Isi Kitab Yosua
Yosua 1-12 |
Memasuki Tanah Perjanjian 1:1-5:12: Persiapan Masuk 5:13-12:24: Perebutan Kanaan |
Yosua 13:22 | Pembagian Tanah |
Yosua 23‒24 | Perpisahan Yosua |
Arti Kitab Yosua
Kitab Yosua mengisahkan bagaimana bangsa Israel memasuki dan menduduki tanah Kanaan. Kita melihat bahwa Allah memenuhi janji-Nya yang kedua (janji tanah) kepada Abraham, Ishak, dan Yakub. Mereka sudah menjadi bangsa yang besar (janji keturunan), dan sekarang mereka juga mendapatkan tanah yang telah dijanjikan Allah kepada mereka. Ia setia pada perjanjian-Nya (lih msl, Yos 21:43). Allah sendiri yang memberikan tanah itu kepada mereka. Ia juga memimpin umat-Nya dalam peperangan dan memberikan kemenangan kepada keturun an Abraham. Semua penduduk Kanaan harus dimusnahkan sehingga Kanaan menjadi suatu negeri yang kudus, tanpa dibayang-bayangi lagi akan berhala-berhala dan adat istiadat kafir.
Negeri yang akan diberikan Tuhan kepadamu
Di dalam cerita ini, kita sekali lagi memperhatikan pola dasar perjanjian Allah. Allahlah yang berprakarsa menjanjikan sesuatu kepada bangsa pilihan-Nya. Ia berjanji untuk memberikan tanah kepada mereka, ”... seluruh tanah Kanaan akan Kuberikan menjadi milikmu untuk selamalamanya ...” (Kej 17:8). Sesuai pola dasar perjanjian Allah, penggenapan janji ini hanya mungkin jika Allah yang mengerjakannya.
Berlawanan dengan keangkuhan manusia yang cenderung melakukan sendiri, Dialah yang memberikan kemenangan kepada umat-Nya. Israel hanya diminta untuk taat dan setia kepada Allah dan menyembahNya sebagai satu-satunya Allah. Pengamatan singkat terhadap kedua belas pasal pertama dari Kitab Yosua memperjelas pola dasar perjanjian ini, yakni sebagai berikut:
Pasal 1
Yosua bukanlah tokoh yang hebat seperti Musa. Ia harus tetap dinasihati dengan kata ”... hanya kuatkan dan teguhkanlah hatimu dengan sungguhsungguh”. Meski demikian, pada akhirnya dialah yang memimpin umat itu memasuki tanah Kanaan karena Allah akan memberikan negeri itu kepada mereka, dan Ia juga menyertai Yosua. Kita dapat menarik garis itu dari Yosua kepada Yosua yang besar, Yesus Kristus. Jadi, Allah tidak memberi kebebasan melalui orang yang hebat, tetapi justru melalui orang yang lemah.
Pasal 2
Yosua menerima tanggung jawab itu. Ia segera mengirim para pengintai untuk menyelidiki negeri tersebut. Tetapi, mereka sudah salah sejak awal. Mereka hanya dapat melaporkan apa yang diberitahukan seorang perempuan sundal (yang bernama Rahab) kepada mereka, yaitu bahwa Tuhan telah memberikan negeri ini kepada mereka dan bahwa kengerian terhadap bangsa Israel telah menghinggapi orang Yerikho dan segala penduduk Kanaan gemetar menghadapi mereka.
Pasal 3‒4
Pada musim hujan, Sungai Yordan sangat lebar sehingga bangsa Israel tidak mungkin menyeberangi sungai itu begitu saja. Akan tetapi, Allah sendiri membuka pintu dengan menghentikan aliran Sungai Yordan, sehingga air yang turun dari hulu melonjak menjadi bendungan (lih Yos 3:15-16). Tabut Perjanjian berjalan di depan bangsa itu sebagai lambang kehadiran Allah, yakni sebagai tanda pendamaian.
Pasal 5:1-12
Meskipun musuh memang sudah dekat, siapa yang terus berjalan dengan Allah harus menundukkan dirinya di bawah ketetapan-Nya dan memberi diri disunat. Hal ini menunjuk pada iman dan kepercayaan. Dan meskipun hanya satu kota yang sudah direbut, umat Israel tetap merayakan Paskah. Sebab Allahlah yang akan membebaskan mereka.
Pasal 5:13‒6:27
Allah sendiri, sebagai Panglima bala tentara-Nya, menampakkan diri kepada Yosua. Ini adalah pertempuran-Nya, dan itu dinyatakan-Nya dengan sangat jelas melalui cara perebutan Kota Yerikho.
Pasal 7‒8
Allah melarang umat-Nya dengan keras untuk mengambil sesuatu dari jarahan. Semua musuh Israel dan barang jarahan dikhususkan untuk dimusnahkan atau ditaruh di dalam perbendaharaan rumah Tuhan. Namun, Akhan dari suku Yehuda, mengambil sesuatu dari barang-barang yang dikhususkan itu. Maka pada saat memasuki dan memiliki tanah Kanaan, Allah menunjukkan bahwa bangsa-Nya tidak dapat melayani-Nya dan menerima tanah Kanaan jika hati mereka masih terarah pada harta-harta duniawi, perang, dan emas. Setelah memulihkan hubungan dengan Tuhan (dengan membunuh seluruh keluarga Akhan dengan melontari mereka dengan batu), maka dibacakan pula hukum Musa di Gunung Ebal.
Pasal 9
Ketika Yosua dan umat Israel lupa bahwa Allahlah yang memimpin mereka, maka mereka langsung terjerumus. Misalnya, kasus orang-orang Gibeon. Dan janji kepada mereka tetap berlaku hingga sekarang.
Pasal 10‒12
Sisa tanah Kanaan direbut. Tuhanlah yang berperang demi kesejahteraan umat-Nya.
Perang Suci
Di dalam Kitab Yosua, kita membaca bahwa di bawah pimpinan Yosua orang Israel benar-benar menghancurkan para penduduk Kanaan. Jika itu terjadi pada masa kini, orang akan menyebutnya sebagai genosida. Siapa pun yang membaca bagian ini akan mengalami kesulitan untuk memahami peristiwa tersebut. Bagian ini bahkan bisa menyebabkan orang tidak mau lagi memercayai Allah. Bagaimana mungkin Allah (yang adalah kasih!) dapat memberikan perintah semacam itu?
Untuk memahami peristiwa ini, kita harus membaca Kejadian 15:16-21. Allah telah menjanjikan tanah Kanaan kepada orang Israel, tetapi mereka harus menunggu sampai kejahatan orang Amori menjadi genap. Setelah 400 tahun, habislah kesabaran Tuhan. Ia datang dengan hukuman-Nya kepada orang Kanaan, dan dengan demikian Ia memberikan tanah kepada umat-Nya.
Perang yang terjadi di Kanaan adalah perang Tuhan, karena peperangan ini berhubungan dengan pelaksanaan hukuman Allah atas bangsa-bangsa yang telah membangkitkan murka-Nya atas dosa-dosa mereka.
Kita dapat membandingkan situasi ini dengan situasi orang percaya masa kini. Orang-orang percaya dijanjikan suatu negeri yang baru, tetapi mereka harus menunggu sampai Yesus datang dengan penghakimanNya. Sekarang Allah masih sabar (lih 1Ptr 3:8-9), tetapi pada saat Yesus kembali, orang-orang percaya akan mendapatkan bumi yang baru, dan Allah akan datang kepada mereka yang tidak percaya kepada Yesus untuk menghakimi mereka.
Perbandingan itu dapat dilukiskan sebagai berikut:
Pengambilalihan tanah Kanaan adalah hukuman Tuhan; perang ini adalah perang Tuhan:
Hubungan antara keluar dari Mesir dan masuk ke tanah Kanaan
Penyeberangan melewati Sungai Yordan mengingatkan pada penyeberangan Laut Merah. Allah yang memimpin perjalanan keluar dari Mesir dan perjalanan masuk ke tanah perjanjian adalah Allah yang sama.
Skema di bawah ini memperlihatkan hubungan baik antara Kitab Keluaran dan Kitab Yosua:
- Allah menyatakan diri kepada Musa (Kel 3)
- Perayaan Paskah (Kel 12)
- Penyeberangan Laut Merah (Kel 14)
- Padang gurun: generasi tua meninggal, generasi baru lahir Penyeberangan Sungai Yordan (Yos 3‒4)
- Perayaan Paskah (Yos 5)
- Tuhan menampakkan diri kepada Yosua (Yos 5:13-15)
Akhir Kitab Yosua
Baik bagian akhir Kitab Ulangan maupun Kitab Yosua bernada agak pesimistis. Walaupun umat Israel ingin beribadah kepada Allah, mere ka selalu tidak mampu memenuhi hukum Allah dan terus menghadapi pengutukan Allah (lih Ul 31:16-18; Yos 24:19-20). Fakta ini menyadarkan kita bahwa dibutuhkan seorang perantara dan sebuah perjanjian yang lebih baik.
Seluruh Perjanjian Lama memperlihatkan hal yang sama. Umat Israel meskipun mau, tetap tidak bisa memenuhi tuntutan perjanjian Allah. Dalam momen yang sangat memilukan (masa pembuangan), para nabi menyampaikan berita mengenai kedatangan suatu perjanjian yang baru. Mereka memberitakan datangnya seorang nabi yang besar (lih Ul 18), sang pengantara yang sempurna. Pada masa kini kita tahu bahwa Ia juga bernama ”Yosua”, yaitu Yesus (Yesus adalah nama dalam bh Yunani yang sama dengan Yosua dalam bh Ibrani).
Isi Kitab Hakim-hakim
Kitab Hakim-hakim dapat dibagi dalam tiga bagian:
Hakim-hakim 1:1–3:4 |
Pendahuluan - Israel setelah kematian Yosua - Israel berpaling kepada berhala |
- Hak 1:1-2:5 - Hak 2:6-3:4 |
Hakim-hakim 3:5–16:31 |
Hakim-hakim tertentu - Otniel - Ehud - Samgar - Debora dan Barak - Gideon - Abimelekh - Tola dan Yair - Yefta - Ebzan, Elon, Abdon - Simson |
- Hak 3:5-11 - Hak 3:12-30 - Hak 3:31 - Hak 4-5 - Hak 6-8 - Hak 9 - Hak 10:1-5 - Hak 10:6-12:7 - Hak 12:8-15 - Hak 13:16 |
Hakim-hakim 17-21 |
Dua cerita yang ditambahkan - Asal mula tempat ibadah di Dan - Konfrontasi dengan Benyamin |
- Hak 17-18 - Hak 19-21 |
Arti Kitab Hakim-hakim
Kitab ini menceritakan tentang penyembahan berhala, kekerasan, dan perpecahan di Israel. Israel juga mengalami penderitaan akibat perang dengan negara-negara tetangga. Pada masa tersebut Allah memberikan seorang hakim untuk menuntun mereka dan membebaskan bangsa-Nya dari kesulitan. Jadi, hakim-hakim tidak hanya berperan sebagai hakim, tetapi juga sebagai pemimpin militer dan pemimpin agama. Kitab Hakim-hakim memperlihatkan bahwa umat Israel akan bersukacita ketika mereka setia kepada Allah (seperti yang mereka janjikan kepada Yosua dalam Yos 24). Tetapi, kitab ini juga memperlihatkan bahwa bencana selalu menanti mereka manakala mereka membelakangi Allah.
Hakim-hakim 17:6 dan 21:5 adalah teks-teks karakteristik pada masa hakim-hakim: ”Pada waktu itu tidak ada raja di Israel; setiap orang melakukan apa yang baik di matanya sendiri.” Situasi karakteristik ini diperjelas oleh dua kisah yang membentuk akhir Kitab Hakim-hakim: suku Dan dan patung dewa-dewa; serta perbuatan aib di Gibea.
Kitab Hakim-hakim memperlihatkan kebutuhan bangsa Israel akan seorang raja yang dapat memimpin mereka melalui jalan Tuhan. Kebutuhan akan datangnya Raja Daud, terutama kebutuhan akan datangnya anak Daud yang agung, Yesus Kristus.
Dewa-dewa berhala
Segera setelah orang Israel berdiam di Kanaan, mereka menyimpang dari Allah dan menyembah dewa-dewa Kanaan. Kebanyakan dewa-dewa Kanaan merupakan personifikasi kekuatan-kekuatan alam. Salah satu contohnya adalah dewa Baal, yakni dewa hujan. Untuk masyarakat petani seperti penduduk Kanaan, dewa ini adalah dewa kesuburan. Tentu mereka sangat bergantung pada hujan. Apabila pada musim hujan tidak ada hujan yang turun, tidak akan ada yang tumbuh. Karena itu, mereka harus selalu menyenangkan hati dewa hujan. Baal merupakan dewa yang dipercaya memberi mereka kemakmur an dan kesuburan. Mereka menamakan dia Baal, yang berarti ”tuan”, dan mereka membuat patung yang menyerupai manusia dengan kilat di tangan kanannya yang terangkat. Baal, dewa hujan, juga mempunyai seorang istri. Namanya Asyera, yakni dewi dari tanah yang subur.
Kesuburan, kesejahteraan, dan kesehatan, itulah yang menjadi inti pusat penyembahan Baal. Sama seperti orang Kanaan, Israel juga bangsa petani. Dan penyembahan pada Baal menarik hati mereka. Tuhan, Yahweh, dipandang sebagai Allah masa lalu yang memainkan peran dalam sejarah mereka. Dahulu Ia memang pernah melakukan perbuatan yang besar; membebaskan umat-Nya dari tempat perbudakan di Mesir, serta membawa umat itu memasuki tanah Kanaan, tanah perjanjian. Sedangkan Baal mereka pandang sebagai allah masa kini, allah kemakmuran, yang memberikan makan dan minum, serta kesehatan dan kekayaan.
Sebelum kita menghakimi orang Israel dalam hal ini, baiklah kita memeriksa diri sendiri. Bagaimana dengan kita pada masa kini? Apakah kita sungguh-sungguh hanya mengasihi Allah? Ataukah ”Baal” juga diberikan tempat di dalam hati dan kehidupan kita? Karena mungkin saja meskipun kita pergi ke gereja dan percaya kepada Allah, ternyata kita juga menyembah dewa-dewi seperti Baal, hanya saja dengan nama-nama yang lain. Mudah menjadikan Allah sebagai dewa masa lalu atau sejarah, dewa Alkitab dan gereja, sedangkan dewa yang menentukan hidup kita setiap hari adalah suatu dewa yang lain. Adalah baik untuk memeriksa diri sendiri: Allahkah yang menentukan seluruh hidup kita? Bagaimana kita mengatur keuangan, waktu, tubuh, serta relasi-relasi dan seluruh kehidupan kita?
Rut adalah seorang gadis Moab yang mendapat bagian dalam umat Allah. Boas menikah dengannya. Demikianlah ia menjadi buyut Daud dan nenek moyang Yesus. Kitab ini memperlihatkan bahwa Allah sudah aktif pada masa kegelapan hakim-hakim untuk mempersiapkan kedatangan Raja Daud. Ia memakai seorang gadis kafir yang telah memilih Dia sebagai Allah. Namanya Rut, leluhur Daud, leluhur Kristus. Demikianlah orang Yahudi dibuat-Nya merasa rendah hati; sekaligus ditunjukNya dalam pemilihan Rut sebagai leluhur Kristus bahwa ada pengharapan bagi bangsa-bangsa non-Yahudi. Pada awal Perjanjian Baru kita sekali lagi menemui nama Rahab (lih Yos 2) dan Rut. Mereka berdua disebut dalam daftar keturunan Yesus. Luar biasa, karena sebenarnya bukan suatu kebiasaan untuk menyebutkan nama perempuan dalam garis keturunan. Nama Rahab dan Rut disebutkan dalam daftar silsilah Yesus yang disediakan oleh Matius bagi kita (lih Mat 1:5).
Dengan demikian, Allah menunjukkan kepada orang Israel bahwa hubungan-Nya dengan mereka tidak bisa dijadikan alasan untuk berpikir bahwa mereka lebih baik dari bangsa-bangsa lain. Demikian juga pada masa Perjanjian Lama, Allah adalah Allah bagi setiap orang yang menaruh kepercayaan kepada-Nya dan yang ingin menaati hukum-hukum-Nya.
4.5. 1 DAN 2 SAMUEL
Isi dari Kitab 1 dan 2 Samuel
Kitab 1 dan 2 Samuel membentuk suatu kesatuan yang jelas. Berikut adalah penjelasan singkat tentang isinya:
1 Samuel 1-7 |
Samuel, nabi, periode pertama - Kelahiran Samuel, Samuel dan Eli - Peperangan dengan orang Filistin |
- 1Sam 1-3 - 1Sam 4-7 |
1 Samuel 8-15 |
Samuel dan Saul - Saul menjadi raja - Allah menolak Saul |
- 1Sam 8-12 - 1Sam 13:15 |
1 Samuel 16-31 |
Saul dan Daud - Samuel mengurapi Daud sebagai raja - Daud dan Goliat - Daud dan Yonatan - Daud melarikan diri, Saul semakin sesat |
- 1Sam 16 - 1Sam 17 - 1Sam 18-20 - 1Sam 21-31 |
2 Samuel 1–8 |
Tahun-tahun pertama Daud sebagai raja - Daud dan keluarga Saul - Daud menjadi raja Israel di Yerusalem - Tabut perjanjian dibawa ke Yerusalem - Daud mau membangun Bait Allah-janji - Peperangan-peperangan Daud |
- 2Sam 1-4 - 2Sam 5 - 2Sam 6 - 2Sam 7 - 2Sam 8 |
2 Samuel 9–20 |
Kerajaan Daud, dosa-dosa, dan konflik-konflik - Keturunan Yonatan-Peperangan-peperangan - Perzinahan, pembunuhan,hukuman, dan pengampunan - Persoalan-persoalan Daud dengan anak-anaknya |
- 2Sam 9-10 - 2Sam 11-12 - 2Sam 13-20 |
2 Samuel 21–24 |
Catatan-catatan selanjutnya tentang Daud dan kerajaannya - Kelaparan, perang, dua mazmur, para pahlawan - Sensus penduduk dan pembangunan Altar |
- 2Sam 21-23 - 2Sam 24 |
Sebuah kitab yang bernubuat
Kitab 1 dan 2 Samuel menceritakan kepada kita tentang raja yang terbesar sepanjang sejarah Israel, yakni Daud. Tetapi, dua kitab ini bukan sekadar riwayat hidup biasa. Penuturan sejarah Daud tidak dimulai dengan kelahiran Daud, tetapi kelahiran Nabi Samuel. Jadi, jelaslah bahwa kerajaan Daud berdasarkan firman Allah dan janji-janji-Nya. Kita baru mendengar tentang Daud ketika sang nabi, atas nama Allah, memanggilnya untuk menjadi raja. Daud sama sekali tidak memiliki kuasa untuk menjadi raja. Kerajaannya juga bukan sebuah warisan baginya. Daud menerima panggilannya untuk menjadi raja dari Allah. Dialah yang memilih Daud.
Umumnya penuturan kehidupan raja-raja pada masa itu biasanya untuk memuji semata. Tidak ada yang buruk, hanya hal-hal baik saja! Namun, penuturan kehidupan Raja Daud sangat berbeda. Kita membaca tentang kelemahan-kelemahan dan dosa-dosa tertentu. Karena itu, jelaslah bahwa bangsa Israel memerlukan seorang raja yang lebih besar dari Daud. Yang diharapkan adalah anak agung dari Daud yang akan menebus umat Israel (lih 2Sam 7, bnd Luk 1:32-33).
Sebenarnya kedua kitab ini merupakan satu kitab. Garis sejarah berjalan dari tempat kudus di Silo (di mana umat Israel menyimpang dari Allah, 1Sam 1‒2), ke tempat yang dibeli Daud untuk membangun Bait Allah yang baru dan yang di atasnya Daud telah membangun altar untuk meredakan murka Allah (lih 2Sam 24). Dari situ tidak sulit untuk menarik garis menuju Golgota, di mana Kristus menyiapkan satu-satunya kurban yang sepenuhnya meredakan murka Allah karena dosa kita.
Saul dan Daud
Kitab Hakim-hakim dan Rut sering memperlihatkan bahwa umat Israel membutuhkan seorang raja (lih Hak 21:25 dan Rut 4:16-18). Permulaan Kitab Samuel juga menyebutkan kebutuhan tersebut. Tetapi, kita melihat Allah justru menjadi marah ketika bangsa Israel meminta seorang raja (lih 1Sam 8:7). Sebab keinginan umat Allah didasari alasan yang salah. Mereka lupa bahwa seharusnya Allahlah yang menjadi Raja mereka. Alas an mereka adalah keinginan untuk menjadi sama seperti bangsabangsa lain yang juga memiliki raja duniawi. Meski demikian, Allah tetap memberikan seorang raja kepada mereka. Dan Ia memiliki alasan khusus untuk itu. Ia hendak memberikan seorang raja kepada mereka sebagai gambaran Raja Agung yang akan datang.
Raja pertama yang mereka miliki adalah Saul. Ia adalah seseorang yang memiliki banyak sekali kemampuan. Ia seorang laki-laki yang elok rupanya dan sangat tinggi: dari bahu ke atas ia lebih tinggi daripada setiap orang sebangsanya (lih 1Sam 9:2); ia juga rendah hati (lih 1Sam 9:21); serta gagah perkasa (lih 1Sam 11). Samuel sangat gembira dengan raja yang demikian (lih 1Sam 10:24).
Tetapi, Saul akhirnya jatuh. Dalam ujian pertama yang ia hadapi, ia sudah memperlihatkan kelemahannya. Ternyata ia gagal. Ia tidak sabar menunggu sampai Allah datang membebaskan umat-Nya (lih 1Sam 10:8; 1Sam 13). Meski demikian, Saul masih mendapatkan satu kesempatan lagi (lih 1Sam 15). Sayangnya, ia kembali memilih jalannya sendiri. Karena itu, Allah memilih Daud (lih 1Sam 16). Roh Allah memenuhi Daud dan meninggalkan Saul (lih 1Sam 16:13-14). Mengapa Allah berkenan berjalan bersama Daud? Karena ia adalah seorang yang berkenan di hati Allah (lih 1Sam 13:14; 15:28; dan 16:7). Apakah Daud tidak memiliki dosa-dosa yang besar? Alkitab memperlihatkan dengan jelas bahwa keadaan Daud tidaklah demikian (lih 2Sam 11 dan 24).
Tetapi, dalam segala kelemahannya, Daud tetap menaruh imannya kepada Allah (ingatlah sejarah Goliat, 1Sam 17). Dan ketika ia berbuat dosa, ia mengakuinya dan bertobat (lih Mzm 32 dan 51). Bahkan, sebelum menjadi raja, Daud sudah memperlihatkan bahwa ia mau bergantung kepada Allah. Ia melarikan diri dari Saul, meskipun sebenarnya ia juga mendapat beberapa kesempatan untuk membunuh Saul. Namun, ia tidak melakukannya (lih 1Sam 24 dan 26) karena ia menyerahkan persoalan itu ke dalam tangan Tuhan.
Jadi, ketika bangsa Israel menerima Saul sebagai raja, mereka mendapatkan seorang raja sesuai keinginan mereka, yakni seorang raja seperti yang dimiliki oleh bangsa-bangsa lain. Tetapi, melalui Daud, Allah memberikan seorang raja yang merupakan gambaran dari Sang Raja Agung yang akan datang, Yesus Kristus.
Daud dan keturunannya
Masa pemerintahan Daud adalah suatu periode yang sangat penting dalam sejarah bangsa Israel. Setelah kegelapan masa hakim-hakim, Israel menjadi bangsa yang besar dan hidup dalam damai sejahtera. Di dalam seluruh Alkitab nama Daud memainkan peranan yang sangat penting. Mengapa? Mungkinkah karena Daud sangat terkenal saat itu? Atau apakah karena ia melakukan banyak hal besar?
Tidak. Yang sangat mencolok adalah Alkitab justru memberikan banyak perhatian pada dosa-dosa Daud (msl, dengan Batsyeba, 2Sam 11; dan penghitungan penduduk, 2Sam 24).
Daud menjadi sangat penting karena melalui dia, Allah memulai suatu fase sejarah yang baru dalam sejarah perjanjian-Nya. Abraham mendapatkan janji mengenai keturunan dan tanah, sedangkan Daud mendapatkan janji tentang suatu kerajaan yang bersifat kekal (lih 2Sam 7:12). Daud, dari suku Yehuda (bnd Kej 49:10) akan menjadi bapa leluhur dari Sang Raja Agung, keturunan dari perempuan, yang akan meremukkan kepala ular (lih Kej 3:15). Berbagai-bagai Mazmur, misalnya Mazmur 2, 24, 45, 61, 72, 89, 110, dan 132 menyebut Sang Raja yang terpilih, tetapi Perjanjian Baru menjelaskan kepada kita bahwa semua itu menunjuk kepada Raja Agung yang akan datang, yakni Yesus Kristus (lih Kis 2:25-36).
Di samping itu, kerajaan Daud tidak pernah membawa damai yang bersifat kekal. Keturunan Daud justru sering meninggalkan Allah. Para nabi bernubuat tentang penghakiman Allah, tetapi juga tentang kedatang an Anak Daud yang akan memulihkan hubungan antara Allah dengan umat-Nya, serta yang akan memerintah untuk selama-lamanya (lih Yes 9:6; Yer 23:5; Yeh 34:24; Am 9:11). Di dalam Perjanjian Baru kita membaca dengan jelas bahwa Yesus adalah Anak Agung dari Daud, yang telah dijanjikan Allah sebagai Penebus (lih Mat 1; Luk 1:32).
Yerusalem dan Bait Allah
Yerusalem di Gunung Sion memainkan peran yang sentral di dalam Alkitab. Sejak zaman Daud, Kota Yerusalem adalah pusat tanah perjanjian. Di Yerusalem berdiri baik istana raja, maupun Bait Allah.
Daud merebut Yerusalem (lih 2Sam 5) dan salah satu dari hal pertama yang dilakukannya adalah memindahkan tabut perjanjian ke Yerusalem (lih 2Sam 6). Setelah itu ia bermaksud mendirikan Bait Allah, tetapi Allah melarangnya untuk melakukan hal itu. Anaknya, Salomo, raja damai, yang mendapatkan perintah ini (lih 2Sam 7:13). Kitab Samuel berakhir dengan cerita tentang persembahan Daud di Gunung Sion untuk menghentikan hukuman Allah atas umat-Nya (lih 2Sam 24).
Sudah sejak zaman Musa (lih Ul 12) Allah mengatakan bahwa Ia akan memilih suatu tempat di tanah perjanjian di mana tabut perjanjian harus mendapat tempatnya yang tetap dan persembahan akan dibawa. Di tempat itu seluruh Israel harus berkumpul tiga kali setahun untuk perayaan yang besar (lih Ul 16). Banyak Mazmur menyanyikan tentang Yerusalem di Sion (lih Mzm 48, 74, 79, 87, 102, 110, 122, 125, 133, 134). Mazmur 134:3 misalnya mengatakan: ”Kiranya T uhan yang menjadikan langit dan bumi, memberkati engkau dari Sion”. Mengapa begitu banyak perhatian diberikan kepada Yerusalem? Karena di sana berdiam pendamaian dan kemuliaan Allah. Allah berkenan kepada umat-Nya karena persembahan-persembahan di Sion. Hanya melalui persembahan-persembahan itu mereka dapat menerima berkat-Nya.
Dari perspektif Perjanjian Baru, kita dapat memahami bahwa semua persembahan di Bait Suci di Yerusalem mengacu pada Kurban Agung di atas sebuah bukit sedikit di luar Yerusalem, yakni Golgota. Kurban itulah yang menjamin berkat dan kesejahteraan kepada semua orang yang percaya.
Di masa kini berkat tersebut tidak lagi terikat pada Kota Yerusalem di Kanaan. Injil Penebusan disebarkan dari Yerusalem, sampai ke ujung bumi (lih Kis 1:8). Pada masa kini, di mana umat Tuhan berkumpul di dalam gereja, di sana ada Bait Allah (lih 1Kor 3:16; Ef 2:20-22). Pada akhir sejarah (tatkala Yesus Kristus akan kembali), Yerusalem yang baru akan turun dari surga (lih Why 21–22). Di dalamnya tidak akan ada Bait Allah lagi, sebab Tuhan Yang Mahakuasa adalah Bait Sucinya, demikian juga Anak Domba, Yesus Kristus (lih Why 21:22).
1. Pelajaran dari penghukuman Allah
Kita akan membahas empat peristiwa sejarah penyelamatan, di mana kita melihat baik penghukuman Allah, maupun penebusan-Nya: air bah, pembebasan dari Mesir, perebutan tanah Kanaan, dan penghakiman terakhir. Tulislah empat kesempatan ini, masing-masing dalam satu kertas tebal yang besar, dan bagilah kertas itu dalam dua kolom. Tuliskan di atas kolom kiri ”penghukuman”, dan di atas kolom kanan ”pembebasan umat-Nya”.
Bagilah peserta dalam empat kelompok. Setiap kelompok mulai dengan satu kertas. Pertanyaannya adalah apa yang Anda pelajari dari sejarah tentang penghukuman dan dosa? Dan apa yang Anda pelajari tentang pembebasan Allah bagi umat-Nya? Tuliskanlah itu dalam kolom yang sesuai. Setelah itu, tukarkan poster dengan kelompok lain dan tambahkan catatan jika memang perlu. Ulangi hal ini sampai semua kelompok sudah membahas keempat poster tersebut.
2. Allah melakukannya untuk umat-Nya
Bekerjalah dalam tiga kelompok. Setiap kelompok mendapatkan kertaskertas kecil yang mudah ditempel (msl, blok kertas memo yang berwarna-warni). Tugasnya yakni dalam waktu sepuluh menit mencacat peristiwa-peristiwa di dalam Kitab Yosua, di mana menjadi jelas bahwa Allah tetap berprakarsa dan mengusahakan agar umat-Nya mendapat tanah yang dijanjikan-Nya. Tulislah satu peristiwa di satu kertas memo. Silahkan memakai Alkitab. Setelah sepuluh menit, semua hasil akan digantungkan di dinding sesuai urutan historisnya.
3. Pelajaran dari cerita tentang Rahab
Pertama-tama bacalah cerita mengenai Rahab (lih Yos 2 dan 6:24-25) secara bersama-sama. Di dalam tiga kelompok, usahakan menarik sebanyak mungkin pelajaran dari cerita tentang Rahab. Di samping itu, perhatikanlah kitab-kitab lain di mana namanya disebut (lih Mat 1:5; Ibr 11:31).
Kumpulkanlah hasilnya dan catatlah semua itu di papan atau di kertas terbalik. Hal yang sama juga dapat dilakukan dengan sejarah Rut.
4. Dua orang yang diurapi dan satu orang raksasa
Kita ambil sejarah Daud, Saul, dan Goliat. Jelaskanlah bahwa cerita ini di satu sisi memperlihatkan permusuhan terhadap Allah dan umat-Nya (Goliat); di sisi lain reaksi terhadap Goliat dari dua orang yang diurapi Allah (Saul dan Daud). Bagilah para peserta ke dalam tiga kelompok. Satu kelompok mempelajari peran Goliat dan catat kata-kata kunci yang mencirikan sikapnya; kelompok yang kedua melakukan hal yang sama untuk Daud; kelompok yang ketiga untuk Saul.
Mintalah setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka.
Apa pelajaran bagi kita di masa kini?
5. Asyik mencari-cari di dalam Kitab Mazmur
Bagilah para peserta dalam pasangan (terdiri dari 2 orang). Setiap kelompok kecil itu mencari mazmur-mazmur mengenai Daud atau mengenai Sion dan berikan dua atau tiga contoh. Setelah itu, masing-masing kelompok menyatakan Mazmur mana yang dipilih mereka, dan apa pesan dari Mazmur tersebut. Pertanyaan yang selalu muncul bersamaan dengan itu adalah apakah Mazmur itu juga mengacu pada Yesus, dan apa penerapannya bagi kita sekarang?
Persiapan masuk ke bab 5
Pasal berikut membahas Kitab Raja-raja dan Tawarikh. Kedua Kitab Raja-raja menceritakan tentang Raja Salomo dan raja-raja sesudahnya, baik di Yehuda maupun di Israel, sampai pada pembuangan. Kedua Kitab Tawarikh dimulai dengan cerita tentang masa pemerintahan kerajaan Daud dan selanjutnya. Kitab Tawarikh hanya menceritakan sejarah Yehuda, tidak seperti Kitab Raja-raja, yakni sejarah kesepuluh suku Israel di sebelah Utara. Dalam jadwal bacaan Alkitab, kita membahas Kitab 1 dan 2 Raja-raja:
Saran
Jika Anda sedang membaca keseluruhan garis sejarah dari Perjanjian Lama, ada baiknya membaca 1 dan 2 Raja-raja secara keseluruhan. 1 dan 2 Tawarikh boleh saja dilewatkan karena di dalamnya terdapat periode sejarah yang sama.
_____________________________________________________________