Untuk dapat memahami periode raja-raja dengan baik, pertama-tama kita perlu mengetahui hubungan-hubungan kekuasaan di sekitar Israel. Pada awal periode raja-raja, bangsa-bangsa tetangga Israel mengancam umat Tuhan. Pertama, orang-orang Filistin yang tinggal di sebelah bagian barat daya dari Israel. Contohnya, pertarungan antara Daud dengan Goliat.
Setelah itu, berkuasalah Aram di mana Damsyik sebagai ibu kotanya. Naaman, yang datang kepada Elisa untuk disembuhkan, adalah seorang panglima raja Aram (lih 2Raj 5:1). Kemudian muncullah kerajaan-kerajaan yang lebih besar. Yang pertama adalah Asyur di mana Niniwe sebagai ibu kotanya. Contohnya, Nabi Yunus yang diperintahkan untuk berjalan ke sana dan bernubuat di Niniwe. Asyur yang sama akhirnya menjadi tempat pembuangan bagi sepuluh suku Israel pada tahun 722 SM.
Daud Perpisahan kerajaan Kejatuhan Samaria Israel dibuang ke Babel Kejatuhan Yerusalem Yehuda dibuang ke Asyur 1000 900 800 700 600 Daud Yehuda Hakim-hakim Pengembalian Babel Kristus Roh Israel Asyur Setelah Asyur, Babel menjadi kerajaan yang sangat berkuasa, di mana Babel sebagai ibu kotanya. Raja Babellah yang menghancurkan Yerusalem pada tahun 586 SM dan menawan orang-orang Yehuda ke dalam pembuangan. Pada bagian selatan dari Israel dan Yehuda, ada Mesir yang juga pernah berkuasa dalam waktu cukup lama. Rute perjalanan Mesir‒Asyur–Babel melintasi kerajaan kecil dari raja-raja Yehuda dan Israel. Tidak jarang wilayah mereka menjadi bulan-bulanan permainan kerajaan-kerajaan yang berkuasa itu. Selalu ada godaan bagi para raja umat Allah untuk melupakan Allah dan tidak lagi menaruh percaya pada janji-janji-Nya; mereka cenderung lebih percaya pada persekutuanpersekutuan politik yang dibuat mereka sendiri. Banyak di antara mereka yang tidak mampu bertahan melawan godaan tersebut.
Peta di bawah ini memperlihatkan letak kerajaan-kerajaan yang disebutkan di atas:
TAWARIKH
Kitab 1 dan 2 Samuel menceritakan bagaimana periode para raja dimulai dan bagaimana orang Israel mendapatkan raja yang telah dipilih oleh Allah sendiri bagi mereka. Kitab 1 dan 2 Raja-raja (sebenarnya satu kitab) melanjutkan penuturan sejarah raja-raja itu. Penuturan sejarah ini dimulai dengan sangat baik. Raja Salomo begitu termasyhur secara internasional. Ia juga membangun Bait Allah yang indah sekali. Tetapi, setelah Salomo, kerajaan Israel terpecah menjadi dua, yakni Israel (terdiri dari 10 suku) dan Yehuda (terdiri dari 2 suku).
Pada akhirnya, Allah menghukum kedua kerajaan ini, baik Israel maupun Yehuda, yang dibawa-Nya ke dalam pembuangan. Kemungkinan besar 1 dan 2 Raja-raja ditulis pada masa pembuangan. Penulis memandang ke belakang dan memperlihatkan bagaimana mungkin semuanya dapat terjadi sehingga mereka sekarang ada dalam tanah pembuangan. Ia memperlihatkan bahwa umat Allah dan raja-raja mereka tidak setia kepada Tuhan Allah; mereka berkali-kali menyembah berhala.
Kitab 1 dan 2 Tawarikh juga menceritakan sejarah raja-raja, tetapi dari sudut pandang yang berbeda. Kitab-kitab ini ditulis setelah pembuangan. Keadaan umat Allah ternyata sangat buruk. Orang-orang Yahudi membentuk satu kerajaan kecil di tengah-tengah para raja yang menguasai dunia Timur Tengah. Mereka juga tidak lagi memiliki raja sendiri. Dalam situasi yang demikian, penulis Kitab Tawarikh menceritakan sejarah kerajaan Israel sekali lagi. Beberapa ciri khas dari Kitab Tawarikh yakni sebagai berikut:
Banyak perhatian diberikan pada Bait Allah dan ibadah kudus dalam Bait Allah untuk memperlihatkan bahwa Bait Allah bagaikan poros bagi perputaran seluruh dunia.
Jadi, Kitab Tawarikh bertujuan untuk menghibur dan menguatkan umat Allah yang sedang hidup dalam situasi sulit. Bahkan, mungkin saja pada awalnya Kitab Tawarikh merupakan satu kitab dengan Kitab Ezra dan Nehemia. Karena bagian akhir Kitab Tawarikh sama persis dengan bagian permulaan Kitab Ezra.
Sangat penting bagi kita untuk mengerti bahwa Kitab Raja-raja dan Tawarikh tidak hanya memuat tentang sejarah. Kitab-kitab ini juga menceritakan sejarah Israel dan Yehuda dari sudut pandang kenabian. Karena itu, Bait Allah dan nabi-nabi memainkan peran yang sangat penting dalam kitab-kitab ini. Karakteristik kenabian dari kitab-kitab ini menjadi sangat jelas dalam hal-hal berikut:
Bait Allah memainkan peran yang krusial
Ada banyak perhatian untuk pembangunan Bait Suci dan penahbisannya. Selain mengganti Kemah Suci yang dapat dipindah-pindahkan (khusus untuk umat Tuhan yang sedang dalam perjalanan), kemudian dibangunlah Bait Suci yang permanen, di tempat yang ditunjuk oleh Allah sendiri (lih Ul 12). Anak yang dijanjikan Allah kepada Daud, yang kerajaannya tidak akan berkesudahan, dialah yang membangun Bait Suci ini (lih 2Sam 7:12-13).
Jika kita membaca sejarah itu selanjutnya, maka mau tidak mau kita akan merindukan Anak Agung dari Daud. Karena Kristuslah yang pada akhirnya akan benar-benar menjadikan Allah berdiam di tengah-tengah umat-Nya untuk selama-lamanya. Dan di dalam sisa penuturan sejarah itu selalu ada perhatian untuk apa yang terjadi di Bait Allah.
Ibadah Bait Suci khususnya puji-pujian dalam ibadah sangat diperhatikan
Dalam Kitab Tawarikh, banyak perhatian diberikan kepada suku Lewi (msl, 1Taw 6), dan pada musik serta puji-pujian di dalam Bait Suci. Tawarikh menceritakan secara terperinci mengenai pemindahan tabut ke Yerusalem, pembangunan Bait Suci dan aturan-aturan liturgis di dalamnya, khususnya tentang nyanyian pujian.
Pekerjaan para nabi juga sangat diperhatikan
Para nabi terus-menerus bekerja demi memperingatkan umat Israel dan raja-raja mereka untuk bertobat dan kembali kepada Tuhan. Di dalam Kitab Raja-raja, kita membaca panjang lebar tidak hanya tentang Elia (lih 1Raj 17–2Raj 1:18) dan Elisa (lih 2Raj 2–8), tetapi juga tentang seorang nabi dari Yehuda (lih 1Raj 13), tentang Ahia (lih 1Raj 14:1-3), dan tentang Yesaya (lih 2Raj 19–20).
Sangat menarik bahwa kebanyakan nabi-nabi ini bekerja di wilayah kerajaan utara, Israel. Di Tawarikh, perhatian diarahkan kepada para nabi yang bekerja di wilayah kerajaan Yehuda.
Setiap peristiwa yang penting (seperti perpecahan kerajaan; penghukuman atas keluarga Raja Yerobeam; Basa dan Ahab; pembuangan) dinubuatkan oleh para nabi. Di dalamnya kita menemui Allah yang tidak hanya setia pada firman-Nya, tetapi juga penuh belas kasihan jika ada pertobatan (lih 1Raj 21:27-29; 2Raj 22:19-21). Di dalam sejarah ini menjadi jelas sekali bahwa sungguh ada masa depan bagi umat Allah dan rajanya jikalau mereka mendengar dan mematuhi firman-Nya.
Penilaian terhadap berbagai raja
Di dalam Kitab Raja-raja, kita menemui formulasi yang sama (lih 1Raj 15:1-3). Satu perumusan yang selalu ada menetapkan, apakah sang raja itu setia kepada Allah dengan segenap hatinya atau tidak. Di dalam Kitab Tawarikh, kita juga melihat hal serupa. Mengenai setiap raja dapat kita baca: ”Ia melakukan apa yang baik di mata Tuhan” atau ”Ia melakukan apa yang jahat di mata Tuhan”. Dengan demikian, raja-raja kerajaan utara mendapat penilaian yang buruk, sedangkan raja-raja kerajaan selatan mendapat penilaian yang variabel; ada yang baik, ada pula yang buruk.
Dari Kitab Raja-raja hingga Kitab Tawarikh Sejarah raja-raja tampak seperti suatu kegagalan yang diakhiri dengan pembuangan. Melihat fakta itu, sangat mencolok bahwa raja terakhir yang kita baca dalam 2 Raja-raja adalah Raja Yoyakhin. Ia memperoleh kemerdekaan dan penghormatan di Babel. Ternyata masih ada pengharapan bagi kerajaan Daud. Di dalam Kitab Tawarikh, kita melihat sesuatu yang mirip dengan itu. Kitab ini diakhiri dengan pemberitahuan bahwa umat itu boleh kembali ke negeri mereka dari pembuangan.
Kesimpulan: kitab-kitab ini mengajarkan kepada kita bahwa Allah datang dengan hukuman kepada umat-Nya yang tidak setia pada perjanjian-Nya. Jadi jelaslah bahwa pengharapan tetap ada. Dan Allah juga tetap setia pada janji-janji-Nya.
Allah memegang perjanjian-Nya dengan Daud. Meskipun Adonia mengangkat dirinya sendiri sebagai raja, Salomolah yang menjadi raja Israel. Ia adalah, sesuai dengan namanya, ”raja damai”, dan menerima banyak hikmat. Ia juga boleh membangun Bait Allah. Allah menampakkan diriNya kepada Salomo seba nyak tiga kali:
Sejak perpecahan itu, ada dua kerajaan sebagai berikut:
Yehuda
Kerajaan Yehuda dengan ibu kota Yerusalem. Dalam kerajaan inilah keturunan Daud memerintah sebagai raja. Kerajaan ini juga sering disebut ”kerajaan dua suku” karena sebagian suku Benyamin juga termasuk di dalamnya.
Israel
Letak kerajaan Israel adalah sebelah utara Yehuda; ”kerajaan sepuluh suku”. Di dalam kerajaan ini raja-raja berasal dari berbagai suku dan famili. Pada masa pemerintahan Ahab, Samaria menjadi ibu kota dari kerajaan Israel. Di dalam kitab nabi-nabi, ”kerajaan sepuluh suku” juga disebut ”Yusuf” (menunjuk pada dua sukunya yang besar, Manasye dan Efraim), atau ”Efraim” saja. Di sini kita bisa melihat bahwa perpecahan umat Allah sebagai akibat dosa-dosanya.
Namun, bukannya bertobat dan berbalik dari kejahatan mereka, kerajaan Israel dan Yehuda malah mulai saling berperang. Dan Yerobeam menjadikan Dan dan Betel sebagai tempat ibadahnya sendiri. Ibadah ini, yang adalah buatan manusia, memainkan peran yang sangat penting dalam sejarah kerajaan sepuluh suku selanjutnya. Terhadap setiap raja berikutnya kita membaca: ”Ia tidak menjauh dari dosa-dosa Yerobeam bin Nebat, yang mengakibatkan orang Israel berdosa pula”.
Jika kita membandingkan kerajaan Yehuda dengan kerajaan Israel, mari kita tinjau yang berikut ini:
Kerajaan Yehuda | Kerajaan Israel |
---|---|
- Berdiri selama 350 tahun - Sembilan belas raja, semuanya berasal dari keturunan Daud, empat orang raja dibunuh. - Raja-raja yang mereformasi kerajaan: Asa, Yosafat, Yoas, Hizkia, dan Yosia. |
- Berdiri selama 210 tahun - Sembilan belas raja yang berbeda, dari sembilan suku yang berbeda; setengah dari mereka dibunuh. - Tidak ada satu raja pun yang melayani Allah dengan segenap hati. |
Tokoh di dalam Kerajaan Allah
Jika kita membaca sejarah Elia (lih 1Raj 17–2Raj 2), kita akan terkesan dengan perbuatan yang dilakukan Allah melalui perantaraan nabi ini.
Tak ayal lagi, Elia, bersama dengan Musa, adalah salah satu tokoh besar dalam Perjanjian Lama.
Persamaan yang sangat mencolok antara Elia dengan Musa antara lain:
Maleakhi menubuatkan bahwa Tuhan akan mengutus Nabi Elia menjelang datangnya hari Tuhan. Itulah sebabnya orang-orang Yahudi sampai hari ini masih menunggu kedatangan Elia mendahului kedatangan Mesias (pada Hari Raya Paskah Yahudi, mereka menyediakan satu kursi kosong secara simbolis bagi Elia). Maka dapat dimengerti ketika Yohanes Pembaptis dan Yesus ditanya apakah mereka adalah Elia (lih Yoh 1:21; Mat 16:14). Yesus sendiri menyatakan bahwa Yohanes itulah Elia, yang kedatangannya sudah dinubuatkan (lih Mat 11:14; 17:10-13).
Kita juga tidak tahu apa-apa tentang masa muda Elia. Lalu secara tiba-tiba di dalam 1 Raja-raja 17, kita membaca mengenai munculnya Elia sebagai nabi. Juga tidak ada kitab khusus yang memuat nubuat-nubuatnya. Elia merupakan salah satu dari dua orang (yang lain adalah Henokh, Kej 5:24) yang tidak mengalami kematian. Ia diangkat Allah ke surga.
Mukjizat-mukjizat Elia dan Elisa
Jika Anda memperhatikan garis Alkitab, maka Anda akan melihat mukjizat-mukjizat besar sepanjang sejarah dalam tiga masa tertentu:
Jelaslah, Allah itu mahakuasa. Ia dapat melakukan mukjizat kapan saja dan di mana saja. Juga jelaslah bahwa Ia membuat mukjizat-mukjizat jika Ia menganggap mukjizat diperlukan pada saat dan tempat tertentu. Sedangkan pada saat dan tempat yang lain, Ia menganggap bahwa mukjizat-mukjizat-Nya kurang diperlukan.
Banyaknya tanda-tanda mukjizat pada masa Musa ada hubungannya dengan pembebasan bangsa Israel dari Mesir. Peristiwa keluaran dari Mesir dapat saja kita sebut masa utama penyelamatan dan pembebasan di seluruh sejarah Perjanjian Lama.
Pada masa Elia dan Elisa, raja-raja ”kerajaan sepuluh suku” menerima penyembahan Baal sebagai agama resmi di Israel. Pada saat itulah Allah memulai suara kenabian untuk menasihatkan umat-Nya dan menuntunnya pada pertobatan.
Pada saat kedatangan Yesus, jelaslah arti sesungguhnya mengenai hal ”pembebasan” bagi umat-Nya. Yesuslah pengantara dan nabi yang telah ditunjuk Musa dan Elia melalui perilaku mereka. Tanda-tanda mukjizat yang dilakukan Yesus dan para murid-Nya memperlihatkan keselamatan dalam terang Kerajaan Allah: sakit penyakit hilang, kematian dikalahkan, Si Jahat dan setan-setan kehilangan kuasa, serta segala sesuatu dipulihkan kembali sesuai dengan maksud pertama yang dikehendaki Allah. Hal yang menarik adalah dalam setiap masa ada tandatanda bahwa Allah memperlihatkan hukuman-Nya terhadap kuasa kegelapan. Misalnya, sepuluh tulah di Mesir, Elia yang menurunkan api dari langit yang memakan habis seorang perwira dengan kelima puluh anak buahnya, (lih 2Raj 1), serta kematian Ananias dan Safira (lih Kis 5).
Mesir Babel Kristus Roh Israel Asyur
Konfrontasi dengan Baal
Elia berkhotbah pada saat Israel sedang mengalami kelimpahan. Raja Ahab bin Omri melakukan perdagangan dengan negara-negara di bagian utara Israel, dan ia menikah dengan Izebel, anak perempuan raja Sidon. Kemudian ia meresmikan agama Baal di negaranya, Israel.
Baal adalah dewa hujan; istrinya bernama Asyera, dewi kesuburan tanah. Keduanya memberikan kesuburan kepada para penyembah mereka. Baal adalah dewa dengan kilat di tangannya yang tinggal di pegunungan; sedangkan Asyera tinggal di dataran lembah-lembah. Manakala Baal (hujan) dan Asyera (tanah) bertemu, terjadilah kesuburan. Dengan demikian, hu kuman yang disampaikan Elia sangat mengena di hati penyembah Baal dan Asyera. ”... Demi Tuhan yang hidup, Allah Israel, yang kulayani, sesungguhnya tidak akan ada embun atau hujan pada tahun-tahun ini, kecuali kalau kukatakan” (1Raj 17:1). Juga dapat dimengerti jika tempat konfrontasi antara Tuhan dan Baal dalam 1 Raja-raja 18 sangat menguntungkan Baal! Mereka ada di atas gunung, wilayah kekuasaan Baal! Dan para nabi Baal (450 orang!) berdoa agar turun api dari langit. Bukankah itu keahlian Baal? Terlebih lagi, nabi-nabi Baal boleh memulai lebih dahulu!
Orang Israel ingin menyembah Allah (Allah mereka sesuai sejarah; yang telah membebaskan mereka dari Mesir). Tetapi, mereka juga mau menyembah Baal dan Asyera (dewa-dewi kemakmuran dan kesuburan). Hal itu sangat tidak mungkin. Allah telah membuktikan hal tersebut dalam 1 Raja-raja 17–18. Akhirnya, seluruh umat Israel tahu dan berseru ”Tuhan, Dialah Allah! Tuhan, Dialah Allah!”
Berikut beberapa aspek konfrontasi antara Tuhan dan Baal:
Baal | Tuhan |
---|---|
- Baal adalah personifikasi kekuatan alam. - Penyembahan Baal diarahkan kepada manusia dan keinginannya. - Baal menjanjikan banyak hal, tetapi sebenarnya tidak memberikan apa-apa. - Baal juga menuntut banyak―lihat para nabinya yang berkeringat dan berdarah di Gunung Karmel. - Baal tidak melakukan apa-apa, betapa pun keras manusia berteriak, menari, atau masuk dalam ekstase (di luar kesadaran diri). |
- Tuhan adalah Pencipta langit dan bumi. - Ibadah kepada Allah mencirikan pertobatan dan kelakuan sesuai kehendak Allah. - Tuhan tetap memenuhi segala janjiNya. - Satu-satunya hal yang harus dilakukan Elia adalah percaya kepada Tuhan dan berdoa. - Tuhan mendengarkan doa yang sederhana dan melakukan hal-hal yang besar. |
Israel dalam pembuangan
Sejak awal Israel sudah berpaling dari Allah. Raja Yerobeam yang pertama membuat umat Israel menjadi tidak taat kepada Tuhan. Ia mendirikan mezbah-mezbah di Betel dan Dan dengan mendirikan patung lembu untuk disembah. Dengan cara demikian, ia menghalangi umat Israel sehingga mereka tidak pergi ke Bait Suci di Yerusalem.
Kesabaran Allah terhadap Israel sangat besar. Ia telah mengirim nabi-nabi untuk menasihati mereka. Elia pada masa Ahab, dan kemudian penggantinya, Elisa. Jika Anda ingin mengetahui apa yang di pikirkan Allah tentang umat-Nya; bagaimana mereka mendukakan Dia dengan do sa mereka, bacalah Kitab Hosea. Para nabi sering bernubuat bahwa Tuhan akan membawa umat-Nya ke dalam pembuangan (lih Hos 8–9).
Di dalam 2 Raja-raja 15–19, kita dapat membaca bagaimana Allah melaksanakan hukuman-Nya. Pertama-tama, pada masa pemerintahan Raja Pekah, Ia membuang hanya sebagian umat Israel. Tiglat-Pileser, raja Asyur, mendeportasi mereka ke negaranya. Kemudian pada masa pemerintahan Hosea (raja Israel yang terakhir), ibu kota Samaria ditaklukkan. Pada waktu itu sisa umat Israel diangkut Salmaneser sebagai tawan an ke Asyur. Peristiwa ini terjadi sekitar tahun 722 SM.
Orang-orang Samaria
Raja Asyur mengganti orang Israel dengan menempatkan orang-orang dari Babel, Kuta, Awa, Hamat, dan Sefarwaim di kota-kota Samaria. Orang-orang tersebut menduduki kota-kota itu dan menetap di sana (2Raj 17:24). Mereka berbaur dengan sisa orang Israel yang sangat sedikit, yang tidak ikut dalam pembuangan. Hasil pembauran inilah yang di kemudian hari disebut dalam Alkitab ”orang-orang Samaria”. Mereka adalah satu bangsa campuran dengan agama yang juga mencampurkan segala macam berhala.
Beberapa peristiwa dalam sejarah orang-orang Samaria sebagai berikut:
Yehuda dan Yerusalem dalam pembuangan
Pembuangan yang dialami Kerajaan Sepuluh Suku (Israel) seharusnya menjadi peringatan bagi Yehuda. Meskipun Yehuda mempunyai berbagai raja yang mencari jalan Tuhan (msl, Hizkia dan Yosia), dan banyak juga raja Yehuda yang meninggalkan jalan-Nya.
Di Yerusalem, ibukota kerajaan Yehuda, dan di dalam istana raja-raja, berbagai nabi Tuhan memperdengarkan suara mereka untuk menunjukkan kepada umat dan para pemimpinnya tentang dosa mereka. Mereka memperingatkan umat akan hukum-hukum Allah. Sebagai contoh, Amos, Mikha, Yesaya, dan Yeremia.
Pada saat-saat tertentu, kesabaran Allah sudah mulai habis. Ia juga datang kepada Yehuda dengan hukuman-Nya. Pada masa pemerintahan Raja Yoyakhin, Raja Nebukadnezar dari Babel datang mengepung Yerusalem. Yoyakhin menyerahkan dirinya dan diangkut Nebukadnezar beserta segala pemuka Yehuda dan Yerusalem ke dalam pembuangan. Nebukadnezar juga mengeluarkan dari sana segala barang perbendaharaan rumah Tuhan dan barang-barang perbendaharaan istana raja (lih 2Raj 24:8-17). Itu terjadi pada tahun 598 sebelum Kristus. Beberapa tahun kemudian bangkitlah pengganti Raja Yoyakhin, yakni Raja Zedekia, melawan raja Babel. Oleh karena itu, Nebukadnezar datang kembali dengan tentaranya ke Yerusalem. Pada tahun 586 ia merebut Yerusalem, dan kali ini ia benar-benar memusnahkan kota dan rumah Tuhan. Sisa penduduk Yerusalem ditawan ke dalam pembuangan di Babel (lih 2Raj 25).
Alasan pembuangan
Di dalam 2 Raja-raja 17:7-23, kita membaca mengenai alasan Tuhan membuang umat-Nya. Pembuangan adalah hukuman dari Tuhan. Ia menghukum umat-Nya karena mereka tidak mau lagi menyembah-Nya. Bangsa itu selalu berpaling dari Tuhan dan juga cenderung menyembah dewadewa lain. Meskipun diperingatkan berulang-ulang oleh para nabi, mereka tetap tidak mau bertobat.
Pada waktu Allah mengadakan perjanjian-Nya dengan Abraham, Ia telah berjanji bahwa keturunannya akan tinggal di tanah Kanaan dan Ia sendiri akan tinggal di antara mereka. Akan tetapi, perjanjian Allah juga mempunyai satu syarat. Ia menuntut agar umat-Nya hanya menyembah Dia dan mereka berjalan di jalan-jalan yang sesuai dengan hukum-Nya.
Jika dicermati dengan baik, pembuangan berarti Allah telah menolak umat-Nya sepenuhnya. Mereka tidak lagi diperbolehkan tinggal di tanah perjanjian. Bait Suci, yang menjadi bukti kesediaan Allah untuk diam di antara umat-Nya, sudah dihancurkan. Dalam pembuangan, umat Israel seolah-olah kembali ke situasi sebelum Tuhan membebaskan mereka dari Mesir (lih Hos 9:3, ”Efraim harus kembali ke Mesir”). Memang sudah sewajarnya mereka menanggung akibat dari ketidaksetiaan dan ketidakpercayaan mereka.
Allah telah mengadakan permusuhan antara ”keturunan perempuan” dan ”keturunan ular”. Umat Allah adalah keturunan perempuan;
Mesir, Asyur, dan Babel adalah keturunan ular. Akan tetapi, jika umat Allah menyembah allah-allah lain dan tidak mau taat hanya kepada-Nya, maka mereka kehilangan status dan haknya sebagai keturunan perempuan. Pembuangan memperlihatkan hal itu dengan sangat jelas.
Ketika baik Israel maupun Yehuda diasingkan dari tanah perjanjian dan ditawan di wilayah kekuasaan ular, maka kelihatannya seolah-olah keturunan ular telah menang dan berhasil menghancurkan keturunan perempuan. Akan tetapi, Allah adalah Allah yang penuh kasih karunia. Para nabi yang telah memberitahukan hukuman Allah menyertai nubuat mereka dengan berjanji bahwa Allah akan tetap memperhatikan umatNya, dan bahwa Ia akan membawa mereka kembali ke tanah perjanjian. Bahkan, Yeremia menyebutkan sebuah masa: ”sesudah genap ketujuh puluh tahun” (Yer 25:12; 29:10).
Akan ada sebuah perubahan yang drastis. Tetapi, bukan bangsa itu sendiri yang mampu mengolah perubahan ini. Seluruh periode sebelum pembuangan membuktikan dengan jelas bahwa umat Allah tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri. Dan raja-raja keturunan Daud pun tidak dapat melakukan penyelamatan itu. Yang diperlukan adalah kelahiran seorang anak yang adalah Raja Damai sesungguhnya (lih Yes 9:5). Yang diperlukan adalah sebuah perjanjian yang baru, dimana Allah akan mencurahkan Roh-Nya ke atas umat-Nya, dan akan menulis hukum di dalam hati mereka (lih Yl 2:28-32; Yeh 36:24-28; Yer 31:31-34; bnd 2Kor 3).
Skema di bawah ini memuat ringkasan kronologis masa raja-raja Yehuda dan Israel, nabi-nabi yang tampil pada waktu itu, serta kerajaan-kerajaan yang melawan umat Allah.
Tahun | Raja-raja | Nabi-nabi | Internasional | |
---|---|---|---|---|
1043 | Saul | Filistin | ||
1011 | Daud | |||
971 | Salomo | |||
YEHUDA: | ISRAEL: | |||
930 | Rehabeam | Yerobeam | Sisak (Mesir) | |
913 | Abiam | |||
911 | Asa | |||
910 | Nadab | |||
909 | Baesa | Aram/Damasyik | ||
886 | Ela | |||
885 | Zimri | |||
Omri | ||||
874 | Ahab | |||
870 | Yosafat | Elia | ||
853 | Ahazia | |||
852 | Yoram | |||
848 | Yoram | Elisa | ||
840 | Ahazia | |||
841 | (Atalya) | Yehu | Obaja(?)/Yoel | |
835 | Yoas | |||
814 | Yoahas | |||
789 | Yoas | |||
796 | Amazia | |||
783 | Yerobeam II | Yunus/Amos | Asyur/Niniwe (sampai th 612) |
|
781 | Azarya | |||
743 | Zakharia | |||
Salum | ||||
742 | Menahem | Hosea | ||
739 | Yotam | |||
738 | Pekahya | |||
737 | Pekah | |||
735 | Ahas | Mikha/Yesaya | ||
731 | Hosea | |||
722 | >>>Asyur | |||
716 | Hizkia | Sanherib(Asyur) | ||
686 | Manase | Nahum | Babel menjadi berkuasa | |
639 | Amon | |||
637 | Yosia | Zefanya | ||
609 | Yoahas | Yeremia | ||
Yoyakim | Habakuk | Nebukadnezar raja dari Babel | ||
598 | Yoyakhin | |||
597 | Zedekia | Yehezkiel | ||
>>>Babel | Daniel |
1. Israel, Yehuda, dan kerajaan-kerajaan
Gantunglah lima lembar kertas untuk setiap kerajaan berikut: Filistin, Aram, Asyur, Babel, dan Mesir. Di dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari tiga orang, tetapkanlah saat-saat di mana raja-raja Yehuda dan Israel berhubungan dengan kerajaan-kerajaan ini. Kemudian catatlah bersama nas acuan dan beberapa kata untuk mencirikan pertemuan itu. Teruskanlah hal itu sampai ada sebanyak mungkin peristiwa konfrontasi antara Yehuda atau Israel dengan kerajaan lain. Akhirilah dengan membahas bersama-sama, apakah suatu garis besar yang muncul dalam konfrontasi-konfrontasi ini. Apakah yang dapat kita pelajari untuk situasi kita saat ini?
2. Asyur dan Babel di internet
Di internet ada banyak informasi tentang ”Asyur” dan ”Babel”. Kumpulkanlah materi yang berhubungan dengan sejarah umat Allah, dan tukarkanlah hasilnya bersama-sama.
3. Para raja dan tempat ibadah
Beberapa raja memberikan perhatian pada Bait Suci dan organisasi ibadahnya. Kumpulkanlah bersama-sama sebanyak mungkin data (dari pasal-pasal dalam Kitab 1 dan 2 Raja-raja―bagikanlah pasal-pasalnya di antara beberapa kelompok). Catatlah secara singkat raja manakah yang terlibat. Apa tindakan mereka dan bagaimana Tuhan menghargai tindakan mereka. Nikmatilah hasilnya. Pelajaran dan kesimpulan apakah yang dapat kita tarik?
4. Para raja dan Yesus
Gantunglah tiga lembar kertas yang besar. Tulislah di kertas pada bagian tengah: ”Yesus, Raja yang Besar”. Daftarkanlah apa yang menurut Anda arti dari Yesus sebagai Raja yang Besar. Catatlah hasilnya dengan memakai kata-kata kunci di atas kertas itu.
Tulislah pada lembar sebelah kiri: ”Raja-raja dari Yehuda dan Israel”.
Daftarkanlah di kertas itu raja-raja mana dan dengan cara bagaimana yang telah memperlihatkan gaya pemerintahan Yesus. Tuliskanlah dengan warna lain semua raja yang justru memperlihatkan sebaliknya, dan dengan cara seperti apa. Sekarang, di kertas sebelah kanan kita menulis: ”Kita sebagai raja”. Jelaskanlah bagaimana kita sebagai orang Kristen hidup sebagai raja sesuai dengan Yesus, Raja yang Besar itu. Catatlah hal-hal yang sesuai dengan itu, dan juga yang bertentangan dengan cara Yesus.
5. Elia, Elisa, dan Yesus
Elia dan Elisa adalah nabi-nabi yang sering memperlihatkan Nabi yang Besar, Yesus Kristus.
Kumpulkanlah peristiwa-peristiwa yang mengacu kepada Yesus.
Untuk itu, bacalah bersama-sama semua pasal mengenai Elia dan Elisa (1Raj 17–19; 21 dan 2Raj 1–8:15). Untuk membuat hal itu lebih konkret, daftarkan semua mukjizat Elia dan Elisa. Apa yang kita pikirkan tentang mukjizat-mukjizat Yesus dan murid-murid-Nya? Dan apa arti mukjizatmukjizat itu untuk kita yang hidup dalam masa Perjanjian Baru?
6. Hanya Tuhan adalah Allah!
Pertama, bacalah bersama-sama 1 Raja-raja 18:16-40. Kemudian isilah skema berikut ini dalam kelompok-kelompok kecil. Setelah itu bahaslah hasilnya bersama-sama.
Apa yang Terjadi? | Apa Artinya Bagi Kita? |
---|---|
Umat Israel ingin menyembah Tuhan, dan juga Baal, dewa hujan dan kemakmuran. | |
Umat Allah memilih Baal. Karena itu, Tuhan menyerahkan mereka kepada Baal. Akhirnya, mereka lapar karena tidak ada lagi hujan dan berkat dari Dia. |
|
Para iman Baal merupakan mayoritas. Elia hanya seorang diri sebagai hamba Tuhan. | |
Elia berdoa dalam kepercayaan penuh, tanpa banyak kata... langsung ada api dari surga. | |
Api tidak menghanguskan umat Israel yang berdosa, tetapi kurban yang di atas altar. | |
Ketika umat Israel melihat hal itu, mereka langsung menyembah dan berkata: "hanya Tuhan adalah Allah!" | |
Elia membunuh para imam Baal. |
Persiapan masuk ke bab 6
Pasal berikut ini akan berbicara tentang kitab-kitab Perjanjian Lama yang gaya sastranya berbentuk puisi dan hikmat. Antara lain, kitab-kitab Ayub, Mazmur, Amsal, Pengkhotbah, Kidung Agung, dan Ratapan.
Kitab Mazmur dan Amsal adalah kumpulan lagu-lagu dan amsal yang ditulis dalam jangka waktu yang panjang. Bacalah secara khusus bagian-bagian berikut ini:
Saran
Di dalam bab berikut ini kita akan keluar sedikit dari garis historis. Jika kita ingin membaca lebih lanjut, silakan membaca salah satu kitab puisi atau sastra secara keseluruhan, misalnya Kitab Pengkhotbah atau Kidung Agung.
_________________________________________________________________________