12. KRISTUS, Apa yang Diperbuat-Nya?

1. Penciptaan kembali

Pada penciptaan yang pertama, Allah menjadikan manusia setelah Dia mengurus semua yang lain. Pada penciptaan yang kedua, yaitu penciptaan kem bali, Allah mengikuti urutan yang terbalik. Yang Allah rencanakan ialah pen ciptaan yang baru semata-mata. Yesus yang mengawali masa yang baru (lih Mrk 1:15). Tetapi, sekarang Allah tidak memulai penciptaan-Nya dengan firdaus. Dia mulai dengan manusia dan menyelesaikan penciptaan-Nya dengan firdaus.

Adam yang kedua diciptakan Allah dari Maria. Dialah Manusia yang Allah kehendaki. Akhirnya ada Manusia yang hidup sedemikian rupa, sehingga Allah bisa bersukacita dengan segenap hati-Nya. Seorang Adam yang baru, yang berbuat baik. Manusia yang sungguh-sungguh hidup sesuai gambar dan rupa Allah. Kejahatan dibenci-Nya, kebaikan dikasihi-Nya. Dia tidak makan buah yang dilarang Allah. Dia dicobai Iblis dengan berbagai cara, tetapi Dia tetap tidak berdosa (lih Luk 4:1-13). Segala yang telah rusak oleh Adam dahulu .... Dia yang mengerjakannya kembali dan memulihkannya sebagai Adam yang baru. Hukum Allah tidak ditiadakan-Nya, melainkan Dia taati dengan sempurna (lih Mat 5:17). Inti tujuan Allah yang paling dalam Dia singkapkan, yaitu kasih-Nya kepada surga dan dunia. Melalui Dia akhirnya firdaus kembali. Karena itu, bukan secara kebetul an Dia memulai pelayanan-Nya pada perkawinan di Kana (lih Yoh 2:11). Inilah awal yang menggambarkan ciri khas pelayanan-Nya, dan me nimbulkan pengharapan. Dia datang untuk membuat hidup menjadi penuh sukacita.

2. Yesus adalah nama-Nya

Nama Yesus berasal dari nama Yosua (= TUHAN menyelamatkan). Pada masa itu, banyak sekali laki-laki yang mempunyai nama ini. Namun, bagi Anak Allah ada bedanya. Nama-Nya tidak hanya menunjuk siapa Dia, tetapi nama itu sendiri adalah program hidup-Nya. Arti nama itu tidak hanya menunjuk ke atas, kepada Allah di surga, tetapi menunjuk kepada Anak-Nya yang di bumi. Yesus sendiri adalah Tuhan yang me nyelamatkan itu. Sehubungan dengan hal itu, yang bisa kita pikirkan ialah penyelamatan dari berbagai situasi yang kelam. Tetapi, se perti tampak dari kata-kata malaikat kepada Yusuf, arti yang terutama ialah Penye lamat dari dosa-dosa (lih Mat 1:21). Membaca Zakharia 3:3-10 dan 6:9-14 sebagai latar belakangnya, nama Yesus penuh arti. Imam besar Yosua didakwa sambil berpakaian kotor, tetapi selanjutnya dia dinyatakan bebas sepenuhnya. Yesus membuktikan nama-Nya tepat. Selama pelayan an-Nya, berkali-kali Dia memperlihatkan bahwa kejahatan hanya bisa hilang dari dunia, kalau sengatan dosa dikeluarkan darinya. Sangat besar pretensi nama Yesus itu, karena itu berarti rencana penyelamatan untuk seluruh dunia!

3. Kristus adalah gelar-Nya

Kristus yang berarti Mesias, yaitu Yang diurapi. Dalam Perjanjian Lama berbagai orang yang diurapi, yakni para nabi, imam, dan raja. Orang semacam itu yang diurapi untuk menyatakan

  • dia ditunjuk atau diangkat oleh Allah,
  • dia dimampukan untuk melakukan tugasnya.

Minyak urapan (yang bisa dibandingkan dengan parfum yang harum) yang sangat semerbak yang menggambarkan pekerjaan Roh Kudus. Misalnya, ketika Daud diurapi, Roh Kudus yang berkuasa atasnya (lih 1Sam 16:13). Namun, tidak pernah ada satu pun nabi, raja, atau imam yang terus-menerus dan sepenuhnya diperlengkapi dengan Roh, kecuali Yesus (lih Yes 61:1; Luk 4:18-21).

3.1 Nabi

Nabi berbicara atas nama Allah. Oleh karena itu, dia diperbolehkan memakai apa yang dikenal sebagai ”rumusan bentara”, yaitu ”demikianlah firman Tuhan”.1 Para nabi memperkatakan apa yang dipikirkan Allah. Tetapi, Nabi yang sekarang (Yesus) berfirman bahkan datang dari Allah sendiri (lih Yoh 1:18). Dia yang langsung berbicara dari hati Allah. Lebih dari siapa pun Dia yang menyingkapkan hati Allah (membuka kerelaanNya untuk menyelamat kan manusia; KH, p/j 31). Kristus adalah Nabi yang tertinggi, sebab Dia berbicara dari hubungan yang paling intim (bnd Mat 11:25-30). Lebih dari siapa pun, Dia tahu menyampaikan apa yang mendorong Allah untuk bertindak. Dia menyajikan informasi dari dalam (inside informa tion). Ketika Dia mulai berbicara, Allah yang berbicara. Dia sendirilah Allah yang berbicara. Dia tidak hanya datang membawa firman, melainkan Dia sendiri adalah Firman (lih Yoh 1:1-3; 14:6-10). Dia sendiri adalah Kebenaran. Dia tidak mengakhiri pernyataan-pernyataan-Nya dengan ”Amin,” tetapi Dia mengawalinya dengan berkata, ”Sesungguhnya, Aku berkata kepadamu” (Yoh 3:3).

3.2 Imam

Allah mengangkat para imam untuk mewakili umat di hadapan-Nya. Mereka juga disebut ”pontifex”, karena mereka yang menjembatani jarak di antara Allah dan umat-Nya (kata bh Latin ”pontifex” ber asal dari ”pons” yang berarti ”jembatan”). Mereka yang menutupi ”jurang” yang terjadi dikarena kan dosa, yaitu dengan kurban-kurban yang berdarah. Secara khusus imam besar yang melakukannya (lih Im 16). Setahun sekali, pada Hari Raya Pendamaian, dia memasuki ruang yang maha kudus, mewakili umat (melalui baju efod bersama dua belas batu itu). Selain untuk mempersembahkan kurban-kurban, para imam diangkat 1 Rumusan bentara-”demikianlah firman [nama orang]”-adalah ungkapan istimewa dan resmi untuk menekan kan pembawa berita berbicara atas nama pengutusnya. Dia adalah mulut atau ”penyambung lidah” atasannya.

untuk berdoa, mengucap syukur, dan mengajar. Mereka yang meng urus hubungan antara Tuhan dan umat-Nya. Meski begitu, para imam itu juga mempunyai kekurangan (bnd 1Sam 2:24-25). Tetapi, segala sesuatu yang harus diper buat para imam, digenapi Kristus. Dia yang mengurbankan diri-Nya sendiri dan berdoa syafaat untuk umat-Nya (lih Ibr 7:27).

3.3 Raja

Raja di Israel diberikan Allah atas kehendak Israel sendiri (lih 1Sam 8). Allah mendengarkan keinginan umat-Nya untuk mempunyai seorang raja seperti bangsa-bangsa lain. Sebenarnya, mereka tidak membutuhkan raja karena Allah sendiri adalah Raja mereka (teokrasi). Sehubungan dengan itu, raja di Israel selalu berfungsi sebagai raja muda. Tuhan juga telah menetapkan undang-undang kerajaan yang istimewa untuk membedakan dengan raja-raja yang Dia angkat (lih Ul 17:14-20). Sering terjadi bahwa raja-raja harus menerima saran dari nabi-nabi. Keinginan akan raja yang sempurna bersama kearifannya diungkapkan Daud dengan sangat indah pada akhir hidupnya (lih 2Sam 23). Kristus yang menyatakan diriNya sendiri sebagai Raja yang mengurus, meme rintah, melindungi, dan memelihara (lih Mzm 72).

3.4 Tiga dalam satu

Kita bisa melihat pekerjaan Kristus yang berbeda-beda. Kadang Dia secara khusus bertindak sebagai nabi, kadang sebagai imam, dan kadang sebagai raja. Tetapi, yang menarik perhatian ialah fungsi-fungsi lainnya terus-menerus ikut serta. Contoh yang paling jelas kita temui, ketika Kristus mati di kayu salib. Pada saat itu secara khusus Dia memosisikan diri sebagai Imam yang mengurbankan diri-Nya sendiri, tetapi sekaligus Dia juga Nabi yang memberitakan diri-Nya sendiri dan Raja yang mengalahkan kejahatan (”Sudah selesai!”, Yoh 19:30).

4. Jalan penderitaan yang unik

Apakah hidup Yesus di bumi adalah jalan penderitaan yang berkepanjangan? Jika menelusuri apa yang Dia alami di bumi, agaknya kita bisa memikirkan orang-orang lain yang penderitaan nya secara manusiawi lebih hebat lagi, bukan hanya pada akhir hidup mereka, tetapi juga selama hidup mereka. Misalnya, orang-orang yang menderita kelaparan atau yang disiksa sepanjang hidup mereka. Masakan ada penderitaan yang lebih parah lagi?

Bagaimanapun, jalan hidup Kristus itu unik. Hendaklah kita yakin bahwa Dialah Anak Allah, yang mengalami penderitaan. Itu yang membuat semuanya jauh berbeda. Selama Dia hidup di dunia ini, Kristus menanggung murka Allah atas dosa seluruh umat manusia pada tubuh dan jiwa-Nya (demi kian KH, p/j 37). Penderitaan-Nya itu jelas terlihat. Sudah sejak masa kecil-Nya: Dia lahir di kandang binatang, Herodes berniat membunuh-Nya, diungsikan ke Mesir. Dan selama pelayanan-Nya: kaum Farisi menentang-Nya; orang-orang yang hanya datang melihat mukjizat, tetapi tidak percaya; murid-murid yang tidak memahami-Nya (terlihat dari tanggapan mereka terhadap apa yg Yesus ungkapkan). Dalam situasi yang lain, penderi taan-Nya tidak begitu jelas terlihat, misalnya, ketika Dia ikut merayakan pesta atau makan bersama-sama dengan orang lain. Padahal, pesta yang turut dirayakan-Nya, harus Dia genapi sendiri. Tidak bisa disangkal bahwa hidup di tengah-tengah orang-orang yang berdosa membuat Anak Allah menderita. Dia hidup dalam suasana yang penuh dosa. Dia teramat peka akan kasih yang orang berikan kepada Bapa-Nya dan yang mereka berikan kepada sesamanya. Dia memahami manusia dan maksud-maksud mereka, dan mengamati semuanya!

Penderitaan Kristus semakin hebat, yang berakhir sampai titik yang terdalam, yaitu ketika Dia harus mengalami keadaan ditinggalkan oleh Allah (lih Mat 26:36-46). Sebenarnya, keadaan ditinggalkan oleh Allah itu tidak baru terjadi di kayu salib, tetapi sebelumnya pun ketika Dia ditinggalkan oleh manusia, oleh Yudas yang mengkhianati-Nya, oleh murid-murid yang melarikan diri, oleh saksi-saksi palsu yang mendakwa Dia, oleh Petrus yang menyangkal Dia, oleh para serdadu dan orangorang yang mengolok-olok Dia, dan ketika Dia disalibkan seperti seorang penjahat. Semuanya itu menandakan bayang-bayang kelam di mana Dia ditinggalkan oleh Allah. Kegelapan itu turun sepenuhnya di Golgota, selama tiga jam di siang bolong.

5. Disalibkan

Kematian yang terjadi karena disalibkan adalah hukuman yang sangat kejam. Orang-orang Romawi menerapkan hukuman itu, namun hanya terhadap budak-budak dan orang-orang asing. Untuk kaum Yahudi hukuman ini masih mempunyai arti tambahan lagi. Hukuman ini tidak hanya mempunyai arti kematian yang memalukan, tetapi juga merupakan bukti bahwa orang yang mengalaminya terkutuk oleh Allah (bnd Ul 21:22-23; Gal 3:13).

Akan tetapi, apa sebabnya Kristus mengalami penyaliban itu? Apakah itu bukan penghinaan yang terlalu berat? Mengapa Dia dihukum dengan cara yang demikian? Apakah itu bukan per tumpahan darah yang tidak perlu? Apakah tidak mungkin Dia menyerahkan hidup-Nya de ngan cara yang lain, tanpa pertumpahan darah yang hebat itu? Bayangkan bila Dia dengan mengagumkan dan penuh kemuliaan berdiri tengah-tengah arena yang besar dengan penonton yang sangat banyak. Setelah mengucapkan pidato yang sangat indah dan memberikan pernyataan kasih kepada Allah dan manusia yang sangat mengesankan, Dia menyerahkan hidup-Nya ke dalam tangan Bapa-Nya. Tetapi, yang terjadi tidak demikian! Mengapa tidak? Karena penghukuman-Nya tidak bisa tidak harus terjadi dengan cara yang sangat memalukan dan paling menyakitkan. Dengan itu Kristus memperlihatkan betapa rusaknya hidup kita ini. De ngan menjalani kematian pada kayu salib, Dia membuat kita melihatNya hancur secara harfiah karena apa yang kita perbuat sebagai manusia terhadap Allah, sesama kita, dan diri kita sendiri. Melalui itu dia memper lihatkan betapa rusak dan hancurnya hidup kita.

Siapa yang ingin memperlakukan penderitaan Kristus dengan adil, harus juga memper hitungkan bahwa Dia, sebagai Anak Allah, menderita menggantikan kita! Kristus yang memikul kutuk, murka Allah, mengambil tempat kita (lih Gal 3:13-14). Penderitaan-Nya mempunyai dampak yang mendamaikan, karena Dia sebagai Anak Allah menderita meski tidak bersalah sedikit pun. Itu yang membuat penderitaan-Nya unik. Jika tidak menggantikan kita, penderitaan-Nya sama sekali tidak ada gunanya.

6. Turun ke dalam neraka, mati, dan dikuburkan

Apakah Kristus benar-benar turun ke neraka? Sebenarnya, Pengakuan Iman Rasuli mengatakan bahwa Dia turun ke dalam kerajaan maut (Hades = kerajaan maut; Gehenna = neraka). Pada mulanya pengakuan iman ini bermaksud menekankan bahwa Yesus tidak mati suri, tetapi sungguh-sungguh mati dan dikuburkan. Artinya, turunnya Yesus ke dalam kerajaan maut merupakan titik akhir penghinaan-Nya. Menurut penjelasan yang lain, kata-kata tersebut menunjukkan inti dan titik terdalam penderitaan Kristus, yaitu bahwa Dia menderita kesakitan-kesakitan neraka (KH, p/j 44). Artinya, itu saatnya Dia mengalami Allah meninggalkan-Nya. Kristus tidak turun ke dalam neraka secara harfiah, tetapi Dia mengalami suasana neraka di bumi. Suasana itu paling dahsyat ketika Dia tergantung di kayu salib, dalam gelap gulita mulai jam 12 siang sampai jam 3 sore, di siang bolong.2 Dua tafsiran ini masingmasing bisa dipertanggung jawabkan secara Alkitabiah.3 Sebaliknya, penjelasan-penjelasan yang lain, misalnya, mengatakan Yesus pergi ke neraka setelah kematian-Nya untuk mempertobatkan orang-orang yang mati terdahulu, atau untuk memberitakan penghakiman kepada roh-roh jahat, kedengarannya menarik, tetapi semua itu hanya berdasarkan fantasi (bnd 1Ptr 3:19).

Akan tetapi, mengapa Yesus masih perlu mati? Pertanyaan itu memang lumrah. Karena sebenarnya Dia telah mengalahkan maut di atas kayu salib. Ungkapan-Nya ”Sudah selesai!” seharusnya sudah mencakup semuanya. Ketika dosa sudah lenyap dan hukuman selesai, maut pun tidak lagi berhak. Kristus telah meniadakannya, sehingga mustahil maut masih menggenggam Dia. Walau pun demikian, Kristus mengalami maut dan juga dikuburkan, untuk memperlihat kan Dia sungguh-sungguh mati, dan untuk mengikuti jalan penghinaan sampai akhir (KH, p/j 41). Selain itu, kematian Kristus terjadi sebagai penggantian. Dia tinggal dalam kubur demi kita, yaitu untuk membongkarnya dari dalam dan untuk bangkit di seberang kubur. Atas dasar jawaban Kristus kepada Bapa-Nya-”Sudah selesai!”-tidak mungkin Dia tetap tinggal dalam kubur karena Dia telah menggenapi seluruh tugas-Nya.

7. Bangkit di seberang kematian

Kita tidak menyembah pahlawan yang tewas karena kematian yang tragis. Tetapi, kita menyem bah Yesus sebagai Tuhan, yang memberikan nyawa-Nya, lalu menerimanya kembali (lih Yoh 10:17). Orang-orang Kristen awal, tidak hanya yakin mengenai kubur yang kosong, tetapi mere ka juga memberikan kesaksian tentang Dia sebagai Yang Hidup. Kristus yang menampakkan diri kepada para murid-Nya dan selanjutnya kepada banyak orang lain lagi, lebih dari lima ratus saudara sekaligus (lih 1Kor 15:1-8). Mereka semuanya saksi mata dan telinga. Mereka bahkan saksi-saksi yang bisa dipercaya tanpa ragu, karena pada awalnya murid-murid Yesus itu sendiri sama sekali tidak percaya. Kata harfiah mereka, ”Omong kosong!” (bnd Luk 24:11; Yoh 20:24-29). Khususnya Tomas yang harus sungguh-sungguh diyakinkan atas keraguannya. Tetapi, justru hal itu membuktikan bahwa mereka juga manusia biasa sama seperti kita yang tidak bisa melihat kehidupan setelah kematian. Tetapi, justru ini membuktikan bahwa mereka sungguh-sungguh manusia, yang sama seperti kita tidak bisa melihat lebih jauh dari kematian. Kenyataan para pengikut Kristus sendiri menang gapi kebangkitan-Nya dengan penuh ketidakpercayaan, dan sulit sekali menerimanya, lebih tepat dipandang sebagai penegasan daripada penyangkalan kebangkitanNya. Mereka tidak menyangkali kebangkitan itu, tetapi sebaliknya harus dilihat dari reaksi-reaksi ketidakpercayaan mereka. Mereka harus ditolong meng atasi semua keraguan mereka! Jadi, kisah tentang kebangkitan Kristus tidak muncul berkat kepercayaan para murid yang ingin sekali hal itu sungguh-sungguh terjadi. Sebaliknya, kepercayaan para murid terwujud berkat Tuhan yang bangkit, yang sungguh-sungguh menampakkan diri kepada mereka.

Memang kita harus menyadari bahwa tubuh Yesus mengalami perubahan dari yang sebe lumnya. Sesudah kebangkitan-Nya, Dia memiliki tubuh yang mulia, yang bisa menembus pintu dan yang sulit dikenal pada awalnya (lih Luk 24:36; Yoh 20:19-23). Paulus berbicara tentang ”tubuh rohaniah” (lih 1Kor 15:44). Yesus tidak bangkit seperti Lazarus. Tetapi, Dia bangkit di seberang kubur, dalam hidup yang kekal.

8. Berita-berita yang menggoncangkan dunia

Apa sesungguhnya makna kebangkitan Yesus?

  • Pertama-tama kebangkitan Yesus berarti bahwa nama-Nya (kembali) dihormati sepenuhnya. Mungkin kayu salib memberi kesan seakan-akan Yesus kalah telak. Tetapi, kebangkitan-Nya membuktikan bahwa Dia memang sungguh-sungguh pemenang! Dengan membang kitkan Yesus, Allah Bapa berkata, ”Ini bukan kekeliruan. Yesus itu benar, Dialah Mesias.”
  • Selanjutnya, bisa disimpulkan bahwa Allah telah menerima kurban Anak-Nya. Allah yang berkata ”Ya!” terhadap karya Anak-Nya yang sudah selesai.
  • Selain itu, Yesus telah mematahkan kuasa maut. Setelah Dia menghapus hutang dosa oleh salib dan kematian-Nya, maut tidak lagi berhak. Sengat yang pahit telah dicabut-Nya (lih 1Kor 15:54-57). Maut tidak bisa lagi menggenggam kita.
  • Kebangkitan Kristus juga mempunyai arti untuk hidup kita kini dan di sini: kita bisa mengambil kekuatan darinya untuk diperbarui menurut gambar-Nya, dalam per tobatan kita sehari-hari. Kita dipanggil menjalani hidup yang baru dalam tugas mulia dari Raja Yesus (lih Rm 6:1-14; Kol 3:1).
  • Akhirnya, Yesus adalah anak sulung, yang pertama di barisan yang panjang (lih 1Kor 15:20, 23; Kol 1:18). Dia menjamin penuaian di akhir zaman. Semua yang adalah milik-Nya, akan dibangkitkan sama seperti Dia. Kebangkitan-Nya yang memberikan harapan untuk masa depan (KH, p/j 45).

9. Anak Domba yang memerintah

Naik ke surga? Apakah itu masih bisa dipercaya di zaman penerbangan antariksa? Surga, tempat kediaman Allah, sulit ditunjukkan lokasinya. Mungkin saja surga itu lebih dekat dari yang kita duga. Karena siapa yang tahu berapa dimensi yang ada? Yesus diangkat dalam awan. Dalam PL, awan itu selalu menunjukkan kehadiran Allah yang tersembunyi (lih Kel 33:9). Tetapi, saat Yesus diangkat dalam awan, hal itu menandai pemisahan-Nya dengan manusia sambil menyatakan bahwa sekarang Yesus tinggal bersama Allah di surga. Di dalam Wahyu 5 kita lihat dalam penglihatan surgawi, seseorang yang layak membuka gulungan kitab yang dimeterai dipanggil. Yang dimak sudkan ialah buku perincian sejarah, yang berakhir dengan baik. Tidak seorang pun yang bisa dan boleh membuka meterai-meterai itu, kecuali Anak Domba yang berdiri seperti telah disem belih (perhatikan!). Anak Domba yang pernah mati-bekas-bekas luka-Nya yang mem buktikannya-sungguh-sungguh! Dia dipersilakan duduk di sebelah kanan Allah. Hal itu yang menunjukkan fungsi-Nya. Dia diangkat Allah menjadi Raja semesta alam. Dia menerima tempat yang paling tinggi, kuasa yang paling tinggi, dan kehormatan yang paling tinggi (bnd Mat 28:19).

Kristus pergi ke tempat yang tinggi-surga-bukan untuk bersantai menikmati pemandangan yang luas dan indah, tetapi untuk menyibukkan diri dengan manusia di bumi, jauh lebih lagi seperti yang pernah Dia lakukan sebelumnya. Kemudian Dia memerintah dari posisi-Nya yang tinggi itu. Kristus pulang ke surga yang tinggi bukan untuk bersantai menikmati pemandangan yang luas dan indah, tetapi untuk menyibukkan diri dengan dunia dan orang-orangnya, jauh melebihi yang Dia lakukan sebelumnya (padahal itu sudah sangat banyak). Dia memerintah dari kedudukan-Nya yang tinggi itu. Dan sangat luar biasa, Dia di sana tidak sebagai Raja saja, tetapi juga sebagai Imam Besar yang bersyafaat bagi kita (KH, p/j 49). Keputusan tentang nasib kita diambil di sebelah kanan Allah. Itu satu-satunya tempat Allah memberikan hak turut bicara. Siapa Jurusyafaat yang lebih baik daripada Anak Allah? Siapa yang lebih baik dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita (bnd Ibr 4:15)? Siapa yang mempunyai kuasa yang lebih besar daripada Dia? Siapa yang lebih mengasihi kita daripada Dia (PIGB, ps 26)?

10. Ia datang kembali

Berabad-abad lamanya orang mengenali tanda-tanda akhir zaman yang diberitahukan Yesus (lih Mat 24:36). Tetapi, tidak seorang pun yang tahu kapan Dia datang kembali dan masih berapa lama lagi hal itu terjadi. Sampai sekarang sudah 2000 tahun lebih. Yang pasti, Dia tidak berlepas tangan dari dunia. Pekerjaan penciptaan kembali yang telah dimulai-Nya di sini, pun akan diakhiri-Nya. Yesus telah menyelesaikan pekerjaan-Nya di bumi sebagai manusia yang baru. Dia jugalah yang akan membuat akhir yang sempurna, yaitu firdaus di bumi yang baru. Jika hanya memperhatikan peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitar kita, kelihatannya Iblis yang semakin menang. Tetapi, kenyataannya Iblislah yang kalah telak (bnd Yoh 12:31). Pada prinsipnya, Iblis telah dikalahkan, sekalipun kita hampir tidak melihatnya. Sadarilah bahwa raja yang tidak kelihatan mudah diabaikan. Tetapi, apa sebabnya kita harus menunggu kedatangan Kristus itu begitu lama? Petrus yang mengatakan bahwa ”Tuhan tidak lambat menepati janji-Nya ..., tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat” (2Ptr 3:9). Masa sekarang adalah masa kesabaran Allah. Dipandang dari kekekalan-Nya, Ia memang mempercepat kedatangan hari itu. Yesus sungguh-sungguh datang kembali (lih Why 22:20)!

Setiap hari mendalami firmanTuhan

1. Markus 10:41-45 (Datang untuk melayani).
2. Matius 16:21-25 (Bahwa Dia harus menderita dan bangkit).
3. Yohanes 8:12-20 (Diutus oleh Bapa).
4. Yohanes 18:33-38 (Kebenaran yang dari atas).
5. Lukas 24:43-46 (Mata dibuka untuk karya hidup-Nya).
6. Ibrani 4:14-16 (Dia telah mengalami berbagai pencobaan).
7. Ibrani 7:25-28 (Pekerjaan-Nya aktual sampai selama-lamanya).

Pertanyaan diskusi

1. Apa arti nama Yesus bagi Anda?
2. Pilihlah contoh mana saja dari semua pelayanan Tuhan Yesus yang memperlihatkan Dia bertindak sebagai nabi, imam, dan raja.
3. Apa yang membuat penderitaan Yesus begitu berat? Penderitaan Yesus yang mana yang bisa disebut sebagai penderitaan yang paling berat?
4. Apa makna kegelapan selama tiga jam di Golgota? Apakah Anda pernah menonton film The Passion of the Christ? Apakah film itu menyajikan penggambaran yang realistis tentang penderitaan Yesus di Golgota? Masakan hal itu bisa difilmkan?
5. Mengapa Kristus masih harus mati setelah Dia berseru, ”Sudah selesai!”?
6. Apakah benar Tuhan Yesus turun ke dalam kerajaan maut setelah kematian-Nya, untuk memberitakan kemenangan-Nya dan mempertobatkan orang-orang yang mati terdahulu (bnd bagian 12.5)? Sehubungan dengan pandangan itu, orang sering mengacu pada ayat 1 Petrus 3:19.
7. Apa yang bisa meyakinkan kita akan kebangkitan Yesus? Kubur yang kosong? (bnd Yoh 20:1-10 dan 1Kor 15:1-8)
8. Apa arti kebangkitan Yesus Krustus bagi Anda, selain Anda sendiri pun akan dibangkitkan?
9. Apa sebenarnya makna kenaikan Kristus ke surga bagi Anda (KH, p/j 49)? Apakah kejadian itu mutlak perlu untuk keselamatan Anda?
10. Apakah Anda merindukan kedatangan Kristus yang kedua kalinya? Jika ya, apa yang membuat Anda merindu kannya? Jika tidak, hambatan-hambatan apa yang bisa memengaruhi kerinduan Anda akan kedatangan-Nya kembali? Apa yang menjadi hambatan bagi Anda sendiri?

Informasi Buku

  1. PDF
  2. Penulis:
    Dr. Egbert Brink
  3. ISBN:
    978-602-1006-17-7
  4. Copyright:
    © 2000. Dr. Egbert Brink
  5. Penerbit:
    Yayasan Komunikasi Bina Kasih