2. Kejadian 12–50

2.1. GARIS BESAR KEJADIAN 12–50

Kejadian 12–25:18 Abra(ha)m
Kejadian 12 Abram dipanggil Allah; Abram di Mesir
Kejadian 13 Abram dan Lot berpisah
Kejadian 14 Abram mengalahkan raja-raja di Timur dan menolong Lot; Pertemuan Abram dengan Melkisedek
Kejadian 15 Perjanjian Allah dengan Abram; janji tentang keturunannya
Kejadian 16 Hagar dan Ismael
Kejadian 17 Sunat sebagai tanda perjanjian Allah dengan Abraham
Kejadian 18 Allah mengulangi janjinya; doa syafaat Abraham untuk Sodom
Kejadian 19 Sodom dan Gomora dimusnahkan; Lot diselamatkan
Kejadian 20 Abraham dan Abimelekh
Kejadian 21 Ishak lahir, Abraham mengusir Hagar dan Ismael
Kejadian 22 Kepercayaan Abraham diuji
Kejadian 23 Sara mati dan dikuburkan
Kejadian 24 Ribka dipinang bagi Ishak
Kejadian 25 Abraham meninggal dan dikuburkan
Kejadian 25:19–36 Esau dan Yakub
Kejadian 25 Kelahiran Esau dan Yakub
Kejadian 26 Ishak di negeri orang Filistin
Kejadian 27 Yakub diberkati Ishak sebagai anak sulung
Kejadian 27:41-28:9 Yakub lari ke Mesopotamia
Kejadian 29-30 Yakub di rumah Laban; anak-anak Yakub; Yakub memperoleh ternak
Kejadian 31 Yakub lari meninggalkan Laban
Kejadian 32-33 Yakub takut bertemu dengan Esau; Pergumulan Yakub dengan Allah; Yakub berdamai kembali dengan Esau
Kejadian 34 Dina dan Sikhem
Kejadian 35 Yakub di Betel untuk kedua kalinya; anak-anak Yakub―Ishak mati
Kejadian 36 Keturunan Esau
Kejadian 30–50 Yusuf
Kejadian 37 Yusuf dan saudara-saudaranya
Kejadian 38 Yehuda dan Tamar
Kejadian 39-40 Yusuf di Mesir
Kejadian 41-45 Yusuf di Mesir sebagai penguasa; saudara-saudara Yusuf pergi ke Mesir
Kejadian 46-47 Yakub pindah ke Mesir
Kejadian 48-49 Yakub memberkati Manasye dan Efraim; perkataan Yakub yang terakhir kepada anak-anaknya
Kejadian 50 Yusuf meninggal

2.2. PERIODE KEJADIAN 12–50

Pada permulaan setiap bab disajikan satu garis waktu di mana semua peristiwa dan nama ditempatkan secara kronologis. Tidak ada penghitungan waktu yang pasti (karena sering ada diskusi mengenai waktu yang jelas), namun dimaksudkan untuk memperlihatkan alur sejarah penyelamatan.

background image

Pada permulaan pasal 12, kita membaca bahwa Allah memanggil Abram keluar dari negerinya untuk pergi ke negeri yang akan Tuhan tunjukkan kepadanya. Jadi, Allah memilih satu orang untuk meneruskan ”keturunan perempuan”. Sejak itu, Ia hanya mau berhubungan dengan Abram dan keturunannya. Itu berarti Allah mempersempit garis perjanjian. Dalam sebelas pasal pertama Kitab Kejadian, kita membaca tentang segala manusia dan bangsa (msl Kej 10). Sejak Kejadian 12 hingga akhir Perjanjian Lama, kita membaca terutama tentang Abraham dan keturunannya, Ishak, Yakub, dan bangsa Israel.

Meskipun garis itu dipersempit, tidak berarti Allah melupakan bangsa-bangsa lain. Tujuan Allah tetap sama, yaitu bumi dan langit baru dengan umat manusia baru. Mereka datang dari segala bangsa, suku, dan bahasa. Allah sudah menjelaskan hal tersebut sejak awal tatkala Ia memilih Abraham. Misalnya, Kejadian 12:3: ”... dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat”. Jelaslah bahwa keturunan perempuan yang dijanjikan dan kelak meremukkan kepala ular (lih Kej 3:15) akan lahir dari keturunan Abraham. Jadi, ketika Allah berjanji kepada Abraham, sesungguhnya Ia menaruh perhatian pada segala bangsa. Hal itu juga sangat jelas dalam Galatia 3:6-9 (lih juga Gal 3:16):

Dengan cara itu jugalah Abraham percaya kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran. Jadi, kamu lihat bahwa mereka yang hidup berdasarkan iman, mereka itulah anak-anak Abraham. Dan Kitab Suci, yang sebelumnya mengetahui bahwa Allah membenarkan orang-orang bukan Yahudi berda sar kan iman, telah terlebih dahulu memberitakan Injil kepada Abraham: ”Olehmu segala bangsa akan diberkati.”

Jadi, mereka yang hidup dari iman, merekalah yang diberkati bersama-sama dengan Abraham yang beriman itu.

Ini juga memperlihatkan bahwa Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru membentuk satu kesatuan. Polanya selalu sama yakni, umat Allah sebagai keturunan perempuan berhadapan dengan keturunan ular. Itu sebabnya Paulus terang-terangan menyebut orang percaya dari bangsa-bangsa non-Yahudi sebagai ”keturunan Abraham yang berhak menerima janji Allah” (Gal 3:29, lih juga Rm 4). Jadi, ketika Allah memilih Abraham, mata-Nya tertuju pada tujuan-Nya yang sesungguhnya. Ia ingin mengumpulkan satu bangsa ”dari tiap-tiap suku, bahasa, umat, dan bangsa” (Why 5:9; bnd Gal 3:28; Why 7:8).

2.3. PERJANJIAN DENGAN ABRAHAM

Panggilan Abraham
Untuk sementara Allah berjalan dengan satu bangsa. Itu sebabnya
Ia memanggil Abraham keluar dari Ur dan membawanya ke tanah
Kanaan yang telah dijanjikan-Nya bagi keturunan Abraham.

Untuk menyatakan dan mencirikan relasi antara Allah dan umat-Nya, Alkitab memakai istilah ”perjanjian”. Istilah ini memainkan peranan yang penting dalam sejarah Abraham. Dalam Kejadian 15 dan 17, kita membaca bahwa Allah mengikat satu perjanjian dengan Abraham. Di Kejadian 15, Tuhan menampakkan diri kepada Abram. Ternyata Abram mulai ragu akan pemenuhan janji Allah yang tersirat dalam Kejadian 15:2 dan 8. Maka Allah memberikan satu perintah yang aneh. Maksudnya, aneh bagi kita yang hidup dalam masa dan kebudayaan masa kini. Ia harus mengambil sejumlah binatang. Lalu Abram mengambil binatangbinatang yang disebut Allah, dipotong dua, lalu diletakkannya bagianbagian itu yang satu di samping yang lain (hanya burung-burung yang tidak dipotong dua). Abram segera mengerti karena cara ini dipakai orang pada masa itu untuk mengikat perjanjian. Dengan kata lain, dua pihak yang mengikat perjanjian itu berjalan bersama di atas jalan yang berdarah tersebut, yakni di antara belahan-belahan binatang itu. Hal ini mempunyai arti yang jelas sekaligus mengerikan: barang siapa tidak berpegang pada janji yang diikrarkan maka orang tersebut akan mengalami hal serupa seperti binatang-binatang itu (bnd Yer 34:18).

Tetapi, ada juga perbedaan yang mencolok dibandingkan dengan perjanjian antarmanusia. Karena terjadi peristiwa yang sangat istimewa. Tuhan menyatakan diri dalam bentuk nyala api dan asap (”perapian yang berasap beserta suluh yang berapi”). Ingat juga peristiwa pernyataan Allah di Sinai, ... tertidurlah Abram dengan nyenyak (Kej 15:12). Dan ketika Abram sedang tidur, Allah melewati potongan-potongan daging tersebut. Jika Anda mengerti apa yang sebenarnya terjadi di sini, maka Anda akan mengetahui bahwa kisah Perjanjian Lama ini penuh makna dan secara nyata sangat kuat memperlihatkan anugerah Allah.

Cermati hal berikut ini. Allah yang Mahakuasa berjalan seorang diri di antara potongan-potongan binatang itu. Di sini seolah-olah Allah ingin menjelaskan: ”Jika Aku nanti tidak memberkatimu dan tidak mengikatkan diri-Ku pada perjanjian ini maka biarlah Aku dipotong”. Ia bersedia melepaskan sifat-Nya sebagai Allah yang kekal dan menaklukkan diriNya pada kematian. Akan tetapi, pada saat yang sama Allah membuat Abram tertidur! Abram tidak berjalan melalui jalan berdarah itu. Allah seolah-olah berkata: ”Jika engkau dan keturunanmu tidak mengikuti ketetapan-ketetapan perjanjian ini dan tidak menjaganya, maka engkau tidak akan dihukum demikian. Sebaliknya, Aku saja yang berjalan di jalan yang berdarah ini, dan Aku saja yang akan dipotong dan berdarah.” Dan itu ditepati-Nya.

Kedalaman dan kebesaran kasih Allah di bagian ini hanya dapat dipahami melalui Perjanjian Baru. Bangsa Israel dan kita sendiri (sebagai keturunan Abraham karena iman), sering melanggar perjanjian itu dengan dosa kita. Sementara manusia tertidur dan enggan berjaga-jaga (peristiwa Getsemani), Yesus Kristus sebagai Anak Allah dan Anak Manusia masuk ke dalam pekatnya malam meskipun hati-Nya sa ngat sedih, seperti mau mati rasanya. Ia seolah-olah sudah dipotong menjadi dua. Sesungguhnya itulah yang terjadi di Golgota. Darah Anak Allah (Allah sendiri) tertumpah dan mati di kayu salib. Dengan demikian, Ia menebus kita dari kutuk perjanjian dan segala ketetapannya (Taurat) yang sebenarnya harus kita tanggung. Melalui jalan penderitaan ini, Allah memberikan berkat-Nya dan memenuhi segala tuntutan perjanjian itu bagi kita (lih Gal 3:13-14).

Dalam Kejadian 17, kita membaca sekali lagi bahwa Allah datang kepada Abram untuk mengikat perjanjian dengannya. Akhirnya, namanya diubah dari Abram menjadi Abraham (lih Kej 17:5).

Allah berkata kepada Abraham: ”Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau serta keturunanmu turun-temurun menjadi perjanjian yang kekal, supaya Aku menjadi Allahmu dan Allah keturun anmu” (Kej 17:7) Bagaimana kita memahami kisah ini? Apakah Allah mengikat satu perjanjian yang kekal dengan keturunan Abraham secara har fiah, yaitu dengan keturunannya menurut daging, bangsa Yahudi (Israel)? Sekali lagi, dari perspektif Perjanjian Baru kita mengetahui bahwa inti perjanjian ini bukan soal hubungan daging-darah, melainkan keyakin an berdasarkan janji bahwa kita termasuk keturunan perempuan karena iman.

Sampai kedatangan Kristus (kelahiran-Nya di Betlehem), garis ini akan berjalan melalui keturunan Abraham menurut daging; setelah itu Paulus menyebut semua orang yang percaya kepada Yesus adalah keturunan Abraham (lih Rm 4:7-12; Gal 3:6-9). Berdasarkan itu kita dapat menerapkan sejarah Abraham langsung dalam kehidupan kita sendiri. Bagaimana? Dalam sejarah Abraham kita melihat motif-motif dasar yang mencirikan relasi Allah dengan umat Perjanjian-Nya:

  • Allah secara berdaulat memilih dan memanggil
  • Allah memberikan janji-Nya
  • Allah menuntut iman dan kepercayaan
  • Allah memberikan tanda pada hubungan ini

Pola ini dijelaskan lebih lanjut dalam skema berikut:

Abraham di masa lalu Orang percaya masa kini
Allah memilih dan memanggil
– Allah berprakarsa. Dari antara semua orang yang tinggal di Kota Ur, Ia memilih Abraham dan keluarganya.
– Allah tidak memilih Abraham karena ia lebih baik dari orang lain (Yos 24:2-3).
– Allah memanggil Abraham keluar dari negerinya untuk pergi ke negeri yang akan Ia tunjukkan. Demikianlah Allah menempatkan Abraham di tempat istimewa.
– Orang percaya tahu: Allah telah berprakarsa dalam kehidupan kita. Ia memilih dan memanggil kita (Rm 8:29-30; 1Ptr 2:9-10).
– Allah tidak memilih kita karena kita lebih baik dari orang lain (Ef 2:8-9).
– Percaya adalah jawaban atas panggilan Allah. Ia memanggil kita keluar dari kegelapan dan menempatkan kita di tempat yang terang. Siapa yang percaya akan dikhususkan dan diberikan tempat istimewa (1Ptr 2:9-10; 2Tim 1:9).
Allah memberikan janji-Nya
Inti perjanjian Allah dengan Abraham adalah janji yang Ia berikan serta sering kali diulang dan ditegaskan.

Allah berjanji:
– Banyak keturunan; Abraham menjadi bapak leluhur dari sejumlah besar bangsa. Karena itu namanya bukan lagi Abram, melainkan Abraham—bapa sejumlah besar bangsa (Kej 17:4-5).
– Kanaan merupakan tanah perjanjian, meskipun Abraham sudah tahu bahwa ia akan memiliki "tanah air yang lebih baik yaitu tanah air surgawi" (Kej 12:7; 17:7-8; Ibr 11:9, 13-16).
– "Aku akan menjadi Allahmu dan Allah keturunanmu" (Kej 17:7-8).
Perjanjian Allah dengan Abraham adalah suatu perjanjian kekal. Janji-janji-Nya masih berlaku hingga saat ini dan menjadi semakin jelas.

Allah berjanji:
– Keturunan yang besar (banyak bangsa). Menurut Paulus, ini menunjuk pada semua orang percaya, baik orang Yahudi maupun non-Yahudi (Rm 4:7-12, 16-17; Gal 3:6-9, 14 dan 29).
– Tanah perjanjian adalah tempat di mana kita akan tinggal dengan aman bersama Allah. Pada akhirnya, seluruh bumi adalah tanah perjanjian bagi semua orang percaya (Rm 4:13; Ibr 4; 11:13-16).
– "Aku akan menjadi Allahmu dan Allah keturunanmu." Itu masih tetap janji yang terpenting dalam Perjanjian Baru (Kis 2:39; Why 21:3).
Allah meminta iman dan kepercayaan
Allah meminta Abraham dan keturunannya untuk beriman teguh kepada-Nya dan percaya sepenuhnya akan peng genapan segala janji-Nya.
 Di dalam kehidupan Abraham, Allah terus-menerus memperlihatkan bahwa semua hal tergantung dari iman yang kuat, umpamanya:
– Janji keturunan yang banyak sebenarnya tidak mungkin lagi; termasuk janji bahwa negeri yang sementara didiaminya sebagai orang asing, kelak akan menjadi miliknya (Kej 17:8).
– Bahkan ketika Ishak sudah lahir, iman Abraham masih diuji lagi (Kej 22).
– Siapa yang melanggar perjanjian Allah, akan berhadapan dengan hu kumanNya (Kej 17:14).
Allah meminta orang percaya masa kini untuk beriman teguh kepada-Nya dan percaya akan penggenapan segala janjiNya.
 Seluruh kehidupan kita tergantung dari iman yang kuat:
– Orang percaya masa kini adalah orang asing di bumi yang dijanjikan kepada mereka (1Ptr 1:1).
– Orang percaya diuji supaya iman mereka semakin kuat (1Ptr 1:6-7; Yak 1:2-4).
– Orang percaya yang melanggar perjanjian Allah akan menemui murkaNya (1Ptr 4:17).
Tuhan memberikan satu tanda
Untuk mengikrarkan perjanjian-Nya, Allah memberikan satu tanda: sunat (Kej 17). Bangsa-bangsa lain di sekitar Abraham menyunat anak laki-laki ketika mereka memasuki usia pernikahan sebagai tan da kesuburan dan kekuatan. Allah memilih tanda itu bagi seorang laki-laki yang sudah berumur 99 tahun dan setiap bayi berumur 8 hari. Artinya, keturunan yang dijanjikan itu adalah karunia-Nya dan tidak bergantung pada kemampuan manusia. Di masa Perjanjian Lama, Allah menekan kan bahwa yang dilihat-Nya adalah ”sunat hati” (Ul 10:16; 30:6; Rm 2:2529). Jauhkanlah kulit khatan hatimu (Yer 4:4). Pada hakikatnya tidak ada perbedaan antara sunat dan baptisan. Bap tisan diberikan Allah sebagai tanda perjanjian pada masa Perjanjian Baru dan seterusnya hingga Kristus kembali. Paulus menyebut baptisan ”sunat”, bu kan sunat yang dilakukan oleh manusia, tapi sunat Kristus (Kol 2:11).

Apakah ada berbagai perjanjian yang berbeda dalam sejarah Alkitab? Memang Alkitab berbicara tentang pelbagai perjanjian, misalnya, perjanjian lama dan baru. Tetapi, pada intinya, hanya ada satu perjanjian yang dimulai dari Kejadian hingga Wahyu (lih Kej 3:15) sampai kedatangan Kristus kembali. Allah tetap setia kepada perempuan dan keturunannya.

Hanya di dalam satu perjanjian itu ada fase-fase yang berbeda. Ada perjanjian dengan Nuh, Abraham, Sinai, dan perjanjian yang baru. Tetapi, pada dasarnya hanya ada satu perjanjian yang sama.

Poin berikut membuktikan kesatuan perjanjian Allah:

  • Perjanjian Allah sering disebut ”kekal”, misalnya, dalam Kejadian 17:7 dan Ibrani 13:20.
  • Dalam setiap fase, intinya tetap sama: ”Maka mereka akan menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allah mereka” (Kej 17:7; Ul 6:7; Yer 32:38; Ef 2:13-14; Why 21:3).
  • Tujuannya tetap sama: ”Satu umat kudus yang beribadah kepadaNya” (Im 11:44, dst; 1Ptr 2:9-10).
  • Setiap fase baru selalu dibangun di atas fase perjanjian sebelumnya. Umpamanya, perjanjian Sinai dibangun di atas perjanjian dengan Abraham (Kel 6:7; Ul 7:7); Perjanjian Baru dibangun di atas Perjanji an Lama (Rm 4; Gal 3), disusul garis rencana Allah untuk mewujudkan penyelamatan dan pemulihan segala sesuatu.
  • Banyak elemen dari Perjanjian Lama mendapat arti dan penggenapan yang sesungguhnya dalam Perjanjian Baru:

– Raja dan anak Daud yang sesungguhnya ialah Yesus, Sang Mesias.

– Hamba Tuhan yang sesungguhnya ialah Yesus.

– Anak Domba Paskah yang sesungguhnya ialah Yesus (1Kor 5:7).

– Kurban bakaran yang sesungguhnya bagi pendamaian ialah Kristus.

– Bait Allah yang sesungguhnya ialah Kristus dan gereja-Nya.

– Yerusalem yang sesungguhnya ialah gereja (Gal 4:16; Ibr 12:22; Why 21–22).

2.4. PAULUS DAN ABRAHAM

Paulus memakai Abraham sebagai contoh (lih Rm 4 dan Gal 3) untuk memperlihatkan bahwa kita diselamatkan hanya melalui iman, dan bukan perbuatan. Skema berikut ini memperlihatkan apa yang dimaksud Paulus.

background image

Paulus menjelaskan bahwa memenuhi hukum dan segala kewajiban tidak dapat membenarkan manusia di mata Allah, tetapi hanya dengan sungguh-sungguh percaya pada janji-Nya. Itu berlaku baik bagi Abraham, maupun anak-anak Abraham karena iman.

Dalam Galatia 3, Paulus mengatakan demikian:

background image

Hukum Musa mengajak kita untuk mengenal dan mengaku dosa-dosa kita. Demikianlah kita terdorong untuk mengharapkan kedatangan Kristus (lih Gal 3:19-20) dan berjalan menuju Dia. Keselamatan tetap hanya berdasarkan iman akan janji Allah. Penebusan kita tidak didasarkan atas perbuatan kita, melainkan hanya diterima karena iman (sola fide).

2.5. ABRAHAM: BELAJAR UNTUK HIDUP OLEH KASIH

KARUNIA

Sejarah Abraham dimulai dengan janji Allah. Jelaslah bahwa Allah memenuhi janji-Nya dengan cara-Nya sendiri. Dalam sejarah Abraham tampak jelas bahwa manusia tidak dapat mengerjakan apa yang dijanjikan Allah. Karena itu, manusia harus bersabar hingga tiba waktu-Nya untuk menepatinya.

Hal itu bisa kita lihat dalam berbagai peristiwa berikut ini:

Lot tidak menjadi ahli waris

Ketika Abram berangkat ke Kanaan, keponakannya, Lot, pergi bersamanya. Karena ia adalah satu-satunya kerabat yang berangkat bersama Abram (saat itu belum ada anak-anak Abram dan usianya sudah tua), kita dapat saja berpikir bahwa Lot akan mewarisi segala harta milik dan berkat Abram setelah ia mati.

Tetapi itu tidak sesuai dengan rencana Allah. Dalam Kejadian 13, kita membaca bahwa Abram dan Lot berpisah. Lot tidak mau tinggal bersama Abram. Ia cenderung memilih padang hijau dan tanah yang subur di Lembah Yordan, wilayah Sodom dan Gomora, (Sodom dan Gomora merupakan simbol kejahatan dan ketidakpercayaan, lih Kej 13:10-11). Lot memilih dunia di luar perjanjian dengan Allah, dan akibatnya sungguh fatal. Memang awalnya Abram masih dapat menolong dia (lih Kej 14), tetapi akhirnya Lot kehilangan segalanya (lih Kej 19). Keturunan Lot ialah orangorang Moab dan Amon, dua bangsa yang kemudian menjadi musuh Israel, dan karena merekalah bangsa Israel menyimpang dari Allah (lih Bil 25).

Eleazar juga tidak menjadi ahli waris

Abram menjadi takut seandainya Eleazar yang akan mewarisi segala kepunyaannya (lih Kej 15:3-4). Namun, hal itu pun tidak sejalan dengan rencana Allah. Allah berjanji anak Abram sendirilah yang akan menjadi ahli waris segala miliknya.

Ismael, anak Abram pun tidak menjadi ahli waris

Dalam Kejadian 16, kita membaca bahwa Abram dan Sarai membuat satu rencana untuk ”membantu” Allah memenuhi janji-Nya. Ketika Sarai tidak mungkin lagi mendapat anak, ia memberikan hambanya kepada Abram untuk dihampiri. Menurut kebudayaan saat itu, seorang anak dari hambanya akan dihitung sebagai anak nyonyanya. Itu sebabnya Sarai memberikan Hagar kepada Abram.

Sejak awal rencana ini telah menimbulkan masalah:

  • Ketika Hagar hamil, ia mulai merendahkan Sarai. Karena itu, Sarai menindas Hagar sedemikian rupa sampai ia lari dan meninggalkan Sarai. Namun, Allah sendiri melalui Malaikat-Nya menunjukkan kepada Hagar bahwa ia harus kembali kepada Abram dan melahirkan anak baginya, yakni Ismael.
  • Dalam Kejadian 17:18-22, kita membaca bahwa Abraham mengusulkan kepada Allah agar Ismael diterima sebagai ahli waris yang diberkati, karena Abraham tidak bisa percaya lagi bahwa Sara masih bisa melahirkan anak di usia tuanya. Namun, Allah menolak usulan tersebut.
  • Ketika Ishak lahir, muncul persoalan. Ismael mencemooh Ishak. Maka Sara meminta Abraham untuk mengusir Hagar dan Ismael sehingga Ismael tidak akan menjadi ahli waris bersama-sama dengan Ishak (lih Kej 21:10). Meskipun hal ini sangat menyebalkan Abraham, Allah mendukung Sara. Tentu, Ismael tidak akan menjadi ahli waris bersama-sama dengan Ishak sebab Ishak adalah anak perjanjian, sesuai kehendak Tuhan (lih Kej 21:8-12).

Namun, Allah tidak menghendaki Abraham menaruh kepercayaannya kepada Ishak.

Karena Ismael sudah pergi, satu-satunya bukti bagi Abraham bahwa Allah akan memenuhi janji-Nya (keturunan yang banyak) adalah Ishak. Satu permulaan kecil dari masa depan yang besar. Tetapi, dalam Kejadian 22, Abraham harus mempersembahkan anaknya sebagai kurban bakaran bagi Allah (lih Kej 22:16-18; bnd Ibr 6:13-14). Dengan demikian, Allah mengarahkan kepercayaan Abraham sebagai manusia dan segala rencananya, hanya kepada Dia sebagai Allah yang berdaulat.

Dua kesimpulan

Allah yang memutuskan

Allah memenuhi janji-Nya dan akan memberikan warisan yang kekal kepada keturunan Abraham. Namun, Dia memilih siapa yang akan menjadi anak Abraham dan cara untuk merealisasikan janji-Nya itu. Ia tidak memilih Lot; Ia juga tidak berkenan dengan Eleazar ataupun Ismael. Ia hanya memilih Ishak, anak Abraham yang sah dan ahli waris satu-satunya.

Kita harus hidup dari kasih karunia saja

Sebagai manusia, kita cenderung berpikir untuk membantu Allah agar Ia dapat merealisasikan rencana-Nya dan memberikan berkat-Nya kepada kita. Kita senang menyumbang sesuatu agar Allah dapat memenuhi janji-Nya. Namun, Allah selalu menyadarkan kita bahwa segala sesuatu yang dijanjikan-Nya untuk masa depan adalah kasih karunia saja. Artinya, hanya dari Dia dan bukan usaha manusia. Segala sesuatu diterima manusia semata-mata karena anugerah (bnd Ef 2:8-9).

2.6. ISTRI DARI NEGERI YANG JAUH

Orang Kanaan termasuk dalam keturunan ular. Mereka menyembah berbagai macam berhala. Allah telah menjelaskan kepada Abraham bahwa ia dan keturunannya harus hidup sebagai orang asing di Kanaan sampai Ia menghukum negeri Kanaan (lih Kej 15:13-15).

Itulah sebabnya Abraham mengutus hambanya yang paling tua ke negerinya untuk mencari seorang istri bagi Ishak. Di sana tinggal sanak saudara Abraham yang juga telah mengikuti Abraham dalam perjalanannya dari Ur-Kasdim ke Kanaan, dan kemudian menetap di Haran.

Sama halnya dengan Yakub di kemudian hari. Ia juga berangkat ke Haran. Di satu sisi karena ia harus melarikan diri dari Esau, di sisi lain karena Ishak dan Ribka tidak menghendaki dirinya mengambil istri dari perempuan Kanaan seperti Esau (lih Kej 27:46–28:2).

Yehuda, anak laki-laki Yakub, di kemudian hari mengambil perempuan Kanaan. Namun, siapa yang membaca Kejadian 38 (peristiwa dengan Tamar) mengerti bahwa Yehuda dalam banyak hal juga mengabaikan perintah Tuhan.

Kita menarik kesimpulan bahwa, ”keturunan perempuan” tidak boleh membaurkan diri dengan ”keturunan ular”. Atau, seperti dikatakan Paulus dalam 2 Korintus 6:14-15, ”Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apa yang terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimana terang dapat bersatu dengan gelap? Persamaan apa yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apa bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya?

2.7. YAKUB DAN ESAU

Bagaimana garis perjanjian (yakni garis keturunan perempuan) berjalan, diputuskan oleh Allah sendiri. Itulah refrein sejarah pertama ini. Hal itu juga jelas dalam kisah Ishak dan Ribka dengan anak kembar mereka, Yakub dan Esau. Sangat menarik bahwa Allah memilih yang bungsu, Yakub, dan tidak (seperti kebiasaan kebudayaan itu) memilih yang tertua (lih Kej 25:19-34; 27:1-40).

Yakub tidak berjasa untuk mendapat berkat

Si Bungsu Yakub

Kebiasaan masa itu, anak sulung menerima bagian terbesar dari warisan dan akan menerima berkat utama, yakni berkat ilahi. Tetapi, dalam hal Esau dan Yakub, Allah memilih jalan lain. Sebelum Esau dan Yakub lahir, Ia memberitahukan bahwa anak bungsu akan menjadi yang paling berkuasa (lih Kej 25:23 dan Rm 9:12).

Hal yang mencolok adalah betapa seringnya Allah memilih bertolak belakang dengan pilihan manusia:

  • Allah memilih Lea, sedangkan Yakub menginginkan Rahel (Kej 29:31; 33:1-17).
  • Allah memilih Yusuf yang dibuang oleh saudara-saudaranya (Kej 37-49).
  • Allah memilih Efraim (bungsu), bertentangan dengan Yusuf dan bukan Manasye (sulung, Kej 48:17-22).
  • Allah melewati Ruben, Simeon, Lewi, dan memilih Yehuda (Kej 49).
  • Allah memilih Daud dan bukan saudara-saudaranya (1Sam 16).
  • Allah memilih orang-orang lemah menjadi umat pilihan-Nya: ”Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, ...” (1Kor 1:27-28).

Dengan demikian, digarisbawahi bahwa berkat Allah selalu karena kasih karunia semata. Allah memilih, Allah membenarkan, Allah menguduskan, Allah menebus―sesuai kehendak-Nya, hanya karena kasih karunia saja. Karena itu, seperti ada tertulis: ”Siapa saja yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan” (1Kor 1:31).

Yakub = pemegang tumit

Allah telah menjanjikan berkat kepada Yakub. Namun, karena kurang percaya, ia sendiri harus memastikan berkat tersebut. Jelaslah bahwa Allah tidak memberkati Yakub karena kesalehan hidupnya. Namanya Yakub (Ya ‘aqov). Dan memang Yakub seorang yang tidak dapat dipercaya―seorang penipu.

  • Ia membeli hak kesulungan Esau (Kej 25:27-34).
  • Ia melarikan diri dari tanah perjanjian karena takut.
  • Ia membohongi ayahnya (Kej 27).
  • Ia memperkaya diri melalui kelicikan (Kej 30:25-26).
  • Ia melarikan diri dari Haran (Kej 31:20).

Pniel (Kej 32)―Yakub menjadi Israel

Pada akhirnya terjadi suatu perubahan besar dalam kehidupan Yakub. Ia sudah terbiasa mengatur urusannya sendiri, mekipun sering kali dengan merugikan orang lain. Dalam Kejadian 32, ia benar-benar berada dalam ketidakberdayaan. Ia tidak dapat kembali ke Haran karena kesalahannya sendiri. Ia juga tidak dapat maju karena justru Esaulah yang maju dengan pasukannya untuk menemui dia. Yakub sangat ketakutan. Meskipun ia masih tetap berusaha mengatasi urusannya sendiri (lih Kej 32:7-8 dan 13-21), ia mulai merasakan bahwa inilah saat nya ia harus bergantung sepenuhnya kepada Allah. Ia berdoa kepada Allah untuk keselamatannya.

Akhirnya, dalam situasi yang sangat genting Yakub bertemu dengan Allah. Dan Yakub bergulat dengan Allah yang menghancurkan kekuatannya (Ia memukul sendi pangkal paha Yakub hingga terpelecok). Dengan demikian, Allah memaksa Yakub untuk berpa ling dari kekuatannya sendiri ke kekuatan Tuhan. Ia harus belajar untuk bersandar sepenuhnya pada berkat-Nya. Sesungguhnya, dalam pergulatan ini Yakub memenangkan berkat Allah! Itulah sebabnya ia memperoleh nama lain, yakni Israel (”yang telah bergumul melawan Allah”, Kej 32:28) yang menggantikan Yakub (”pemegang tumit”, ”pelari”, dan ”penipu”, Kej 25:26).

Esau memang layak dihukum Allah

Yakub memang tidak berjasa untuk mendapatkan berkat Allah, namun Esau juga layak kehilangan berkat dan mendapat murka-Nya.

Esau meremehkan berkat Allah

”.... Sebentar lagi aku akan mati; apakah gunanya bagiku hak kesulung an itu?” (Kej 25:32). Kata-kata ini menggambarkan Esau. Ia hanya mau menikmati kehidupan ini dan janji-janji Allah dianggapnya tidak penting. Demi kenikmatan sesaat, ia rela menjual hak kesulungannya.

Esau memilih perempuan-perempuan kafir

Seorang anak Allah selayaknya mencari teman hidup di antara keturunan perempuan (lih Yakub dan Esau, hlm 58). Akan tetapi, itu pun dikesampingkan Esau. Ia lebih memilih perempuan-perempuan Kanaan untuk menjadi istrinya (lih Kej 26:34-35; bnd 28:6-9). Dengan demikian, ia telah menjauhkan diri dari Allah dan perintah-Nya.

Esau meninggalkan tanah perjanjian

Sama seperti Lot (lih Kej 13), Esau pun meninggalkan tanah perjanjian karena alasan ekonomis (lih Kej 36:6-8). Dengan langkah ini, ia menjauhkan dirinya dari negeri yang dijanjikan Allah kepada Abraham dan Ishak. Ia dengan sengaja menuju ke tanah ular. Dalam hal ini ia membelakangi umat pilih an Allah (gereja) karena ia lebih memilih dunia.

2.8. ISRAEL BERHADAPAN DENGAN EDOM

Ketika Esau tinggal bersama kaum ”keturunan ular”, Yakub tetap tinggal di dalam kaum ”keturunan perempuan” (lih Kej 3:15). Di sini terdapat sesuatu yang dapat dilihat dalam sejarah selanjutnya. Israel, bangsa yang berasal dari Yakub, selalu bermusuhan dengan Edom, bangsa yang berasal dari Esau. Jadi, ini tidak hanya mengenai pertentangan antara dua suku yang saling bermusuhan, tetapi mengenai permusuhan yang terus berlanjut antara ”keturunan perempuan” dan ”keturunan ular”, antitesis antara Kerajaan Allah dan kerajaan Setan.

Skema berikut ini memperlihatkan beberapa momen dari permusuhan tersebut:

background image
Kejadian Yakub, juga disebut Israel (Kej 32:22-32) Esau, juga disebut Edom (Kej 36)
Pada masa Musa Israel dalam perjalanan menuju tanah perjanjian Edom tidak mengizinkan Israel untuk berjalan melalui negeri mereka (Bil 20:14-21)
Pada masa Daud Daud, raja Israel, mengalahkan Edom (2Sam 8:13-14) Doëg, orang Edom, mengkhianati Daud (1Sam 21–22; Mzm 52:2)
Pada masa Salomo Salomo, raja Israel Hadad, orang Edom, menjadi lawan bagi Salomo (1Raj 11:14)
Pada masa pembuangan Israel pergi ke pembuangan karena dosa-dosanya Edom bersenang-senang karena penderitaan Israel, dan itu membuat Allah marah (Yes 34; Yer 49; dan Ob)
Pada masa Yesus Yesus, Sang Penebus, lahir dari Israel Herodes, orang Edom itu, mencoba untuk membunuh Yesus (Mat 2:13-18)

2.9. DUA BELAS ANAK YAKUB

Yakub memiliki dua belas orang anak

Dari Lea Dari Zilpa (hamba Lea) Dari Rahel Dari Bilha (hamba Rahel)
Ruben Gad Yusuf Dan
Simeon Asyer Benyamin Naftali
Lewi
Yehuda
Isakhar
Zebulon

Dari dua belas anak laki-laki inilah dua belas suku Israel berasal. Mungkin kita bisa saja menyebut tiga belas suku. Karena Yusuf mendapatkan bagian ganda. Kedua anaknya, Efraim dan Manasye, mendapatkan bagian dalam tanah perjanjian. Di lain pihak, Lewi tidak mendapatkan hak waris di tanah perjanjian, dan Simeon mendapat pusaka di tengah-tengah milik pusaka bani Yehuda (lih Yos 19). Alasan Allah mengambil tindakan terhadap suku Simeon dan Lewi (lih Kej 49:7) adalah kenyataan bahwa mereka telah membunuh para penduduk Sikhem (lih Kej 34). Suku Lewi telah merehabilitasi dirinya pada masa Musa (lih Kel 32:25-29).

Dan dari semua anak Yakub, Yehudalah yang mendapatkan bagian berkat terbesar (lih Kej 49:8-10). Yesus, Sang Mesias, juga berasal dari suku Yehuda. Ini sungguh mencolok karena Yehuda sebenarnya masih memiliki tiga orang kakak: Ruben, Simeon, dan Lewi. Alasan Simeon dan Lewi dilewati sudah disebutkan. Sedangkan Ruben dilewati karena ia berzina dengan gundik ayahnya (lih Kej 35:22a).

2.10. YUSUF

Yusuf dan saudara-saudaranya
Anak-anak Yakub menjual adik bungsu mereka, Yusuf, kepada orang Mesir.
Beberapa waktu kemudian Yusuf diangkat Firaun menjadi perdana menteri
di Mesir. Dengan demikian, ia dapat membantu keluarganya ketik
kelaparan melanda negeri itu. Pada akhirnya seluruh keluarga Yusuf pindah
ke Mesir.

Abraham, Ishak, dan Yakub hidup sebagai orang asing di negeri Kanaan yang telah dijanjikan Allah sebagai milik pusaka keturunan mereka. Tetapi, Allah juga berfirman kepada Abram: ”... Ketahuilah dengan sesungguhnya bahwa ke turunanmu akan menjadi orang asing dalam suatu nege ri, yang bukan kepunyaan mereka, dan bahwa mere ka akan diperbudak dan dianiaya, empat ratus tahun lamanya. Teta pi bangsa yang akan memperbudak mereka, akan Kuhukum, dan sesudah itu mereka akan keluar dengan membawa harta benda yang banyak. Tetapi engkau akan pergi kepada nenek moyangmu dengan sejahtera; engkau akan dikuburkan pada waktu telah putih rambutmu. Tetapi keturunan yang keempat akan kembali ke sini, sebab sebelum itu kedurjanaan orang Amori itu belum genap (Kej 15:13-16).

Sejak Kejadian 37, kita membaca bagaimana keturunan Abraham tiba di suatu negeri asing, Mesir. Mereka tinggal di sana selama 400 tahun. Kitab Keluaran, menceritakan bagaimana Allah membebaskan mere ka dari tanah Mesir itu.

Dalam Kitab Kejadian (37–50), kita kembali melihat dengan sangat jelas bagaimana Allah mengatur segala sesuatu. Bahkan, Ia memakai dosa-dosa manusia untuk merealisasikan rencana-Nya pada umat-Nya. Demikian kata Yusuf dalam Kejadian 45 kepada saudara-saudaranya:

Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu. Karena telah dua tahun ada kelaparan dalam negeri ini dan selama lima tahun lagi orang tidak akan membajak atau menuai. Maka Allah telah menyuruh aku mendahului kamu untuk menjamin kelan- jutan keturunanmu di bumi ini dan untuk memelihara hidupmu, sehingga sebagian besar dari padamu tertolong. Jadi bukanlah kamu yang menyuruh aku ke sini, tetapi Allah; Dialah yang telah menempatkan aku sebagai bapa bagi Firaun dan tuan atas seluruh istananya dan sebagai kuasa atas seluruh tanah Mesir” (Kej 45:5-8; bnd Mzm 105:16-23).

Tujuan Allah saat itu ialah untuk melindungi ”keturunan perempuan” yang adalah umat-Nya. Dan itu terjadi pada saat mereka sudah mulai menyesuaikan diri dengan Kanaan dan pola hidupnya (Simeon, Lewi―lih Kej 34; Yehuda―lih Kej 38). Untuk jangka waktu yang lama Ia membiarkan mereka di tanah Mesir, jauh dari tanah perjanjian. Tetapi, pada saat Yakub pergi ke Mesir, Allah berbicara kepadanya dan berjanji bahwa keturunannya akan kembali ke Kanaan. Yusuf juga meninggal di Mesir dalam keyakinan yang sangat kuat bahwa Allah akan memenuhi janji-Nya (lih Kej 50:22-26).

Sebagai Yusuf masa kini, kita dapat melihat banyak hal tentang Raja Agung yang akan datang di kemudian hari, yakni Yesus. Skema di bawah ini memperlihatkan beberapa persamaan:

Yusuf Yesus
- Allah memilih salah satu di antara anak-anak lelaki yang paling kecil, Yusuf (Kej 37). Dan Allah menyertai Dia, "Imanuel" (Kis 7:9; Kej 39:2 dan 21). - Allah memilih seseorang dari Nazaret, Yesus. Dan Allah menyertai Dia, "Imanuel" (Mat 1:23).
- Yusuf bermimpi bahwa semua saudaranya akan sujud menyembah dia (Kej 37). - Yesus mengabarkan bahwa semua orang harus percaya kepada-Nya.
- Saudara-saudara Yusuf menolak dia dan menjualnya ke Mesir (Kej 37). - Umat-Nya menolak Dia dan menyerahkan-Nya kepada orang-orang Romawi.
- Meskipun Yusuf orang benar, ia dimasukkan ke dalam penjara. Ia menderita dan mengalami kesepian (Kej 39 dan 40). - Meskipun sungguh-sungguh benar, orang menyalibkan Dia. Ia menderita dan benar-benar ditinggalkan.
- Yusuf keluar dari penjara dan mendapatkan posisi yang tinggi. - Yesus bangkit dari kematian dan ditinggikan.
- Baik orang Mesir maupun saudara-saudara Yusuf menggantungkan kehidupan mereka kepadanya. Mereka berlutut di hadapan dia. - Seluruh dunia termasuk orang-orang Yahudi bergantung kepada-Nya untuk hidup yang kekal. Di hadapan Yesus mereka harus berlutut.

Kesimpulan: Allah memilih satu bangsa (keluarga Yakub, Israel) dan memberikan posisi yang tinggi kepada mereka. Mereka menjadi umat kepunyaan-Nya. Namun, umat itu hanya dapat ditebus jika mereka menerima Sang Penebus (Yesus) yang telah ditentukan Allah untuk menebus umat-Nya. Dan penebusan ini tidak hanya untuk umat itu, tetapi bagi setiap orang yang berlutut di hadapan-Nya.

2.11. KATA-KATA BERKAT YANG BERNUBUAT

Menjelang akhir hidupnya, Yakub memberkati anak-anaknya. Ada dua hal yang perlu mendapat perhatian khusus sehubungan dengan katakata berkat yang diucapkannya.

Pertama, berkat khusus untuk Yusuf. Kedua anaknya, Efraim dan Manasye, diadopsi oleh Yakub sebagai anaknya sendiri (lih Kej 48:4-5). Mereka akan menjadi kepala suku dari satu di antara ke-12 suku Israel. Demikianlah Yusuf mendapatkan dua bagian dari hak waris. Juga menarik bahwa si bungsu, Efraim, mendapatkan berkat yang terbesar. Dalam hal ini Yakub menunjukkan imannya, seperti tertera dalam Kitab Ibrani: Karena iman, ketika hampir waktunya akan mati, Yakub memberkati masingmasing anak Yusuf ... (Ibr 11:21). Apa yang ditolak bapaknya, Ishak, (lih Kej 27), dilakukan oleh Yakub. Ia menerima bahwa Allah memilih Efraim yang bungsu sebagai yang pertama, dan Manasye yang sulung sebagai yang kedua.

Kedua, seperti telah disebut di atas bahwa Yehudalah yang mendapat berkat terbesar:

Yehuda, engkau akan dipuji oleh saudara-saudaramu, tanganmu akan menekan tengkuk musuhmu, kepadamu akan sujud anak-anak ayahmu. Yehuda adalah seperti anak singa: setelah menerkam, engkau naik ke suatu tempat yang tinggi, hai anakku; ia meniarap dan berbaring seperti singa jantan atau seperti singa betina; siapakah yang berani membangunkannya? Tongkat kerajaan tidak akan beranjak dari Yehuda ataupun lambang pemerintahan dari antara kakinya, sampai dia datang yang berhak atasnya, maka kepadanya akan takluk bangsa-bangsa (Kej 49:8-10).

Fakta bahwa Ruben, Simeon, dan Lewi dilangkahi adalah karena kesalahan mereka sendiri (lih Kej 49:4, 7; bnd Kej 35:22 dan Kej 34). Dan bahwa Yehuda yang dipilih, itu pun bukan karena hasil perbuat annya sendiri, melainkan murni karena anugerah (lih Kej 37 dan 38). Berkat untuk Yehuda semakin memperjelas bahwa ”keturunan perempuan” akan meremukkan kepala ular (lih Kej 3:15), yakni akan ada seorang Raja dari keturunan Yehuda, dan semua bangsa akan melayani Dia.

2.12. PEMBAHASAN

1. Anak-anak Abraham

Gantungkan 4 kertas besar yang bertuliskan:

  • Kertas 1 - Allah memilih dan memanggil
  • Kertas 2 - Allah memberikan janji-Nya
  • Kertas 3 - Allah meminta iman dan kepercayaan
  • Kertas 4 - Allah memberikan satu tanda

Bagilah peserta dalam empat kelompok. Setiap kelompok memilih satu poster dan membahasnya secara teratur: Apa yang kita pelajari dari sejarah Abraham mengenai Allah yang ”memilih dan memanggil” (atau yang lain, sesuai 2, 3, dan 4), dan apakah artinya bagi kepercayaan kita? Hasilnya ditulis di atas kertas dalam bentuk kata-kata kunci untuk menyimpulkan. Setelah satu kelompok selesai, mereka bisa pindah ke poster berikut yang sudah memperlihatkan hasil dari kelompok lain sekaligus mendiskusikannya. Jika perlu, kelompok bisa menambahkan kata-kata mereka di atas poster tersebut. Demikian seterusnya hingga selesai empat poster. Workshop ini dapat diakhiri dengan pembahasan umum untuk menarik kesimpulannya.

2. Allah memenuhi janji-janji-Nya

Dalam sejarah bapak-bapak leluhur, terkadang muncul dengan jelas kecenderungan mereka untuk campur tangan dan menggunakan ide mereka sendiri untuk menyukseskan janji Allah.

a. Daftarkan contoh-contoh sikap tersebut sebanyak mungkin.

b. Berikan contoh bagaimana kita pun jatuh ke dalam kesalahan yang sama.

c. Cobalah mencantumkan apa yang kita pelajari ini secara tertulis dalam satu kalimat.

3. Titik balik

Pertemuan Yakub dengan Tuhan di Pniel merupakan titik balik dalam kehidupannya. Bayangkanlah seandainya Yakub menyurati ayahnya untuk menceritakan apa yang dialaminya pada malam itu. Cobalah menulis surat itu sendiri seandainya Anda sebagai Yakub. Bagaimana kira-kira bunyi suratnya? Bacalah surat itu di hadapan teman-teman yang hadir. Apakah Anda juga mengetahui pengalaman seperti itu di dalam hidup Anda sendiri?

4. Sejarah Yusuf

Buatlah presentasi (misalnya dalam bentuk PowerPoint) mengenai sejarah Yusuf. Cermatilah tugas-tugas berikut:

  • Pilihlah bagian-bagian kehidupannya yang perlu dibahas dileng kapi teks yang menjelaskan hal tersebut.
  • Carilah bahan ilustrasi yang pas untuk setiap bagian, dan jika memungkinkan disertai musik sebagai latar belakang.
  • Buatkanlah sebuah skrip (skenario).
  • Presentasikan.

Pertanyaan untuk diskusi

1. Apakah Anda anak Abraham? Jika benar, apa artinya itu bagi Anda?
2. Di manakah dalam sejarah bapak-bapak leluhur Israel tampak bahwa Allah memilih siapa saja yang dikehendaki-Nya? Apa artinya itu bagi Anda?
3. Banyak orang berpendapat bahwa perjanjian dengan Abraham berbeda dengan perjanjian Allah dengan gereja-Nya (berdasarkan pe kerjaan Yesus). Apa dampak pandangan yang salah ini bagi pemahaman dan penerapan Kitab Kejadian dalam konteks masa kini?
4. Mengapa Allah membiarkan Abraham dan Sara begitu lama menunggu anak perjanjian mereka? Apa pelajarannya bagi kita?
5. Apa dampak antitesis antara ”keturunan perempuan” dan ”keturun an ular” pada masa Kejadian bagi pemilihan perempuan sebagai istri? Berikanlah contoh-contoh dari Kejadian 12–50. Apa artinya bagi kita yang hidup di masa kini?
6. Percakapkan kehidupan Yakub. Daftarkan momen-momen positif dan negatif. Di mana muncul perubahan dalam hidupnya? Apa yang Anda pelajari dari sejarah Yakub?
7. Apa ajaran-ajaran yang muncul dari sejarah Yusuf mengenai pimpinan Allah dalam kehidupan orang percaya?
8. Dalam Kejadian 12–50, di mana petunjuk yang mengacu pada Yesus Kristus?

Persiapan bab selanjutnya

Persiapan masuk ke bab 3

Pada bab berikut, bab 3, akan sangat baik jika Anda membaca seluruh Kitab Keluaran, Imamat, Bilangan, dan Ulangan. Jika tidak mungkin (karena itu memang tugas yang besar, juga karena di dalamnya ada bagian-bagian yang berat, umpamanya yang penuh aturan-aturan hukum Allah), silakan baca setidaknya bagian-bagian berikut ini.

  • Keluaran 1 dan 2
  • Keluaran 3 dan 4
  • Keluaran 7
  • Keluaran 11 dan 12
  • Keluaran 13:17-14:31
  • Keluaran 19 dan 204
  • Keluaran 32 dan 33, (kalau perlu 34)5
  • Imamat 7 (Im 1–7 tentang hukum-hukum persembahan atau kurban)
  • Imamat 16 (Hari pendamaian yang agung)
  • Bilangan 10:11-35
  • Bilangan 13 dan 14
  • Bilangan 20
  • Ulangan 1:1-5 dan 4:1-43
  • Ulangan 31 dan 34

Saran

Bacalah keseluruhan sejarah bangsa Israel keluar dari Mesir sampai mereka masuk ke Tanah Kanaan. Anda harus melewati semua pasal tentang undang-undang dan pembangunan Tabernakel. Selanjutnya Anda juga tidak perlu membaca sebagian besar Kitab Ulangan karena ini merupakan pengulangan dari kisah-kisah sebelumnya.

Jadi, Anda hanya membaca pasal-pasal berikut:

  • Keluaran 1–20; 24; 32–36:7; 39:32-40
  • Imamat 8–10:7
  • Bilangan 10:11-17; 20–25; 31:32
  • Ulangan 31; 34

________________________________________________________________________

Informasi Buku

  1. PDF
  2. Penulis:
    Jasper Klapwijk
  3. ISBN:
    978-602-1006-06-1
  4. Copyright:
    © 2015, LITINDO
  5. Penerbit:
    Yayasan Komunikasi Bina Kasih