Pada masa pemerintahan raja-raja (lih bab 6), Tuhan selalu memperingatkan umat-Nya melalui para nabi. Kita membaca secara luas, bagaimana Tuhan memakai Elia dan Elisa untuk menyampaikan firman-Nya kepada orang Israel. Pada masa itu, nabi-nabi memainkan peran yang amat penting. Tuhan mengutus nabi-nabi itu untuk memberitakan firman-Nya, baik di Israel maupun Yehuda. Nabi-nabi tersebut sering menuliskankan pesan mereka. Itu sebabnya di dalam Alkitab, kita menemukan kitabkitab para nabi. Di dalam bab ini dan bab berikut, kita akan membahas karya dan tulisan nabi-nabi ini.
Ada beberapa isu yang akan kita cermati:
Itulah pendekatan kitab-kitab para nabi yang akan kita bahas dalam bab ini. Dalam bab berikutnya, kita akan menelusuri kitab-kitab tersebut dari segi tema-tema yang sangat mewarnai pekerjaan para nabi itu, yaitu:
Definisi ”nubuat” yang paling singkat yakni berbicara dalam nama Tuhan. Menurut Petrus, kita dapat melihat keseluruhan Alkitab sebagai ”firman yang telah disampaikan oleh para nabi” (lih 2Ptr 1:19-21). Di dalam Alkitab, Abraham disebut sebagai nabi (lih Kej 20:7); sedangkan Musa disebut sebagai nabi yang terbesar dalam Perjanjian Lama (lih Ul 18:15, 18; 34:10). Di samping itu, Samuel (lih 1Sam 3:20) dan Daud (lih Kis 2:30) juga disebut nabi. Ketika kita beralih dari Perjanjian Lama ke Perjanjian Baru, maka kita juga menemukan seorang nabi yang besar, yakni Yohanes Pembaptis (lih Mat 11:9, 11). Yesus sendiri adalah nabi, bahkan jauh lebih besar dari Musa dan semua nabi lainnya.
Dalam bab ini kita akan menelusuri nabi-nabi dalam Perjanjian Lama, yaitu Nabi Yesaya hingga Nabi Maleakhi. Kita juga akan membahas bagaimana sebuah nubuat dapat berbicara mengenai masa lalu, masa kini, atau pun masa depan.
Masa lalu
Allah menyatakan diri-Nya kepada umat-Nya melalui pembebasan dari Mesir dan penetapan perjanjian di Sinai. Tujuan seorang nabi bukanlah untuk membawa pernyataan atau wahyu yang baru, melainkan untuk mengingatkan kembali tentang semua yang sudah dilakukan Allah dalam sejarah mereka, khususnya kesetiaan-Nya akan perjanjian-Nya.
Masa kini
Seorang nabi terus menuntun umat Allah untuk hidup kudus dan saleh di hadapan-Nya setiap hari. Ia memperlihatkan dosa mereka secara gamblang. Semua bidang kehidupan disorotinya, seperti politik yang tidak baik, ketidakadilan, kejahatan seksual, pemerasan terhadap orang-orang miskin, pelanggaran hari Sabat, dan sebagainya. Intinya: melanggar perjanjian dengan Tuhan. ”Celakalah bangsa yang berdosa, kaum yang sarat dengan kesalahan, keturunan yang jahat-jahat, anak-anak yang berlaku buruk! Mereka meninggalkan Tuhan, menista Yang Mahakudus, Allah Israel, dan
berpaling membelakangi Dia” (Yes 1:4). Karena itu, nasihat untuk bertobat selalu menjadi inti pokok nubuat.
Masa depan
Jika seorang nabi menubuatkan sesuatu mengenai ”masa depan”, maka tujuannya tidak semata-mata untuk memberikan informasi tentang masa yang akan datang. Nubuat tidak sama dengan ramalan. Jika seorang peramal menyampaikan nasib yang tidak dapat dielakkan lagi, maka seorang nabi menyampaikan nubuat, dan si pendengar nubuat tersebut didekati nya sebagai orang yang bertanggung jawab secara pribadi. Dengan kata lain, nubuat selalu berkaitan dengan kelakuan manusia. Bunyinya selalu ”jika kamu ... maka Tuhan akan ....” Tujuannya adalah untuk mengingatkan umat Israel hingga mereka bertobat dari dosa mereka. Jika tidak, maka akan ada penghukuman. Selain itu, nubuat juga bertujuan untuk memberikan penghiburan dan pengharapan di tengah kesengsaraan, sehingga umat dapat menunggu pembebasan dan damai sejahtera.
Sering kali kita membaca di dalam kitab-kitab: ”Tuhan berkata”,
”Tuhan berfirman”, atau ”Sabda Tuhan”. Sesuai kebiasaan waktu itu, seorang pembawa berita yang menyampaikan pesan seseorang bernama A kepada orang lain menggunakan formula: A berkata: ”....” Dengan kata lain, ia mengulangi secara harfiah apa yang dikatakan A. Begitu juga dengan seorang nabi. Jika kita membaca kata-kata: ”Tuhan berkata: ...”, maka nabi tersebut telah menerima kata-kata itu secara harfiah dari Tuhan. Bahkan, tidak jarang pesannya tidak menyenangkan nabi itu sendiri, dan juga tidak menyenangkan sasaran nubuat itu (msl, raja tertentu, atau pun umat Allah).
Di samping itu, ada juga nubuat palsu. Ciri-ciri nubuat palsu antara lain, nabi palsu itu menyampaikan pikiran-pikiran dan ide-idenya sendiri yang tidak berasal dari Allah, tetapi seolah-olah pesannya langsung diterima dari Allah. Ciri-ciri nubuat palsu lainnya yakni pesannya baik dan menyenangkan bagi sasaran para pendengar mereka (lih Yer 23:16-22 dan 1Raj 22).
Kita telah melihat bahwa petunjuk mengenai masa depan sering muncul sebagai unsur penting dalam nubuat. Allahlah yang memimpin sejarah dunia; Dia dapat memberitahukan kepada kita apa yang akan terjadi di masa depan. Nubuat tentang masa depan biasanya tidak menceritakan kepada kita secara persis apa yang akan terjadi. Nubuat itu terutama membuat kita berjaga-jaga dan waspada. Pada saat penggenapannya, barulah kita mengerti dan mengakui bahwa hal tersebut sudah disampaikan dalam nubuat. Kadang kala nabi sendiri tidak mengerti pesan yang telah mereka terima, atau mereka hanya mengerti sebagian saja (bnd Dan 12:8-10; Mrk 13:23-33; 1Ptr 1:10-12).
Ada banyak nubuat yang digenapi secara bertahap. Misalnya, nubuat mengenai kembalinya bangsa Israel dari pembuangan dengan memakai kata-kata dan gambar-gambar yang menunjuk pada kedamaian yang akan datang, yakni pada saat pemulihan segala sesuatu. Dalam beberapa nubuat, kita menemukan petunjuk yang mengacu pada ”Israel”, ”Rumah Daud”, ”Bait Suci”, ”Yerusalem”, dan ”Sion”. Di dalamnya sering ada acuan ke Israel yang baru (gereja), Anak Daud yang Besar (Kristus), serta Yerusalem baru. Sebagai contoh, Hosea 2:13-22. Di dalam Hosea 2, Allah memberitahukan hukuman-Nya yang akan menimpa orang-orang Israel, sebab mereka menyembah Baal. Israel, sebagai kekasih Allah (”istri-Nya”), sama sekali tidak setia kepada Allah dengan menyembah para dewa. Oleh karena itu, Allah membawa bangsa ini ke padang gurun (lih Hos 2:14), yang berarti: Allah akan membawa umatNya keluar dari tanah perjanjian. Tetapi, maksud Allah adalah agar Israel kembali mengasihi Dia. Maka Ia akan mengembalikan tanah perjanjianNya kepada mereka (lih Hos 2:14). Hubungan antara Tuhan dan Israel akan menjadi baik kembali, kuasa alam tidak akan mengancam, dan tidak akan ada perang lagi (lih Hos 2:17).
”Aku akan menjadikan engkau isteri-Ku untuk selama-lamanya dan Aku akan menjadikan engkau isteri-Ku dalam keadilan dan kebenaran, dalam kasih setia dan kasih sayang” (Hos 2:18). Allah akan menjaga umat-Nya sehingga mereka senantiasa hidup di dalam kelimpahan.
Kapankah nubuat ini digenapi? Pertama-tama pada waktu Israel kembali dari pembuangan. Dalam Roma 9:25, Paulus mengacu pada Hosea 2. Pada saat itu, jelaslah bahwa orang non-Yahudi juga termasuk dalam umat Allah. Oleh karena itu, Paulus melihat bahwa Allah juga menggenapi nubuat Hosea pada masa itu, tetapi belum sepenuhnya. Ketika Yesus datang kembali, barulah nubuat ini akan digenapi secara sempurna. Kasih antara Allah dan mempelai perempuan (gereja) akan menjadi sempurna (lih Why 20:21).
Jika kita melihat secara garis besar, tampaknya semua yang kita lihat berada sangat dekat dengan kita. Hal yang seperti itu juga terjadi jikalau kita ”melihat” melalui nubuat. Pada saat nubuat itu diucapkan, maka semua hal mengenai masa depan tampaknya sudah sangat dekat. Ada hal-hal yang memang sudah dekat, serta sudah sangat nyata dan jelas. Ada pula yang sudah kelihatan, tetapi masih sangat jauh. Penggenapan nubuat itu akan berlangsung secara bertahap. Di dalam banyak nubuat tidak ada perbedaan antara kedatangan Mesias yang pertama dan kedatangan-Nya yang kedua. Misalnya, dalam Yesaya 9:1-6, kita membaca tentang kelahiran Mesias (kedatangan-Nya yang pertama). Tetapi, di dalam bagian yang sama, kita juga membaca tentang Kerajaan damai-Nya yang abadi. Pada masa kini kita tahu bahwa penggenapan nubuat tentang Kerajaan yang kekal itu belum terwujud secara sempurna; menunggu kedatangan-Nya yang kedua.
Sebagian besar nubuat ditulis dalam bahasa puisi dan memakai lambang-lambang. Lambang-lambang tersebut diambil dari konteks dan situasi masa nabi (msl, ”pedang-pedangnya menjadi mata bajak”). Oleh karena itu, tidak mungkin membahas nubuat-nubuat secara harfiah. Kita harus selalu membahasnya dalam pengertian masa, budaya, dan bahasa kiasan yang dipakai pada saat itu.
Di samping itu, tidaklah tepat jika kita menjelaskan nubuat ”secara harfiah” dengan mengacu pada Yerusalem, Israel, Sion dalam Perjanjian Lama; dan ”secara rohani” jika kita mengacu pada Yerusalem yang baru dan gereja masa kini. Karena Allah sejak awal Perjanjian Lama ingin membawa umat-Nya berkumpul bersama semua bangsa dan ingin mewujudkan Yerusalem yang baru. Kita harus memperhatikan rencana Allah ini setiap kali kita menyelidiki dan membahas nubuat-nubuat dari Perjanjian Lama.
Kita membaca bahwa Allah telah memanggil berbagai macam orang secara khusus untuk menjadi nabi-nabi-Nya. Yesaya dan Yehezkiel mendapat panggilan melalui sebuah penglihatan di mana Allah memperlihatkan kebesaran-Nya. Tentang Yeremia, kita juga membaca bagaimana Allah sendiri memanggil dia untuk tugas nabi. Pada masa Perjanjian Baru dan masa kini, semua orang Kristen sebenarnya juga berfungsi sebagai nabi. Karena itu, penting bagi kita untuk memperhatikan secara khusus panggilan para nabi dalam Perjanjian Lama. Apa yang dapat kita pelajari dari panggilan nabi-nabi tersebut?
Dalam panggilan nabi, kita dapat membedakan berbagai elemen seperti berikut ini:
Allah memilih seseorang menjadi nabi
Bukan orang itu yang berprakarsa melamarkan diri untuk pekerjaan nabi, melainkan Allah sendiri yang berprakarsa dan memilih nabi-nabi-Nya. Terhadap Yeremia, Ia berkata: ”Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa” (Yer 1:5).
Di dalam Alkitab, kita bisa melihat bahwa Allah tidak pernah memulai dengan komitmen kita, atau pilihan kita, atau pun kualitas kita. Ia selalu mulai berdasarkan pilihan-Nya sendiri, sebagai Allah yang berdaulat. Yesus mengatakan kepada murid-murid-Nya: ”Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap ...” (Yoh 15:16).
Allah memperlihatkan keagungan-Nya Yesaya dan Yehezkiel mendapat penglihatan tentang Allah yang duduk di atas takhta-Nya dalam kekudusan-Nya (lih Yes 6; Yeh 1). Sungguh menakjubkan dan sulit untuk diungkapkan! Apa sesungguhnya maksud Allah? Maksudnya ialah Dia ingin memperlihatkan diri-Nya di awal tugas mereka sebagai nabi: siapakah Dia sebenarnya. Siapa pun yang benar-benar melihat Allah di dalam kebesaran-Nya, barulah dapat melayani Dia dengan sungguh-sungguh. Dan siapa pun yang berpikir picik tentang Allah atau melihat Allah hanya sebagai oknum yang berguna untuk dirinya, maka orang itu tidak bisa dan tidak layak menyampaikan nubuat yang sesungguhnya.
Orang merasa tidak mampu menjadi nabi Ketika Yesaya melihat Allah, ia berseru: ”Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir ...” (Yes 6:5). Reaksi Yeremia serupa dengan itu: ”Ah, Tuhan Allah! Sesungguhnya aku tidak pandai berbicara, sebab aku ini masih muda” (Yer 1:6). Di kemudian hari, kita melihat reaksi serupa pada Petrus ketika menyaksikan keagungan Yesus dalam mukjizat penangkapan ikan. Ia berseru: ”Tuhan, pergilah dari hadapanku, karena aku ini seorang berdosa” (Luk 5:8). Jika kita benar-benar ingin melayani Allah, maka kita harus menyadari kekurangan dan ketidakmampuan kita sendiri. Kita sepenuhnya bergantung kepada Allah dan Roh-Nya yang kudus. Maka untuk dapat berbicara selaku nabi pada masa kini, perlu ada kesadaran yang sungguh-sungguh akan dosa kita sendiri. Itulah syarat penting yang perlu kita cermati.
Tugas nabi adalah tugas yang sulit
Yesaya harus menyampaikan berita kepada sebuah bangsa yang tidak akan memahaminya; ia harus menyampaikan penghakiman atas bangsanya sendiri. Sementara itu, isi pesan Yeremia dapat dicirikan dengan enam kata, yakni empat berisi penghukuman, dan hanya dua yang berisi pemulihan (lih Yer 1:10). Tentu ia sangat menderita karena tugasnya itu. Yehezkiel juga mendengar pada saat panggilannya bahwa tugasnya akan menjadi sangat berat (lih Yeh 2:3-8). Dan itulah yang dialaminya dengan segala masalah yang dihadapkan kepadanya.
Sebenarnya itu semua mengacu pada nabi yang besar, yakni Yesus Kristus; seorang yang penuh dengan kesengsaraan dan sangat dihina (lih Yes 53:3). Tidak ada manusia yang menderita demikian hebat karena tugasnya selain Dia! Kita juga harus selalu ingat bahwa mengikut Yesus berarti siap untuk mengangkat salib, menyangkal diri, bahkan kehilangan nyawa. Jika tidak, maka kita tidak dapat bertindak sebagai nabi.
Allah memberikan kekuatan khusus
Jika tugas nabi begitu berat, lalu siapakah yang sanggup melakukannya? Tidak seorang pun, kecuali jika orang itu disentuh oleh Allah sendiri. Kita melihatnya dalam cerita mengenai panggilan Yesaya. Ia mengeluh bahwa ia tidak mampu karena berdosa. Tetapi, setelah seorang malaikat menyentuhkan bara ke mulutnya serta berkata: ”Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni” (Yes 6:7), maka Yesaya dengan sukacita menyerahkan dirinya ketika diminta ”Siapakah yang akan Kuutus?” (Yes 6:8).
Meskipun Allah memberikan tugas yang berat, Ia juga memberikan kekuatan dan Roh-Nya untuk menyelesaikan tugas tersebut. Gereja Allah berada di dalam dunia ini dengan tugas yang melampaui kemampuan manusia: ”... jadikanlah semua bangsa murid-Ku ...” (Mat 28:19). Bersama perintah ini, Yesus berkata ”... Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman” (Mat 28:20), dan ”Tetapi kamu akan menerima kuasa bilamana Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi” (Kis 1:8). Sekali lagi kita melihat di sini bahwa panggilan Allah selalu diiringi janji-Nya.
Ada nabi yang lebih terkenal daripada nabi yang lain. Kendati pesan nubuat lebih penting daripada nabi yang menyampaikannya, kita juga perlu selalu menghubungkan antara pesan dengan si pembawa pesan. Berikut ini ada sedikit keterangan tentang beberapa nabi:
Yesaya
Ia bertindak sebagai nabi di Yerusalem pada tahun 740–700 sebelum Kristus. Allah memanggil dia pada usia yang relatif muda (lih Yes 6). Yesaya, seorang laki-laki yang berasal dari keluarga terkemuka, telah menikah dan mempunyai dua anak laki-laki. Nama anak-anaknya berisi pesan untuk bangsa itu: Syear Yasyub (”sisa yang akan kembali”) dan Maher-Syalal Hash-Bas (”Musuh-musuhmu akan segera dihancurkan”), lih Yesaya 7:3; 8:3, 18.
Yeremia
Yeremia berasal dari keturunan imam dari Anatot. Ia sungguh menderita karena tugasnya sebagai nabi, karena ia harus memberitahukan hukuman kepada bangsanya yang dikasihinya. Tetapi, mereka tidak mau mendengarkan dia dan malah menganggapnya sebagai pengkhianat. Apalagi, ada banyak nabi palsu yang bernubuat mengatasnamakan Tuhan, yang sangat berlawanan dengan nubuat Yeremia (lih Yer 23 dan 28). Kehidupan Yeremia juga sering terancam. Mereka menganiaya dia, membuang dia di dalam penjara, dan berusaha untuk membunuh dia (lih Yer 20; 26; 37–38; dan 43).
Akhirnya, sekelompok orang Israel melarikan diri ke Mesir. Meski demikian, mereka masih tinggal di Yehuda setelah Nebukadnezar menawan hampir semua orang dan membawa mereka ke Babel. Tetapi, kelompok kecil ini lari ke Mesir dan memaksa Yeremia untuk pergi bersama-sama dengan mereka, sekalipun Yeremia telah menasihati mereka atas nama Tuhan untuk tidak pergi ke Mesir. Akibatnya, Yeremia nyaris mati di Mesir. Berkali-kali ia ingin berhenti bernubuat, tetapi tidak mungkin baginya (lih Yer 20:9).
Yehezkiel
Yehezkiel adalah seorang imam. Ia dideportasi ke Babel bersama dengan kelompok orang tawanan yang pertama. Mereka hidup di tepi Sungai Kebar. Ia diperintahkan Allah beberapa kali untuk menyampaikan isi pesanNya. Banyak hal berat dituntut darinya (lih Yeh 3–4; 12; 24). Ia sangat menderita karena tugas-Nya itu. Bahkan, Allah membiarkan istrinya mati dan melarang dia untuk meratapinya. Dengan cara itu, Allah memperlihatkan bahwa umat-Nya tidak harus meratap pada saat Yerusalem diruntuhkan.
Hosea
Apa yang telah kita lihat pada Yesaya dan Yehezkiel, terjadi juga pada Hosea. Allah menyuruhnya kawin dengan seorang perempuan sundal untuk memperanakkan anak-anak sundal. Demikianlah Hosea mengibaratkan negeri Allah yang bersundal hebat dengan membelakangi-Nya. Maka ia pun mengalami apa yang berulang kali dialami Allah dengan umat-Nya itu, yakni Israel, yang dikasihi-Nya, hidup secara tidak setia. Allah memang sering kali membandingkan perjanjian dengan umat-Nya melalui sebuah perkawinan (lih Yeh 23 dan Hos 1–3).
Amos
Sebenarnya Amos tidak berprofesi sebagai nabi. Dia adalah seorang peternak dan pemungut buah ara hutan (lih Am 7:14). Ia tinggal di Tekoa (dekat Betlehem), di Yehuda. Namun, Tuhan mengutus dia ke Israel, kerajaan 10 suku sebelah utara untuk bernubuat. Pada waktu itu, keadaan ekonomi di sana cukup baik (di bawah pemerintahan Yerobeam II), tetapi di bidang sosial dan keagamaan mereka menyimpang jauh dari Tuhan dan jalan-Nya.
Yunus
Dari Kitab Yunus sendiri, sulit bagi kita untuk mengetahui periode masa hidup Yunus. Tetapi, di dalam 2 Raja-raja 14:25, kita membaca bahwa ia bernubuat pada masa pemerintahan Yerobeam II. Untuk memahami sikap Yunus terhadap Niniwe, penting bagi kita untuk mengetahui bahwa Niniwe adalah ibu kota Asyur. Adapun kerajaan Asyur telah menindas seluruh wilayah, termasuk Israel, dengan cara yang keras dan kejam.
Jadi, untuk memahami kitab mereka, sebaiknya kita mengetahui sebanyak mungkin mengenai pribadi seorang nabi; perilakunya, silsilah nya, pekerjaannya, dan sebagainya. Di samping itu, penting juga untuk mengetahui dalam waktu dan situasi manakah ia tampil, karena informasiinformasi itu sangat menolong kita untuk memahami pesan nubuatnya.
Beberapa contoh:
Kapan dan di mana para nabi hidup
Tugas nabi yang utama adalah memperlihatkan dosa-dosa dan menasihati. Pendeknya: bertobatlah! ”Jika kamu tidak sungguh-sungguh bertobat, maka hukuman Allah akan jatuh ke atasmu.” Pertobatan merupakan unsur utama isi pesan setiap nabi, baik di dalam Perjanjian Lama (msl, Hos 1:1-2; Yl 2:13), maupun di dalam Perjanjian Baru (msl, Mat 3:2; 4:17).
Para nabi menghadapkan bangsa Israel dengan dosa-dosa mereka, karena bangsa itu telah berdosa di hadapan Allah. Tetapi, jika diamati dengan baik, semua dosa mempunyai dasar yang sama: bangsa itu telah melanggar perjanjian dan berbalik membelakangi Allah. ”... sebab tidak ada kesetiaan dan tidak ada kasih, dan tidak ada pengenalan akan Allah ...” (Hos 4:1). Dosa terhadap hukum yang pertama sering kali merupakan induk dari segala dosa lain. Penyembahan berhala (berbalik membelakangi Allah satu-satunya) mengakibatkan dosa yang pada akhirnya melanggar semua hukum yang lain.
Berdasarkan hukum Taurat, nabi-nabi Perjanjian Lama menghadapkan umat Allah dengan dosa mereka. Ini merupakan tugas utama dalam karya mereka, dan hal tersebut bukan pernyataan-pernyataan yang baru. Di dalam Kitab Taurat, sudah jelas bahwa setia kepada Allah akan membawa berkat dan sejahtera; dan jika tidak setia, akan membawa kutuk dan hukuman. Itulah tema yang diulangi dan dielaborasikan oleh para nabi. Karena itu, pesan kenabian juga bersyarat: hukuman yang disampaikan bisa batal jika ada pertobatan (Yunus), tetapi tidak ada penyelamatan jika manusia membelakangi Allah (lih Yer 18:5-12).
Di dalam kitab-kitab para nabi, pemberitahuan mengenai hukuman (pembuangan, hari Tuhan) lebih mendapat perhatian daripada pemberitahuan mengenai penyelamatan (Mesias, kerajaan damai, dsb). Hal tersebut disebabkan oleh situasi bangsa itu sendiri yang selalu menyimpang dan memilih untuk berbuat dosa. Oleh karena itu, para nabi harus menekankan ancaman sekaligus nasihat. Yang menonjol adalah selama masa pembuangan, ada perubahan dalam pesan nabi-nabi. Sebelum pembuangan, ada pesan bernada nasihat dan amarah yang memperlihatkan dosa-dosa dan hukuman Allah jika tidak ada pertobatan. Tetapi, setelah masuk ke dalam pembuangan, ada pesan bernada penghiburan dan kasih Allah yang ingin tetap bergaul dengan umat-Nya. Jadi, pada saat penindasan, nabi-nabi datang dengan terang pengharapan dan kepastian akan kesetiaan Allah (msl, Yeh 33; Yes 40).
1. Dipanggil sebagai nabi
Jelaskanlah bagaimana setiap orang Kristen dipanggil untuk hidup dan bertindak sebagai nabi. Mari kita mempelajari panggilan Nabi Yesaya, Yeremia, Yehezkiel, dan kita sendiri sesuai skema berikut ini:
Unsur Panggilan | Yesaya (6:1-13) | Yeremia (1:1-18) | Yehezkiel (1:26-2:7) | Kita Sendiri? |
---|---|---|---|---|
Allah memilih nabi | ||||
Allah menyatakan keagungan-Nya | ||||
Orang yang bersangkutan merasa tidak mampu untuk menjadi nabi | ||||
Tugas sulit dan tidak sesuai dengan harapan manusia | ||||
Allah memberikan kekuatan kepada mereka dalam melakukan tugasnya |
Bentuklah kelompok-kelompok kecil. Setiap kelompok membahas cerita panggilan setiap nabi dan mengecek lima unsur panggilan dari skema di atas. Adakah? Dalam cerita manakah itu? Catatlah ayat-ayat di mana unsur-unsur itu ada.
Secara pleno, silakan membahas bagian demi bagian untuk melihat perbedaan di antara tiga nabi ini. Selanjutnya, tariklah kesimpulan mengenai panggilan kita sebagai nabi pada masa dan situasi kita. Tulislah kesimpulan itu (dengan memakai kata-kata kunci) di dalam kolomnya.
2. Biografi singkat Yeremia
Kumpulkanlah data-data riwayat hidup Yeremia di dalam kelompok kecil dalam urutan yang kronologis. Berdasarkan itu, tulislah biografi singkat tentang Yeremia, atau buatlah presentasi (msl, dengan menggunakan PowerPoint) untuk menceritakan kehidupan Yeremia.
3. Permainan pendapat
Lukiskanlah dua kotak di lantai, satu untuk ”setuju” dan satu untuk ”tidak setuju”. Bacalah salah satu pendapat (lih di bawah) dan mintalah setiap orang untuk berdiri di kotak ”setuju” jikalau setuju, atau di kotak ”tidak setuju” jikalau tidak setuju. Orang-orang di kedua kotak itu saling mencoba meyakinkan satu sama lain untuk berpindah kotak. Jika seseorang berubah pendapat, maka ia bisa pindah ke kotak lain. Setelah mendiskusikan satu pendapat, ambillah pendapat yang lain dan ikutilah proses yang sama.
Di bawah ini merupakan usulan berbagai pendapat (Anda juga bisa merumuskan pendapat lain):
4. Latihan memahami nubuat Alkitab
Cetaklah ayat-ayat Alkitab dari Yehezkiel 37:15-28 untuk setiap peserta di atas kertas folio, dengan ukuran margin yang cukup luas untuk membuat catatan. Tulislah di kertas itu (di bawah ayat-ayat Yehezkiel), Yehezkial 36:24-28; Yohanes 10:11-16; Wahyu 7:1-8, yakni bagian-bagian Alkitab yang dapat menolong kita untuk memahami Yehezkiel 37:15-28. Kita akan berlatih memahami nubuat dengan fokus utama, yakni menjawab pertanyaan: ”Apakah nubuat ini sudah digenapi? Jika sudah, kapankah itu?”
Untuk itu, bekerjalah di dalam kelompok kecil dan catatlah kapan nubuat digenapi, serta bagian-bagian manakah yang belum digenapi. Bahaslah hasilnya secara pleno. Dua pertanyaan berikut harus selalu memainkan peranan besar dalam latihan ini:
Pertanyaan untuk dibahas
1. Ada banyak perbedaan di gereja dalam memahami dan menerapkan nubuat-nubuat Alkitab. Carilah contoh-contoh gejala ini, dan bahaslah hasilnya bersama-sama.
2. Bisakah Anda menyebutkan contoh-contoh nubuat di masa kini?
3. Kapan terakhir kalinya Anda sungguh-sungguh tersentuh oleh salah satu pengucapan yang bersifat nubuatan? Berikan kesaksian tentang hal ini di depan para peserta.
4. Adakah nubuat-nubuat Alkitab yang meramalkan peristiwa-peristiwa masa kini, misalnya perang di Irak?
5. Bagaimana Anda berfungsi sebagai nabi? Adakah hal-hal yang dapat dibandingkan dengan nabi-nabi yang muncul dalam Alkitab?
Persiapan masuk ke bab 9
Kita akan melanjutkan di bab berikutnya pembahasan kitab-kitab Para Nabi. Sekarang kita akan berfokus pada:
Nubuat tentang kedatangan Mesias telah kita temukan di atas melalui pembacaan Kitab Yesaya. Karena itu, dalam persiapan ini kita lebih berpusat pada tiga pokok yang lain:
Topik | Ayat-ayat |
---|---|
a. Mesias | Mikha 5:1-8 Zakharia 3 |
b. Israel dan bangsa-bangsa | Yunus 1 dan 4 Yesaya 25:1-12 Amos 7:7-15 Zefanya 2:4-15 |
c. Sion dan Bait Suci | Yeremia 7:1-15 Hagai 1 Mikha 3:1-4:5 Zakharia 6:9-15 |
d. Kedatangan Hari Tuhan | Zefanya 1:14 Amos 5:18-27 Yoel 3 dan 4 |
Saran
Pelajarilah sebagian dari nubuat-nubuat yang telah kita baca pada bab 9 secara lebih terperinci, dan cobalah untuk menentukan tahap-tahap penggenapannya.
Misalnya: