Buku ini adalah pedoman misi gereja-termasuk petunjuk penyelenggaraan pembinaannya.
Bagian I meletakkan dasar pengetahuan misi gereja yang perlu diketahui seluruh jemaat dan secara khusus mereka yang berminat pada aksi di bidang misioner ini.
Bagian II memperlihatkan pelapisan misi gereja dan akibatnya bagi organisasi misi itu, yaitu pembagian tanggung jawab dan perbedaan bidang-bidang misi itu secara konkret. Bagian III menyoroti tujuan misi ini, yang akan ditargetkan pada setiap tingkat misi gereja, dan yang harus diketahui oleh semua orang yang turut bermisi-mulai dengan seluruh jemaat dan lebih khusus lagi semua orang terlibat dalam penyelenggaraan misi gereja. Ketiga bagian ini menuntun pada penyelenggaraan pembinaan misi gereja, dengan membedakan tingkat-tingkat dan kelompok-kelompok tertentu, sebagai berikut:
1. Menuntun seluruh jemaat pada kesadaran misi gereja
2. Melatih keterampilan bersaksi
3. Membina anggota panitia misi
Siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungjawaban kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungjawaban dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat, dan dengan hati nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena perilakumu yang baik dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu. 1 Petrus 3:15-16 |
|
Baik perkataanku maupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan bukti bahwa Roh berkuasa, supaya iman kamu jangan bergantung pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah. 1 Korintus 2:4-5 |
|
Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman sebagaimana telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur. Kolose 2:6-7 |
Air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai pada hidup yang kekal, Yohanes 4:14.
belajar berbicara untuk menginjili
Maka Yesus berkata, ”Akulah terang dunia; siapa saja yang mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup”, Yohanes 8:12.
Program pelatihan khusus untuk menjadi saksi yang baik
bagi Kristus
Tujuan pelatihan ini adalah menjadi mampu dan berani untuk bersaksi tentang pengharapan yang ada dalam hati kita. Pokok pelatihannya:
Membangun sikap pembelajar untuk mengembangkan keterampilan pekabaran Injil.
Bagaimana kabar Anda? Sikap Anda? ”Terang” Anda?
Bagaimana komunikasi Injil yang baik, menarik, kreatif, dan efektif?
Apakah Anda berbakat dalam bidang pidato, debat, dan bahasa?
Apakah Anda rela belajar menjadi arif bicara?
Bagaimana memakai media modern (radio, televisi, internet)?
Sosial media sebagai sarana pekabaran Injil?
Bagaimana menjawab soal-soal sulit seperti:
KURSUS PENGINJILANKepercayaan pribadi Siapakah saya?Siapakah Allah? Siapakah Kristus? Bagaimanakah hubungan saya dengan Allah? Di manakah tempat-Nya Kristus bagi saya? Apa itu gereja? Apa kepercayaan orang lain? Dan posisi mereka terhadap Allah? Apa itu dunia? Apakah Alkitab? Strukturnya? Apakah ”Injil”? Bagaimanakah Allah menyatakan diri? Apakah sejarah penyelamatan? Rencana Allah? Bagaimanakah saya membaca Alkitab? Apakah efeknya bagi saya sendiri? Bagaimanakah implikasi misioner Alkitab? Apakah pembacaan itu mendorong saya bermisi? Apakah Roh Kudus memberanikan saya? Bagaimanakah saya mengembangkan keterampilan PI? Apakah struktur gerejawi pada kerja misioner? Bagaimanakah saya dapat melawan filsafat duniawi? Bagaimanakah saya dapat menilai agama lain? Apakah saya sanggup mengenal pelajaran palsu? Apakah efeknya pembacaan Alkitab pada saya? Bacalah Alkitab untuk memperoleh semangat misioner! |
Panitia ini ditugaskan untuk mengembangkan kesadaran jemaat akan misinya dan untuk mengatur penginjilan oleh jemaat yang disengaja di luar jemaat. Mereka mendorong jemaat, dan memprakarsai aksi-aksi penginjilan secara efektif dan kreatif. Kualitas organisasi panitia ini sangat tergantung dari pengetahuan para anggotanya mengenai visi, misi, dan strategi penginjilan. Maka mereka harus dibina secara struktural dan regular. Tujuan pembinaan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Para peserta pada akhir pembinaan telah mendapatkan ...
Dalam buku ini sudah banyak bahan yang diberikan, namun pasti ada juga referensi buku lain maupun kursus pekabaran Injil yang dapat dikelola secara mandiri maupun dengan bantuan sekolah-sekolah teologi. Yang terutama adalah membangun keyakinan dan kepercayaan pribadi panitia. Inilah sumber utamanya. Dari sumber itu akan mengalir sikap yang mampu untuk memimpin penginjilan gereja di dalam lingkungan gereja, untuk membangun jemaat di bidang misi gereja
LEBIH KREATIF LEBIH INOVATIF LEBIH ANTUSIAS
Bersama-sama dengan majelis, panitia ini menentukan syarat-syarat yang akan dipenuhi bagi mereka yang minta dibaptis. Biasanya mereka dimohon untuk mengikuti pendidikan iman (katekisasi) khusus bagi orang dewasa:
① isi Alkitab ② sejarah keselamatan ③ ringkasan singkat ajaran gereja
Tugas ”perintisan gereja baru” tidak dapat dilakukan oleh seorang diri, atau perorangan. Proses itu membutuhkan
Tugas panitia ini lebih sulit daripada tugas panitia sebelumnya. Mereka harus memberi supervisi proyek-proyek perintisan jemaat baru di tengah masyarakat di wilayah gereja. Panitia membutuhkan pengetahuan cukup mengenai visi, misi, strategi yang diperlukan untuk perintisan gereja. Syarat apa yang harus dipenuhi gereja baru? Kapan gereja baru itu resmi dibangun mandiri? Siapa pengambil keputusan saat itu? Bagaimana dengan kepemimpinan para utusan; pendidikan, pembiayaan, peralatan mereka? Bagaimana mengaudit pekerjaan mereka supaya kerjanya dapat diandalkan dan bahaya kecurangan dan ketidakpatutan dapat dicegah? Bagaimana menetapkan kriteria alkitabiah dan membangun pema haman mengenai jadwal proses, dan mengatur komunikasi dan evaluasi di semua tingkat dan kepada semua pihak yang terlibat (”stakeholders”)?
Segala sesuatu harus berlangsung dengan sopan dan teratur
1 Korintus 14:40
”Zending” artinya ”pekabaran Injil; usaha-usaha Protestan menyebarkan agama Kristen; badan-badan penye lenggara (misi) penyebaran agama Kristen” (menurut KBBI). Pada masa kini kata ”Zen ding” terasa kuno dan mengingatkan kita kepada masa lalu, di mana ada banyak ”zendeling” sebagai penyelenggara ”zending”.
Mereka datang dengan mandat untuk mengabarkan Injil, membaptis orang-orang yang bertobat, dan merintis gereja hingga mandiri.
Ungkapan singkat ini memperlihatkan misi gereja di negara lain yang jauh kepada masyarakat yang berbahasa lain, yang kebudayaannya lain, maupun yang agamanya lain.
Pada abad ke-21, ”zending” seperti ini hampir tidak ada lagi, karena di semua negara gereja sudah ada. Jadi, pekerjaan misi gereja di negara itu adalah tugas gereja nasional. Jika perlu, maka gereja itu dapat meneruskan misinya dengan kerja sama yang dengan gereja lain di dunia. Kerja sama itu disebut partnership oikumenis.
Contoh: gereja di Indonesia ingin mengabarkan Injil dan merintis gereja baru di wilayah-wilayah kepada orang yang belum dengar Injil, misalnya, masyarakat kampung kota tertentu. Karena sendiri saja tidak cukup mampu, mereka ingin bekerja sama dengan gereja lain, misalnya, di Korea, Belanda, Amerika Serikat, atau Jerman. Panitia setempat yang siap menangani proyek ini dan yang ingin bekerja sama dengan gereja lain (misalnya, bantuan berupa tenaga, atau kebutuhan lain) membutuhkan kebijakan tertentu. Kalau tidak, maka seluruh proyek ini gampang celaka dan hubungan persaudaraan de ngangereja-gereja lain terlukai.
Kerja sama (partnership) di bidang ini memerlukan pemahaman dalam segala macam ide, konsep, prinsip yang terlibat. Saya hanya mencantumkan pada gambar di sebelah istilah-istilah yang sudah menjadi jargon di bidang yang rumit ini sehingga Anda mendapat kesan bahwa pekerjaan ini membutuhkan pendidikan di tingkat tinggi, profesional, dan rapuh karena amatir.
Karena rumitnya tugas mengabarkan Injil dan perintisan gereja baru, maka para pekerja yang diutus di bidang ini butuh pembekalan di tingkat pendidikan yang memadai untuk tugas yang dipercayakan kepada mereka. Sekolah menengah teologi Kristen (SMTK) meletakkan dasar pertama, tetapi tidak cukup untuk menjadi penginjil. Kondisi dan situasi proyek PI bia sa nya membutuhkan kualitas pendidikan yang lebih tinggi.
Sekolah tinggi teologi (STT) meletakkan dasar yang lebih baik, asal sikap, motivasi dan keyakinan batiniah cukup mendapat perhatian juga. STT biasanya mencakup pengetahuan umum Alkitab, Gereja, Dog-matika, Etika, dan Teologi Praktis.
”Misiologi” (sebagai submata pelajaran Teologi Praktis) akan berisi
① Dasar Alkitabiah Misi; ② Sejarah Misi (Zending); ③ Komuni-kasi Injil dalam Kebudayaan lain (Kontekstualisasi); ④ Motivasi Misi;
⑤ Tujuan Misi; ⑥ Saran dan Metode Misi; ⑦ Perkembangan Oiku-mene; ⑧ Gotong Royong Oikumenis.
Lulusan STT yang dikhususkan untuk misi gereja, masih membu-tuhkan spesialisasi dan konsentrasi lebih. Spesialisasi dan persiapan untuk para utusan (khususnya mereka yang ke luar negeri untuk bertugas sebagai perintis gereja), akan diminta
① memperdalam pengetahuan di semua bidang Misiologi ini; ② Me-nyadari aspek-aspek Praktis Misi; ③ Studi Wilayah Target dan Kebuda-yaannya (Histori; Kultur; Antropologi; Sosiologi); ④ Keterampil an Ko-munikatif; ⑤ Akulturasi; ⑥ Keterampilan Edukatif dalam Kebudaya an Asing; ⑦ Keterampilan Edifikasi Gereja; ⑧ Kerumitan dan Implikasi Partnership; ⑨ Kerumitan Kemandirian Finansial; ⑩ Fase-fase Proses PI dan Cara-cara untuk menuju Tujuannya; ⑪ Menikmati Persekutuan Interkultural Oikumene; ⑫ Bagaimana melimpahkan Gloria Dei melalui semuanya ini. Karena itulah tujuan pertama dan utama.
Halaman ini memperlihatkan bobotnya pendidikan yang diperlukan dalam misi dan perintisan gereja yang lebih rumit, sebab sosial, ekonomi, antropologi, kultur, adat, bahasa semua itu sangat berbeda.
Semua persyaratan tadi dapat menakutkan kita. Jika pekerjaan itu begitu sulit dan rumit, siapa yang masih berani memulainya? Lagi pula, pendidik an tinggi tidak secara otomatis memproduksi tenaga-tenaga misi yang baik. Seseorang dengan pendidikan tinggi mudah terjatuh dengan sikap sombongnya. Sedangkan, yang diperlukan adalah tabiat orang yang tahu bekerja sama, membangun dan memimpin tim, dan pada akhirnya rela untuk mengundurkan diri. Sikap yang sombong dapat menghambat kemandirian jemaat baru karena menciptakan ketergantungan yang kurang sehat. Pendidikan apa pun bisa dipilih (tinggi, menengah, atau dasar), yang penting gereja induk memiliki kompetensi sebagai berikut: