15. ROH BEKERJA SECARA MULTIDIMENSIONAL

Henk ten Brinke

Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan kamu dengan kuasa melalui Roh-Nya di dalam batinmu, sehingga oleh imanmu Kristus tinggal di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih. Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan semua orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu yang melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah (Ef. 3:16-19).

Sambil menulis buku ini, para penulis semakin merasa terkesan oleh Roh Kudus. Khususnya oleh kayanya kehidupan baru yang dibangkitkan-Nya (melalui kelahiran baru, Yoh. 3). Kami menyadari bahwa pekerjaan-Nya meliputi sangat banyak hal.

Roh Kudus bekerja secara sangat pribadi: Roh yang diberikan kepadaku, menentukan jati diriku. Dia mengajar aku mengenal diriku sendiri sebagai anak Allah! Dia memberi pertumbuhan rohani.

Namun, Dia juga mengaruniakan karunia-karunia kepadaku, yang boleh kupakai untuk membangun orang lain dalam iman. Sebab Dia tidak hanya bekerja di dalam diriku, tetapi juga di dalam banyak orang lain. Dia mengumpulkan banyak orang yang mengikuti Tuhan Yesus, sehingga terbentuk gereja.

Dan Dia tetap terarah kepada dunia ini sebagai keseluruhan.

Dunia-itulah yang hendak diraih-Nya, melalui pemberitaan Injil oleh para utusan-Nya.

Hubungan Kasih

Apakah yang menghubungkan semua aspek dari karya Roh Kudus?

Untuk menggambarkannya saya hendak menggunakan dua kata: kasih dan relasi.

Pertanyaan itu sudah muncul pada saat kita berusaha membayangkan bagaimana Roh hidup bersama dengan Bapa dan Anak, dan Mereka bertiga membentuk Tritunggal (Bab 1). Roh ialah salah satu dari ketiga ”Tokoh” itu yang hidup bersama dalam relasi kasih yang kekal. ”Allah adalah kasih” (1 Yoh. 4:8)-itu bukan kalimat singkat yang dangkal, melainkan suatu kebenaran yang teramat dalam. ”Allah adalah kasih”-dari segala ilah yang ada di bumi hanya ada satu Allah yang secara singkat dan jelas disebut KASIH.

Kita ini diciptakan sebagai manusia untuk mendapat bagian dari kasih itu. Bukankah (sesudah Sang Anak membebaskan kita dari murka Allah) Rohlah yang bekerja untuk membawa kita kembali pada relasi kasih dengan Allah? Roh bekerja dengan sangat kuat di dalam kita, supaya kita tetap ”berakar dan berdasar” di dalam kasih (Ef. 3:17). Kasih itulah yang menjadi fondasi dan sumber kekuatan hidupku. Segala-galanya dalam hidupku mulai dari situ.

Bagaimana Roh melakukan hal itu? Roh mengundang Kristus tinggal di dalam batinku (Ef. 3:17). Kristus hidup di dalam aku (Gal. 2:20)! Kasih-Nya, pengabdian-Nya, rasa kepedulian-Nya, keterikatan-Nya dengan Bapa-semua itu menjadi hidup dan berkembang di dalam diriku! Roh menjalin pergaulan pribadi antara Bapa dan aku. Dalam pergaulan itu aku merasa malu atas dosaku dan malu karena aku kurang rajin mengabdi kepada-Nya.

Namun, dalam pergaulan itu aku juga selalu merasa gembira lagi karena menerima anugerah Allah. Dalam pergaulan itu aku boleh menghadap kepada-Nya dalam doa. Bukankah aku ini anak-Nya yang terkasih (betapa pun banyak cacat dan kekuranganku)? Dan apabila aku tidak tahu apa yang hendak kukatakan kepada Allah, maka Roh selalu bersedia untuk mendukung doaku.

Karena undangan Roh, Kristus tinggal di dalam aku, dan hal itu meresapi seluruh keberadaanku. Dengan demikian Roh mengubah diriku dari dalam hatiku, sehingga aku benar-benar hidup dalam relasi dengan Allah. Dia mengajar aku ”berjalan” di jalanperintah-perintah Allah. Itulah yang disebut buah Roh. Buah yang pertama ialah kasih (Gal. 5:22), dan lawannya ialah egoisme (Gal. 5:14).

Roh sebagai Roh kasih dan pemulihan relasi-relas-bukankah Dia itu rahasia gereja? Pikiran dan perasaan Kristus tidak hanya memenuhi diriku saja, tetapi juga orang-orang lain. Kristus berdiam juga di dalam diri mereka, berkat pekerjaan Roh. Dengan demikian pikiran dan perasaan Kristus juga memenuhi hidup kita bersama (Flp. 2:5). Orang-orang yang hidup dalam relasi yang telah diperbaiki dengan Allah, juga hidup dalam relasi antarsesama yang sudah diperbaiki.

Panjangnya dan Lebarnya

Kami telah menyadari juga, sambil menulis buku ini, bahwa pekerjaan Roh meliputi sangat banyak hal. Pekerjaan-Nya sungguh ”multidimensional”. Kalau kita tetap ”berakar dan berdasar” dalam kasih, kita akan semakin banyak memahami panjangnya dan lebarnya, tingginya dan dalamnya karya Allah.

Dalam buku ini kita belajar untuk mengerti sedikit dari ”panjangnya dan lebarnya” pekerjaan itu. Roh mau tinggal di dalam kita, dan dari dalam batin kita itu, Dia mengubah diri kita. Namun, bukan hanya di dalam diri kita pribadi Dia bekerja, melainkan pekerjaan-Nya meliputi gereja selebarnya. Dan seluruh bumi ciptaan-Nya termasuk dalam perhatian-Nya.

Kita boleh membuka diri untuk ”panjangnya dan lebarnya” dari perbuatan Roh. Supaya Dia mengubah hidupku pribadi, dan juga membangun gereja Kristus. Supaya Dia mengerahkan orang untuk pekerjaan penginjilan dan pekerjaan pembangunan gereja di seluruh dunia, dan supaya karunia-karunia yang diberikanNya kepadaku secara pribadi, kupergunakan di dalam jemaat dan di dalam dunia untuk menyoroti kasih Allah. Supaya aku menerima karunia-karunia Roh dan juga buah Roh (pengudusan kehidupanku, yang membuat diriku semakin sama dengan Yesus).

Dan supaya aku menerima saat-saat dan pengalaman-pengalaman yang khusus. Dan mengalami pergaulan dengan Tuhan di dalam hidup sehari-hari, di dalam doa dan kehidupan kristiani.

Siapakah yang bisa melihat benar-benar panjangnya dan lebarnya segala apa yang dilakukan Roh? Siapakah yang tidak pernah mengalami penyempitan dalam pandangannya? Orang yang ini melihat hanya hal-hal yang istimewa, yang spektakuler, yang ajaib-dan dia lupa bahwa Roh sering bekerja dalam hal-hal yang ”biasa”, yang tidak spektakuler. Orang lain lagi tahu betul bahwa gereja adalah pekerjaan Roh, tetapi dia lupa bahwa Roh juga ingin menyuburkan kehidupan pribadinya, dalam kasih, kesabaran, keramahan dan sebagainya (Gal. 5:22). Ada juga orang yang begitu yakin bahwa Roh sering bekerja secara tersembunyi, dengan tidak mencolok, sehingga hadiah-hadiah Tuhan yang sangat mengagumkan (seperti pertobatan yang tiba-tiba, atau suatu penyembuhan) hampir tak berani dia sebutkan sebagai pekerjaan Roh.

Tingginya dan Dalamnya

Kita terkesan oleh ”tingginya dan dalamnya” karya Roh. Jauh tersembunyi dalam hidup kita Dia membuat kita terlahir kembali.

Dia menyadarkan kita akan kesalahan kita. Namun, pada saat yang sama Dia memberikan sukacita yang dapat meluap-luap. Bukan saja sukacita karena kita disebut anak-anak Allah, tetapi karena memang kita adalah anak-anak Allah (1Yoh. 3:1)! Hal itu menentukan identitas atau jatidiri kita. Hal yang paling penting bukanlah apa yang kita perbuat untuk Allah (kegiatan kita), tetapi siapakah kita ini sehingga boleh berdiri di hadapan Allah. Dari situlah lahir ”perbuatan” kita (dalam hidup kita bersama Allah dan bersama sesama kita).

Sukacita dan rasa kagum kita atas kedudukan yang begitu tinggi adalah sisi balik dari dukacita dan rasa malu atas diri kita ini sebenarnya, yaitu: bukan anak-anak Allah, melainkan anak-anak Adam. Dalam pergaulan dengan Allah, yang diajarkan Roh kepada kita, kita ini bertumbuh baik di dalam sukacita itu maupun dukacita itu. Kita belajar apa artinya untuk hidup dari anugerah.

Kedua hal ini mempunyai tempatnya masing-masing: pengakuan dosa dan juga rasa syukur atas kelakuan baik yang boleh kita lakukan; sorak-sorai karena keselamatan dari Allah, maupun hati yang patah dan remuk (Mzm. 51:16,19).

Siapakah yang mengenal ketinggian dan kedalaman ini? Siapakah yang tidak terancam bahaya bahwa dia itu dangkal?

Orang ini sangat terharu melihat perspektif pertumbuhan, hidup baru dan pengudusan-dan mungkin melupakan bahwa sementara itu dia tetap orang yang berdosa, yang setiap kali perlu kembali lagi pada salib Kristus. Dan tanpa disadari, perjuangannya untuk mencapai pengudusan, menjadi ”hal yang terpaksa”. Barang siapa kurang menyadari bahwa dia hidup karena anugerah, mudah menjadi kurban kehidupan yang menuruti hukum secara harfiah.

Orang yang lain, begitu merasa yakin bahwa manusia akan selalu merupakan orang berdosa, sehingga dia lupa bahwa pertumbuhan dalam pengudusan adalah sebuah kemungkinan maupun suatu realitas: Kristus sungguh-sungguh tinggal di dalam hati kita (Ef. 3:17), dan Roh sungguh-sungguh mengubah kita, sehingga kita semakin serupa dengan Dia (2Kor. 3:18)! Orang yang tidak menyadari hal itu, juga bisa disebut dangkal.

Bersama-sama dengan Semua Orang Kudus

Roh bekerja secara multidimensional-siapakah yang sanggup membayangkan itu semua? Untuk itu sekurang-kurangnya kita saling memerlukan sebagai ”orang-orang kudus” (Ef. 3:18). Kita mutlak memerlukan ”persekutuan orang-orang kudus” supaya mendapat lebih banyak wawasan mengenai karya Roh. Gunanya supaya jangan sampai pandangan kita terhadap apa yang dilakukan Roh, menyempit, atau jangan sampai kita menjadi kurban dari salah satu bentuk kedangkalan.

”Persekutuan orang-orang kudus”-kita boleh terutama berpikir tentang jemaat kita sendiri, dan masyarakat gereja yang menaungi kita bersama jemaat kita. Dalam pembicaraan bersama, berdasarkan Alkitab, kita dapat mengungkapkan di mana kita dapat mengharapkan keberadaan Roh Allah. Dan di mana kita melihat Dia bekerja secara konkret. Anda dapat menunjukkan sendirihal-hal itu, dan diberi tahu oleh orang lain, hal-hal yang sejauh ini luput dari perhatian Anda. Pembicaraan itu dapat juga dilakukan dengan menulis dan membaca-dan mudah-mudahan buku ini dapat memberi sumbangan pada pembicaraan itu.

Masyarakat gereja yang menaungi Anda, sebetulnya jauh lebih besar daripada yang ada di negeri Anda sendiri! Juga berbagai wawasan dan pengalaman dari orang-orang Kristen (Reformasi, Injili, Presbiterian, Lutheran, dll) di banyak negara di dunia, dapat menjadi bahan pembelajaran bagi kita. Misalnya seperti dilakukan oleh para penulis The Candlestand Statement, pertimbangan-pertimbangan Reformasi mengenai Kharismatik (Jakarta, 2011). Mereka yang menulisnya berasal dari Kenya, Indonesia, Zimbabwe, Uganda, Afrika Selatan, India, dan Belanda.

”Bersama-sama dengan semua orang kudus” ingatlah juga kepada orang-orang kudus yang sudah mendahului kita,generasi-generasi sebelumnya, tradisi gereja. Orang-orang Reformasi perlu juga mengingat Calvin, yang kadang-kadang dijuluki ”ahli teologi tentang Roh”. Banyak dari apa yang diajarkannya mendapat tempat di dalam tulisan-tulisan pengakuan iman Reformasi (lihat buku Enam Belas Dokumen Dasar Calvinisme, diseleksi oleh Th. Van den End, Jakarta 2000), bukan saja dalam bagian-bagian yang langsung membicarakan pribadi dan karya Roh, tetapi banyak juga yang terjalin dalam pengakuan iman mengenai pokok-pokok yang lain (misalnya: iman, gereja, sakramen). Mungkin ada gunanya juga kalau segala pemikiran itu kita renungkan kembali!

Kalau yang menjadi pokok ialah pergaulan dengan Allah, yang diajarkan Roh kepada kita, maka dalam buku ini juga ditunjukkan pada apa yang disebut ”Reformasi Lebih Lanjut” (Bab 7). Apakah yang dapat kita pelajari pada zaman ini dari kesalehan kaum Reformasi itu yang hidup di dalam abad ke-18?

Ada juga tradisi-tradisi lain (yaitu lain daripada tradisi gereja Anda), yang telah berkembang di bagian-bagian lain dari dunia Allah. Meskipun Anda sudah senang dengan tradisi Anda sendiri, tetapi siapa yang dapat mengatakan dengan yakin bahwa dalam tradisi Anda, keseluruhan yang lengkap dari karya Roh, yaitu panjangnya dan lebarnya dan tingginya dan dalamnya, sudah dinyatakan dan dimengerti? Apakah benar bahwa gereja Anda sendiri ”sudah memiliki segala-galanya”? Kita masih bisa banyak belajar, misalnya dari tradisi Puritan (misalnya buku-buku karangan J.I. Packer, yang disebut ”yang terakhir dari kaum Puritan”, atau George Whitefield, dari gerakan Metodisme).

Banyak gereja Protestan masa kini belajar dari kaum Injili untuk menambahkan beberapa aksen yang mungkin dilupakan.

Berdoa dan Bekerja

Paulus berdoa untuk orang-orang Kristen di Efesus supaya mereka diperkuat oleh Roh Allah, sehingga Kristus dapat tinggal di dalam hati mereka (Ef. 3:16-17). Kalau hal itu terjadi, maka mereka, bersamasama dengan semua orang kudus, akan lebih memahami karya Allah yang multidimensional itu.

Dan itu sangat berlaku bagi karya Roh. Kalau kita ingin mendapat lebih banyak wawasan mengenai segala apa yang dilakukan oleh Roh Allah, maka pertama-tama kita harus berdoa, memohon wawasan yang multidimensional itu. Bagi Anda sendiri. Bagi jemaat Anda.

Bagi majelis jemaat Anda. Dan sebagai majelis bagi seluruh jemaat. Doa itu mendapat prioritas di atas segala debat dan diskusi tentang karya Roh.

Sementara itu, mendengar kata ”memahami”, kita membayangkan suatu kegiatan; juga di sini berlaku nasihat agar kita ”berdoa dan bekerja” (Ora et Labora). Apakah yang dapat kita lakukan untuk bertumbuh dalam pemahaman mengenai karya Roh dan untuk membuka diri bagi panjangnya dan lebarnya, tingginya dan dalamnya dari semua aspek karya-Nya?

Saya membuat deretan dari beberapa titik perhatian, dan secara khusus memikirkan para pengerja gereja: apakah yang dapat mereka lakukan untuk menggalakkan perluasan (melawan penyempitan) dan pendalaman (melawan kedangkalan) kalau mencoba untuk memahami dan menghargai karya Roh?

- Doa adalah nomor satu. Itu tugas utama untuk memperoleh lebih banyak wawasan mengenai karya Roh Allah. Bukan saja wawasan, melainkan juga lebih banyak pengaruh dan buah Roh, dalam iman dan pertobatan, dalam kesadaran akan kesalahan, dan dalam pembaruan hidup. Apakah doa itu sudah cukup didoakan?

Baik dalam doa pribadi, tetapi juga dalam doa para anggota jemaat yang berkumpul untuk menyelidiki Alkitab, atau mereka yang menghadiri ibadah rumah tangga, dan juga dalam doa yang dibawakan pendeta dalam ibadah Minggu?

Bagaimana kita dapat ikut bekerja supaya sebagai jemaat, kita ini adalah/menjadi jemaat yang senantiasa berdoa? Apakah kita biasa berdoa bersama, selain doa yang dinaikkan pada pembukaan dan penutupan pertemuan-pertemuan?

- Bagaimanakah kita menjaga kedalaman wawasan kita yang beriman? Juga penyerahan diri secara pribadi kepada Yesus Kristus? Penyerahan diri karena kita mengalami bahwa tanpa itu kehidupan kita macet, tetapi bahwa di dalam Kristus kita menemukan kehidupan yang sejati?
- Dapatkah kita membangkitkan keyakinan pada setiap orang bahwa dia adalah anak Allah? Dan bahwa keyakinan diri yang penuh iman itu semakin mendalam? Dengan kata lain: bahwa kita menyadari sungguh-sungguh siapakah kita ini sebagai orang-orang Kristen yang terpilih oleh Allah, yaitu jati diri kita? Apakah kita saling mengenal di dalam jati diri itu, dan apakah kita menunjukkan jati diri itu, baik di dalam jemaat, maupun di dunia luar? Apakah hal itu cukup diperhatikan dalam tugas penggembalaan dan dalam khotbah-khotbah? Sehingga yang dipentingkan bukan saja, dan bukan pertama-tama sesuatu tentang apa yang dilakukan seorang, atau yang tidak dilakukannya, tetapi bagaimana tabiatnya berkat karunia Tuhan.
- Mari kita perhatikan kebaktian gereja, lalu kita membicarakannya sebagai jemaat. Apakah kita mengenali dan mengalami kebaktian itu sebagai pertemuan yang sungguh-sungguh dengan Allah kita? Apakah ada perhatian yang memadai untuk pengakuan dosa dan pemberitaan anugerah? Apakah ada cukup ruang untuk memuji kemuliaan Allah dalam menyanyi dan memainkan musik? Apakah dalam ibadah gereja para anggota jemaat mendapat kesempatan untuk ikut memberi kesaksian?
- Bagaimana kita dapat meningkatkan usaha untuk tetap berhubungan dengan dan tetap berpegang pada sumber gereja-Firman hidup dari Allah? Kalau benar bahwa Kristus mempertemukan para anggota gereja-Nya dan membangunnya ”melalui Roh dan Firman-Nya” (Katekismus Heidelberg s/j 54), maka pastilah harus ada pergaulan yang intensif dengan Alkitab. Bagaimana keadaannya dengan penelitian Alkitab yang dilakukan baik secara pribadi maupun secara bersamasama dalam jemaat? Bagaimana kita berusaha supaya kita tetap mengenal keseluruhan Kitab Suci (dan tidak hanyabagian-bagian yang kita sukai) dan supaya Kitab-kitab Suci itu hidup bagi kehidupan kita dan supaya kita hidup bersama-sama menurut Kitab-kitab Suci itu?
- Roh ialah Roh yang menguduskan. Kalau hidup yang baru tidak mendapat kesempatan untuk menembus keluar, kita mendukakan Roh Kudus Allah (Ef. 4:30). Bagaimanakah caranya kita dapat menjadi orang Kristen yang tidak hanya menerima Kristus, tetapi juga menerima pengudusan (1Kor. 1:30), dan bagaimana caranya untuk memberi bentuk pada pengudusan itu dalam hidup yang dijalani dengan mengikuti Tuhan kita? Bagaimana caranya kita (misalnya sebagai majelis) membangkitkan keinginan orang-orang lain (jemaat) untuk melakukan semua itu?
- Roh ingin, juga melalui jemaat, masuk lebih jauh ke dalam dunia ini. Bagaimana caranya kita sebagai jemaat dapat sungguh-sungguh membantu melaksanakannya dengan menjadi alat bagi Roh? Bagaimanakah kita sebagai gereja bersikap terbuka dan mengundang? Sejauh mana kita bersikap misioner?

Demikianlah kita boleh berdoa dan berusaha keras supaya dapat melihat dan mengalami lebih banyak dari dimensi yang bermacammacam dari karya Roh-dan supaya melihat dan mengalami lebih banyak dari makna kehidupan yang penuh kekayaan Roh.

Bidang pandangan kita akan tetap terlalu terbatas untuk dapat melihat segala-galanya, dan pengalaman kita jauh terlalu ”datar” untuk dapat memahami kedalaman dan jangkauan yang jauh dari apa yang sedang dilakukan oleh Roh. Pada akhirnya, buku ini hanyalah sebuah usaha kecil untuk dapat mengungkapkan dengan kata-kata sesuatu dari karya Roh. Sebab itu sebagai penutup buku ini, dengan senang hati kami mengutip puji-pujian yang mengakhiri permohonan Paulus untuk dikuatkan oleh Roh:

”Bagi Dia yang dapat melakukan jauh lebih banyak daripada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita, bagi Dialah kemuliaan di dalam jemaat dan di dalam Kristus Yesus turun-temurun sampai selama-lamanya. Amin” (Ef. 3:20-21).

lebih dari CUKUP!

Keinginan untuk Menerima ”Lebih” Karunia Roh Kudus Dibandingkan dengan Gagasan ”Cukup” Reformasi H. Ten Brinke, J.W. Maris, dkk.

Informasi Buku

  1. PDF
  2. Penulis:
    Henk ten Brinke, J.W. Maris, dkk.
  3. ISBN:
    978-602-0904-68-9
  4. Copyright:
    © De Vuurbaak, 2006
  5. Penerbit:
    Literatur Perkantas