Keluaran
Kitab Keluaran mengisahkan tentang Allah yang membebaskan umatNya dari cengkeraman Iblis (ingatlah permusuhan antara ”keturunan ular” dan ”keturunan perempuan”). Di padang gurun Ia mengadakan sebuah perjanjian dengan mereka. Namun, umat-Nya melanggar perjanjian tersebut, dan hanya melalui perantaraan Musalah Allah berkenan melanjutkan perjanjian-Nya dan mau berdiam di antara umat-Nya.
|
Imamat
Kitab ini memuat peraturan-peraturan ibadah (khususnya bagi kaum Lewi) dan peraturan-peraturan kehidupan umat Tuhan. Kesimpulan dari Kitab Imamat: ”Hendaklah kamu kudus, sebab Aku kudus”. Umat Allah mempunyai kewajiban untuk hidup kudus di tengah dunia yang tercemar dan najis karena dosa (lih Im 19:2; bnd 1Ptr 1:16).Imamat 1–7
Peraturan-peraturan mengenai berbagai persembahan (peraturan ibadah)
|
Bilangan
Musa harus menghitung jumlah orang Israel (Bilangan = penghitungan). Kitab ini juga mengisahkan tentang perjalanan di padang gurun selama 40 tahun. Umat Allah tidak menaati Dia ketika Ia memerintahkan mereka untuk memasuki tanah Kanaan; oleh sebab itu, mereka (generasi lama yang dahulu budak di Mesir) tinggal di padang gurun dan tidak memasuki Kanaan. Akhirnya, generasi tersebut meninggal di padang gurun.
Bilangan | Deskripsi |
---|---|
Bilangan 1–10 |
Persiapan untuk keberangkatan dari Gunung Sinai 1–4: Pencatatan jumlah yang pertama 5–8: Berbagai peraturan dan kewajiban 9: Perayaan Paskah yang kedua |
Bilangan 10–21 |
Perjalanan dari Sinai ke daerah Moab 10:11–12:16: dari Sinai ke Paran 13–14: Para pengintai (mata-mata) ke tanah Kanaan 15: Berbagai macam kewajiban 16–17: Pemberontakan terhadap Musa dan Harun 18–19: Peraturan-peraturan untuk ibadah 20–21: Dosa Musa dan Harun; penaklukan raja-raja |
Bilangan 22–32 |
Tinggal di tanah dataran Moab 22:1–25:18: Konfrontasi dengan Moab dan Bileam 25–26: Pencatatan jumlah yang kedua 27–30: Berbagai macam peraturan dan kewajiban 31: Perang dengan orang Midian 32: Pembagian daerah di sebelah timur Sungai Yordan |
Bilangan 33 | Ringkasan perjalanan bangsa Israel dari Mesir sampai ke Sungai Yordan |
Bilangan 34–36 | Petunjuk-petunjuk di tanah di daerah Moab 34-35: Rencana untuk merebut dan membagi tanah Kanaan 36: Hak waris bagi anak-anak perempuan |
Ulangan
Perkataan-perkataan Musa di seberang Sungai Yordan. Sebelum Musa meninggal, dan sebelum umat itu menyeberangi Yordan untuk masuk ke tanah Kanaan, Musa mengulangi hukum Allah. Itu sebabnya kitab ini disebut ”Ulangan” (deutero = untuk yang kedua kali, nomos = hukum). Lalu Yosua menggantikan Musa.
Peta ini memperlihatkan pengandaian rute perjalanan bangsa Israel dari Mesir ke Kanaan melalui Pegunungan Sinai.
|
Struktur Keluaran dapat digambarkan sebagai berikut:
Perbudakan => Pembebasan => Allah berkemah di antara umat-Nya
Keluaran dimulai dengan masa perbudakan di Mesir. Keluarga Yakub (lih bab 2) telah berkembang menjadi satu bangsa yang besar. Namun, mereka ditindas dan diperbudak. Kemudian Allah turun tangan dan menolong umat-Nya dengan tangan yang kuat dan lengan yang teracung. Di Gunung Sinai, Allah berjumpa dengan umat-Nya, dan Ia datang serta berdiam di tengah umat-Nya dalam Kemah Suci.
Benang merah Kitab Keluaran terlihat melalui keseluruhan Alkitab sebagai tema. Kejatuhan dalam dosa mengakibatkan perbudakan dan penderitaan. Garis itu terus berjalan melalui penebusan dari pihak Allah, hingga akan ada tempat kediaman Allah di antara manusia sesuai kerinduan-Nya untuk tinggal bersama mereka (lih Why 21:3).
Garis yang sama dapat dilihat dalam kehidupan kita sebagai orang percaya. Pertama-tama, kita mengalami perbudakan karena dosa. Kemudian Allah ada dalam kehidupan kita melalui Injil Kristus dan penebusan-Nya. Melalui Roh-Nya Ia datang dan diam di dalam hati kita. Dan untuk seterusnya Ia berjalan bersama kita.
Kita perlu memperhatikan secara khusus bahwa dalam Kitab Ke luaran Allah menyatakan nama-Nya dua kali. Pertama, sebelum Ia memulai pekerjaan penebusan-Nya (lih Kel 3). Kedua, sebelum Kemah Suci diba ngun dan Allah berkenan diam di antara umat-Nya.
Keluaran 3:14-15
Dalam Keluaran 3, umat Israel masih berada dalam perbudakan di Mesir. Empat puluh tahun yang lalu Musa telah mencoba untuk membela bangsanya. Karena gagal, ia mengungsi ke Midian dan selama empat puluh tahun hidup terpisah dari bangsanya. Di sini Musa biasa menggembalakan kambing domba Yitro, mertuanya.
Pada suatu hari, tatkala ia memeriksa semak duri yang menyala tetapi tidak dimakan api, ia berjumpa dengan Allah yang menampakkan diri-Nya secara ajaib. Musa mendapat perintah untuk membawa umat Allah keluar dari Mesir. Tetapi, ia tidak mau dan mencoba berdalih dengan bertanya: ”Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari Mesir?” (lih Kel 3:11). Lalu Allah berfirman: ”Bukankah Aku akan menyertai engkau?” Tetapi, Musa terus berdalih dengan bertanya: ”Jika orang-orang Israel bertanya: bagaimana tentang nama-Nya? Apakah yang harus kujawab kepada mereka?” Dengan kata lain, Musa ingin berkata: ”Siapakah Engkau sebenarnya? Apakah yang sudah Engkau lakukan untuk umat-Mu hingga saat ini?”
Maka Allah memperkenalkan nama-Nya: ”AKU ADALAH AKU” atau: ”Aku akan ada untuk engkau”. Saat itu, nama tersebut belum dikenal manusia (lih Kel 6:2). Nama itu sekaligus mengandung suatu skema penebusan. Sebagai Yahweh Allah akan ada; Ia siap untuk membebaskan umat-Nya dari perbudakan. Itu sebabnya Sepuluh Hukum dimulai dengan nama itu,
יְהוָה אֱֹלהֶיךָ ”Akulah Tuhan, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan”.
Keluaran 34:5-7
Allah membuktikan kebenaran nama-Nya dan membebaskan umat-Nya. Di padang gurun Ia mengikat perjanjian-Nya dengan mereka, tetapi hal pertama yang dilakukan umat-Nya justru membuat patung yang menurut mereka adalah Allah dalam wujud anak lembu tuangan. Lalu mereka menyembahnya dan berseru: ”... Hai Israel, inilah Allahmu yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir” (Kel 32:8). Mereka menyalahgunakan nama Allah dan karena itu Ia hendak membinasakan mereka dalam murka-Nya yang menyala-nyala.
Dengan susah payah akhirnya Musa berhasil menyelamatkan Israel dari kebinasaan. Awalnya, Allah tidak mau lagi berjalan ditengah-tengah umat-Nya yang tegar tengkuk itu. Tetapi, Musa berhasil menggerakkan hati Allah untuk berjalan bersama-sama dengan umat-Nya (lih Kel 33:1617). Hal itu sangat penting bagi Musa. Lebih baik tidak berangkat dari tempat tersebut jika Tuhan tidak menyertai mereka. Untuk memperoleh kepastian, Musa memberanikan diri bertanya kepada Allah: ”Perlihatkanlah kiranya kemuliaan-Mu kepadaku". Ia mau melihat Allah berhadapan muka untuk meyakinkan dirinya bahwa Allah tidak marah lagi dan relasi sudah betul-betul dipulihkan. Allah tidak memperlihatkan wajahNya kepada Musa (”sebab tidak ada orang yang memandang Aku dapat hidup”), tetapi Ia memperlihatkan kemuliaan-Nya dengan cara yang luar biasa. Musa hanya dapat melihat belakang-Nya. Allah melewatkan segenap ke gemilangan-Nya dari hadapan Musa dan menyerukan nama Tuhan di depannya: ”... Aku akan memberi kasih karunia kepada siapa yang Kuberi kasih karunia dan mengasihani siapa yang Kukasihani” (Kel 33:19).
Setelah dosa anak lembu tuangan, nama Allah ”AKU ADALAH AKU” diberi arti yang sangat kaya, ”... Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya, yang meneguhkan kasih setia-Nya kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa ...” (Kel 34:6-7). Tetapi, Allah juga membalaskan kesalahan-kesalahan secara adil. Dan hanya karena nama inilah dan dengan arti itu, maka Allah berkenan untuk kembali berdiam di antara umat-Nya.
Nama
Orang-orang Yahudi tidak pernah menyebutkan nama Yahweh. Sebagai gantinya mereka mengucapkan nama Adonai. Huruf-huruf Ibrani diubah mereka sedemikian rupa, yakni huruf-huruf hidup dari ”AdOnAI” ditempatkan bersama huruf-huruf mati dari ”YHWH”. Karena itu, di kemudian hari orang-orang yang tidak mengerti hal tersebut membaca YaHoWaH = Yehovah.
Pembebasan dari wilayah kekuasaan ular
Kita harus membaca sejarah pembebasan dari Mesir tentang permusuhan antara keturunan ular dan keturunan perempuan (lih Kej 3:15). Si ular (Iblis) berniat memperalat Firaun untuk membinasakan ”keturunan perempuan”. Iblis memperhatikan dan melihat bahwa Allah telah memenuhi janji-Nya kepada Abraham mengenai bangsa yang besar. Karena itu, ia menyerang bangsa tersebut.
Pertama-tama, dengan penindasan dan perbudakan. Karena tidak berhasil, ia merencanakan pembunuhan setiap bayi laki-laki. Intinya, Iblis berusaha menghentikan kelangsungan hidup bangsa itu. Tetapi, ia tidak berhasil mencapai rencananya. Keluaran adalah kisah tentang Tuhan Allah yang membebaskan umat-Nya dari cengkeraman Iblis dan menuntun mereka di jalan menuju tanah yang dijanjikan.
Perjalanan keluar dari Mesir adalah peristiwa penyelamatan yang terpenting dalam Perjanjian Lama. Bagi orang Yahudi, bulan keluarnya bangsa Israel dari Mesir adalah bulan pertama (”Nisan”) di kalender Yahudi, sesuai firman Allah kepada Musa, ”Bulan inilah akan menjadi permulaan segala bulan bagimu; itu akan menjadi bulan pertama bagimu tiap-tiap tahun” (Kel 12:2). Perjalanan keluar dari Mesir merupakan penebusan dalam Perjanjian Lama yang menggambarkan pola penebusan dalam Perjanjian Baru (lih Yes 11:11-16; Hos 2:14). Firaun tidak begitu saja membiarkan umat itu pergi. Tetapi, dengan mendatangkan tulahtulah kepada orang Mesir, Allah menyatakan diri-Nya sebagai Yang Mahakuasa (”El Syadai”), yang menghukum musuh-musuh-Nya dan menebus umat-Nya (lih Kel 3:20; 7:3-5; bnd Why 15:5-16:21).
Perayaan Paskah
Firaun tidak mau membiarkan Israel, anak sulung Allah, berangkat dari Mesir. Karena itu, Allah menghukum Mesir dalam tulah yang amat dahsyat: dalam satu malam tiap-tiap anak sulung di tanah Mesir mati. Tetapi, umat-Nya tidak terkena tulah tersebut. Untuk luput dari tulah, mereka harus mengambil darah anak domba yang dibubuhkan pada ke dua tiang pintu dan pada ambang atas, pada rumah-rumah di mana mereka memakannya. Penebusan tersedia hanya bagi orang yang berlin dung di balik darah anak domba. Hal ini juga terlihat jelas dari kenyataan bahwa Tuhan menuntut bangsa-Nya untuk ”mempersembahkan” semua anak sulung kepada-Nya. Karena menurut Musa, ”Sebab ketika Firaun dengan tegar menolak untuk membiarkan kita pergi, maka Tuhan membunuh semua anak sulung di tanah Mesir, dari anak sulung manusia sampai anak sulung hewan. Itulah sebabnya maka aku biasa mempersembahkan kepada Tuhan segala binatang jantan yang lahir terdahulu dari kan dungan, sedang semua anak sulung di antara anak-anakku lelaki kutebus” (Kel 13:15).
Setiap tahun pada perayaan Paskah, orang Israel merayakan pembebasan mereka dari tanah Mesir. Dan Yesus mati bagi umat-Nya pada hari Paskah yang sama. Alasannya jelas. Di mata Allah, Anak-Nya adalah ”anak domba” yang sesungguhnya (lih Yoh 1:29; 1Kor 5:7). Jadi, mereka yang membubuhkan darah anak domba pada ambang pintu kehidupan, merekalah yang akan terluput dari kematian, hukuman yang sebenarnya harus diterima. Kematian Kristus membawa pembebasan sejati. Sedangkan pembebasan lain (dengan kurban-kurban binatang dalam ibadah di Perjanjian Lama) merupakan gambaran akan Perjanjian Baru. Kristus benar-benar membawa pembebasan dari dosa dan kematian.
Bagi kita yang hidup di masa kini, perayaan Paskah sebenarnya diganti dengan perayaan Perjamuan Kudus. Pada saat merayakan Paskah untuk terakhir kalinya (pada malam sebelum kematian-Nya, lih Mrk 14:12-25), Yesus mengambil roti dan anggur. Saat itu orang makan dan minum pada perayaan Paskah untuk memperingati pembebasan dari perbudakan di tanah Mesir, tetapi Yesus berkata: ”Perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku”. Kita perlu memperhatikan bahwa Yesus memilih roti dan anggur sebagai tanda Perjamuan Kudus. Di atas meja ada juga sebuah mangkuk berisi sayur pahit yang mengingatkan pada penderitaan di Mesir, sedangkan hidangan utama Paskah adalah anak domba. Dan Yesus sendiri adalah Anak Domba yang akan menjalani penderitaan pahit itu. Maka Ia memberikan roti dan anggur untuk mengingat pengurbanan tubuh dan darah-Nya, yang menjadi jaminan bagi kita akan pengampunan dosa dan pembebasan total.
Melintasi Laut Merah
Rute di mana Allah membawa umat-Nya keluar dari Mesir ke Kanaan bukanlah rute yang terdekat. Rute yang paling cepat adalah melalui tepi Laut Tengah (lih peta dalam bab 3.2. hlm 75). Tetapi, rute itu tidak dipilih Allah. Musa sudah meminta berulang kali kepada Firaun agar umat Israel boleh mengadakan suatu perayaan di padang gurun (lih Kel 5:1). Rute yang diambil sekarang langsung menuju ke Laut Merah. Kelihatannya bangsa itu sedang menuju jalan buntu: laut di satu sisi, gunung di sisi lain. Firaun menyesali keputusannya dengan membiarkan umat itu pergi dan rute ini memungkinkan untuk membawa mereka kembali.
Tetapi, rencana Allah berbeda; Ia tetap ingin membebaskan umatNya dari kekuasaan Firaun. Dan Ia membalikkan keadaan ini dengan tewas nya Firaun beserta tentaranya. Allah membiarkan umat-Nya melewati Laut Merah secara ajaib: mereka melintasi Laut Merah sama seperti melintasi tanah kering, sedangkan Firaun dan pasukannya tenggelam ketika mereka juga mencobanya.
Melalui mukjizat ini, pembebasan menjadi jelas. Musuh tenggelam, jalan kembali bagi bangsa Israel menjadi tertutup. Jelaslah bahwa peristiwa ini dilihat orang Kristen sebagai ilustrasi tentang baptisan kudus.
Karena baptisan juga memperlihatkan bahwa hidup yang lama sudah tenggelam, musuh telah dikalahkan dengan telak, terbukalah jalan ke depan, dan majulah ke tanah perjanjian!
Perjanjian Allah memasuki satu fase baru. Keluarga Abraham, Ishak, dan Yakub, telah berkembang menjadi satu bangsa yang besar. Di Sinai Allah mengikat perjanjian-Nya dengan bangsa itu. Beberapa hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan hal tersebut:
Tiga kali empat puluh
Kita dapat membagi kehidupan Musa dalam tiga periode, yaitu tiga kali empat puluh tahun (lih Kis 7:23 dan 30; Ul 34:7):
1-40 tahun
Musa dibesarkan di istana Firaun. Ketika ia berumur empat puluh tahun, hatinya tergerak untuk memihak bangsanya. Ia tidak tega melihat ketidak adilan yang menimpa saudara-saudaranya itu. Dan ia membela mereka dengan cara membunuh seorang Mesir. Hal itu sekaligus menjadi akhir dari aksi pembelaannya. Ia harus melarikan diri dari Mesir. Kita dapat menggambarkan periode ini sebagai masa di mana Musa mengusahakan pembebasan melalui kekuatannya sendiri.
40–80 tahun
Allah menyuruh Musa melarikan diri ke Midian, tanah yang terletak di sebelah Timur dari padang gurun dan Pegunungan Sinai. Di sana ia menikah dengan anak perempuan Yitro. Ia menjadi gembala domba bagi mertuanya (lih Kel 2). Idenya untuk membebaskan Israel makin jauh hingga akhirnya hilang sama sekali. Ini adalah periode yang menentukan bagi kehidupan Musa. Ia belajar bahwa ia tidak bisa melakukannya sendiri. Pelajaran ini merupakan persiapan yang sangat tepat bagi tugasnya nanti.
80–120 tahun
Tuhan menampakkan diri kepada Musa dan memberi perintah kepadanya supaya ia pergi membebaskan umat Israel dari tanah Mesir. Tetapi, sebenarnya Musa tidak mau lagi sehingga Allah harus mendesak dan hampir memaksanya untuk pergi. Di bawah pimpinan Musa, akhirnya umat Israel keluar dari tanah Mesir. Selanjutnya mereka berjalan melalui padang gurun selama empat puluh tahun. Periode ini memperlihatkan sosok Musa yang bertahan mengikuti jejak kaki Allah dan siap menerima kepemimpinan-Nya.
Musa sebagai perantara
Musa berperan sebagai perantara antara umat Israel dan Allah. Kita melihatnya berulang kali mengantarai antara Allah dan umat-Nya. Allah berbicara kepada Musa, lalu Musa menyampaikan apa yang didengarnya kepada umat itu. Umat Israel datang kepada Musa dengan keluhan mereka, dan Musa membawanya kepada Allah. Ketika umat Israel tidak tahan mendengar suara Allah di Gunung Horeb (lih Kel 20:18-26), Musa pergi kepada Allah untuk mendengar apa yang akan difirmankan-Nya. Empat puluh hari dan empat puluh malam Musa tinggal dengan Allah di atas gunung. Selanjutnya ia memberitahukan kepada umat Israel segala sesuatu yang hendak Allah sampaikan kepada mereka.
Tugas Musa sebagai perantara menjadi sangat berat ketika bangsa itu melanggar perjanjian Allah dengan membuat dan menyembah patung lembu emas (lih Kel 32). Karena itu, pertama-tama Tuhan hendak membinasakan bangsa Israel (Kel 32:9), tetapi Musa berbicara atas nama bangsa itu untuk membelanya. Ia bahkan meminta kepada Allah untuk memberikan nyawanya sendiri menggantikan nyawa umat itu (lih Kel 32:32).
Perlahan-lahan Musa berhasil meredakan murka Allah hingga akhirnya Allah sendiri yang memutuskan untuk membebaskan umat-Nya dari murka-Nya, dan berkenan untuk berdiam di tengah-tengah mereka.
Tetapi, berulang kali Allah mengatakan bahwa hanya karena Musa Ia masih mau berjalan dengan umat itu (lih Kel 33:12-17).
Meski demikian, kesalahan Musa dihitung sangat berat di hadapan Tuhan sehingga ia tidak boleh memasuki tanah perjanjian. Pada akhirnya, ia pun tidak sempurna sebagai perantara. Ternyata kita masih harus menunggu perantara lain yang betul-betul sempurna. Sekarang kita boleh mengenal Perantara itu. Nama-Nya Yesus Kristus.
Kita dapat membandingkan Musa dengan Perantara Agung sebagai berikut:
Musa | Yesus |
---|---|
Persamaan: | |
– Musa adalah perantara antara Allah dengan umat Israel – Musa berdoa kepada Allah untuk umatnya – Karena Musa, Allah tidak jadi membinasakan umat Israel |
– Yesus adalah perantara antara Allah dengan umat manusia (1Tim 1:15 dan 2:5) – Yesus berdoa kepada Allah untuk umat-Nya (1 Yoh 2:1) – Karena Yesus, Allah menyelamatkan setiap orang yang percaya kepada-Nya |
Perbedaan: | |
– Musa memohon untuk mati menggantikan umat Israel. Tetapi Allah tidak mengizinkan hal itu, karena Musa sendiri adalah seorang yang berdosa (Kel 32:31-33) – Musa tidak ikut bersama umat Israel memasuki tanah perjanjian karena ia sendiri, setelah berdoa untuk bangsa itu, berbuat dosa dan tidak taat kepada Allah (Bil 20:2-13 dan Ul 3:23-29) – Musa meninggal; baik kuburan maupun mayatnya tidak ditemukan (Ul 34) |
– Yesus menanggung hukuman bagi umat dan mati bagi mereka. Hal itu dapat terjadi karena Ia sama sekali tidak berdosa (2Kor 5:21) – Yesus menebus kita sepenuhnya dan membawa kita “melewati Yordan” ke tanah perjanjian (Yoh 14:2-3) – Yesus memang mati, tetapi Ia bangkit kembali dari kematian |
Jadi, Musa sebagai perantara membawa penebusan yang fana, yang belum sempurna dan tuntas. Kenyataan ini menuntun kita kepada Yesus, yang telah membawa penebusan yang sempurna, yang bersifat kekal.
Musa sendiri mengatakan bahwa Allah akan memberi seorang nabi besar sebagai gantinya (lih Ul 18:15; bnd Kis 3:22 dan 7:37).
Kemah Suci pada fase itu adalah tempat di mana Allah berdiam di tengah umat-Nya. Itulah sebabnya mereka juga menyebutnya Kemah Pertemuan. Di dalam Kitab Keluaran kemah ini mendapat banyak perhatian. Hal ini membuktikan bahwa Allah mau berdiam di tengah umat-Nya. Kediaman Allah di tengah umat-Nya juga dapat disebut maksud perjanjian. Penjelasan panjang lebar mengenai Kemah Suci muncul untuk pertama kalinya dalam Keluaran 23–31.
Di dalam pasal-pasal ini, Allah memberikan banyak sekali perintah dan petunjuk untuk membangun Kemah Suci dan segala sesuatu yang berhubungan dengan itu kepada Musa. Tuhan menyesuaikan diri-Nya sendiri dengan umat-Nya. Mereka tidak menetap di satu tempat dan tinggal di dalam kemah-kemah, sehingga Ia pun berjalan bersama mereka dan tinggal di dalam satu kemah. Kemah ini juga menyiratkan betapa besar dan kudusnya Allah. Kemah itu adalah kemah yang luar biasa dan tertutup; tidak bisa masuk ke dalamnya begitu saja.
Tetapi, ketika Tuhan sedang memberikan petunjuk-petunjuk kepada Musa sehubungan dengan tempat tinggal-Nya di tengah umat-Nya, umat itu menyimpang dari jalan yang diperintahkan kepada mereka; mereka menyembah anak lembu tuangan. Itu sebabnya Tuhan sangat murka dan tidak mau lagi berjalan di tengah-tengah umat-Nya. Ketika Sang Perantara, Musa, berdiri di antara Allah dan umat-Nya, perjanjian itu dipulihkan kembali. Setelah itu barulah Ia benar-benar mau datang dan berdiam di tengah-tengah umat Israel.
Kemudian kita membaca untuk kedua kalinya beberapa pasal mengenai Kemah Suci (lih Kel 35‒40); pembangunan Kemah Suci dan segala sesuatu yang berhubungan dengan hal itu. Puncaknya adalah pa sal terakhir yang menceritakan bahwa Allah turun dan memenuhi kemah itu dengan kemuliaan-Nya. Lalu turunlah tiang awan dan berhenti di pintu kemah. Sejak itu tiang awan adalah tanda kehadiran Allah di tengah-tengah umat-Nya. Tiang awan tidak berpindah dari atas mereka pada siang hari untuk memimpin mereka pada perjalanan, begitu juga tiang api pada malam hari untuk menerangi jalan yang mereka lalui (Neh 9:19b). Tuhan benar-benar berdiam di tengah-tengah umat-Nya. Yohanes melihat bahwa kemah itu juga menjadi gambaran kehadiran Allah di bumi baru: ”... lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan tinggal bersamasama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Allah sendiri akan menyertai mereka, dan menjadi Allah mereka” (Why 21:3).
Kita dapat memandang Kitab Imamat sebagai jantung kelima kitab Musa. Lalu jantung Kitab Imamat sendiri adalah pasal pertengahannya, yakni pasal 16 (lih struktur Kitab Imamat, 3.2.). Pasal 16 mengajar umat Israel bagaimana mereka harus menguduskan diri, membayar denda, dan mendamaikan diri dengan Allah. Kita tidak akan mengerti hari Pendamaian agung secara benar (Yom Kippur,
כִּפֻּרִים יוֹם) jika kita yang hidup sebagai gereja setelah masa Perjanjian Baru, tidak melihatnya sebagai gambaran kebenaran yang sesungguhnya terdapat dalam Yesus Kristus. Sesuai kata Paulus di suratnya ke Kolose: ... semuanya ini hanya lah bayangan dari apa yang harus datang, sedangkan wujudnya ialah Kristus (Kol 2:17).
Kitab Ibrani dalam Perjanjian Baru secara jelas memperlihatkan bagaimana keseluruhan kebaktian Perjanjian Lama dengan segala persembahannya, dengan imam-imamnya, hari-hari rayanya, dan sebagainya, semua tergenapi di dalam Yesus. Kemah, kurban-kurban, dan seterusnya , ”adalah kiasan masa sekarang”. Tetapi Kristus telah datang sebagai Imam Besar untuk hal-hal baik yang akan datang: Ia telah melintasi kemah yang lebih besar dan lebih sempurna, yang bukan dibuat oleh tangan manusia―artinya yang tidak termasuk ciptaan ini (Ibr 9:11). Kristus adalah Imam Besar satu-satunya yang sesungguhnya.
Lihat skema di bawah ini:
Imamat 16 Hari Raya Pendamaian—Yom Kippur |
Yesus Kristus Pendamaian Lengkap dan Sempurna |
---|---|
– Pada Hari Raya Pendamaian, Sang Imam Besar mempersembahkan kurban untuk dosanya sendiri (Im 16:11; Ibr 7:27). – Hari Raya Pendamaian harus dirayakan setiap tahun, Imam Besar setiap tahun masuk ke dalam tempat kudus dengan darah yang bukan darahnya sendiri (Im 16:29; Ibr 9:25). |
– Yesus Kristus tidak berdosa, Ia saleh, tanpa salah, tanpa noda. Kristus mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai kurban hanya untuk dosa kita (Ibr 7:26-28). – Yesus membawa persembahan hanya sekali, Ia hanya satu kali menyatakan diri-Nya pada akhir zaman untuk menghapuskan dosa kita melalui pengurbanan-Nya; sekali dan untuk selamanya (Ibr 9:25-26). |
– Pada Hari Raya Pendamaian itu Imam Besar memakai seekor binatang sebagai kurban, Ia membawa darah domba jantan dan darah anak lembu (Im 16:14-15; Ibr 9:12). – Imam Besar boleh memasuki tempat yang mahakudus di dalam Kemah Suci satu kali setahun pada Hari Raya Pendamaian, untuk memercikkan darah ke atas tutup pendamaian (Im 16:15; Ibr 9:7-8). – Persembahan yang dibuat Imam Besar tidak dapat menyempurnakan umat Israel (Ibr 10:1-4). |
– Yesus membawa darah-Nya sendiri. Dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang kekal di hadapan Bapa-Nya bagi dosa-dosa umat-Nya (Ibr 9:12). – Yesus bukan masuk ke dalam tempat kudus buatan tangan manusia, melainkan ke surga untuk menghadap hadirat Allah guna kepentingan kita (Ibr 9:24). Dan Ia tinggal di sana untuk menjamin jalan yang terbuka kepada Allah bagi kita. – Yesus telah menguduskan kita satu kali untuk selama-lamanya melalui persembahan tubuh-Nya (Ibr 10:10). |
”Semuanya ini telah terjadi sebagai contoh bagi kita untuk memperingatkan kita, supaya jangan kita menginginkan hal-hal yang jahat seperti yang telah mereka perbuat, ...” (1Kor 10:6). Ini dikatakan Paulus ketika ia memperingati jemaat di Korintus tentang apa yang terjadi atas orang Israel di padang gurun. Setelah pembebasan dari Mesir, orang Israel tidak memasuki tanah perjanjian begitu saja. Pertama-tama, mereka harus berjalan melalui padang gurun. Dan di sana, sebagian besar orang meninggal tanpa pernah melihat tanah perjanjian itu. Paulus menulis: Sungguh pun demikian Allah tidak berkenan kepada sebagian besar dari mereka, karena mereka dibinasakan di padang gurun” (1Kor 10:5). Mengapa? Menurut Paulus:
Paulus hendak memperingatkan orang-orang Korintus yang telah menerima baptisan, dan setelah itu berpikir bahwa pola hidup mereka sebagai orang Kristen tidak berpengaruh apa-apa. Tidak seorang pun di antara kita yang boleh bertindak seolah-olah sudah memiliki surga. Kita harus berjuang terus melawan dosa dan berjuang setiap hari untuk menuruti kehendak Allah, sampai Ia mengizinkan kita memasuki tanah perjanjian, yaitu pada saat kematian kita, atau pada saat Yesus Kristus kembali.
Tetapi, apakah itu berarti sebagai orang percaya kita tidak memiliki kepastian akan memasuki tanah perjanjian? Tidak. Kepastian itu tetap ada bagi mereka yang tidak mau menuruti kehendaknya sendiri, tetapi yang menaruh pengharapan sepenuhnya kepada Allah. Ia berjanji kepada kita bahwa berjalan melalui ”padang gurun kehidupan” tidak akan terlalu berat. Ia sendiri akan mengatur supaya pencobaan-pencobaan dalam kehidupan kita tidak akan melebihi kemampuan kita, sehingga kita dapat menanggungnya. Dan jika kita memandang-Nya dan percaya kepada-Nya, maka kita boleh benar-benar yakin bahwa Ia akan membawa kita masuk ke dalam tanah perjanjian.
Skema di bawah ini memperlihatkan perbandingan yang Paulus bicarakan dalam 1 Korintus 10:1-13:
1. Semuanya tentang Yesus
Ketika Yesus menjelaskan kepada dua orang yang sedang dalam perjalanan ke kampung Emaus tentang apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, Ia mulai dari kitab-kitab Musa, Taurat.
Bentuklah kelompok-kelompok kecil maksimal enam orang. Setiap kelompok mencari petunjuk-petunjuk yang mengarah ke Yesus dalam Kitab Keluaran sampai Ulangan. Hasilnya harus dicatat, dan dibagi dengan kelompok-kelompok lain. Tuliskan seluruh hasilnya pada sebuah kertas yang besar. Rujukan ayat-ayat yang dapat membantu dalam tugas ini: 1 Korintus 5:9; 10:1-13; Kisah Para Rasul 3:22; Ulangan 18:15; Ibrani 7 dan 9; Kolose 2:16-17; Wahyu 21:22.
2. Dua kali perjalanan keluar
Gambarkanlah di kertas besar tabel yang berkolom dua dan berbaris tiga, yang memperlihatkan 6 ruang kecil, tiga di kanan dan tiga di kiri. Tulislah di atas kolom kiri ”Pembebasan Israel dari Mesir”, dan di atas kolom kanan ”Pembebasan Kita”.
Tulislah di dalam tiga ruang kecil bagian kiri hal-hal berikut:
1. Perbudakan 2. Pembebasan 3. Reaksi orang Israel Bersama kelompok-kelompok kecil (maksimal enam orang satu kelompok), tulislah dalam setiap ruang kiri pada masing-masing pokok kata-kata kunci yang berhubungan dengan pokok ruang itu (perbudakan, pembebasan, dan reaksi orang Israel).
Sekarang buatlah perbandingan dengan situasi kita dengan menulis kata-kata kunci yang berhubungan dengan perbudakan, pembebasan, dan reaksi kita ke dalam ruang-ruang tertentu di sebelah kanan. Bahaslah hasil masing-masing kelompok.
3. Sepuluh Hukum―Kumpulan Istilah (”Word Web”)
Tulislah di bagian tengah sebuah poster ”Sepuluh Hukum”. Kemudian tuliskan di bawah judul itu semua kata yang terhubung dengan itu. Anda boleh juga menanggapi apa yang ditulis orang lain dengan menambahkan kata pada tulisan mereka. Teruskanlah menulis sampai ada banyak kata dan komentar di atas kertas itu.
Nikmatilah hasilnya, dan bahaslah bersama-sama.
4. Tempat Kudus
Persiapkanlah kartu-kartu (boleh dibuat sendiri) yang di atasnya tergambar bagian-bagi an Kemah Suci, ditambah dengan rujukan ayat dari Kitab Keluaran yang menerangkan sesuatu tentang bagian tertentu itu.
Bagikan kartu-kartu itu di antara para peserta. Kemudian setiap peserta melakukan studi pribadi secara singkat mengenai bagi an Kemah Suci yang ada di atas kertasnya. Lalu masing-masing menceritakan sesuatu tentang bagian yang ditelitinya. Setiap peser ta harus menjawab pertanyaan: ”Apakah ada artinya bagi kita di masa kini?”
5. Menukarkan kata-kata Hukum
Dalam waktu kira-kira 15 menit, setiap peserta memilih satu atau dua aturan hukum Taurat (Keluaran‒Ulangan) yang dianggapnya bagus, aneh, penting, atau apa saja. Masing-masing menerangkan mengapa ia tersentuh oleh aturan yang dipilihnya itu, dan bahaslah artinya untuk gereja atau orang Kristen pada masa kini.
Persiapan masuk ke bab 4
Dalam bab selanjutnya kita akan membahas Kitab Yosua, Hakim-hakim, Rut, 1 dan 2 Samuel. Bacalah bagian-bagian berikut:
|
Saran
Kitab-kitab yang akan kita bahas dalam bab berikut ini adalah kitab-kitab sejarah yang penuh dengan cerita-cerita yang menegangkan. Bacalah kitab-kitab ini sama seperti membaca roman dalam sekali baca. Dalam pembacaan yang demikian, kamu bisa saja melewatkan Yosua 12:1‒17:13 dan Yosua 18:11‒21:41. Pasal-pasal ini bercerita tentang pembagian tanah Kanaan.
___________________________________________________________________