Bagi yang ingin menekuni bidang gereja dan penyebarannya, ia harus membuka wawasannya akan MISI ALLAH. Celakalah ia (dan misinya) jika tidak memiliki wawasan yang benar itu!
Mari, perhatikan langkah-langkah untuk memperoleh wawasan itu:
1. Mengerti bahwa Allah yang berprakarsa dan bukan manusia.
2. Renungkan dan ketahuilah tujuan-Nya dalam Proyek Bumi yang Allah buat.
3. Lihatlah hubungan yang sejati antara Misi Allah dan Misi Manusia.
4. Sadarilah dampak ”misi Iblis” yang merusak.
5. Kendatipun demikian, Allah bertahan mencapai tujuan-Nya yang asli.
6. Miliki cara pandang terhadap dunia dan sejarahnya dari segi Allah yang bekerja!
7. Ia telah memproyeksikan suatu ”metanarasi” yang Ia kerjakan melaluigaris-garis sejarah dan yang telah Ia nyatakan kepada kita.
8. Lihat dan mengertilah LINI MASA KISAH ALLAH di sejarah dunia ini.
9. Sarana yang ditunjuk-Nya: adalah ”darah penebusan”.
10. Sarana yang sempurna adalah darah Anak-Nya sendiri ....
11. Melalui sarana itu Ia ingin mengerjakan sesuatu di dunia ini sesuai dengan maksud-Nya yang pertama, sesuai PROTOTIPE TAMAN EDEN.
12. Di dalam dunia yang gelap karena dosa, Ia ingin menciptakan sesuatu yang baru dan yang baik lagi sesuai dengan prototipe itu.
13. Terutama melalui masa sejarah Israel.
14. Emisi Umat Israel membuktikan Misi Allah terhadap semua bangsa.
15. Kebenaran itu terbukti dalam datangnya Anak-Nya, Yesus Kristus; berdasarkan pekerjaan-Nya mulailah Zaman Roh Kudus untuk membawa Injil kepada semua suku, bahasa, dan umat dunia.
16. Dijadikan-Nya suatu persekutuan yang baru di kaki salib Yesus.
17. Ajaran Kristus dan para rasul-Nya diletakkan Allah sebagai fondasi perse-kutuan yang baru itu, yang makin hidup sesuai dengan prototipe Eden.
18. Lihatlah semua bidang kerja yang perlu kita perhatikan untuk merintis, membina, dan memelihara gereja sesuai dengan maksud Allah! Hayatilah DEFINISI OPERASIONAL GEREJA.
gagal dalam merencanakan
pembinaan wawasan
sama dengan merencanakan untuk gagal
Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau memulai misi tidak duduk dahulu untuk membina wawasan kalau-kalau cukup pengertiannya untuk mencapai sasaran misinya? (adaptasi dari Luk 14:28)
Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan. (Ams 1:7)
Orang yang bijak lebih berwibawa daripada orang kuat, juga orang yang berpengetahuan daripada orang yang tegap kuat. (Ams 24:5)
Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bermisi demi nama-Mu? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Sebab itu, alaskanlah misimu di atas batu wawasan alkitabiah akan Misi Allah; janganlah membangun misi hanya melulu antusiasme orang yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda misi itu, sehingga rubuhlah misi itu dan hebatlah kerusakannya .... (adaptasi dari Mat 7:22-27)
Misi umat Allah binasa karena tidak mengenal Allah (sesuai dengan Hos 4:6)
Jemaat yang ingin bermisi di dunia harus meluangkan waktu lebih dahulu untuk mengerti apa itu misi Allah. Ini karena misinya di dunia hanya efektif dan relevan jika selaras dengan misi Allah. Itu berarti: pihak manajemen jemaat (majelis gereja) wajib merencanakan pembinaan wawasan jemaat sebelum aksi misi dimulai. Bukan itu saja, wawasan tentang misi Allah perlu terus dibina selama aksi misi berlangsung. Buku ini akan menjadi teman perjalanan pembinaan itu. Kita akan bersama-sama menelusuri dan mengarahkan misi jemaat, demi rintisan gereja baru maupun pembinaan gereja yang mapan.
Dorongan utamanya adalah keyakinan bahwa
Jemaat yang tersesat salah arah akan mengembangkan agendanya sendiri yang mungkin bukan agenda Allah. Seperti kapal laut yang kehilangan kemudi, jemaat itu gampang diombang-ambingkan olehrupa-rupa angin pendekatan, strategi, ide, antusiasme belaka tetapi kehilangan arah sebenarnya, yaitu misi Allah. Jadi, sebelum melakukan aksi apa pun, kita perlu meneliti wujud, cara, arah, sasaran, dan tujuan misi Allah. Dalam buku ini, kita akan mulai menelusuri misi Allah dalam proyek bumi-Nya. Kemudian kita lihat dampak kejatuhan manusia ke dalam dosa, yaitu arena misi Allah yang telah berubah secara fundamental. Bagaimanakah kemudian Allah mengembangkan misi-Nya di dalam arena itu? Apakah tindakan-Nya dalam situasi yang baru itu setelah pengusiran manusia dari Firdaus? Apakah rencana-Nya? Bagaimana jadwal-Nya untuk mencapai sasaran-Nya?
Wawasan misi Allah sangat penting. Ini akan mengarahkan, membentuk, mengisi, membatasi, menyifatkan, mewarnai, dan mengubah konstruksi struktur organisasi misi kita. Kita juga akan merinci secara khusus fenomena Perintisan dan Pembinaan Gereja dalam rangka misi Allah dan misi jemaat.
Sebelum terjadinya langit dan bumi
sebelum permulaan zaman-
bumi belum berbentuk dan kosong;
gelap gulita menutupi samudera raya-
belum ada apa-apa
Belum ada terang
siang pun belum ada
dan juga petang dan malam tidak.
Belum ada awan-awan di udara
laut pun belum ada
dan sungai tidak ada.
Rumput tidak ada
dan pohon kelapa belum
atau sagu – sama sekali tidak ada.
Belum ada babi, rusa
dan burung kasuari
burung siang – semua tidak ada.
Tidak ada satu ikan
dan buaya pun belum ada-
binatang apa saja belum ada
Sebelum Allah mencipta langit dan bumi
tidak ada apa-apa
Saya juga belum ada
- sebelum permulaan zaman.
(Paulus Urep, Bidnew / Citak-Mitak / Papua, 1986)
Mengapa ada planet yang bernama Bumi?
Mengapa ada "segala sesuatu yang ada"?
Tanah yang kering, sungai-sungai yang melintasi darat dan bermuara di samudera apakah maksudnya? Mengapa ada binatang-binatang,ikan-ikan, burung-burung, pohon-pohonan, buah-buahan, biji-bijian, sayur-sayuran? Mengapa ada manusia yang hidup di muka bumi ini? Mungkinkah semuanya itu ada sebagai hal yang kebetulan saja, sebagai hasil proses evolusi yang dimulai sejak planet Bumi terbentuk kira-kira 4 miliar tahun yang lalu, dan bulan terbentuk tidak lama setelah terbentuknya kerak bumi dan Bumi muda tertabrak oleh suatu planet yang lebih kecil? Semua pemikiran yang canggih ini dan yang kita nikmati setiap hari ini, adalah hasil dari proses alamiah yang berlangsung begitu saja? Tidak!
Semua adalah hasil dari misi Allah
Allah yang Mahabesar dan Mahakuasa
Yang Hidup dari kekal sampai kekal
Allah yang berdaulat dan penuh hikmat,
Dialah yang telah merencanakan segala sesuatu.
Allah Tritunggal (Allah Esa adalah yang memiliki tiga Pribadi) telah mengembangkan suatu visi dan ide untuk menciptakan segala sesuatu yang sekarang kita lihat dan nikmati di atas muka bumi dan semua yang berada di alam semesta (galaksi-galaksi). Allah seakan-akan mencita-citakan suatu dunia yang amat baik dan sangat bagus. Dan dengan keinginan-Nya yang ilahi Ia menetapkan misi-Nya untuk memulai dan mengendalikan proyek bumi - nya Dan berfirmanlah Dia: ”Jadilah terang.” Lalu terang itu jadi ....
Allah melihat bahwa terang itu baik (Kej 1:4)
Allah melihat bahwa semuanya itu baik (Kej 1:10)
Allah melihat bahwa semuanya itu baik (Kej 1:12)
Allah melihat bahwa semuanya itu baik (Kej 1:18)
Allah melihat bahwa semuanya itu baik (Kej 1:21)
Allah melihat bahwa semuanya itu baik (Kej 1:25)
Apakah tujuan-tujuan Allah dengan Proyek Bumi-Nya?
Untuk merumuskan apa tujuan Allah mengisi planet bumi dengan segala makhluk yang dirancang-Nya, kita perlu memikirkannya menurut perspek tif Allah sebagaimana diperlihatkan dalam Alkitab.
Dengan menjadikan segala sesuatu dengan amat baik (Kej 1:31), Allah mencerminkan kebaikan sifat-Nya dan kebesar an hikmat-Nya dalam semua itu. Seluruh ciptaan memperlihatkan kebesar an dan kekuatan Penciptanya, ”sebab sifat-sifat-Nya yang tidak tampak, yaitu kekuat-an-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat tampak dan dipahami dari karya-Nya sejak dunia diciptakan”, Roma 1:20.
Itulah tujuan-Nya yang pertama, Allah menyatakan diri-Nya dalam seluruh penciptaan, sehingga Dia dipuji. Oleh ciptaan-Nya sendiri, oleh segala makhluk-Nya:
– Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya (Mzm 19:1)
– Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi! (Mzm 8:9)
Bertanyalah kepada binatang ... burung di udara ... bumi ... bahkan ikan di laut ... siapa di antara semuanya itu yang tidak tahu, bahwa tangan Allah yang melakukan itu dan bahwa di dalam tangan-Nya terletak nyawa segala yang hidup dan napas setiap manusia? (Ayb 12:7-10)
Kebaikan, kasih, kekudusan, keadilan, kekuatan, dan kebenaran
Itu semua yang Allah cerminkan dalam penciptaan-Nya yang baik.
Itulah tujuan-Nya pertama mengapa Allah menciptakan bumi.
Dan yang kedua, Dia mau bergaul dengan ciptaan seperti itu, terutama Dia ingin berdiam di tengah kaum manusia yang memelihara dan yang mengaku semua itu, yaitu
kebaikan, kasih, kekudusan, keadilan, kekuatan, dan kebenaran!
MAZMUR 65
Engkau, yang menegakkan gunung-gunung dengan kekuatan-Mu, sedang pinggang-Mu berikatkan keperkasaan;
Engkau mengindahkan tanah itu, mengaruniainya kelimpahan, dan membuatnya sangat kaya.
Batang air Allah penuh air;
Engkau menyediakan gandum bagi mereka.
Engkau membasahi alur bajaknya, Engkau membasahi gumpalan-gumpalan tanahnya, dengan dirus hujan Engkau menggemburkannya;
Engkau memberkati tumbuh-tumbuhannya.
Engkau memahkotai tahun dengan kebaikan-Mu, jejak-Mu mengeluarkan lemak; tanah-tanah padang gurun menitik, bukit-bukit berikatpinggangkan sorak-sorai; padang-padang rumput berpakaikan kawanan kambing domba, lembah-lembah berselimutkan gandum, semuanya bersorak-sorai dan bernyanyi-nyanyi.
Allah mencerminkan kebaikan-Nya di dalam seluruh ciptaan-Nya.
Secara khusus Ia mencerminkan Pribadi-Nya di dalam diri manusia:
”Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita” (Kej 1:26) .... ada kabut naik ke atas dari bumi dan memba sahi seluruh permukaan bumi itu ketika itulah Tuhan Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan napas hi dup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup (Kej 2:6-7).
Cobalah menghayati kebenaran dan dampak penciptaan manusia ini.
Bayangkanlah Allah yang membentuk manusia dari debu tanah, Dia membentuknya menurut gambar dan rupa-Nya sendiri.
Di dalam manusia, Allah ingin memperlihatkan diri-Nya sendiri!
Lihat manusia: lihat kebaikan dan keadilan Allah!
Lihat manusia: lihat kekudusan, kasih, dan kebenaran Allah!
Khusus dalam manusia, Allah menyatakan diri-Nya sendiri.
Allah menjadikan manusia sebagai wakil-Nya di atas bumi ini, dialah yang berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi. Jadi, manusia berpartisipasi dalam misi Allah.
Tuhan Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam Taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu (Kej 2:15), sehingga yang baik terus mengembangkan kebaikan. Dengan memberi tanggung jawab kepada manusia yang baik itu, Allah memperlengkapi ciptaan-Nya dan menentukan rencana perkembangan proyek bumi-Nya, ”Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.” (Kej 1:28). Tujuan-Nya apa? Untuk memperlihatkan kebaikan-Nya dan untuk berjalan bersama dengan kaum manusia yang baik.
Dengarlah! Bunyi langkah Tuhan Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk (Kej 3:8).
”Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan, tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah tama Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati.” (Kej 3:2-3)
Tetapi, ada juga suara Pembohong di taman yang indah itu!
Apakah itu? Siapakah dia? Dari mana dia?
Bagian akhir Alkitab mewahyukan sedikit informasi tentang apa yang terjadi di surga pada awal dunia: ada satu malaikat Allah yang membuat ”misinya” sendiri untuk menentang Allah: ”... timbullah peperangan di surga. Mikhael dan malaikat-malaikatnya berperang melawan naga itu, dan naga itu dibantu oleh malaikat-malaikatnya, tetapi mereka tidak dapat bertahan; mereka tidak mendapat tempat lagi di surga. Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya”, Wahyu 12:7-9.
Apakah motivasi pemberontakannya?
Keinginan untuk berkuasa! Keangkuhan! Merusak kebaikan!
Ia telah berkata dalam hatinya (lihat Yes 14:13-14):
”Aku hendak naik ke langit, aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah, aku hendak naik mengatasi ke tinggian awan-awan, hendak menyamai Yang mahatinggi!”
Keangkuhan dan iri hati membuat Iblis berhasrat kuat untuk merusak misi Allah dan Proyek-Nya di bumi. Ia menanam motif yang sama ke dalam hati Hawa dan Adam di Taman Eden: ”... pada waktu kamu memakan buah itu, matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat”, Kejadian 3:4-5.
Sejak saat itu misi Allah hanya dapat dipahami dalam rangka pe rang rohani antara keturunan Iblis dan keturunan perempuan, antara kebaikan dan kejahatan, antara kebenaran dan tipu muslihat, antara keadilan dan ketidakadilan. Iblis diberikan kesempatan di kerajaan angkasa (Ef 2:2) untuk menyesatkan dan merusak. Misi dan tujuan sang Iblis adalah untuk terus menyalakan peperangan rohani itu dengan merusak yang baik dan benar, yang bagus dan mulia, yang adil dan jujur. Inilah awal dan sifat kisah drama sejarah dunia.
Allah kalah? Tidak! Justru melalui perang ini Dia ingin mencapai tujuan misi-Nya yang asli. Karena siapa yang akan mengenal kebaikan jika tidak ada kejahatan? Siapa mengerti kasih jika tidak ada kebencian?
(Fresko pelukis Tommaso Cassai Masaccio, Florence, Italia)
Ketika aku meneliti segala pekerjaan yang telah dilakukan tanganku dan segala usaha yang telah kulakukan untuk itu dengan jerih payah, lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin; memang tak ada keuntungan di bawah matahari.
Aku membencinya sebab aku harus meninggalkannya kepada orang yang datang sesudah aku. Apakah faedahnya? (kompilasi ayat-ayat Pengkhotbah)
Sebelum kejatuhan ke dalam dosa, tujuan Misi Allah dapat diungkapkan dengan ”mencerminkan”, ”bergaul”, ”memelihara”, dan ”memenuhi”:
1. Dengan menciptakan bumi, Allah mencerminkan kemuliaan, kebaikan, dan kuasa-Nya dalam segala makhluk-Nya.
2. Allah juga suka berjalan-jalan dengan manusia dan menikmati keindahan segala makhluk-Nya.
3. Dengan memberikan tugas kepada manusia, Allah ingin memelihara keindahan segala sesuatu yang diciptakan-Nya.
4. Ia juga ingin memenuhi bumi dengan gambar-Nya (manusia).
Apakah tujuan-tujuan ini kalah dan hilang karena malapetaka yang dise-babkan Iblis melalui pemberontakan manusia? Tidak.
1. Semesta alam tetap menyatakan kemuliaan dan kuasa Allah.
2. Kendatipun manusia berdosa, Allah tetap suka bergaul dengan manusia.
3. Hukuman atas dosa (manusia ”dengan berpeluh akan mencari makanannya, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah”, Kej 3:19) tidak meniadakan tanggung jawab manusia untuk ”mengusahakan dan memelihara” (Kej 2:15), juga setelah diusir dari Taman Eden, ”supaya ia mengusahakan tanah dari mana ia diambil (Kej 3:23).
4. Begitu pula dengan kata pertama yang didengar Adam dan Hawa dari Pencipta mereka: ”Beranakcuculah dan bertambah banyak” (Kej 1:28). Perintah itu pun tidak dibatalkan dalam keadaan baru, hanya realisasinya akan penuh susah payah, ”dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu ...” (Kej 3:16).
Dampak dosa pertama (semua yang anti-kebaikan) menjadi nyata, tetapi tujuan misi Allah (dan ini berkaitan dengan misi manusia) dalam semuanya ini makin jelas. Hanya diperlukan elemen yang baru yang akan mewarnai merah darah seluruh kisah selanjutnya:
sehingga yang baik makin menang dan yang jahat makin kalah!
kisah yang melingkupi semua kisah lain
Satu visi utama harus terbit dari penalaran tadi: ”misi gereja”, ”misi jemaat”, ”misi kita”, atau ”misi saya” hanya memiliki arti dan validasi dalam
(yang berfokus kepada kebaikan dan keadilan melawan kejahatan)
Kita sangat yakin (berdasarkan Alkitab) akan adanya satu pandangan dunia yang di dalamnya seluruh sejarah dan semua peristiwa di dunia mendapat tempat dan artinya yang sebenarnya. Menurut pandangan dunia itu, Allah berprakarsa secara Mahakuasa dan berdaulat, sebagai Pencipta, Pemelihara, dan Pengendali segala sesuatu. Dialah yang mengendalikan seluruh kisah kesejarahan dunia ini dari awal sampai akhirnya, menurut kehendak-Nya.
Menurut pandangan ini Allah yang Esa menapaki jalan-Nya melalui garis-garis kesejarahan; Ia memakai sejarah sebagai ”prasarana” untuk mencapai tujuan-tujuan-Nya yang kita rumuskan di atas, dan yang dapat di simpulkan dalam satu kalimat sebagai berikut:
Setelah kejatuhan ke dalam dosa, Allah mendorong sejarah dunia dalam proses mengetahui serta membuat yang baik dan mengalahkan yang jahat untuk memperkenalkan diri-Nya sendiri serta mendamaikan dan memulihkan segala sesuatu agar diciptakan-Nya dunia yang baru, sehingga kebaikan dan keadilan-Nya makin bertumbuh dan semua yang semakin mengaku Dia sebagai Allah yang Esa. |
Alkitab adalah tuturan sejarah-sejarah besar dan kecil, yang membentuk kisah dahsyat Allah ini. Dalam Biblical Theology kisah ini disebut ”the grand metanarrative” (metanarasi/gambaran besar) yang menyajikan kunci untuk mengerti masa dan misi gereja pada masa kini.
Mengapa buku tentang PERINTISAN GEREJA ini mulainya dengan kembali berfokus pada penciptaan, kejatuhan dalam dosa, dan sejarah lanjutannya? Karena di dalam kisah itu kita melihat misi Allah dan proyek bumi yang adalah rangka mutlak bagi posisi gereja dan misi gereja. Jawaban atas pertanyaan ”apakah misi gereja” hanya dapat diberikan dalam rangka metanarasi itu. Narasi itu memberikan signifikasi (arti) kepada semua kisah dalam sejarah dunia. Allah membuat umat-Nya, yaitu gereja, turut mengambil bagian dan berperan dalam metanarasi itu. Sebab itu, siapa saja ingin aktif di bidang ”misi gereja” atau ”jemaat yang misioner”, ia harus mulai menginsafi posisi gerejanya dalam kisah Allah yang utama, dan mengerti dampak teologis-nya (”eklesiologis” dan ”misiologis”) bagi status dan bentuk gereja, misi dan fungsi gereja, dan perintisan gereja yang baru.
Setelah kejatuhan, ladang misi Allah berubah secara radikal.
Karena kejatuhan ke dalam dosa, manusia diserahkan-Nya pada perang antara yang baik dan yang jahat, dan pada segala kuasa yang menyertainya: kesakitan, kebencian, penindasan, kecongkakan, pemerahan, menumpahkan darah, dan maut.
Yang di dalam Taman Eden ”abadi”, sekarang menjadi ”fana”.
Kebaikan, damai, kasih semua tidak abadi lagi, melainkan fana.
Wahai bumi, wahai segala makhluk, wahai manusia!
Maut yang menentukan irama hidup alam bumi, kejahatan dan ketidakadilan dapat bermain seenaknya. Di medan itu waktu dipakai Allah sebagai sarana untuk melakukan misi-Nya menuju sasaran-Nya. Melalui garis waktu Dia memproyeksikan sejarah penyelamatan dunia, yang sasarannya utama adalah mengumpulkan bagi-Nya suatu bangsa manusia yang baru, yang akan hidup di bumi baru. Dari penciptaan melalui kejatuhan dalam Dosa, melintasi Golgota, pada penciptaan kembali, dan sampai ke bumi baru. Melalui waktu dan tempat kita, kronologi Allah menentukan semuanya:
Allah bekerja dan telah menetapkan sejarah sebagai alur utama untuk mewujudkan rencana penyelamatan bumi dan manusia, sampai datangnya kembali keadaan yang baru dan mulia, sesuai dengan maksud-Nya awal mulanya.
panggilan Abraham pencurahan Roh Kudus
Mikha 6:8 ”Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik.
Dan apakah yang dituntut Tuhan dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu”.
Mazmur 51:4, 5 ”... terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat, supaya ternyata Engkau adil dalam putusan-Mu, bersih dalam penghukuman-Mu. Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku”. Mazmur 51:17 ”Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah”.
Yesaya 1:15 ”Apabila kamu menadahkan tanganmu untuk berdoa, Aku akan memalingkan muka-Ku, bahkan sekalipun kamu berkali-kali berdoa, Aku tidak akan mendengarkannya, sebab tanganmu penuh dengan darah”.
Yesaya 33:15 ”Orang yang hidup dalam kebenaran, yang berbicara dengan jujur, yang menolak untung hasil pemerasan, yang mengebaskan tangannya, supaya jangan menerima suap, yang menutup telinganya, supaya jangan mendengarkan rencana penumpahan darah, yang menutup mata nya, supaya jangan melihat kejahatan, dialah seperti orang yang tinggal aman di tempat-tempat tinggi ....”
Roma 7 ... bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku lakukan (...) ... sebab aku tahu bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai yang bersifat daging, tidak ada sesuatu yang baik (...) ... bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku lakukan, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku lakukan. ... demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku ingin melakukan yang baik, yang jahat itu ada padaku.
karena dosa yang diam di dalam aku ....
Tatkala Iblis membujuk manusia untuk makan dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, ia berkata: ”... Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat”, Kejadi-an 3:4-5. Kata-katanya benar, sesuai dengan nama pohon itu.
Allah sendiri juga mengulangi kebenaran itu setelah manusia jatuh ke dalam dosa: ”Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari Kita, tahu tentang yang baik dan yang jahat ...”, Kejadian 3:22. Diperlengkapi dengan pengetahuan itu (tentang yang baik dan yang jahat) manusia diusir ke luar dari Taman Eden, ke dalam dunia, untuk hidup dengan pengetahuan itu. Artinya, manusia, oleh karena makan dari pohon itu, telah mendapat kemampuan untuk tahu apa yang baik dan apa yang jahat. Ia tahu apa yang baik (yang tidak jahat), tetapi di dunia (di luar Taman Eden) ia sendiri tidak mampu untuk membuat apa yang baik. Ia hanya dapat bertahan dalam membuat apa yang baik selama ia mengakui Allah sebagai Penolongnya yang satu-satunya. Di luar terang (yaitu di luar lingkungan penyataan Allah) kejahatan dapat merajalela.
Selama manusia percaya kepada Allah dan mendengarkan nasihat-Nya, ia dapat mengemudi kehidupannya antara yang baik dan yang jahat. Selama ia hidup, ia menderita, khususnya karena ia sering kalah dan menyerah kembali kepada apa yang jahat. Dalam pergumulan ini dapat kita lihat dalam kehidupan semua saksi iman Perjanjian Lama: Nuh, Abraham, Ishak, Yakub, Musa, Daud, nabi-nabi .... Mereka hanya menang jikalau mereka percaya dan berharap kepada Allah justru pada saat-saat di mana mereka menghadapi kelemahan mereka sebagai manusia. Mereka hanya bisa berbuat baik jikalau mereka mengakui ketergantungan mereka kepada Allah dan berharap akan kuasa-Nya. Jadi, kita melihat garis besar ini, yang menjadi nyata dalam Alkitab:
Manusia mengetahui apa yang baik dan yang jahat, tetapi ia sendiri tidak mampu membuat yang baik. Ia akan jatuh secara struktural ke dalam dosa (yaitu memilih yang jahat, ditaklukkan oleh kutuknya) selama ia tidak membuka hatinya bagi kebenaran, kebaikan, dan keadilan Allah, dan memuji nama-Nya karena kasih karunia-Nya.
Karena nyawa makhluk ada di dalam darahnya dan Aku telah memberikan darah itu kepadamu untuk mengadakan pendamaian bagi nyawamu, karena darah mengadakan pendamaian dengan perantaraan nyawa. (Imamat 17:11)
Dan hampir segala sesuatu disucikan dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan (Ibrani 9:22)
Bagaimana Allah memulihkan dunia dan manusia yang ditaklukkan-Nya kepada pergumulan antara yang baik dan yang jahat? Seluruh kisah-Nya berputar pada dua kata sebagai dua poros elips: perintah (hukum, hukuman) dan penebusan (Injil, pengampunan).
Sejak kejatuhan manusia ke dalam dosa, Allah tidak hanya berkata mengenai kutuk dan hukuman, Dia juga membuka jalan kepada pengampunan dosa melalui penebusan. Dengan kata lain, manusia yang berdosa dapat dilepaskan dari dosa dan hukumannya, jikalau ia masuk melalui jalan yang dibuka Tuhan, yaitu jalan melalui penebusan.
Agar manusia diterima-Nya kembali dalam naungan wajah-Nya, dan sekaligus dimampukan untuk berbuat baik dan merebut kembali kehi dupan yang kekal, Allah tidak menuntut dari manusia untuk mengasingkan diri dari dunia atau masuk biara, atau untuk menyiksa diri, atau untuk melakukan segala macam perbuatan yang baik, atau untuk melakukan perang yang kudus, atau untuk mati syahid, atau untuk berdoa panjang, atau untuk apa saja (semua jalan yang dapat kita lihat dalam agama-agama lain).
Penebusan yang disediakan Allah memperlihatkan kebaikan-Nya dan kasih-Nya. Di dalam Perjanjian Lama, kurban-kurban binatang diterima-Nya sebagai kurban penebusan bagi manusia. Penebusan itu bersifat sementara dan tidak sempurna. Tetapi, dengan jelas memperlihatkan jalan penebusan pada penyelamatan dunia. ”Semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh anugerah-Nya telah dibe narkan dengan cuma-cuma melalui penebusan dalam Kristus Yesus” (Rm 3:23-24). Penebusan adalah sarana utama dalam misi Allah.
Penebusan mewarnai merah darah seluruh kisah penyelamatan Allah. Perdamaian oleh penebusan ini gampang menjadi ”batu sentuhan dan suatu batu sandungan” (1Ptr 2:7), tetapi sebenarnya membuka jalan kembali pada suasana kebaikan Taman Eden, tatkala kejahatan belum dikenal manusia dan belum dibuatnya.
Kepala yang berdarah
diejek, dicela, tertunduk sengsara
dan sakit siksa-Nya
Cahaya kemuliaan
digantikan ngeri:
mahkota duri kehinaan yang pedih ....
Allah bermisi untuk mendamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya sendiri dan mengumpulkan bagi-Nya suatu bangsa yang baru dan baik. Demi-kianlah Dia menyatakan kehendak-Nya dan kasih-Nya terhadap segala sesuatu, dan kepada manusia secara khusus. Allah sendiri telah menentukan bahwa ”tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan” (Ibr 9:22). Darah siapa? Selama Perjanjian Lama darah-darah binatang dipakai sebagai sarana pendamaian. Ribuan korban yang dipersembahkan selama waktu itu untuk menebuskan dosa bangsa-Nya yang terkasih, namun belum sempurna, belum bagi seluruh dunia juga belum membuka jalan kepada ruang yang Mahakudus (lihat Ibr 10:4).
Itu berubah pada waktu kedatangan Anak Allah, Yesus Kristus, di bumi. Dalam Dia Allah hendak menyediakan korban pendamaian yang sempurna. Menurut hikmat-Nya, Dia telah memutuskan bahwa darah dan kematian Yesus di kayu salib menjamin sarana penebusan yang sempurna. Melalui Yesus, Dia akan mewujudkan tujuan misi-Nya. Kebijakan-Nya ini gampang dipertanyakan manusia, tetapi siapakah kita yang mengecam Allah dan yang ”hendak berbantah de ngan Yang Mahakuasa?” (Ayb 40:2).
Allah telah memilih untuk mengadakan pendamaian (yang meletakkan dasar baru bagi relasi manusia dengan Allah, dan antarmanusia) melalui darah Yesus Kristus. Demikianlah kejahatan dan ketidakadilan dikalahkan! Kebaikan dan keadilan dapat bertumbuh kembali!
”… darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat … Dialah Pengantara dari suatu perjanjian yang baru … sebab sudah ada yang mati untuk menebuspelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan selama perjanjian yang pertama.” Lihat Ibrani 9:11-15 |
Taman Eden laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka
Untuk mengerti Misi Allah, keadaan Taman Eden dapat kita lihat sebagai ”prototipe” (pola atau model mula-mula). Dalam Firdaus pola dan maksud Misi Allah dimengerti secara jelas dan sederhana: Allah bergaul dengan manusia yang tidak mengenal kejahatan; ia hanya berbuat baik. Pemulihan ide itu membuat Allah bertindak dalam semua fase sejarah penyelamatan, menuju penyempurnaannya secara total dan definitif. Kalau begitu, melihat Firdaus, ide mana yang dimaksud mengandung misi Allah?
Allah ingin bahwa:
Allah ingin melihat segala yang dijadikan-Nya itu senantiasa sungguh teramat baik ....
Dari model situasi yang dilukiskan dalam kisah penciptaan dan Taman Eden, kita bisa mengerti sedikit pola kehidupan kaum manusia yang sesuai dengan keinginan Tuhan. Dalam semua fase kesejarahan misi Allah, pola dan idenya tetap sama, demikian juga setelah pengusiran manusia keluar dari Firdaus. Sejarah bumi selalu diwarnai perang rohani antara yang baik dan yang jahat. Allah mengemudikan sejarah itu sampai ke perwujudan misi-Nya secara sempurna di bumi baru. Dia berjalan dari ”prototipe yang amat baik” pada ”eskaton [yang akhir] yang amat baik” dan memakai seja-rah di tengah sebagai kendaraan misi-Nya, mengalahkan si jahat dan segala kejahatannya. Perang ini menentukan seluruh sejarah manusia. Allah ingin bahwa kaum yang dipilih-Nya berpartisipasi dalam misi-Nya itu dengan:
Pola ini sudah diwarnai oleh kebenaran seluruh Alkitab, dan bukan semata-mata berdasarkan kisah Taman Eden. Kita akan melihat bahwa pola ini terisi konkret dalam konteks yang historis. Setiap fase sejarah penyelamatan memperlihatkan pola misi Allah ini sebagai garis merah. Penga matan sejarah ini sangat menentukan dan mendasar bagi misi gereja masa kini.
”UMAT MISI ALLAH”
Umat sebagaimana dikehendaki Allah di muka bumi
Kategori | Deskripsi |
---|---|
Ibadah ALLAH berdiam di tengah umat-Nya |
Pendamaian, penebusan; gagasan ”pengganti”: Kel 6:6; 12:21; 15:13; 21:29, 30; 32:30; Im 16; 17:11; Rut 3/4; Yes 41; 43; 44; 48; 52; 53; 62; 63; ”Exodus”, Keluaran, Paskah; semua kurban pendamaian, sembelihan; suasana sentosa, lega, segar Mzm 122:6, 7; 23:2, 3; 103:5; kerendahan Mzm 95:6; keluhan Mzm 5:2, 3; mendengar Firman Mzm 81:9; pujian Mzm 43:4; 100; 150; banyak mazmur lain; penghiburan Mzm 23; 27, dsb. Tiang Awan/Api Kel 13; 14; Perkumpulan Mzm 122; Kemah & Bait Suci: Kel 25-27; 1Raj 3:3; Hos 2:25; Keku- dusan Im 18:3-4; Im 19; 20:24-26; 21:8, 15, 23. |
Beranak-cucu Memenuhi bumi |
Kej 12:8; 9:1, 7; 35:11; Yes 27:6; menjadi berkat bagi semua bangsa; Abraham bapa semua orang percaya Kej 22:16-18; 18:18; 22:31-33; 26:4; 28:14; Rm 4; Gal 3; Yak 2:20-24; |
Memelihara Alam bumi, bendahara harta alam |
Kej 1:26-28; 2:15; 9:3; menjaga lingkungan; Mzm 8; 24:1; 72; Im 25:1-7; Mzm 8; 33; 104; Ams 12:10; Kemuliaan Allah di dalam ciptaan Mzm 150:6; 145:10,21; 104:27-28; Mzm 8; 29; 65; 96:10-13; 98:7-9; Yes 11:1-9; 35; 65:17-25; Hos 4:1-3; |
Melayani Kebenaran Menjaga keadilan sosial, ekonomi dan yuridis |
Am 5:24; Mzm 112; 145; 146; Ul 10; Keadilan; Ams 31:8-9; Kel 22:25; 23:11; Ul 14; 15:4-11; 23:19; 26:12-15; Im 19:9; 23:22; 25:17, 36, 43; Impak Tahun Yobel, Im 25; Ams 14: 31; 19:17; 28:27; Mzm 37; 49; 72; 73; 82;85; Yes 53; 61:1; Melawan ketidakadilan sosial-ekonomis: Yes 5:8; 56:10, dst; 58:3; Mi 2:2; Am 2:6-7; 3:8; Zef 1:12; Yer 5:27, dst; 22:3; Yeh 22:7, 12; Za 11:4, dst; Neh 5; Ams 10:15; 14:20; 18:23; 13:23; 2:26; Nasihat untuk tidak malas: Ams 6:9-11; 10:4; 18:9; 23:21; 24:30-34; 28:19; 13:11; 27:23-27; melawan material- isme: Ams 11:4; 22:1; 23:4, dst; 12:9; 16:8. |
Mengajar hukum Allah dan kebenaran pene- busan-Nya kelak bagi semua bangsa dunia |
Hukum Taurat, Im 10:11; Ul 33:10; Yer 18:18; Neh 8:9; Pen- didikan Anak-anak, Ul 6:20-25; Mzm 78:3-7; Tradisi Penge- nalan akan Allah, Mzm 78; Ul 4:1; Mzm 119; Hos 4:1-9; Bil 15:37-41; Mal 2:6-7; melawan agama kafir/politeisme, Ul 28:37; 29:22-28; menarik, 1Raj 8:41-43, 60-61; Yer 13:1-11; ibadah universal, Yes 60; Perspektif universal PL, Kej 12:1-3; Ul 4:5-8; Mzm 22; 47; 67; 72; 86; 87; 96; 102; 117; Yes 2:2-5; 19:19-25; 45:22-23; 56:3- 8; 60:1-3; Yer 4:1-2; Am 9:11-12; Za 2:10-11 |
“Misi umat Allah dalam Alkitab adalah menjadi umat sebagaimana yang Allah maksud ketika menciptakannya dan melakukan hal-hal yang Allah minta untuk kita lakukan”, Christopher Wright, Misi Umat Allah, halaman 189.
Lini masa Kisah Allah (halaman 22–23) memperlihatkan masa Israel. Mulai dari Kejadian 11, seluruh Perjanjian Lama memperlihatkan Allah yang ingin bergaul dan berdiam bersama umat Israel ini. Pola kehidupan yang dikehendaki Allah dinyatakan melalui sejarah ini dari semua segi. Karena Israel kalah untuk hidup sepenuhnya sesuai dengan pola itu, Allah menjamin penebusan untuk mencuci bangsa pilihan-Nya.
Selama era ini, Dia tidak melupakan bangsa-bangsa lain. Dia memakai Israel untuk menuju kepada pemenuhan janji-Nya bahwa oleh Abraham ”semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat”, Kejadian 12:3. Dia menuju kepada Kristus, anak Daud, terang seluruh dunia.
Yesaya 25:6-8
Tuhan semesta alam akan menyediakan di Gunung Sion ini bagi segala bangsa-bangsa suatu perjamuan dengan masakan yang bergemuk, suatu perjamuan dengan anggur yang tua benar. Dan di atas gunung ini Tuhan akan mengoyakkan kain perkabungan yang diselubungkan kepada segala suku bangsa dan tudung yang ditudungkan kepada segala bangsa-bangsa. Ia akan meniadakan maut untuk seterusnya; dan Tuhan ALLAH akan menghapuskan air mata daripada segala muka; dan aib umat-Nya akan dijauhkan-Nya dari seluruh bumi, sebab Tuhan telah mengatakannya.
Yesaya 11:6-9
Serigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul akan berbaring di samping kambing. Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama, dan seorang anak kecil akan menggiringnya.
konglomerat orang kaya orahg besar orang raksasa orang berkuasa orang yang lemah, miskin, berduka cita, yang lapar dan haus kepada keadilan, sakit, kecil, sederhana, yang dianiaya oleh sebab kebenaran ...
Pada Perjanjian Lama, Bangsa Israel selalu diperhatikan oleh semua bangsa di sekelilingnya. Misalnya, Musa dan Yosua berupaya menggerakkan hati Tuhan dengan berkata: ”... apakah yang akan Kaulakukan untuk memu lih kan nama-Mu yang besar itu?” (Yos 7:9; Kel 32:12; Bil 14:16).
”Maka sekarang, ya Tuhan, Allah kami, selamatkanlah kami dari tangannya, supaya segala kerajaan di bumi mengetahui, bahwa hanya Engkau sendirilah Tuhan” (Yes 37:20).
Selama periode itu, umat Israel berfungsi sebagai sarana ”emisi” (pemancaran) kebesaran nama Tuhan. Misalnya, Mazmur 67:
”Supaya jalan Tuhan dikenal di bumi, dan keselamatan-Nya di antara segala bangsa. Dan bangsa-bangsa bersyukur kepada Allah Israel, bersukacita dan bersorak-sorai!”
Kehidupan bangsa Israel, dan statusnya sebagai bangsa perjanjian, serta posisinya yang istimewa di tengah-tengah dunia, itu semua dipakai Tuhan untuk memberitahukan dan mempromosikan gagasan-Nya tentang kehidupan yang dikehendaki-Nya di atas bumi ini. Kalau begitu, apakah yang dapat dilihat melalui Israel di dunia masa itu? Apakah yang kita dapat belajar dari sejarah ini?
Mustahillah manusia dapat berupaya sedemikian rupa sehingga ia melaksanakan pelunasan dan hidup baik. Menurut kodratnya ia cenderung membenci Allah dan sesamanya manusia.
Yang diperlukan adalah Perantara dan Penebus yang membuka jalan untuk Allah, agar misi-Nya terwujud dan bangsa-Nya dikumpulkan, yaitu mereka yang mengasihi Dia dan yang mengasihi sesamanya. orang yang lemah, miskin, berduka cita, yang lapar dan haus kepada keadilan, sakit, kecil, sederhana, yang dianiaya oleh sebab kebenaran ....
Seluruh sejarah Israel mengarah kepada kedatangan Sang Mesias.
Kristus adalah Mesias itu. Salib-Nya memainkan peranan yang krusial dan sentral dalam seluruh sejarah penyelamatan, dari Firdaus kepada Bumi Baru. Istilah ”krusial” berasal dari bahasa Latin, kata ”crux”, yang berarti salib. Salib Kristus menentukan secara mutlak sejarah dunia dan sejarah kaum manusia. ”Salib” menyimbolkan kemenangan atas maut dan dari situ mulailah kemenangan atas kejahatan. Pada dasarnya, salib Kristus menja-min ”sukses” misi Allah dan proyek bumi-Nya. Bagaimana caranya?
Adam baru
Semua yang telah dirusakkan oleh ”Adam pertama”, dipulihkan oleh ”Adam kedua”, yakni Yesus Kristus. Dunia menderita karena kuasa dosa dan maut oleh satu orang (Adam) dan dunia mengalami pelunasan dari dosa dan maut oleh satu orang (Kristus). Lihat Roma 5:14-15. Allah, dengan Kristus sebagai jaminan, menciptakan manusia yang baru, artinya sesuai dengan maksud-Nya yang pertama, sesuai dengan ”prototipe”. Manusia dilunaskan dari dosanya, dilahirkan kembali oleh Roh Allah untuk hidup lagi secara taat dan kudus, yaitu untuk memenuhi kehidupannya dengan kasih akan Allah dan sesamanya; dan untuk melakukan yang baik dan melawan yang jahat; karena ia tahu keterlibatannya dalam misi Allah.
Gereja sebagai ”maket” keselamatan yang akan datang
Melalui Kristus Allah mengumpulkan suatu kaum manusia yang baru. Itulah gereja yang dikumpulkan dari segala bangsa dunia. Misi gereja itu adalah untuk membawa terang ke dalam dunia yang gelap. Bagaimana? Fungsinya emisioner: memancarkan kebaikan Pencipta, dan ide-Nya untuk menciptakan bumi baru di mana terdapat kebenaran (dan di mana tidak ada lagi kejahatan). Gereja bagaikan ”maket” keadaan eskatologis itu. Keadaan dan suasana bumi baru itu sekarang sudah diperlihatkan (walaupun belum sempurna) dalam kehidupan gereja di dunia ini. ”Mengasihi Allah dan menga-sihi sesama manusia” adalah semboyannya dan menjadi penentu program di semua bidang kehidupan, sehingga misi Allah nyata melalui gereja, dan semua orang dapat belajar memuji Allah, satu-satunya yang Mahabaik.
Pemenuhan janji Allah kepada Abraham
Dalam kelahiran Kristus Allah memenuhi janji-Nya, yakni melalui keturunan Abraham ”semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat” (Kej 12:3). Simeon mengungkapkannya sebagai berikut: ”... mataku telah melihat keselamatan yang datang dari-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menyatakan kehendak-Mu bagi bangsa-bangsa lain”, Lukas 2:30-32. Semua bangsa, semua bahasa
Pada waktu itu Allah berpaling lagi kepada seluruh bumi, semua bangsa dan semua bahasa. Pada hari pencurahan Roh Kudus para murid Kristus belajar satu hal yang sangat jelas dari tanda bahasa ajaib: semua orang layak mendengar Injil Kristus dalam bahasa mereka sendiri!
Allah memperlihatkan program misi-Nya secara jelas sekali dengan tanda ini: bukan satu bangsa (Israel) dan satu bahasa (Ibrani), melainkan semua bangsa dan semua bahasa akan terlibat dalam kedatangan Kerajaan-Nya. Era pekabaran Injil Kristus mulai di Yerusalem, ke seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi (Kis 1:8). Hal ini sangat sulit bagi para rasul (yang semua adalah orang Yahudi) untuk diakui, tetapi melalui tanda-tanda (misalnya bahasa lidah di Samaria, visi kepada Petrus di Yope, lihat Kis 9; 10; 15) ditekankan Roh Kudus. Misi Allah diarahkan kepada seluruh dunia dan semua bangsa yang hidup di atas bumi.
Lahirnya gereja pertama
Gereja Perjanjian Baru lahir pada hari Pentakosta dan langsung memper-lihatkan sifat bangsa Tuhan yang baru: mereka datang dari Partia, Me-dia, Elam, Mesopotamia, Kapadokia, Pontus, Asia, Frigia, Pamfilia, Mesir, Libia, Roma, Kreta, dan Arab. menyerah kepada Yesus Kristus dan dibaptis. Amanat Agung Yesus Kristus (Mat 28:19) mulai menghasilkan buahnya yang pertama,
”pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku”
Bagaimanakah Allah mewujudkan tujuan misi-Nya melalui Yesus Kristus?
1. Melalui penebusan. Darah dan kematian Kristus adalah batu penjuru yang mahal, yang di atasnya Allah membangun persekutuan yang baru dari semua bangsa.
2. Melalui ajaran dan kelakuan. Yesus sendiri menyuruh para rasul-Nya untuk membentuk persekutuan ini: ”Jadikanlah semua bangsa murid-Ku”, Matius 28:19. Penebusan memulihkan persekutuan antara manusia dengan Allah dan sesamanya manusia. Tetapi, tidak hanya itu saja. Ada juga ajaran yang perlu diajarkan agar diikuti: ”Ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu”, Matius 28:20. Allah menciptakan suatu persekutuan yang baru yang bertingkah-laku sebagai murid Kristus. Artinya ”murid” adalah mengikuti guru dan menghayati ajarannya. Apakah isi ajaran Kristus?
Seluruh Perjanjian Baru menerangkan arti dan ajaran Kristus. Roh Kudus membimbing para rasul kepada pengetahuan seluruh kebenaran-Nya (Yoh 16:13). Seluruh ajaran Kristus diajarkan dan dirumuskan para rasul di dalam Perjanjian Baru. Ajaran itu diletakkan Allah sebagai fondasi persekutuan baru, ”gereja”, yang Paulus sebut sebagai ”kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru”, Efesus 2:19-20. Perjanjian Baru mengajarkan kehidupan baru sesuai dengan Yesus. Apakah inti ajaran Kristus yang dihayati dan dilakukan gereja? Inti ajaran Kristus (dogma utamanya) adalah suatu kehidupan yang baik, yang penuh kasih mesra. Lihat Matius 25:34-46, hafallah bagian itu dan hidup sesuai dengan amanatnya. Jadi, di dalam Yesus ada dua hal: penebusan dan kewa-jiban. Kita wajib membedakan apa yang baik dan apa yang jahat, dan apa yang dituntut Tuhan, yaitu:
berlaku adil mencintai kesetiaan hidup dengan rendah hati Mikha 6:8
”Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”
Matius 22:37-39
1+1=1
Inti Alkitab (ajaran Yesus) sangat sederhana (tidak kompleks):
Allah menginginkan bahwa bangsa-Nya
Pokok ajaran Alkitab ini dinyatakan-Nya secara jelas dalam Dasa Titah-Nya (dua loh batu, satu mengenai hubungan dengan Dia, yang lain mengenai tingkah laku yang baik terhadap sesama kita manusia).
Di dalam seluruh Perjanjian Lama tema dwititah ini diperlihatkan secara jelas. Allah membenci bangsa-Nya yang hanya membawakurban-kurban dan yang memenuhi segala aturan ibadah dalam Bait Suci, tetapi yang menginjakkan dan mengabaikan keadilan dan kebaikan sosial-ekonomis. Yesaya 1:11:
”Untuk apa itu kurbanmu yang banyak-banyak?” firman Tuhan; ”Aku sudah jemu akan kurban-kurban bakaran berupa domba jantan dan akan lemak dari anak lembu gemukan; darah lembu jantan dan domba-domba dan kambing jantan tidak Kusukai.”
Kenapa Allah jemu akan kurban-kurban itu, yang baunya adalah kejijikan bagi-Nya (lihat Yes 1:13)? Karena ”tangan mereka penuh dengan darah,” Yesaya 1:15, dan perbuatan mereka jahat, ibadah mereka tidak sungguh, mereka tidak berbuat baik; tidak mengusahakan keadilan, tidak mengendalikan orang kejam, tidak membela hak anak-anak yatim, tidak memperjuangkan perkara janda-janda!” (lihat Yes 1:17).
Jadi, dua hal itu mutlak terhubung dalam penebusan, oleh karena darah Yesus, Anak Allah, menyucikan kita daripada segala dosa (1Yoh 1:7),
Hubungan mutlak ini ditekankan juga dalam 1 Yohanes 4:20, Jikalau seorang berkata: ”Aku mengasihi Allah”, tetapi ia membenci saudara seimannya, maka ia adalah pendusta, karena siapa yang tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah yang tidak dilihatnya.
Siapa saja yang menyelami Alkitab dari depan sampai belakang, ia akan makin mengerti misi dan maksud Allah terhadap bumi dan manusia. Ia melihat Allah yang dari awal sampai akhir dunia memanggil dan membentuk suatu bangsa sebagai Persekutuan (KOINONIA) yang Baru. Ibadah bangsa itu memperlihatkan dan memperkuat dua arah itu, ke arah Allah (vertikal), dan ke arah sesama manusia (horizontal). Bang-sa-Nya itu wajib mewujudkan dalam kedua arah itu sebagai misi yang dipertanggungjawab kan nya kepada Allah dalam era dan situasi tertentu. Siapa saja yang dipanggil untuk merestorasi jemaatnya, atau untuk merintis jemaat baru (dalam rangka proyek perintisan gereja), tentu ia akan berfokus pada ajaran alkitabiah mengenai misi dan maksud Allah. Hanya melalui pengertian misi itu maka ia dapat bekerja baik, efisien dan efektif, sesuai dengan keinginan Tuannya. Ia ingin bekerja taat kepada Allah dan setia pada panggilannya. Keinginannya untuk mendirikan suatu perseku-tuan orang kudus di tengah dunia yang fana, persekutuan yang tahu statusnya di dalam rencana Allah, persekutuan yang dengan setia bermisi untuk mengasihi Allah dan mengasihi sesama manusia. Untuk mewujudkan misi itu maka kita harus cari tahu semua unsur yang membentuk persekutuan menjadi sarana misi yang baik. Unsur-unsur itu kita temui dalam Alkitab; di samping itu Roh Kudus membantu kita untuk melihat apa yang dituntut dalam konteks dan waktu kita:
1. memelihara dan memedulikan penciptaan Allah;
2. mengabarkan penebusan Kristus, dan hidup sesuai dengan kehendak-Nya;
3. mengaku dan mengembangkan kebenaran Allah di tengah dunia di semua bidang kehidupan: agama, politik, sosial-ekonomis, dan seterusnya.
4. menghayati dan membangun tubuh universal Kristus;
5. menjaga dan menuntun gereja di dunia, menuju dunia baru;
6. ”berlaku adil”: membantu, melayani, merawat, memedulikan, mengasihi, mengangkat, menghibur ... (lihat Mat 25, dan sebagainya)
7. memusatkan ibadah sebagai pusat misi Allah untuk mendengar suara-Nya, menerima kuasa, dan keberanian untuk bermisi di dunia.
Dari banyak segi sudah menjadi jelas bahwa ”persekutuan mereka yang dipanggil dan percaya” merupakan sarana dan tujuan dalam Misi Allah. Sebelum Masehi hadir BANGSA ISRAEL. Setelah Masehi hadir GE-REJA. Gereja adalah persekutuan baru yang dikumpulkan dari segenap umat manusia, dilindungi dan dipelihara Kristus pada masa kini, sebagai satu jemaat yang terpilih untuk beroleh hidup yang kekal. Jadi, pada masa kini GEREJA adalah baik sarana, maupun tujuan
MISI ALLAH. Apa maksudnya bagi organisasi gereja dan misinya?TUJUAN
TUJUAN
Sebagai tujuan Misi Allah, gereja akan menaati kehendak Allah di dunia.
Gereja tahu membedakan apa yang baik dan yang jahat; juga tahu pene-busan yang disediakan Allah untuk melunaskan dunia dari kutuknya.
Gereja dipanggil untuk memperlihatkan kehendak Allah dalam kehidupannya di dunia .... Artinya, di semua bidang kehidupan gereja mengabarkan pengharapannya akan suatu ”langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran”, 2 Petrus 3:13. Walaupun pemenuhan misi-Nya ini baru disempurnakan dalam eskaton (setelah kedatangan Kristus kembali), gereja pada masa kini sudah dipanggil Allah untuk mengabarkan dan memperlihatkan situasi tersebut. Bagaimana caranya? Singkatnya, dengan berbuat kebenaran = berlaku adil. Tujuan eskatologis misi Allah, melalui penebus an Kristus, sudah terwujudkan dalam kehidupan gereja pada masa kini. Karena ”gereja” adalah perkumpulan semua orang yang dipilih Allah untuk kemudian hidup kekal di bumi baru. Pengharapan itu, dan suasana itu, sekarang sudah dihayati di dalam gereja di atas bumi lama.
SARANA
Demikianlah jelas bahwa gereja adalah sarana utama di tangan Tuhan untuk mendatangkan dan memperlihatkan Kerajaan-Nya. Sebagai sarana gereja harus secara aktif mendesain program dan keterampilan pekabaran Injil. Sebagai tujuan gereja memperlihatkan hasil misi Allah secara konkret dalam kehidupan sehari-hari. Demikianlah gereja berpartisipasi secara optimal dalam misi Allah di dunia ini, dan di dunia kelak.
… engkau sudah tahu bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah, yakni jemaat dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran, 1Tim 3:15.
Jemaat yang adalah tubuh-Nya, yaitu kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu, Ef 1:23.
… tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain daripada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus, 1Kor 3:11.
… yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru, Ef 2:20.
Datanglah kepada-Nya, batu yang hidup itu, yang memang dibuang oleh manusia, tetapi yang dipilih dan dihormat di hadirat Allah.
Biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah, 1Ptr 2:4-5.
Jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi pengawas untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah-Nya sendiri, Kis 20:28.
… supaya sekarang melalui jemaat diberitahukan berbagai ragam hikmat Allah kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa di surga, Ef 3:10.
… kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib, 1Ptr 2:9.
Dialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh berbagai angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan. Sebaliknya, dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih, kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala, Ef 4:11-15.
Semua penalaran di atas menuntun kita kepada perumusan operasional gereja, yakni suatu perumusan yang menjawab pertanyaan: ”Apa itu gereja?” Perumusan itu bermaksud menjadi pola bagi kita yang akan membangun atau merintis gereja. Dengan demikian jelaslah bahwa seorang pembangun membutuhkan pola pembangunan. Pola ini menjamin penge-tahuan yang cukup mengenai apa yang ia bangun (atau rintis).
Pengendalian setiap proyek misi Allah setidak-tidaknya membutuhkan ”pola gereja” yang jelas. Kalau tidak, misi itu, walaupun diangkat dengan semangat besar, gampang kolaps. Rumusan berikut menjamin konsep pola pembangunan gereja yang dapat dipakai sebagai pedoman operasional di bidang pembinaan dan perintisan gereja.
”GEREJA”
adalah tempat tertentu, di tengah masyarakat, suatu rumah doa bagi segala bangsa, suatu bait Allah di mana Allah ingin berdiam oleh Roh-Nya dan di mana Dia ingin bertemu dengan umat-Nya sekeliling salib, baptisan dan meja perjamuan; suatu tempat perlindungan di mana Allah membebaskan dari kejahatan, di mana Dia mengumpulkan semua manusia yang ingin bertobat dari kejahatan dan yang ingin mengabdikan diri kepada kebaikan dan keadilan. Di situ Dia memperkenalkan diri-Nya sebagai Allah yang Esa, Dia menguduskan dan mempercakapkan manusia untuk hidup baru, Di situ penebusan dianugerahkan dan dirayakan dan berbuah-buah berlimpah dalam beraneka ragam pelayanan kasih bagi Allah, sesama manusia, dan planet bumi. Persekutuan baru ini menyadari sifat kesementaraan dan kefanaannya, dan mengharap akhir segala sesuatu dan awal bumi baru yang dijanjikan Allah.
Di dalam sejarah gereja rumusan yang paling bagus dan sangat singkat di berikan oleh Zacharias Ursinus dan Caspar Olevianus, dalam katekismus mereka pada tahun 1563, sebagai berikut:
APAKAH YANG SAUDARA PERCAYAI TENTANG GEREJA YANG KUDUS DAN AM?
BAHWA ANAK ALLAH, OLEH ROH DAN FIRMAN-NYA, SEJAK AWAL DUNIA INI SAMPAI AKHIR ZAMAN, MENGUMPULKAN, MELINDUNGI, DAN MEMELIHARA BAGI DIRI-nYA DARI SEGENAP UMAT MANUSIA, DALAM KESATUAN IMAN YANG BENAR SATU JEMAAT YANG TERPILIH UNTUK BEROLEH HIDUP YANG KEKAL.
AKU PERCAYA BAHWA AKU ADALAH ANGGOTA YANG HIDUP DARI JEMAAT ITU DAN AKAN TETAP MENJADI ANGGOTANYA UNTUK SELAMA-LAMANYA.
KATEKISMUS HEIDELBERG, 1563, HARI MINGGU 21
Di bawah ini kita mengelaborasikan pola pembangunan gereja sehingga detail-detailnya menjadi lebih terang dan siap untuk dipakai para ahli bangunan gereja. Mengingat bahwa ”ahli bangunan segala sesuatu ialah Allah”, Ibrani 3:4, dan mengingat juga bahwa para ahli bangunan itu ”adalah kawan sekerja Allah” dan persekutuan baru itu adalah ”ladang Allah, bangunan Allah”, 1 Korintus 3:9. Mengingat juga bahwa bagi bangunan itu tidak ada ”dasar lain daripada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus”, 1 Korintus 3:11.
lokasi pertemuan penyataan penebusan pengudusan pelayanan hubungan tubuh satu kudus
”GEREJA” PEDOMAN OPERASIONAL UNTUK MEMBENTUK GEREJA TEMPAT DI TENGAH MASYARAKAT
”Gereja” bertempat di tengah masyarakat, suatu ”rumah doa” bagi segala bangsa, ”bait Allah” di mana Allah ingin berdiam oleh Roh-Nya dan di mana Dia ingin bertemu dengan umat-Nya di sekeliling salib, baptisan, dan meja perjamuan; suatu ”tempat perlindungan” di mana Allah mengumpulkan semua orang yang ingin bertobat dari kejahatan, dan yang ingin mengabdikan diri kepada kebaikan dan keadilan.
Di situ Dia memperkenalkan diri-Nya sebagai Allah yang Esa, di situ penebusan dianugerahkan dan dirayakan; agar supaya penebusan dapat berbuah berlimpah-limpah dalam keanekaragaman pelayanan bagi Allah, sesama manusia, dan planet bumi. Persekutuan baru ini menyadari sifat kesementaraan dan kefanaannya dan mengharap akhir segala sesuatu dan awal bumi baru yang dijanjikan Allah.
SUSUNAN DAN KEISTIMEWAANNYA
Semua manusia yang percaya kepada Yesus Kristus dihubungkan Allah bersama-sama, dan dengan diri-Nya sendiri, menjadi suatu tubuh yang seha dengan anggota-anggotanya yang khusus dan lengkap.
Di dalam Kristus mereka memiliki satu kepala, hati, dan roh.
dikhususkan-Nya dalam dunia, disimpan dan dipelihara.
umum universal rasuli berkumpul belajar bersyukur pergaula bersahabat pelayanan kasi liturgi ajara firman baptisan perjamuan pujian
Mereka menyambut dan memeluk setiap pendatang, dari setiap bangsa, suku, warga, yang beragam bahasa, dan tingkat, sama bagi laki-laki dan perempuan.
Mereka menyadari hubungan dan tanggung jawab mereka dengan semua persekutuan di surga dan di bum yang juga berakar dalam kasih Yesus Kristus, dan yang juga didasarkan pada fondasi kesaksian para rasul bahwa Yesus sesungguhnya adalah Anak Allah yang hidup.
RELIGI
Mereka berkumpul bersama-sama untuk merayakan pendamaian dengan Alla dan pendamaian antarmanusia; untuk bersyukur bersama-sama kepada Allah; untuk berjalan bersama-sama dengan Dia, di dalam tanam iman, pengharapan dan kasih; untuk mendengar bunyi langkah-Nya melalui masa, dan sangat mendebarkan hati-Nya menuju bumi baru.
Bersama-sama mereka berjalan, saling menegakkan kepala, saling membantu, saling menyokong, melalui kehidupan yang masih sering terkoyak.
Di dalam kehidupan itu Allah menjadi Dia yang tanpa-Nya kehidupan tidak mempunyai arti Tanpa Dia jalan kehidupan adalah jalan buntu.
IBADAH
Untuk sering menyadari dan menghayati realitas baru ini, untuk terus didorong, dikuatkan, dan diajarkan, dan untuk mendiamkan suara si pembohong, mereka pada waktu-waktu tertentu berkumpul untuk menikmati hidangan rohani yang kaya aka pengetahuan dan penghayatan akan kasih Allah.
Untuk makin menyadari kebenaran bahwa mereka sesungguhnya adalah umat perjanjian kasih karunia-Nya mereka dituntun Allah melalui pelayanan firman dan pekabaran Injil pelayanan baptisan, pemecahan roti, minum anggur, berkata-kata dalam mazmur,
doa mengasihi seni pelayanan bumi mandat kultur pemeliharaan alam keawetan kesia-siaan
kidung puji-pujian dan nyanyian rohani pengucapan syukur dan syafaat dalam nama Allah Tritunggal dalam pelayanan kasih bagi Dia dan sesama.
INDAHNYA KEHIDUPAN
Allah telah membuat manusia begitu baik dan pandai sehingga mereka mampu untuk, secara kreatif (dengan musik, tari, seni rupa, sastra, dsb; dan dengan menggunakan segala macam media) memberi rupa, warna, suara, perhatian pada kebenaran penebusa dan panggilan untuk hidup baru.
PEMELIHARAAN BUMI
Pemeliharaan planet bumi diprioritaskan Allah sejak awal. Tugas menguasai penciptaan, mengusahakan dan memelihara tanah dipercayakan Allah kepada manusia pertama.
Kendatipun hukuman atas kemurtadannya sangat mempersulit pelaksanaan tugas itu, perintah dan tanggung jawab indah ini tidak pernah dibatalkan Alla setelah manusia diusir-Nya ke luar dari Taman Eden.
Penebusan dalam Kristus menyentuh seluruh penciptaan.
Sebab itu tugas pertama untuk menguasai, memelihara, melindungi, dan mengembangkan alam, tertulis sekali lagi dalam hati orang Kristen dan menjadi darah-dagingnya
Pokoknya adalah kebijaksanaan yang baik untuk memakai segala hasil dan harta alam, bumi dan tanah secara jujur dan adil, sehingga bumi berdaya tahan.
Gereja melaksanakan tugas ini dengan mengeluh dan sadar akan kefanaan segala sesuatu, karena semua telah ditaklukkan kepada kesia-siaan.
Pembinasaan bumi tidak dapat dihentikan; sehingga dengan sangat rindu seluruh makhluk menantikan saat pembaharuannya kembali.
urusan tua-tua diaken-diake sarana misi emisi universal
KEPEMIMPINAN
Menghadapi keadaan dunia yang peluh dan sulit, setiap kesempatan untuk menunjuk kehendak Allah akan dipakai gereja secara terkendali Kepercayaan, wawasan dan panggilan pribadi digabung dan diorganisasikan di dalam gereja sebaik-baiknya.
Hal itu membutuhkan kepemimpinan yang baik.
Sebab itu, pada waktu gereja-gereja pertama, Allah menyuruh penetapan tua-tua yang dapat memerintah, dan diaken-diaken untuk mendorong sikap melayani untuk melakukan kasih mesra, membantu orang miskin mengunjungi orang tersendiri, menghiburkan orang sakit.
Bersama-sama mereka membentuk dan memelihara gereja sehingga gereja ini makin memperlihatkan persekutuan itu yang dikehendaki Allah dan yang menggembirakan-Nya
MISI
Persekutuan orang beriman ini (yang disebut ”gereja”, ”jemaat”, atau ”umat Allah”) akan hidup sebagai ”maket” yang memperlihatkan keselamatan Allah yang dipenuhi-Nya di atas bumi baru.
Gereja adalah pengecapan ke muka dari bumi baru di mana kemah Allah akan ada di tengah-tengah manusia dan Dia akan diam bersama-sama dengan mereka. Gereja tidak hanya objek kasih Allah, tetapi juga, secara sukacita, menjadi cahaya kasih-Nya di tengah dunia yaitu sarana utama di tangan Allah untuk, pada zaman sejarah dunia-Nya ini, memberitahukan kepada semua orang dan bangsa bahwa merekalah milik-Nya, dibentuk-Nya secara khusus, dilahirkan untuk hidup bebas di hadapan-Nya, untuk menjadi anak-anak-Nya dan hidup sesuai dengan kehendak-Nya; dibebaskan dari segala utang dosa oleh Yesus Kristus, mereka dijadikan-Nya menjadi pengikut Yesus Kristus; mereka bukan lagi tercerai-berai di dunia, tidak lagi hidup sebagai orang asing, melainkan diterima kembali dalam kasih Allah, dipeluk-Nya, disambut-Nya dengan kasih,
penganutan menunggu bumi baru
diterima dengan senang hati dalam rumah Bapa Bahkan dimohon menjadi pengantin perempuan-Nya.
Gereja mendorong dan memanggil semua orang untuk percaya kepada Allah yang satu-satunya ini baik atau tidak baik waktunya, dengan disengaja atau tidak dengan disengaja.
Dalam nama Kristus gereja meminta dunia:
berilah dirimu didamaikan dengan Allah; marilah, ikut kami, atau bangunlah suatu persekutuan yang baru, sesuai dengan uraian yang sudah diutarakan tadi.
SOLI DEO GLORIA Agar supaya nama Allah dipuji sekarang di atas bumi Oleh karena semua yang dibuat gereja-Nya, yaitu:
berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan-Nya, menapaki jejak kaki Kristus, dan menunggu kedatangan-Nya kembali.
Supaya persekutuan yang baru ini pada akhirnya akan menikmati kesentosaan yang sempurna, dan hidup dalam kesejatian dan kekekalan kasih Alah di atas bumi baru yang sungguh-sungguh akan diciptakan Allah baginya.
Jembatan ke Bagian II
Bagian pertama buku ini telah bertolak dengan menentukan tujuan eksplorasi kita, yaitu mengetahui Misi dan Maksud Allah dengan Proyek Bumi-Nya. Di dalam rangka itu kita makin berfokus kepada wujud gereja, dan berlanjut pada misi gereja. Hasilnya dirumuskan sebagai ”pedoman operasional gereja”. Secara singkat dan sangat luas:
MISI GEREJA = HIDUP DI DUNIA SEBAGAI GEREJA
Gereja tidak melakukan misi―gereja adalah misi Allah
Kita juga sudah melihat segala bidang yang bersama-sama membentuk tanggung jawab umat Allah untuk hidup sebagai gereja: menempatkan dan mengorganisasikan gereja: 1. ibadah gereja; 2. proklamasi kebenaran Allah; 3. pelayanan kasih; 4. penggembalaan; 5. pengajaran sehat; 6. perse-kutuan global.
Setiap jemaat lokal yang bergumul untuk memperhatikan keenam unsur ini sebaik-baiknya, adalah jemaat yang misioner: emisi terangnya bersinar bagi semua yang ada di kampung, desa, kota di bumi.
Pada Bagian II kita akan menelusuri secara lebih konkret dan praktis pekerjaan misioner yang terorganisir secara khusus dan dengan disengaja:
pengutusan dan pengendalian pelayan-pelayan dan penginjil-penginjil ke dalam dunia untuk mengabarkan Injil, menobatkan orang, merintis gereja baru dan memuji nama Tuhan.
Isi dan hasil Bagian I adalah jantung Allah, yaitu teori dan praktik misi gereja yang dipaparkan dalam Bagian II. Antara lain, enam bidang gereja akan dipaparkan di bagian II sebagai liturgika, marturika, diakonika, poimenika, kateketika, dan oikomenika.