnya (lih 1Kor 14:1, 12). Tidak seorang pun yang diberikan semua karunia (bnd Rm 12:6; 1Kor 12:4-6, 28-30). Karunia tetaplah hadiah. Kita tidak pernah bisa memaksa Roh Kudus bergantung kepada kita. Sebaliknya, kitalah yang bergan tung kepada Dia. Ada berbagai karunia, tetapi Roh membagi-bagikannya sedemikian rupa, seperti yang dikehendaki-Nya (lih 1Kor 12:4, 11). Setiap orang mempunyai karunianya sendiri, dan karunia yang satu tidak lebih penting ketimbang karunia yang lain. Tiap-tiap orang Kristen mempunyai karunia yang bermanfaat untuk kepentingan bersama (lih 1Kor 12:7). Semua karunia yang berbeda-beda tersebut, Kristus gunakan untuk membangun jemaat-Nya, sesuai karunia masing-masing (lih 1Kor 12:20-24; Ef 4:7-13). Jabatan-jabatan gereja pun langsung berkaitan dengan karisma (bagian 20.2). Jabatan melambangkan karunia-karunia tertentu, misalnya, tua-tua dalam memimpin dan mengajar, diaken dalam melayani dan menunjukkan kemurahan (bnd Rm 12:6-8). Jabatan-jabatan tersebut berfungsi untuk menghubungkan karunia-karunia yang berbeda-beda dalam jemaat dan memadukan yang satu dengan yang lain (lih Ef 4:11-12).

9. Karunia untuk bernubuat

Dalam sebuah kelompok evangelikal di Perancis, saya pernah mengetahui seorang pemuda yang berkata kepada seorang gadis bahwa Roh Kudus mengatakan kepadanya: gadis itu diperuntukkan baginya. Dia memohon gadis tersebut untuk menanggapi pernyataan itu. Gadis itu menjawab, katanya ”Kalau memang Roh Kudus menyatakan begitu, mengapa sampai sekarang aku tidak mende ngar apa-apa dari-Nya.” Ini salah satu contoh yang ekstrem. Apakah kita masih bisa mendengar penyataan Allah secara langsung? Dengan sengaja saya menonjolkan karunia untuk bernubuat ini karena Paulus yang menegas kannya secara khusus (lih 1Kor 14:1-6; 29-33; 1Tes 5:12-22).

Dalam Perjanjian Baru, pada awalnya masih ada nabi-nabi yang mendapat penyataan langsung dari Allah (msl, Agabus, Kis 21:10-14). Walaupun demikian, nubuat-nubuat mereka itu harus diuji (bnd 1Kor 14:2931). Dalam surat-surat yang kemudian kita melihat pergeseran keadaan. Penyataan-penyataan yang lang sung itu lama-kelamaan berhenti, sejalan dengan penyataan Allah yang semakin ditentukan secara tertulis. Maka kita tidak lagi membaca tentang nabi-nabi yang memperoleh penyataan langsung. Peran nabi berubah dari penerima pesan secara langsung menjadi seseorang yang menerima karunia yang istimewa dari Roh untuk menjelaskan dan menerapkan firman yang tertulis. Karunia untuk bernubuat menjadi karunia untuk mengerti dan memahami Kitab Suci, untuk menerapkan kata-kata itu secara tajam dan mendalam dan bersifat kenabian pada masa dan situasinya masing-masing. Tetapi, karisma itu pun selalu harus diuji (bnd 1Tes 5:20-21). Karena ada nabi-nabi palsu yang memutar balikkan penyataan Allah atau memberikan pernyataan sesuai dengan apa yang mereka sukai saja (lih Gal 1:8; 2Ptr 1:20-21; 3:15-16).

Orang-orang Kristen bisa saja mempunyai karunia istimewa untuk bernubuat (lih 1Kor 13:2; 14:3-5; bnd 11:4-5). Kita dapat melihat ada orangorang yang diajar kan Allah, yang sanggup mengungkapkan kata-kata yang tepat dalam situasi masa kini. Mereka begitu dekat dengan Allah dan hidup berdasarkan firman-Nya, sehingga mereka mempu nyai karunia untuk mengerti zaman mereka sendiri dan menyampaikan kata-kata Tuhan dengan praktis. Mereka sanggup menyampai kan firman Allah secara tajam dan mendalam, memahami hati manusia, membuka kele luasaan, dan-jika perlu-juga memberikan kritikan yang tajam. Mereka tidak mengucapkan kebenaran-kebenaran yang umum, tetapi berbicara dengan terarah dan spesifik. Tampaknya karunia itu ”terkubur” (di abaikan), oleh karena itu, sekarang saatnya untuk menggalinya kembali. Untuk itu perlu kita menyediakan waktu yang cukup untuk mendalami firman Tuhan, agar selanjutnya kita bisa menerapkannya dengan tepat dalam kehidupan kita. Nubuat yang benar seharusnya muncul dari firman itu sendiri.

10. Jangan meniadakan maupun meniru karunia-karunia

Roh Kudus Pekerjaan Roh Kudus membuat banyak orang memikirkan hal-hal yang menakjubkan. Banyak orang yang bermegah karena ungkapan-ungkapan kuasa yang mencolok, misalnya, berkata-kata dengan bahasa lidah dan penyembuhan (bnd 1Kor 14:2-19). Boleh jadi, mereka berkobar-kobar karena antusiasme. Karunia demi karunia mereka tunjukkan. Menurut mereka, karunia-karunia Roh Kudus yang sesungguhnya adalah karunia yang menimbul kan rasa takjub. Untuk mengetahui karunia apa yang ada pada kita, mereka melakukan ”uji karunia”. Boleh jadi, kita memiliki kemampuan yang istimewa untuk turut merasakan perasaan orang atau untuk menyampaikan sesuatu yang luar biasa kepada orang yang lain. Atau, mungkin saja kita mem punyai karunia untuk menyembuhkan, tanpa kita menyadarinya sendiri. Contoh-contoh itu sepertinya bisa menimbulkan pemikiran bahwa Roh Kudus baru aktif bekerja apabila terjadi sesuatu yang spekta kuler, yang luar biasa.

Kita sulit ”mencoret” (kata ini sesuai nama yang kadang diberikan: teologi mencoret) terjadinya karunia-karunia Roh yang istimewa itu pada masa kita. Roh Kudus bertiup ke mana Dia mau.2 Roh Kudus akan memberikan apa yang Dia anggap perlu dalam situasi-situasi tertentu. Tetapi, janganlah kita melupakan bahwa beberapa karunia khususnya diberikan kepada para rasul, seperti hal mengusir roh-roh jahat, dan bahwa karunia-karunia itu pertama-tama dimaksudkan untuk menggarisbawahi kewibawaan mereka. Atau, karunia-karunia itu diberikan untuk memperkuat pekabaran Injil, tempat Injil tiba untuk pertama kalinya. Mungkin saja, hal itu masih terjadi sampai sekarang (lih Mrk 16:17-18). Menurut H. Berkhof, ”sebuah mata air yang baru selalu mulai dengan memancarkan air ke atas, kemudian alirannya menjadi tetap dan tenang”. Tetapi, bagaimanapun kehadiran Roh Kudus sama sekali tidak bisa diukur melalui terjadinya karunia-karunia yang istimewa itu. Kita tidak pernah dianjurkan untuk meniru persis ”jemaat kharismatis” mula-mula. Apalagi, mengenai karunia-karunia Roh, jemaat Korintus adalah jemaat yang begitu khas sehingga membuat Paulus justru mengkritiknya dengan keras (lih 1Kor 12-14).

11. Buah-buah Roh

Kita harus menyadari karunia Roh tidak sama dengan buah Roh. Apakah perbedaan itu pen ting? Tentu, penting sekali! Boleh jadi, kita mempunyai karunia tertentu yang luar biasa, namun belum tentu kita menggunakan karunia itu dengan baik. Mungkin saja kita mempunyai keahlian yang mumpuni, cakap dalam memimpin, bisa berdoa dengan kata-kata yang indah, bisa mengaktualisasi diri dengan baik, dan seterusnya. Semua itu boleh dianggap sebagai karunia-karunia Roh. Tetapi, jika kita mempergunakannya supaya perhatian orang terpusat pada diri kita sendiri, semuanya tidak menghasilkan buah Roh.

2 Yoh 3:8, ”Angin bertiup ke mana ia mau.”

Buah Roh itu beragam. Dalam Galatia 5:22-23 diberikan daftarnya. Di situ jelas disebut buah Roh (bentuk tunggal). Cukup meyakinkan kita bahwa buah Roh yang sungguh-sungguh adalah kasih. Kasih kepada Allah dan sesama kita yang merupakan pusat segala-galanya, yang selanjutnya menyebar dalam berbagai rupa sebagai varian satu kasih ini. Sukacita, artinya bukanlah sukacita biasa, tetapi sukacita yang dalam yang menetap dalam Kristus, sekalipun dalam keadaan yang sulit. Damai sejahtera, yakni damai sejahtera yang melampaui segala akal budi, yang hanya bisa diberikan oleh Kristus, juga damai ber sama-sama. Kesa baran, yaitu sikap bertahan terhadap kejahatan yang dilakukan orang lain dan tidak membalas dendam. Kemurahan, itulah langkah selanjutnya, yakni kita tidak menghendaki orang lain mengalami kejahatan, tetapi justru mencari kebaikan untuk dia, karena kita membenci kejahatan. Kebaikan, itu langkah berikutnya lagi, dalam arti kita tidak hanya mengharapkan orang lain meng alami kebaikan, tetapi juga kita sendiri yang melakukannya terhadap dia. Kebaikan membuat harapan terwujud dalam perbuatan. Kebaikan ini tidak membiarkan dirinya termakan oleh kejahatan, tetapi menghindarinya dengan tindakan yang menentangnya. Kelemah lembutan, yaitu memilih untuk bersikap lembut daripada bertindak kasar. Kesetiaan, artinya tidak membiarkan dengan begitu saja, tetapi bertahan dan bersabar. Dan akhirnya, penguasaan diri, yakni belajar mengontrol diri. Dalam satu kata, kasih sebagai tindakan menentang kejahatan. Tanpa kasih semuanya tidak berarti (lih 1Kor 13).

12. Dosa menentang Roh Kudus

Tuhan Yesus memberikan peringatan yang menohok mengenai dosa yang tidak ter ampuni, yaitu dosa yang menentang Roh Kudus (lih Mat 12:32; Mrk 3:28-29; Luk 12:10).

Peringatan tersebut diungkapkan Yesus Kristus kepada orang-orang di sekitar-Nya yang bersikeras menolak Dia, yang di antara nya bahkan orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang begitu cermat (lih Mat 9:34; 12:14). Kita sulit menentukan dengan tepat, apa sebenarnya arti dan dampak dosa itu. Namun, jelas bahwa yang dimaksudkan ialah menolak dan menghina Kristus dengan keras. Intinya ialah menolak dengan sangat apa yang telah dinyatakan Roh Kudus mengenai karya Kristus sejak Pentakosta (lih 1Yoh 5:10). Penulis Surat Ibrani pun berkali-kali memberi peringatan. Yang dibicarakannya adalah penolakan Kristus yang sengaja dan peng hinaan Roh anugerah, yaitu setelah orang yang melakukannya pernah diterangi hatinya (lih Ibr 10:26, 29; bnd 6:4-6). Menghujat Roh adalah hal yang terus-menerus, yaitu berdosa dengan sengaja dan berkutat dalamnya, mengeraskan hati dan bersikeras, sekalipun menyadari itu dosa. Dosa juga bisa mengandung sebuah proses pengerasan (lih Why 22:11). Peringatan Kristus tidak dimaksud kan untuk menakuti orang-orang Kristen. Yesus Kristus berjanji bahwa Dia tidak akan membiarkan seorang pun umat-Nya jatuh begitu dalam, sehingga ”ia berbuat dosa yang mendatangkan maut” (PAD V.5-6). Tetapi, Yesus Kristus sungguh-sungguh ingin menyadarkan semua milik-Nya akan hal yang sangat serius, yaitu bahwa bisa saja orang tidak hanya mendukakan Roh Allah, tetapi bahkan menghujat-Nya. Orang yang demikian adalah ”antikristus” dan membuat Allah menjadi pendusta (lih 1Yoh 2:18; 3:10; 5:10). Tampaknya, orang bisa mencapai ”titik tak bisa balik” (point of no return).

13. Roh dan masa depan

Di tengah-tengah kita, tidak seorang pun yang begitu sibuk dengan masa depan seperti Allah Roh Kudus. Nyatanya Roh Kudus dikaitkan dengan hulu hasil (hasil pertama panen; bnd Rm 8:23), membangkitkan harapan akan panen yang komplit. Dia sendiri merindukan kedatangan Kristus dan dunia-Nya yang baru. Dia ingin mengurus secara Pribadi bahwa Allah akan menjadi semua di dalam semua (lih 1Kor 15:28) bahwa segala perhatian ditujukan kepada Kristus, sebagai pusat dunia baru itu. Kerinduan itu juga dibangkitkan-Nya dalam jemaat Kristus. Roh dan pengantin perempuan itu berkata, ”Marilah!” (Why 22:17). Roh Kudus yang berjalan di depan. Dia yang mengatur homofoni (satu suara). Tetapi, sambil membimbing, juga diwujudkan-Nya polifoni (banyak suara), yaitu dengan mengumandangkan undangan seluas-luasnya, untuk itu Roh Kudus melibatkan seluruh jemaat Kristus, yaitu ”Siapa yang haus, hendaklah ia datang, dan siapa yang mau, hendaklah ia mengambil air kehidup-

an dengan cuma-cuma!” (Why 22:17; bnd Yoh 7:37). Roh Kudus baru akan puas sesudah Dia selesai mengantar Pengantin perempuan, yakni jemaat segala zaman dan tempat, kepada Pengantin laki-laki, yaitu Anak Domba yang di tengah-tengah takhta. Ia akan menggembalakan mereka dan akan menuntun mereka ke mata air kehidupan (Why 7:17).

Setiap hari mendalami firman Tuhan

1. Kejadian 1:2 dan Mazmur 104:28-30 (Napas hidup).
2. Kejadian 2:7 dan Ayub 33:4 (Napas Yang Mahakuasa membuat aku hidup).
3. Keluaran 31:1-11 (Kreativitas berkat Roh Allah).
4. Yohanes 7:37-39 (Aliran-aliran air kehidupan).
5. 1 Koritus 12:1-11 (Karunia-karunia Roh Kudus).
6. Galatia 5:16-22 (Buah-buah Roh Kudus).
7. Wahyu 22:12-17 (Roh yang paling merindukan kedatangan Kristus).

Pertanyaan diskusi

1. Melemahnya kehidupan rohani diawali oleh penyangkalan keallahan Roh Kudus. Apakah Anda setuju dengan pernyataan tersebut?
2. Karunia Roh yang mana, yang Anda temukan pada diri Anda dan orang lain?
3. Diskusikanlah 1 Korintus 14:1-12. Dari ayat-ayat itu, dapatkah Anda menarik kesimpulan bahwa hal berkata-kata dengan bahasa lidah masih terjadi sebagai karunia Roh pada masa kini? Apakah hal itu sama dengan apa yang terjadi pada hari Pentakosta, artinya apakah mereka berkata-kata dengan bahasa surgawi ataukah berbicara dalam bahasa-bahasa manusiawi yang lain? Perhatikan ayat yang Paulus kutip dalam ayat-ayat 21-22, yaitu Yesaya 28:11-12. Men dengar kata-kata yang diungkapkan dalam bahasa yang asing, adalah tanda bagi orang Yahudi yang tidak percaya!
4. Apakah berkata-kata dengan bahasa lidah adalah ciri utama yang membuktikan bahwa orang percaya dengan sungguh-sungguh (bnd 1Kor 14:28-31)?
5. Apa yang bisa kita pelajari dari orang-orang Kristen yang berbicara tentang ”pembaptisan dengan Roh”?
6. Jika ada seorang pemuda mendasarkan diri pada karunia untuk bernubuat, berkata ”saya tidak merasa terdorong untuk mempelajari Alkitab karena saya mengenal Yesus seperti Dia telah menyatakan diri-Nya di dalam saya. Karena Dia berdiam di dalam saya, saya memiliki firman Tuhan di dalam diri saya. Saya hidup sesuai Kitab Suci. Kitab Suci memang penting dan perlu, tetapi tidak merupakan pusat karena Dia sendiri adalah milik saya-atau yang lebih baik: Dia yang memiliki saya. Kitab Suci hanyalah sumber kedua. Melalui baptisan dengan Roh Kudus, firman berdiam di dalam saya, dan itulah yang paling utama. Saya mengatakannya berdasarkan pengalaman hidup. Dia sendiri yang menyatakannya kepadaku.” Bagaimana tanggapan Anda?
7. Apakah karunia untuk menyembuhkan masih terjadi sampai saat ini? Atau hanya para rasul yang dapat menggunakan karunia-karunia ini (lih Mrk 16:17-18; Kis 5:12; Kis 28:1-9; 2Kor 12:9-10)?
8. Bagaimana pandangan Anda tentang ibadah KKR, khususnya ibadah-ibadah penyem buhan yang semakin banyak diadakan bahkan di Indonesia? Berkaitan dengan hal itu, apakah peringatan-peringatan Tuhan Yesus (lih Mat 7:22-23; 24:23-25; 2Tes 2:9; Why 13:1113; 16:14)?
9. Apa yang Anda pikirkan tentang fenomena-fenomena seperti tiupan angin yang terjadi di Toronto; tertawa di dalam Roh; rebah di dalam Roh?
10. Apakah Anda setuju dengan ”aturan pastoral” bahwa seseorang yang takut dia telah berbuat dosa yang menentang Roh, sudah pasti tidak melakukannya?

Informasi Buku

  1. PDF
  2. Penulis:
    Dr. Egbert Brink
  3. ISBN:
    978-602-1006-17-7
  4. Copyright:
    © 2000. Dr. Egbert Brink
  5. Penerbit:
    Yayasan Komunikasi Bina Kasih