Sejak kelahiran gereja pertama pada Hari Pentakosta, Misi Gereja sampai ke Ujung Bumi merupakan ujung tombak program pelayanan setiap jemaat Kristen. Dalam sejarah praktiknya, perhatian terhadap Misi itu turun-naik sesuai dengan zaman dan tempat. Pada masa kini, perhatian terhadap Misi Gereja sangat meningkat karena berbagai alasan. Pertama, gereja-gereja di seluruh dunia bergumul dengan posisi mereka di tengah dunia modern. Akibat modernisasi, materialisme, konsumerisme, dan sekularisme, kehidupan beragama makin sulit, khususnya bagi kehidupan gereja. Di dunia Barat, sekularisme menyebabkan kemerosotan gereja-gereja mapan (gereja arus utama) sejak perang dunia ke-2. Padahal, pada abad ke-19 gereja-ge-reja Barat sangat aktif di bidang Zending (pekabaran Injil) di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Kemerosotan gereja Barat secara konkret terlihat pada hari Minggu. Gedung-gedung gereja yang dahulu penuh orang, sekarang ditinggalkan. Banyak yang telah berubah fungsi dan dijual pada pengembang-pengembang properti demi kemajuan ekonomi.
Apakah sekularisme dan kemerosotan gereja juga tampak di Indonesia? Pada 1995, Ir. Herlianto menjawab pertanyaan ini secara positif: ”Seku-larisme sudah mulai melanda gereja-gereja di Indonesia di mana perseku-tuan kristiani dalam kasih dan kekudusan makin tidak terasa” (Herlianto, halaman 41). Dalam bukunya, Herlianto (dengan sedih hati) secara tegas menunjukkan bahwa kemerosotan yang melanda gereja-gereja di Indonesia disebabkan oleh kemerosotan internal, yaitu pada tingkat pemimpin gereja. Banyak hamba Tuhan sudah terjerat sekularisme dan materialisme. Secara teologis ada banyak pemimpin gereja yang menganut liberalisme, pluralisme, dan ajaran modern yang lain. Oleh karena itu, Herlianto menyimpulkan, “gereja-gereja di Indonesia perlu belajar dari sejarah bahwa perka winan dengan dunia akan membawanya menuju pada keme rosotan jemaat, merosotnya motivasi pelayanan para pendetanya, dan merosotnya motivasi pekabaran Injil, dan pada akhirnya menyebabkan gereja menjadi kosong ditinggalkan jemaatnya. Jemaat yang selama belasan tahun sudah dibina dengan jerih payah dan ketekunan sekarang bereksodus dari gereja” (Herlianto, halaman 45).
Di Eropa dan Amerika Serikat proses sekularisasi ini telah memaksa banyak gereja dan orang Kristen yang setia berpegang teguh dan berpusatkan Alkitab (dan tidak pada nilai-nilai sosio logis, psikologis, medis, reli gius, filosofis, dan sebagainya) untuk menghadapi situasi yang baru ini dengan hikmat baru. Mereka bertanya pada diri sendiri, apa yang Tuhan kehendaki di tengah kemerosotan ini? Bukankah keadaan ini memaksa gereja-gereja yang benar untuk merevisi visi mereka terhadap pekabaran Dulu mereka mengkhususkan istilah ”Zending” dan ”Misi” bagi pekabaran Injil lintas budaya dan batas negara (yaitu di negara-negara yang jauh, di ”daerah-daerah seberang lautan”), sekarang istilah ini lebih banyak dipakai bagi pekabaran Injil dalam negeri. Bagi gereja-gereja ini ”daerah zending” tidak jauh lagi, tetapi dekat sekali, yaitu di wilayah dan kotanya sendiri, juga di tengah bangsanya sendiri. Tidak ada lagi misi lintas budaya dan bahasa, melainkan hanya kepada mereka yang berbudaya dan berba-hasa sama. Dahulu mereka memandang ”ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai” (Yoh 4:35) hanya di negara-negara ”kafir”, sekarang mereka melihat ladang-ladang itu di dalam negara mereka sendiri. Mereka merasa dipanggil oleh Kepala Gereja untuk bertindak sesuai dengan situasi sekarang. Dengan mengembangkan banyak sekali metode dan program, mereka berusaha merebut kembali daerah gereja yang terhilang. Metode ”church planting”, ”pendirian jemaat”, dan ”penanaman gereja” makin lebih disebut sebagai metode yang paling efektif dan relevan dalam iklim rohani yang baru.
Gereja-gereja di Indonesia juga menghadapi perubahan di dunia modern. Padahal, pada saat yang sama, di Indonesia masih ada banyak orang yang belum pernah mendengar Injil Yesus Kristus. Ada suku-suku yang terabaikan. Apakah visi dan misi gereja menghadapi kenyataan di tengah kemajemukan masyarakat Indonesia ini? Tentu saja, tidak hanya untuk ”survival” dan mencegah kemerosotan, tetapi juga untuk bertumbuh dan bertambah kuat sebagai gereja, dan untuk menjangkau yang terabaikan. Jadi, apakah ada bentuk gereja yang memadai dalam kehidupan modern dan pascamodern dalam konteks Indonesia? Apakah konsep ”pena naman gereja” (kemudian disebut perintisan gereja) bermakna dan berdampak bagi wilayah-wilayah yang sudah ada gereja-gereja yang lain? Bagaimana relasi
Prakata gereja-gereja yang baru dengan gereja-gereja yang sudah ada? Bagaimana organisasinya secara bertanggung jawab? Bagaimana praktik perintisaan gereja yang benar dan yang berpusat kepada Kristus?
Buku ini menelusuri segala inns & outs di bidang ini, mulai dari Bagian I dengan berfokus pada posisi dan tugas gereja dalam rangka misi Allah. Kita menempatkan tugas gereja masa kini dalam rangka rencana penyelamatan Allah, dan kita melukiskan sebaik-baiknya apakah itu ”gereja”, dan apakah misinya di dunia. Kemudian, di Bagian II, kita masuk ke dalam praktik pekabaran Injil (dengan fokus pada perintisan gereja baru). Kita juga meneliti organisasi gereja misioner (gereja yang mengutus). Kemudian kita menyoroti langkah-langkah diperlukan sebelum sebuah gereja yang baru ditanam, dipupuk, dan dimandirikan. Soli Deo Gloria!
UNDANGAN
Anda yang membaca buku ini, selamat datang! Mungkin Anda seorang Pendeta atau Pekabar Injil yang sangat rindu mengabdikan diri di bidang pembinaan gereja, pekabaran Injil, maupun penanaman gereja. Mungkin Anda seorang Mahasiswa Teologi. Atau Anda hanya suka belajar mengenai Allah yang Mahamulia, Allah yang menyelamatkan dunia, dan Anak-Nya yang dibuat-Nya menjadi kunci penyelamatan itu!
Dengan buku ini kami mengundang Anda menelusuri praktik pembinaan jemaat dan perintisan gereja. Kami undang saudara mengikuti penalaran kami agar kita bersama-sama melihat betapa menak jubkan hikmat Allah dalam proyek-Nya di bumi. Buku ini ingin meletakkan dasar alkitabiah yang sangat penting, sekaligus menyerahkan penge nalan yang secukupnya untuk membina, merintis, memelihara, dan melindungi gereja sesuai dengan Misi dan Maksud Allah. Silakan ikut!
Gerrit Riemer
GEREJA adalah tempat dan wadah ke mana Roh Kudus memanggil semua orang yang dibuat-Nya percaya, untuk datang berkumpul bersama-sama di kaki salib Kristus; tempat di mana pekerjaan Kristus dicernakan, dan di mana segala karunia-Nya dinikmati dan dibagi-bagikan melalui pela yanan Firman danSakramen-Sakramen; tempat di mana Allah Bapa berkenan menemukan umat-Nya yang baru dari semua bangsa dunia; tempat di mana orang-orang beriman berkumpul secara teratur untuk menikmati pemulihan mereka, dan mengerti dampaknya akan semua bidang kehidupan. Gereja adalah tempat dan wadah yang kelihatannya terang di tengah dunia dan di arena publik dan ke mana semua orang merasa tertarik karena kabarnya yang baik dan jelas, dan perbuatan kasihnya yang nyata dan suci.