Gerrit Riemer
Siapa yang pada masa kini memasang telinganya di tengah aliran Kristen (baik Protestan maupun Katolik Roma), akan mendengar banyak pembicaraan mengenai Roh Kudus. Isu teologis ini dipelajari di banyak sekolah teologi di seluruh dunia; sejumlah besar sarjana teologi telah menulis artikel atau buku mengenai Roh Kudus. Di toko buku tersedia lebih banyak buku mengenai Roh Kudus daripada Yesus Kristus. Ada aliran-aliran Kristen yang berpendapat bahwa pekerjaan Roh Kudus kurang disoroti (bahkan diabaikan) pada abadabad sebelumnya. Menurut aliran Karismatik, gereja-gereja tradisional membutuhkan ”reformasi ke-2”,karena Reformasi Akbar pada abad ke-16 hanya menghasilkan Reformasi ”setengah matang” dan tidak merestorasikan pekerjaan Roh Kudus.
Siapa yang pada masa kini memasang telinganya di tengah aliran Kristen (baik Protestan maupun Katolik Roma), akan mendengar banyak pembicaraan mengenai Roh Kudus. Isu teologis ini dipelajari di banyak sekolah teologi di seluruh dunia; sejumlah besar sarjana teologi telah menulis artikel atau buku mengenai Roh Kudus. Di toko buku tersedia lebih banyak buku mengenai Roh Kudus daripada Yesus Kristus. Ada aliran-aliran Kristen yang berpendapat bahwa pekerjaan Roh Kudus kurang disoroti (bahkan diabaikan) pada abadabad sebelumnya. Menurut aliran Karismatik, gereja-gereja tradisional membutuhkan ”reformasi ke-2”,karena Reformasi Akbar pada abad ke-16 hanya menghasilkan Reformasi ”setengah matang” dan tidak merestorasikan pekerjaan Roh Kudus.
Menurut aliran Karismatik, pekerjaan Roh Kudus ”digelapkan” sejak abad ke-2 dan ke-3. Pada waktu itu gereja kuno berhasil melenyapkan ajaran Montanus. Tokoh gereja ini mengajarkan bahwa Roh Kudus mengangkatnya sebagai sarana khusus untuk mewahyukan kehendak Allah kepada gereja dan dunia. Dua nabi perempuan (Priscilla dan Maximilla) mengikutinya dan mulai berbahasa roh (berbahasa lidah). Mereka bernubuat bahwa akhir zaman sudah datang dan Yerusalem baru akan turun di Pepusa, (pusat gerakan Montanus) pada 170 M. Priscilla bermimpi bahwa Yesus Kristus dalam rupa seorang perempuan turun dan tidur bersamanya. Montanus mengajarkan bahwa semua karunia Roh yang disebut Alkitab tetap tersedia bagi gereja. Gerakan Montanus (yang biasanya disebut sebagai gerakan karismatis yang pertama) dibahas dan dikutuk gereja di berbagai sinode abad ke-2 sebagai bidat. Akhirnya Sinode Antiokhia, 202 M, secara resmi mengucilkannya. Aliran Karismatik masa kini memperlihatkan ciri-ciri Karismatik yang juga dapat dilihat dalam gerakan Montanisme, karena itu gerakan-gerakan karismatis sering disebut neomontanisme gerakan Montanisme baru.
Menurut penilaian ahli-ahli teologi Karismatik pada masa kini (abad ke-20/21), dengan pengucilan Montanisme telah mulai abad-abad gelap pekerjaan Roh Kudus di dalam sejarah gereja. Karena dengan pengucilan itu, Sinode Antiokhia menggelapkan pekerjaan Roh Kudus. Kemudian, para Reformator pada abad ke-15 dan ke-16 tidak mengakhiri abad-abad gelap ini. Mereka tidak memulihkan pekerjaan Roh. Jadi, menurut teologia Karismatik, Reformasi belum komplet (”setengah matang”’) karena Luther dan Calvin tidak merestorasikan semua karunia khusus yang disebut Alkitab, sehingga abad-abad setelah Reformasi Akbar, tetap gelap. Menurut visi ini, selama abad-abad gelap ini ada beberapa ”bintang pengharapan” Karismatik, seperti gerakan Camisards di Prancis, dan Shakers di Inggris dan Amerika (lihat bagan di bawah ini). Sedangkan Metodisme (John Wesley) dan Holyness Movement juga dapat dilihat sebagai perkembangan positif karena mempersiapkan tanah subur bagi Karismatik. Baru pada abad ke-20 (1908) dunia Kristen mengalami reformasi yang sempurna dengan Gerakan Pentakosta. Gerakan itu, menurut pandangan historis karismatik, berhasil mengakhiri abad-abad gelap tersebut; pekerjaan Roh Kudus dibebaskan dari kungkungan teologis yang mendominasi ajaran gereja, pada abad ke-2 sampai abad ke20 (200–1900 ). Dari perspektif masa kini, Gerakan Pentakosta juga disebut Gelombang Karismatik yang Pertama. Disusul oleh Gelombang Kedua (kirakira 1960), dan yang ketiga (kira-kira 1980). Sehingga pada masa kini banyak gereja tradisional mengalami pengaruh Gerakan Karismatik ini dan sering membuka pintu bagi ajarannya. Karena giatnya penyebaran ajaran Karismatik, gereja pada masa kini sangat membutuhkan ajaran yang sehat mengenai oknum dan pekerjaan Roh Kudus. Atau, apakah ajaran Karismatik mengenai Roh Kudus itu benar? Atau apakah perlu gereja menolak ajaran Karismatik sebagai ajaran palsu, seperti yang dilakukan oleh gereja kuno terhadap Montanus? Menghadapi segala permasalahan akibat gerakan Karismatik, Gereja dipanggil untuk menetapkan ajaran mengenai Roh Kudus (pneumatologi) yang sehat, yang sesuai dengan Alkitab.
Gereja pada masa kini sangat membutuhkan ajaran yang sehat mengenai oknum dan pekerjaan Roh Kudus.
Orientasi: Aliran-aliran mengenai Roh di Indonesia
Dalam bahasa Indonesia ada banyak buku mengenai Roh Kudus. Kebanyakan buku tersebut adalah terjemahan dari buku-buku terbitan luar negeri. Banyak sekali buku dari gerakan Pentakosta, Karismatik atau ”Injil Kemakmuran” (”teologi sukses”, prosperity gospel, possibility theology), seperti dari Paul Yonggi Cho, Benny Hinn, Derek Prince, Wilberworth Ford, Robert Shuler dan lain-lain). Tetapi, ada juga dari main-line theology, seperti dari Don de Welt, Stanley M. Horton. Khususnya mengenai karisma-karisma Roh terdapat puluhan judul buku. Dari segi teologi Indonesia, terutama kami sebut bukubuku Herlianto, yang sangat penting dalam diskusi mengenai semuanya ini. Perdebatan Herlianto dengan Djaka Christianto Silalahi sangat menegangkan (khususnya mengenai ”rhema”). Tambah juga dengan Stephen Tong dan Paulus Daun.
Ada banyak pokok yang berhubungan dengan pekerjaan Roh Kudus.
Misalnya hal bahasa lidah ( atau ”bahasa roh”, ”glosolalia”), bernubuat, ”second blessing”, penyembuhan, mukjizat, lawatan Roh (”Toronto blessing”, ”Slain by the Spirit”), tenaga dalam, hal ”rhema dan logos”, perang rohani (dan ”eksorsisme”), transfer roh (melalui penumpangan tangan), dan sebagainya. Semuanya itu ditafsirkan oleh Gerakan Karismatik sebagai tanda bukti kuasa pekerjaan Roh Kudus pada masa kini, sebagai karismata, atau sebagai lawatan Roh secara langsung, secara spektakuler, sebagai gejala-gejala supraalami.
Banyaknya buku mengenai karisma-karisma itu membuat kita heran dan mengeluh: ”Manakah jalan yang lurus dan benar?” Semua buku dan artikel memakai Alkitab sebagai sumber yang penting. Walaupun demikian seolaholah ada ratusan pendapat yang berbeda dan yang saling bantah. Di dalam kekacauan ini, kami yakin hanya ada dua aliran utama yang saling bantah dan yang pada dasarnya tidak dapat diselaraskan: ada yang yakin bahwa Roh Kudus pada masa kini masih tetap melakukan semua pekerjaan, masih memakai semua cara, dan masih memberikan semua karuinia yang dilukiskan dalam Alkitab, baik PL maupun PB; sedangkan yang lain yakin bahwa Roh Kudus pada masa kini (sejak penutupan kanon Alkitab) bekerjanya tidak dengan cara yang sama (artinya memakai cara lain, karunia lain, atau sarana lain) dibandingkan dengan masa PB dan PL.
Pendapat pertama menuntun pada penerimaan prinsip-prinsip Gerakan Karismatik dan Pentakosta. Pendapat kedua mendorong gereja menerima prinsip-prinsip Reformed yang asli (seperti aliran Teologi Alkitabiah, Biblical Theology yang para tokohnya (seperti Carson, Goldsworthy, Wright) menekankan Redemptive History (Sejarah Penyelamatan) dan hermeneutik yang sesuai. Aliran Karismatik dan Pentakosta sangat komunikatif melalui media modern. Mereka menerbitkan banyak buku yang gemilang, yang glossy. Mereka juga memakai cakram padat, televisi, dan radio yang menyebarkan ajaran Karismatik, juga semakin banyak website di internet. Pendapat Reformed-Alkitabiah seakan-akan kurang kuat, kurang berani, dan kurang mampu. Di Indonesia, Stephen Tong dan Herlianto (antara lain) dapat disebut sebagai pahlawan teologi Reformed. Mereka secara tegas melawan Gerakan Karismatik melalui buku, mimbar, sekolah, dan universitas teologi.
Bab ini mempelajari dan melukiskan oknum dan pekerjaan Roh Kudus. Jelas, ada pokok dogmatis lain dalam buku ini yang juga membahas aspek-aspek oknum dan pekerjaan Roh Kudus. Misalnya dalam bab mengenai Wahyu Allah (Bab 1), mengenai Allah Tritunggal (Bab 2) dan mengenai Perjanjian dan Alat-alat Anugerah (Bab 8). Para penyunting telah memutuskan untuk mengkhususkan satu bab mengenai Roh Kudus. Hal itu tidak lazim dalam tradisi reformasi.
Yohanes Calvin, dalam Institutio, tidak menulis satu bagian khusus mengenai Roh Kudus. Walaupun demikian, Calvin, berdasarkan seluruh pekerjaannya, juga bergelar ”teolog Roh Kudus”. Seluruh bagian ketiga dari Institutio (”Cara kita mengambil bagian dalam anugerah Kristus”) sebenarnya mengenai karya Roh Kudus. Karena Roh Kudus, menurut Calvin, gereja mengenal Allah yang benar; oleh pekerjaan-Nya kita adalah anggota tubuh Kristus, gereja hidup, dan saya hidup Ia memberikan semua harta karunia dari dalam Alkitab kepada gereja.
Herman Bavinck (sarjana Dogmatik Reformed di Belanda) juga tidak menulis satu bab khusus mengenai Roh Kudus. Demikian pula Louis Berkhof, Dieter Becker, dan Henry C. Thiessen. Dogmatika Masa Kini dari Niftrik/Boland membagi seluruh dogmatik menurut pembagian oknum dan pekerjaan Allah Tritunggal. Ada yang lain, yang menyajikan bagian khusus mengenai Roh Kudus, misalnya Wesley Brill, Abineno, dan Charles C. Ryrie.
Mengapa buku ini berisi bab khusus tentang Roh Kudus? Karena
Pentakostalisme (sejak 1906) dan Neopentakostalisme (gelombang-gelombang gerakan karismatis sejak 1960) memaksa gereja tradisional untuk menjawab ajaran Karismatik dan membela ajaran yang sehat mengenai oknum Roh Kudus dan pekerjaan-Nya.
Ada dua kerangka mutlak yang sangat menentukan ajaran Roh Kudus. Dua kerangka ini berpasangan seperti dua sisi mata uang: (1) Kerangka Keesaan Allah Trintunggal; dan (2) Kerangka Sejarah Penyelamatan.
Dalam kerangka Keesaan Allah Tritunggal
Allah telah menyatakan diri sebagai Allah yang Esa (satu Zat atau Hakikat yang tunggal) yang di dalam-Nya ada tiga Pribadi yang berlainan sifat dan pekerjaannya. Allah Tritunggal ini tetap satu Allah, dan harmonis dalam semua pekerjaan-Nya. Pengakuan Iman Reformasi mengaku dalam pasal 8: ”... ketiga-Nya satu dalam kebenaran dan dalam kekuatan, dalam kebaikan dan dalam kemurahan”.
Pengakuan Iman Westminster melukiskan seluruh pekerjaan Allah yang Esa dalam pasal II.1.2 dan selanjutnya (II.3) mengaku: ”Allah yang di dalamNya terdapat tiga Pribadi.” Di dalam kesatuan Allah itu ada perbedaan dan pembagian pekerjaan ketiga Pribadi Allah. Nama-nama Allah (Bapa, Anak, dan Roh Kudus)mengacu pada perbedaan kodrat, karya, dan tugas ketiga Pribadi Ilahi itu. Tiga Nama itu mewahyukan kepenuhan Tuhan (Yahwe) Allah (Elohim). Tiga nama itu menyatakan keistimewaan ketiga pribadi Allah yang bersamasama adalah satu Allah yang Esa. Perspektif ke-Tritunggal-an ini secara mutlak menentukan tinjauan gereja terhadap Roh Kudus. Roh Kudus hanya dapat ditanggapi dalam kesatuan karya Allah dan dalam pembagian karya itu antara Bapa, Anak dan Roh.
Dalam kerangka Sejarah Penyelamatan
Untuk mewujudkan rencana-Nya, Allah yang Esa mengomitmenkan diri dengan sejarah (lih. Wright, Ajaran ke-Tritunggal-an secara mutlak menentukan tinjauan gereja terhadap Roh Kudus.
2006, 263, ”the Logic of God’s commitment to history”, juga 416, ”the overarching mission to which God has commited himself and the whole outworking of history”). Allah mengerjakan rencana keselamatan-Nya melalui lalu lintas waktu kesejarahan (”diakron”=menelusuri waktu), dan secara linear dari awal zaman sampai akhir zaman. Dengan menelusuri waktu, Allah sampai pada masa kini dan menyatakan diri-Nya melalui penuturan sejarah-Nya sebagaimana disajikan dalam Kitab-kitab Suci. Kerangka historis ini sangat penting untuk mengerti pekerjaan Roh Allah. Tersingkaplah Roh Kudus yang bertindak sesuai dengan kebutuhan masa sejarah. Allah mewujudkan tujuan rencanaNya langkah demi langkah, fase demi fase, sampai selesainya pemulihan segala sesuatu. Setiap fase sejarah membutuhkan cara dan sarana karya yang sesuai dengan tujuan fase itu. Misalnya, dalam penciptaan, setiap Pribadi Allah berperan untuk mencapai tujuan fase itu, yaitu penciptaan dunia dan segala isinya. Peran itu tidak sama dengan peran Allah Tritunggal pada masa Kerajaan Israel, atau pada masa Jemaat Perdana. Cara dan sarana karya Roh Kudus dalam Perjanjian Lama tidak sama dengan cara-Nya dalam Perjanjian Baru. Roh Kudus memilih cara dan sarana-Nya sesuai dengan perkembangan masa Sejarah Penyelamatan Dunia.
Dua kerangka tadi (”Keesaan Allah Tritunggal” dan ”Perkembangan Sejarah Penyelamatan”) menjamin dua titik fokus untuk mempelajari ajaran mengenai Oknum dan Karya Roh Kudus. Dalam satu kalimat dapat dikatakan sebagai berikut:
Allah Tritunggal, yang Esa dalam segala perbuatan-Nya, melalui kuasa Oknum dan Karya Roh Kudus, dan dengan mengikuti masa-masa kesejarahan, mewujudkan rencana keselamatan Allah sampai selesai di bumi baru.
Peninjauan ini menjamin suatu pengertian terhadap Roh Kudus yang jelas, konkret, dan logis. Karena cara dan sarana pekerjaan Roh Kudus secara logis berubah sesuai dengan dua titik orientasi ini:
1. Roh selalu dan semata-mata mengerjakan sesuatu sesuai dengan kesatuan-Nya dengan Bapa dan Anak;
2. Roh selalu dan semata-mata mengerjakan sesuatu sesuai dengan tujuan masa Sejarah Penyelamatan.
Dua titik orientasi ini bagaikan dua titik fokus suatu elips yang di dalamnya dapat dirumuskan ajaran Roh Kudus. Di bawah ini, pertama-tama kita menyoroti kesatuan Roh dengan Bapa dan Anak, berdasarkan data-data Alkitab (6.2). Kemudian kita fokus pada karya Roh Kudus dengan menelusuri masamasa sejarah penyelamatan (6.3). Pembahasan ini bermuara pada penjelasan mengenai pekerjaan Roh Kudus pada gereja masa kini (6.4).
Bagaimana Roh Kudus menyatakan diri-Nya dalam Alkitab? Dalam Alkitab kita menjumpai Roh Kudus sebagai Roh, Roh Allah, Roh Tuhan, Roh-Ku, RohNya, Penghibur, Penuntun ke dalam kebenaran, Karunia Sulung, Meterai, Jaminan Bagian Kita, dan sebagainya. Kita mulai menyelidiki arti harfiah kata roh dan arti berbagai kiasan yang dipakai Alkitab untuk mencirikan roh (6.2.1.). Kemudian kita menerangkan Roh dari asal-Nya (6.2.2., Roh Allah, Roh Tuhan, Roh Bapa dan Anak). Sebagai kesimpulan kita meneliti
Program dan Agenda Roh Kudus (6.2.3.) dan kata-kata yang mencirikan oknum dan pekerjaan Roh dalam Perjanjian Baru (6.2.4.).
Untuk memahami semua yang dapat dimengerti mengenai Roh Kudus sebagai satu dari ketiga oknum Allah Tritunggal, apa sumber pengetahuan kita? Di masa kini, semua yang dapat kita ketahui mengenai Allah, telah dinyatakan kepada para nabi dan para rasul. Kitab-kitab mereka membentuk sumber pengetahuan kita. Isi kepercayaan (menurut prinsip sentral reformed) selalu sesuai scriptura–sola scriptura. Sumber satu-satunya bagi kita untuk mengetahui Roh Kudus adalah Firman Allah (sebagaimana kita menerimanya secara tertulis di dalam Alkitab).
Itu berarti bahwa pengetahuan teologis mengenai Roh Kudus tidak berdasarkan pengalaman kita. Juga tidak berdasarkan ilmu manusia. Dan sama sekali tidak berdasarkan ilmu adat dan mite (yang biasanya penuh dengan ”roh” dan gejala-gejala roh).
Melewati semua sumber palsu itu, mari kita membuka Alkitab untuk mengetahui Roh Kudus. Kata ”roh” dalam Alkitab (bhs. Ibrani: ruah; bhs. Yunani: pneuma secara harfiah berarti angin, nafas, udara sesuatu yang hidup tetapi yang tidak berbadan jasmani. Ia sendiri tidak dapat dilihat dengan mata, tetapi efek kehadirannya dapat dirasakan ataupun dilihat. Gejala alam angin menjelaskan arti roh secara tetap. Angin itu sendiri tidak dapat dilihat, tetapi membuat pohon dan rumput bergerak. Ruah adalah energi, kekuatan dan kekuasaan. ”Nafas” yang membuat makhluk-makhluk (manusia dan binatang) hidup. Jadi, ”roh” adalah energi, kekuatan atau kekuasaan yang tidak dapat dilihat, tetapi yang efektif untuk melakukan atau menggerakkan sesuatu, baik di tingkat yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan.
Definisi ini masih sangat umum dalam mengartikan roh. Apa yang dilakukan roh tergantung dari asal dan sifat roh. Misalnya, jika kita berbicara mengenai roh jahat, maka jelaslah bahwa apa yang dilakukannya juga jahat. Dengan kata lain, pengertian oknum roh dan pekerjaannya tergantung dari asal dan sifat roh itu. Demikian juga dengan Roh Kudus. Kita hanya dapat mengerti Roh Kudus jika kita fokus pada asal dan sifat-Nya.Tanpa pengertian itu, segala pembicaraan mengenai Roh Kudus, dan juga segala praktik kekristenan yang berhubungan dengan itu, cenderung terombang-ambing di atas pengalaman dan perasaan individual manusia (subjektivisme). Seperti kapal laut yang tidak mempunyai kemudi atau sauh.
Semua makna umum kata roh, juga dapat digunakan untuk mengartikan Roh Kudus. Kata-kata seperti angin, gaya hidup, vitalitas, kuasa, maksud, emosi, pikiran, batin, jiwa, energi, kekuatan gaib, motivasi, penggerak, dan sebagainya, juga dipakai Alkitab untuk mengistilahkan aktivitas Roh Kudus.
Semua ”bentuk” atau ”gejala” yang kita temui dalam Alkitab untuk menyatakan aktivitas Roh Kudus, melambangkan dan menekankan arti kata ”roh” yang tadi kita gambarkan secara umum:
Burung merpati Pada saat pembaptisan Yesus Kristus: Roh Allah seperti burung merpati turun di atas-Nya (Mat. 3:16; ”tulus seperti merpati” Mat. 10:16); ”Aku telah melihat Roh turun dari langit seperti merpati, dan Ia tinggal di atas-Nya” (Yoh. 1:32).
Angin
Pada Hari Pentakosta: ”Tiba-tiba terdengarlah bunyi dari langit seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk” (Kis. 2:2). ”Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh” (Yoh. 3:8).
Nafas
”Nafas Tuhan”, nafas hidup, ”Roh Allah telah membuat aku, dan nafas Yang Mahakuasa membuat aku hidup” (Ayb. 33:4). ”Nafas” dalam hubungan dengan Allah mengacu pada Roh Kudus.
Api
Pada Hari Pentakosta: ”Tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti lidah api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masingmasing” (Kis. 2:3).
Orientasi: ”Zat” Allah adalah Roh
Allah diketahui sebagai wujud rohani. Wujud Allah ini unik dan melampaui pengertian manusia. Dalam upaya untuk memahami Allah, kita jangan menafsirkan ”rohani” sebagai kebalikan dari ”jasmani”. Itu pandangan yang didasarkan pada dualisme atau dikotomi filsafat manusiawi mengenai manusia (sebagaimana dapat ditemui dalam filsafat kuno Yunani). Nama ”roh” yang dipakai untuk wujud Allah, semata-mata harus dipandang secara tersendiri. Nama ini mengacu pada kuasa Allah yang unik dan zat kehidupan-Nya yang unik. Roh ini adalah sumber segala kuasa dan segala kehidupan. Kuasa dan kehidupan itu tidak dapat dibandingkan dengan kehidupan suatu makhluk apa pun. Kehidupan Allah sebagai Roh adalah kekal, abadi dan tidak fana. Kita mencari kata-kata yang bermacam-macam, tetapi kita juga harus mengakui bahwa pengetahuan kita dan cara mengungkapnya sebagai manusia fana itu terbatas. Sifat kehidupan Allah merupakan misteri bagi kita. Nama ”roh” bagi Allah mengajarkan kepada kita untuk ”tidak pernah merenungkan Allah sebagai hal duniawi atau jasmani” (Calvin, Institutio I,13,1). Nasihat ini tetap laku dan mencegah pikiran kita untuk mengerti Allah dan Roh-Nya dari segi antropologi (dengan pembedaan antara ”tubuh” dan ”jiwa”), atau dari segi adat (beraneka ragam pandangan mengenai ”roh”, misalnya dalam mistik Jawa), atau dari segi filsafat (lih. juga Bab 2, paragraf mengenai Kerohanian Allah).
Roh Kudus tidak akan melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan rencana ”Dewan Musyawarah Allah”.
Pengertian terhadap Roh Kudus ditentukan oleh asalnya. Dari manakah Roh Kudus? Yang terutama, Roh Kudus tidak bekerja secara soliter, seakan-akan mempunyai program dan agenda sendiri. Kesaksian Alkitab membuktikan sebaliknya. Roh Kudus tidak dapat dipahami lepas dari Allah Tritunggal. Ada tiga Pribadi dengan kodrat tabiat-Nya masing-masing. ”Bapa” tidak mempunyai arti tanpa ”Anak”; ”Anak” tidak mempunyai arti tanpa ”Bapa”; dan ”Roh” tidak mempunyai arti tanpa ”Bapa dan Anak”. Kesatuan Allah Tritunggal menentukan kesatuan agenda Allah dan tugas masing-masing Pribadi. Ketiga Pribadi itu bekerja secara harmonis dalam ”ekonomi keselamatan”. Setiap Pribadi mempunyai posisi sendiri dalam ekonomi itu. Tidak ada sesuatu pun yang dibuat di luar masterplan ekonomi keselamatan itu. ”Ekonomi keselamatan” membatasi pengetahuan tentang karya Roh Kudus. Roh Kudus tidak akan melakukan sesuatu tersendiri yang tidak sesuai dengan ekonomi itu. Ekonomi keselamatan mengatur perwujudan rencana sejarah penyelamatan. Roh Kudus tidak akan melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan rencana itu, sesuai dengan keputusan-keputusan yang diambil dalam ”Dewan Musyawarah Allah” (hubungan persekutuan antara Bapa dan Anak dan Roh Kudus). Hal ini perlu ditekankan secara tegas, karena ada kelompok Kristen (khususnya kalangan karismatis) yang kurang menghiraukan hubungan karya Roh Kudus dengan janji-janji dan tujuan pokok Rencana Penyelamatan.
Sumber roh
Pada bagian Alkitab yang berbicara mengenai ”roh”, sumber roh itu selalu jelas dari konteksnya, atau dari kata adjektifnya seperti Roh Allah (31 kali), Roh Tuhan (26 kali), Roh-Ku (16 kali), Roh-Nya (10 kali), Roh-Mu (6 kali), Roh Kudus (96 kali). Ada juga pemakaian kata ”roh” yang tidak mengacu pada Roh Kudus, tetapi roh lain. Misalnya roh jahat, roh kebijaksanaan, roh cemburu, roh peramal, roh dusta, roh yang rela, roh kekacauan, roh keadilan, dan roh perzinahan. Fokus bab ini adalah Roh yang berasal dari Allah Tritunggal.
Fakta ini juga menjelaskan mengapa dahulu kebanyakan buku dogmatik tidak membahas oknum dan pekerjaan Roh Kudus secara tersendiri. Karena pekerjaan Roh hanya dapat dilukiskan berdasarkan posisi-Nya dalam ke-Ttritunggal-an Allah, atau berdasarkan aktivitas-Nya dalam sejarah penyelamatan.
Roh, menurut Alkitab, diutus atau dikirim, dicurahkan, diberikan, diturunkan
... oleh Bapa dan Anak. Tabiat dan tugas oknum Roh Kudus ditentukan oleh maksud dan pekerjaan Bapa dan Anak. Mereka mengutus Roh untuk mencapai maksud pekerjaan mereka, dalam rencana kesejarahan yang ditentukan dalam Dewan Musyawarah Allah. Jadi, pada hakikatnya cukuplah pendekatan ini untuk mengerti Roh Kudus. Hubungan pekerjaan Roh Kudus dengan Bapa dan Anak sangat menentukan dan memuaskan semua yang dapat dikatakan mengenai Roh Kudus. Jika kita memaparkan pekerjaan Bapa dan Anak, kita memaparkan pekerjaan Roh Kudus.
Yesus Kristus sendiri secara tegas menggantungkan pekerjaan Roh kepada diri-Nya sendiri dan kepada Bapa-Nya: ”... apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang. Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya dari Aku” (Yoh. 16:1314). Dan ”Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu” (Yoh. 14:26), ”Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku” (Yoh. 15:26).
Artinya, siapa yang mengerti program Bapa dan Anak dalam sejarah atau dalam kehidupannya sendiri, ia juga mengerti pekerjaan Roh. Berdasarkan wawasan ini, tidak heran bahwa banyak dogmatik tradisional membahas Roh Kudus dalam bab mengenai ketritunggalan Allah. Roh diterangkan dalam rangka pekerjaan Bapa (penciptaan, segala perbuatan-Nya dalam rencana penyelamatan), dan dalam bab mengenai pekerjaan Anak (soteriologi, pembenaran, pengampunan, kehidupan baru, alat-alat anugerah), dan seterusnya.
Paham ini (yang didasarkan pada Yoh. 14-16) merupakan kunci utama untuk menguraikan ajaran Roh Kudus, juga bila dibahas dalam suatu bab khusus. Paham ini menentukan setiap pembicaraan atau karangan mengenai Roh Kudus secara mutlak.
Roh Allah/Roh Tuhan
Perjanjian Lama membuka penuturan sejarah dunia dengan mengintroduksi Allah (bhs. Ibrani elohim). Pribadi pertama yang disebut Alkitab adalah Roh Allah. Dalam fase pertama sejarah dunia Allah mulai mengolah dunia menjadi tempat kesukaan-Nya dan bukti kemuliaan-Nya. Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya. ”Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air”.
Untuk memahami oknum dan pekerjaan Roh di sini, kita harus mengerti fase sejarah menurut rencana Allah. Fase ini adalah fase pertama, terjadinya segala sesuatu. Bagaimana semuanya dijadikan? Allah yang menciptakan. Apa yang diciptakan-Nya? Langit dan bumi, dan segala sesuatu. Siapa yang diutusNya untuk mempersiapkan penciptaan itu? Roh-Nya. Siapa yang menjadi sarana (atau medium) utama dalam pekerjaan mencipta itu? Roh-Nya.
Dalam Perjanjian Lama kita temui ”Roh” sebagai Roh Allah (Roh elohim dan Roh Tuhan (Roh yahweh/ Yahwe). Roh Kudus dalam Perjanjian Lama hanya kita jumpai tiga kali, Mazmur 51:11, Yesaya 63:10-11 (sedangkan dalam PB kira-kira 90 kali). Jika Allah mengerjakan sesuatu di dalam sejarah Perjanjian Lama, Dia sering memenuhi seseorang dengan Roh-Nya untuk melakukan sesuatu itu. Demikianlah orang itu menjadi alat di tangan-Nya. Pada waktu Dia menyuruh Musa untuk membangun Kemah Pertemuan, Allah memenuhi Bezaleel ”dengan Roh Allah, dengan keahlian dan pengertian dan pengetahuan, dalam segala macam pekerjaan” (Kel. 31:2,3). Contoh ini memperlihatkan secara konkret hubungan antara tujuan pekerjaan Allah dan sarana-sarana yang dipakai-Nya. Sesuai dengan kebutuhan, situasi, dan masa, Allah memberikan karunia-karunia yang cocok dan efektif. Musa tidak berdoa untuk semuanya itu, tetapi Allah, menurut kehendak-Nya mengaruniakan keahlian, pengertian, dan pengetahuan yang pas. Allah adalah Aktor pertama. Manusia adalah aktor kedua yang ikut secara taat. Itulah implikasi kedaulatan-Nya. Allah yang kekal tidak bergantung kepada siapa atau apa pun. Dia menyelesaikan rencana-Nya dengan mengangkat orang, atau dengan mengangkat satu bangsa. Dalam perbuatan Allah ini, Roh yang mengambil tindakan, Dialah yang mengangkat, menghidupkan, memenuhi, dan memperlengkapi. Tidak untuk melakukan kehendak manusia sesuai dengan pengertian dan keinginan manusia, tetapi untuk melakukan kehendak dan rencana Allah. Pendapat ini menentukan dan membatasi pengharapan manusia terhadap pekerjaan Roh Kudus, juga pada masa kini. Allah selalu bertindak sebagai Subjek Utama di dalam seluruh sejarah dunia dan begitu pula di dalam sejarah pribadi seseorang. Ayub mengungkapkan ketergantungan manusia kepada Allah seperti berikut: ”Roh Allah telah membuat aku, dan nafas Yang Mahakuasa membuat aku hidup” (Ayb. 33:4).
Pada saat Allah ingin memakai Bileam yang tidak percaya(!), Roh Allah menghinggapinya (Bil. 24:2). Roh Allah juga berkuasa atas Saul (1Sam. 10:10). Obed dihinggapi Roh Allah (2Taw. 15:1). Roh Allah menguasai Zakharia (2Taw. 24:20) sehingga ia berani berbicara secara tegas kepada rakyat. Hakim-hakim seperti Simson, Gideon, Yefta, diangkat oleh Tuhan. Roh-Nya menghinggapi mereka dengan tujuan untuk menghakimi atau membebaskan Israel. Setelah zaman hakim-hakim, Allah bekerja terus melalui nabi-nabi dan raja-raja. Roh Tuhan berkuasa atas Daud, Mikha, Elisa, Yahaziel, Yehezkiel, dan lain-lain.
Yesaya menyadari kedaulatan Tuhan pada waktu ia, atas nama Tuhan, berkata ”Siapa yang menakar air laut dengan lekuk tangannya dan mengukur langit dengan jengkal, menyukat debu tanah dengan takaran, menimbang gunung-gunung dengan dacing, atau bukit-bukit dengan neraca? Siapa yang dapat mengatur Roh Tuhan atau memberi petunjuk kepada-Nya sebagai penasihat? Kepada siapa Tuhan meminta nasihat untuk mendapat pengertian, dan siapa yang mengajar Tuhan untuk menjalankan keadilan, atau siapa mengajar Dia pengetahuan dan memberi Dia petunjuk supaya Ia bertindak dengan pengertian?” (Yes. 40:12-14).
Penegasan kepada kedaulatan dan prakarsa Tuhan karena ada banyak ajaran yang mengutamakan prakarsa dan aksi manusia untuk dapat mengalami Roh.
Penegasan kepada kedaulatan dan prakarsa Tuhan dalam kehidupan gereja dan pribadi sangat penting. Mengapa? Karena ada banyak ajaran yang mengutamakan prakarsa dan aksi manusia untuk dapat mengalami Roh. Misalnya dengan berbicara yang mengklaim Roh seolah-olah mereka dengan doa yang panjang dapat menuntut Tuhan. Jangan harap! ”Seperti ternak yang turun ke dalam lembah, Roh Tuhan membawa mereka ke tempat perhentian. Demikianlah Engkau memimpin umat-Mu untuk membuat nama yang agung bagi-Mu” (Yes. 63:14).
Roh-Ku
Dalam Perjanjian Lama, Allah sering menyatakan kehadiran-Nya atau perbuatan-Nya di dunia melalui Roh-Nya. Misalnya dalam Kejadian 6:3, ”Berfirmanlah Tuhan: Roh-Ku tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam manusia, karena manusia itu adalah daging, tetapi umurnya akan seratus dua puluh tahun saja”. Dalam kalimat ini menjadi nyata bahwa pemakaian kata ”roh” tidak selalu jelas. Apakah ”roh” di sini berarti Roh Kudus? Atau ”nafas hidup” yang dihembuskan Allah ke dalam hidung manusia pertama sehingga ia menjadi makhluk yang hidup?
Secara umum Allah memakai istilah Roh-Ku untuk mempertunjukkan kehadiran, atau absensi-Nya dalam suatu peristiwa. Beberapa nas dari nabi Yesaya sebagai ilustrasi: Yesaya 30:1 ”Celakalah anak-anak pemberontak, demikianlah firman Tuhan, yang melaksanakan suatu rancangan yang bukan dari pada-Ku, yang memasuki suatu persekutuan, yang bukan oleh dorongan Roh-Ku, sehingga dosa mereka bertambah-tambah.”
Yesaya 42:1 ”Lihat, itu hamba-Ku yang Kupegang, orang pilihan-Ku, yang kepadanya Aku berkenan. Aku telah menaruh Roh-Ku ke atasnya, supaya ia menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa.”
Yesaya 44:3 ”Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas keturunanmu, dan berkat-Ku ke atas anak cucumu.”
Yesaya 59:21 ”Adapun Aku, inilah perjanjian-Ku dengan mereka, firman Tuhan: Roh-Ku yang menghinggapi engkau dan firman-Ku yang Kutaruh dalam mulutmu tidak akan meninggalkan mulutmu dan mulut keturunanmu dan mulut keturunan mereka, dari sekarang sampai selama-lamanya, firman Tuhan.”
Istilah Roh-Ku agaknya sinonim dengan Aku sebagai subjek Allah. ”Roh-Ku” mengacu pada kehadiran Allah secara aktif, untuk menjaga, membela, menghidupkan, melindungi, memelihara, dan menyembunyikan. Yesaya 30:1 menjelaskan apakah yang terjadi jika kehadiran Tuhan akan hilang. Ingat kembali pada keadaan ketika Allah mulai menciptakan: Roh-Nya melayang-layang di atas permukaan air. Lalu berfirmanlah Allah ”Jadilah terang!” Lalu terang itu jadi. Ada banyak cara lain di dalam Alkitab untuk mengungkapkan kehadiran Allah yang efeknya ajaib. Misalnya pada Mazmur yang melukiskan kehadiran Allah dengan kata naungan: ”Sembunyikanlah aku dalam naungan sayap-Mu” (Mzm. 17:8, dsb.).
Jadi, dalam Perjanjian Lama istilah ”Roh” mengacu pada Allah yang terlibat, Allah yang hadir, Allah yang diam, Allah yang bekerja. Di mana (Roh)
Allah aktif dan bekerja, di situ ada hidup dan pengharapan untuk dunia. Di mana (Roh) Allah kurang atau tidak lagi hadir, semua pengharapan hilang. Mengapa kami tadi menempatkan ”Roh” di antara tanda kurung? Karena cara hadirnya Allah yang rohani dalam dunia jasmani, dalam Perjanjian Lama sering disebutkan tanpa istilah roh. Di mana istilah-istilah Roh Allah, Roh Tuhan dan Roh-Ku dipakai, di situ kita melihat aktivitas Allah yang kekal, yang sebagai wujud rohani hadir dan aktif di dunia yang fana. Kehadiran Allah ini kadang-kadang disebut ”Roh Allah”, dan pada waktu lain ”kuasa Allah” atau ”kuasa Tuhan” atau ”naungan”, dan sebagainya.
Daud dalam Mazmur 51 berdoa, ”Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku!” Dari perspektif pengenalan Perjanjian Baru, kita cenderung sampai pada kesimpulan bahwa Daud sudah mengenal Roh Kudus. Tetapi, Daud berdoa agar Allah tidak meninggalkannya. Karena ia tahu bahwa ia akan gagal melawan dosa jika Tuhan meninggalkannya. ”Roh kudus” di sini mengacu pada kuasa rohani Allah untuk melawan dosa dan untuk membangkitkan ”kembali padaku kegirangan karena selamat yang dari pada-Mu, dan lengkapilah aku dengan roh yang rela!” (Mzm. 51:14).
Roh Bapa dan Anak/”filioque”
Dalam bagian 6.2.2. ini, kita memusatkan perhatian pada asal dan arti Roh Kudus. ”Roh” hanya dapat dimengerti jika kita tahu asalnya. Menurut ajaran Reformasi, Roh Kudus sebagai pribadi Allah, semata-mata dipahami dalam rangka ajaran Ke-Tritunggal-an Allah. Ajaran Ke-Tritunggal-an memberi garis-garis mutlak bagi ajaran mengenai Roh Kudus.
Pada abad-abad gereja kuno, telah timbul kontroversi mengenai pertanyaan apa (atau lebih baik siapakah) Roh Kudus itu? Asal-Nya dari mana? Bagaimanakah posisi-Nya dalam ke-Tritunggal-an Allah? Bagaimana relasi-Nya dengan Bapa dan Anak? Apakah Roh itu ditaklukkan kepada Bapa? Yang jelas pada waktu itu: Roh itu ke luar dari Allah. Tetapi apakah Roh itu ke luar dari Bapa, atau dari Anak, atau dari keduanya? Pertanyaan-pertanyaan ini dijawab gereja dengan mengingat berbagai aspek sekaligus. Terutama kesatuan Allah dan kesatuan segala pekerjaan-Nya. Allah sebagai hakikat adalah Esa di dalam Ketigaan. Sebagaimana Pengakuan Athanasius (abad ke-5) merumuskannya secara sangat jelas:
”3. (...) kita menyembah Allah yang Esa di dalam Ketigaan, dan Ketigaan di dalam Keesaan; 4. Tanpa percampuran pribadi maupun pemisahan substansi. 5. Karena hanya ada satu pribadi Bapa, satu Anak, dan satu Roh Kudus. 6. Tetapi Keilahian Bapa, Anak, dan Roh Kudus adalah esa, demikian pula kemuliaan dan keagungannya. 7. Sebagaimana Bapa, demikian pula Anak, dan demikian pula Roh Kudus. 8. Bapa tidak dicipta, Anak tidak dicipta, dan Roh Kudus tidak dicipta. 9. Bapa tak dapat dipahami, Anak tak dapat dipahami, dan Roh Kudus tak dapat dipahami. 10. Bapa kekal, Anak kekal, dan Roh Kudus kekal. 11. Akan tetapi bukan tiga yang kekal, melainkan yang kekal itu esa. 12. Demikian pula bukan tiga yang tak diciptakan atau tak dapat dipahami, melainkan esa yang tak diciptakan dan esa pula yang tak dapat dipahami. 13. Karena itu, demikian pula Bapa Mahakuasa, Anak Mahakuasa, dan Roh Kudus Mahakuasa. 14. Akan tetapi bukan tiga yang Mahakuasa, melainkan esa. 15. Juga Bapa adalah Allah, Anak adalah Allah, dan Roh Kudus adalah Allah; 16. Namun bukan tiga Allah, melainkan Allah yang Esa. Bapa adalah Tuhan, Anak adalah Tuhan, dan Roh Kudus adalah Tuhan; 18. Namun bukan tiga Tuhan, melainkan Tuhan yang esa. 19. Karena itu sebagaimana kita diwajibkan untuk mengakui ketiga Pribadi pada diri-Nya sendiri sebagai Allah dan Tuhan; 20. Demikian pula kita dilarang untuk mengatakan bahwa ada tiga Allah atau tiga Tuhan. 21. Allah Bapa tidak dibuat, tidak diciptakan, dan tidak dilahirkan. 22. Allah Anak adalah dari Allah Bapa saja; tidak dibuat, tidak diciptakan, tetapi dilahirkan. 23. Allah Roh Kudus adalah dari Bapa dan Anak; tidak dibuat, tidak diciptakan, tidak dilahirkan, melainkan ’keluar dari’. 24. Maka hanya ada satu Bapa, bukan tiga Bapa; satu Anak, bukan tiga Anak; satu Roh Kudus, bukan tiga Roh Kudus. 25. Dan di dalam Ketigaan tersebut, tidak ada yang lebih dahulu atau sebelum . 26. Melainkan ketiga Pribadi itu sama kekal dan sama esensinya. 27. Sebab itu di dalam segala sesuatu, seperti yang telah dikatakan sebelumnya, Keesaan dalam ketigaan dan Ketigaan dalam Keesaan harus disembah. 28. Karena itu setiap orang yang mau diselamatkan harus memercayai Tritunggal.”
Pembicaraan mengenai Roh Kudus bertitik tolak dari ajaran mengenai ke-Tritunggal-an Allah. Bukan hanya bertitik tolak, melainkan tetap tinggal di dalam harmoni Allah yang Esa dan yang Tiga. Tiga Pribadi Allah merupakan satu hakikat ilahi yang tetap bersama dalam suatu harmoni yang sempurna. Setiap pribadi mempunyai nama-Nya sendiri. Nama-nama itu sangat penuh arti dan mengacu pada pembagian tugas (oikonomia) dalam keesaan Allah (lih. di atas, ”ekonomi keselamatan”). Dalam ke-Tritunggal-an Allah, Bapa berbicara kepada kita dalam Anak-Nya (Ibr. 1:2); Roh dikeluarkan oleh Bapa dan Anak untuk mengabarkan apa yang telah Bapa ”sabdakan” dalam Anak-Nya kepada umat manusia. Segala pekerjaan Allah Tritunggal tetap satu bagaikan tenunan kain yang benangnya tiga warna dan yang memperlihatkan satu gambaran yang indah. Tanpa ”benang” Roh Kudus, motif Bapa atau Anak tidak dapat dilihat atau dipuji. Teologi Reformasi sampai masa kini menjunjung tinggi ajaran bahwa Roh Kudus dicurahkan pada Hari Pentakosta oleh Bapak dan Anak. Dia keluar dari keduanya.
Segala pekerjaan Allah Tritunggal tetap satu bagaikan tenunan kain yang benangnya tiga warna dan yang memperlihatkan satu gambaran yang indah
Orientasi: ”Filioque” dalam Sejarah Gereja
Dalam sejarah Gereja, kontroversi mengenai ajaran ini pada akhirnya mengakibatkan skisma antara Gereja Katolik Roma dan Gereja Ortodoks Timur, pada 1054. Skisma ini dicirikan dengan klausa ”filioque” (bhs. Latin berarti ”dan anak”. Pertama-tama Pengakuan Nicea (325; Konsili Oikumenis yang pertama) merumuskan ajaran mengenai Roh Kudus secara singkat sekali, yakni sebagai berikut: ”Aku percaya kepada Allah Bapa (...) dan kepada Yesus Kristus (...) dan kepada Roh Kudus”. Pengakuan Nicea
Segala pekerjaan Allah Tritunggal tetap satu bagaikan tenunan kain yang benangnya tiga warna dan yang Konstantinopel (381; Konsili Oikumenis kedua) pengakuan mengenai Roh Kudus dirumuskan secara lebih luas: ”Aku percaya kepada Roh Kudus, yang jadi Tuhan dan menghidupkan; yang ke luar dari Bapa; yang disembah dan dimuliakan bersama-sama dengan Bapa dan Anak ...”. Rumusan yang lebih luas ini diperlukan karena pelbagai ajaran yang aneh mengenai Roh Kudus, umpamanya ajaran pneumatomachia bahwa Roh secara hakikat tidak sama dengan Bapa dan Anak. Menurut kaum Pneumatomachia, Roh sebenarnya tidak sama dengan Allah dan tidak boleh dipuji sebagai Allah dan Tuhan. Mereka menganggap bahwa Anak harus dihormati sebagai Allah, Dialah Anak Allah satu-satunya. Roh dianggap sebagai makhluk, semacam malaikat yang paling tinggi, pengantara di antara Allah dan malaikat-malaikat.
Klausa ”filioque”, walaupun kecil, mencerminkan debat teologis yang hebat. Kemudian hari, ajaran filioque ditekankan oleh Agustinus (354-381) yang secara mendalam meneliti misteri ke-Tritunggal-an Allah dalam bukunya De Trinitate. Ia tidak bertitik tolak dari Bapa sebagai sumber kedua Pribadi lain, melainkan dari satu Wujud yang Esa dan yang mempunyai tiga Pribadi. Penyangkalan filioque dianggap Agustinus sebagai penyangkalan keesaan Allah. Tulisan-tulisan Agustinus pada waktu itu meletakkan dasar teologi mengenai Ke-Tritunggal-an Allah dan juga bagi ajaran yang terungkap dalam filioque.
Sinode-sinode gerejawi menetapkan ajaran ini dalampengakuan-pengakuan mereka, khususnya di Toledo pada 589. Sinode ini bahkan mengungkapkan: ”Barangsiapa tidak percaya Roh Kudus atau tidak percaya bahwa Roh keluar dari Bapa dan Anak, dan menyangkal bahwa Roh adalah Allah dan sama kekal dengan Bapa dan Anak dan sama dengan mereka, terkutuklah ia.” Klausa filioque ini juga dimuat dalam Pengakuan Athanasius (tahun perumusannya kurang jelas), dalam artikel 23: ”Allah Roh Kudus adalah dari Bapa dan Anak; tidak dibuat, tidak diciptakan, tidak dilahirkan, melainkan ’keluar dari’ (processio–istilah bhs. Latin ini dipakai untuk membedakan dengan generasio Anak dari Bapa) Bapa dan Anak.” Baru di Roma (pada 1014) filioque secara resmi diterima sebagai ajaran gereja dan oleh Paus Benediktus ditetapkan sebagai unsur liturgi misa yang tetap. Penetapan ini menyebabkan perpecahan gereja Barat (dengan pusatnya Roma) dan gereja Timur (dengan pusatnya Konstantinopel), pada 1054 (selain pertentangan-pertentangan politik antara Roma dan Konstantinopel).
Kemudian dalam sejarah gereja, hal filioque memainkan peran penting dalam perkembangan teologi di bidang pneumatologi (ajaran mengenai Roh Kudus). Filioque melalui sejarah gereja membuktikan nilainya bagi gereja sebagai mercusuar di laut yang tidak teduh. Ajarannya didukung Alkitab. Yesus sendiri menjelaskan secara nyata keterkaitan antara pekerjaan Bapa, Anak dan Roh, dalam Injil Yohanes: ”tetapi Penolong, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu” (Yoh. 14:26). Khususnya dalam Yohanes 15:26 dikatakan dengan jelas sekali: ” Jikalau Penolong yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku.” Lihat juga Yohanes 14:16: ” Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain.” Filipi 1:19 berbicara mengenai Roh Yesus Kristus. Ayat-ayat Alkitab ini menjelaskan bahwa Roh Kudus diutus oleh Bapa dan Anak. Dalam Yohanes 16:7 Kristus berkata kepada kesebelas rasulNya ”Aku akan mengutus Dia (Penolong) kepadamu.” Pada Hari Pentakosta Petrus menerangkan semua gejala sebagai bukti pekerjaan Kristus. Sesudah Kristus ”ditinggikan oleh tangan kanan Allah dan menerima dari Bapa, Roh Kudus yang dijanjikan itu, maka dicurahkan-Nya Roh itu seperti yang kamu lihat dan dengar di sini” (Kis. 2:33).
Dasar ajaran ke-Tritunggal-an Allah dan kesatuan pekerjaan ketiga Pribadi Allah telah diungkapkan dalam klausa ”Saya membaptiskan engkau dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus”, jauh sebelum teologi ke-Tritunggal-an dikembangkan. Kebenaran dan arti formula baptisan ini diterangkan secara tepat dalam tata ibadat Reformed untuk membaptis anak atau orang dewasa. Naskah tata ibadat yang dipakai kalangan Reformasi sejak Reformasi Akbar, melukiskan relasi pekerjaan Roh dengan Bapa dan Anak. Di dalamnya menjadi jelas bahwa Roh Kudus mengaruniakan segala harta kepada seorang percaya, harta-harta yang berasal dari Anak, dan melalui Anak dari Bapa. Sebagai berikut:
”Baptisan kudus menandaskan dan memeteraikan kepada kita pembasuhan dosa kita oleh Yesus Kristus. Oleh karena itu, kita dibaptis dalam nama Allah, Bapa dan Anak dan Roh Kudus. Karena, bila kita dibaptis dalam nama Bapa maka Allah Bapa menandaskan dan memeteraikan kepada kita bahwa Dia mengadakan perjanjian anugerah dengan kita untuk selama-lamanya, mengangkat kita menjadi anak-anak-Nya dan ahli waris-Nya, dan bahwa karena itu Dia hendak menyediakan segala kebaikan bagi kita, sekaligus menjaga kita terhadap apa saja yang jahat ataupun mengubahnya menjadi kebaikan bagi kita.
Bila kita dibaptis dalam nama Anak, maka Anak Allah memeteraikan kepada kita bahwa Dia membasuh kita dalam darah-Nya agar kita dibersihkan dari segala dosa kita, dan memasukkan kita ke dalam persekutuan dengan kematian serta kebangkitan-Nya. Dengan demikian, kita dibebaskan dari dosa kita dan dianggap benar di hadapan Allah.
Begitu pula, bila kita dibaptis dalam nama Roh Kudus, maka melalui sakramen kudus ini Roh Kudus menegaskan kepada kita bahwa Dia ingin diam di dalam hati kita, dan menguduskan kita menjadi anggota Kristus, dengan menjadikan segala apa yang telah kita peroleh dalam Yesus Kristus sebagai milik kita, yaitu pembasuhan dari dosa kita dan pembaruan kehidupan kita sehari-hari, hingga akhirnya dengan tiada bercela kita akan menerima tempat dalam kehidupan kekal, sebagai warga jemaat orang terpilih.”
Kebebasan Roh?
Keterkaitan karya Roh Kudus dengan karya Bapa dan Anak sangat jelas dalam kata-kata Yesus dalam Yohanes 14-17. Menurut Yesus, Roh Kudus sebagai Roh Kebenaran akan memimpin kesebelas rasul ke dalam seluruh kebenaran (lih. juga Bab 1). Di atas kita sudah tekankan bahwa Yesus berkata mengenai Penolong dengan kata-kata yang membatasi dan mengatur karya-Nya: ”Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu halhal yang akan datang. Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya dari pada-Ku.”(Yoh. 16:13-14).
Kalau begitu, bagaimana dengan perkataan Paulus ”Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Tuhan, di situ ada kemerdekaan” (2Kor. 3:17). Berdasarkan perkataan ini, ada banyak orang Kristen yang menekankan kebebasan Roh Kudus. Mereka juga senang memakai metafora angin (Roh seperti angin) dengan kata-kata Yesus: ”Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh” (Yoh. 3:8). Penekanan terhadap kebebasan Roh sering dipakai untuk menentang para sarjana teologi yang ”mengikatkan” pekerjaan Roh Kudus ke kaidah-kaidah tertentu. Pembatasan Roh tidak mungkin selaras dengan kebebasan Roh. Tetapi, penentuan pekerjaan Roh Kudus ini sesuai dengan Alkitab, sesuai dengan pembatasan dan penjelasan Allah sendiri. Allah tahu bahwa manusia mudah tergelincir dan sesat. Karena itu, seorang rasul menasihatkan jemaat-jemaat muda agar membedakan roh mana yang benar dan roh mana yang palsu. Menurut nasihat rasul Yohanes: ”janganlah percaya kepada setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah ...” (1Yoh. 4:1). Tentu, Roh Kudus sangat bebas untuk berjalan ke mana Dia mau berjalan. Pada hakikatnya inilah kebebasan Allah Tritunggal yang tidak dapat disangkal dan yang terletak dalam kedaulatan-Nya. Tetapi, Allah tidak menyatakan diri-Nya sebagai Allah yang tidak dapat diandalkan atau yang bertindak (karena kemerdekaanNya) secara asal-asalan. Allah setia kepada diri-Nya sendiri dan kepada segala FirmanNya. Bagi Allah ”ya” adalah ”ya” dan ”tidak” adalah ”tidak” (lih. mis. 2Kor. 1:17-19). Roh Kudus, yang bebas itu, dalam rangka perjanjian Ilahi tidak membuat sesuatu yang tidak sesuai dengan tugas-Nya, atau yang tidak sesuai dengan kehendak Bapa atau Anak. Ekonomi Ilahi mengatur Roh Kudus sehingga Dia tidak berbicara menurut kehendak-Nya sendiri. Dia tidak bebas untuk membuat sesuatu yang tidak sesuai dengan rencana Allah yang telah dinyatakan-Nya. Kepastian ini menjamin adanya pedoman bagi kita untuk mengenal Roh Kudus atau untuk membedakan Dia dari roh-roh lain. Secara singkat Rasul Yohanes mengungkapkan hubungan yang erat antara Anak dan Roh sebagai berikut: ”Dengan inilah kita mengenal Roh Allah: setiap roh yang mengaku bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah, dan setiap roh, yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah. Roh itu adalah roh antikristus dan tentang dia telah kamu dengar bahwa ia akan datang dan sekarang ini ia sudah ada di dalam dunia” (1Yoh. 4:2,3).
Jika Yesus mengatakan bahwa Roh tidak akan berbicara dari diriNya sendiri, Dia bermaksud bahwa Roh tidak akan berkata dari diri-Nya sendiri.
Gereja harus menyoroti pembatasan karya Roh Kudus dan keterikatan- Nya pada rencana dan janji-janji yang telah dinyatakan Allah kepada kita. Roh Kudus selalu bertindak sebagai Roh dari Anak dan dari Bapa. Roh Kudus tidak mempunyai program atau agenda sendiri. Sebagai Pribadi Allah, Dia sekadar melaksanakan program dan agenda Bapa dan Anak. Jika Yesus mengatakan bahwa Roh tidak akan berbicara dari diri-Nya sendiri, Dia bermaksud bahwa Roh tidak akan berkata dari diri-Nya sendiri.
Secara singkat pekerjaan Roh Kudus dapat dilukiskan sebagai berikut:
Penciptaan segala sesuatu di bumi ini dipersiapkan Allah melalui RohNya. Allah menciptakan dunia ini dan menempatkan manusia di dunia ini sebagai Gambar-Nya yang indah. Manusia memberontak dan jatuh ke dalam dosa. Allah yang setia berjanji dan merencanakan penebusan dan pembaharuan segala sesuatu. Melalui garis kesejarahan, Allah melangkah tahap demi tahap untuk menggenapkan janji itu. Dia mengumpulkan dari semua manusia, satu kaum yang terpilih, pertama-tama hanya Israel, kemudian dari semua bangsa dunia, semua orang yang bertobat dan percaya. Dia ingin memulihkan segala sesuatu. Dia menyatakan Diri sebagai Allah Tritunggal: Bapa, Anak dan Roh. Dia membuka dan menunjukkan jalan keselamatan. Roh memperdengarkan suara Gembala Agung, sehingga setiap orang yang mendengar dan percaya kepada Yesus tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal. Ia akan menerima pemulihan dan akan diangkat sebagai anak Allah. Siapa yang mendengar dan percaya kepada firman Allah, pelayanannya dijamin oleh Roh Kudus. Roh Kudus dikeluarkan oleh Bapa dan Anak dan dicurahkan kepada gereja demi pelayanan dan pekabaran Injil, dan dengan tujuan untuk memuliakan Anak. Melalui Anak, Roh menuntun manusia kepada Bapa. Demikianlah manusia dibenarkan dan didamaikan dengan Allah, Khalik langit dan bumi, Allah Tritunggal. ”Dengan sangat rindu seluruh makhluk menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan” (Rm. 8:19), hingga bersama-sama dengan itu seluruh makhluk (yang telah ditaklukkan pada kesia-siaan) akan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah. Demikianlah jalan terbuka bagi hidup kekal di bumi baru. ”Roh dan pengantin perempuan (gereja) itu berkata, ’Marilah!’” (Why. 22:17), artinya Roh terus mendampingi gereja, dan bersama-sama dengan gereja berdoa hingga Yesus datang kembali agar semuanya itu dapat diselesaikan secara penuh.
”Ke-Tritunggal-an Allah tidak disebut dalam Alkitab”
”Kita percaya kepada Roh Kudus yang ke luar dari Bapa dan Anak...” (prosessio). Roh Kudus dikeluarkan oleh Bapa dan Anak dari kekal sampai kekal. Artinya, ”Tritunggal” tidak menjadi ”Tritunggal” pada waktu pencurahan Roh Kudus (Hari Pentakosta). Dalam sejarah penyataan Allah, kita mengamati perkembangan penyataan Allah. Jika kita bertanya: Apakah bangsa Israel sudah mengenal Allah sebagai Allah Tritunggal? Jawabnya: belum. Apakah pada waktu itu Allah sudah ”Tritunggal”? Jawabnya: tentu sudah! Tetapi pada waktu itu Allah tidak menyatakan diri secara jelas sebagai Allah yang empunya tiga Pribadi. Musa belum tahu, Yesaya belum tahu. Apakah Paulus sudah mengenal Allah sebagai Allah Tritunggal? Itu pertanyaan yang lebih riskan. Kita tidak tahu dengan pasti. Paulus tentu mengenal Allah yang Esa sebagai Bapa, Anak dan Roh. Tetapi ajaran mengenai ”ke-Tritunggal-an” baru dikembangkan pada abad ke-3 sampai ke-4 (lih. Bab 2). Ajaran itu berdasarkan pengertian penyataan Allah dalam Alkitab, termasuk seluruh tulisan Paulus. Dengan pengetahuan itu sebagai kaca mata, kita dapat melihat ke belakang, ke dalam sejarah penyataan Allah. Berdasarkan pengetahuan itu aktivitas ketiga Pribadi dapat ditunjukkan, misalnya dalam penciptaan (aktivitas Roh [Kej. 1:2] dan aktivitas Anak [Yoh. 1:3]). Sedangkan satu nas seperti Yesaya 63:16 (”Bukankah Engkau Bapa kami? … Ya Tuhan, Engkau sendiri Bapa kami…”) mendapat arti yang lebih kaya daripada artinya pada masa Yesaya.
”Roh Belum Datang”
Tetapi, bagaimana dengan penjelasan kata-kata Yesus (”Siapa saja yang haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! Siapa saja yang percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup.”) oleh Yohanes: ”Yang dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepada-Nya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan” (Yoh. 7:38-39). Bukankah Roh sudah ada dan bekerja aktif dalam Perjanjian Lama pada waktu penciptaan, hakimhakim, raja-raja, nabi-nabi, pekerja-pekerja Kemah Suci?
Ada beberapa hal yang menyatakan kata-kata Yohanes ini:
1. Roh Kudus belum hidup secara tetap di dalam setiap orang Israel yang percaya;
2. Dia hanya bekerja di dalam diri manusia untuk beberapa waktu saja dan untuk tujuan khusus saja;
3. Di dalam Perjanjian Lama Roh Kudus sebagai Pribadi Allah masihsamar-samar wajah-Nya.
Pada waktu Perjanjian Lama, Roh Kudus aktif sebagai kuasa Allah, sumber kehidupan, tenaga ilahi, dan lain-lain.Dia belum memperlihatkan Dirinya sebagai Pribadi Allah. ”Roh Allah”, ”Roh Tuhan” mengacu pada Allah yang aktif dalam pemeliharaan, sejarah dunia dan sejarah Israel. Dia memanggil dan mengangkat orang-orang tertentu untuk tugas tertentu (pemimpin, hakim, nabi, dan raja). Sering kali orang-orang itu melawan Tuhan (seperti Musa, Yeremia, Yunus) dan tidak mau (atau tidak berani) bertindak atas nama Tuhan. Dengan Roh-Nya Dia membuat mereka berani dan membuat mereka pandai berbicara, atau menerangkan mimpi (Yusuf), atau bernubuat (seperti Saul). Dia meyakinkan adanya pertolongan-Nya dalam keadaan yang gawat (seperti Daud, yang pada waktu pengurapannya mengalami kuasa Roh Tuhan sebagai peserta kudus, 1Sam. 16:13; bnd. Mzm. 51).
Kata Yohanes (”Roh belum datang karena Yesus belum dimuliakan”) dengan cara yang baik mengungkapkan bahwa Penyataan Allah mengikuti proses sesuai dengan ”masterplan” dan kehendak Allah . Dia menyatakan Diri secara bertahap dalam sejarah keselamatan (lih. Bab 1). Pada Hari Pentakosta, Allah mengambil langkah yang sangat besar dalam proses penyataan-Nya. Hari Pentakosta itu hanya dapat dimengerti secara baik berdasarkan pengetahuan mengenai keseluruhan proses itu. Siapa yang tahu garis-garis kesejahteraan yang ditarik Allah melalui zaman, dia juga tahu bahwa pada Hari Pentakosta:
1. Allah membuka rumah Perjanjian-Nya bagi semua bangsa dunia (tidak saja bagi Israel).
2. Roh dicurahkan kepada semua orang percaya (tidak saja kepada satu atau dua orang).
3. Roh dicurahkan untuk tinggal tetap (tidak hanya untuk sementara waktu).
4. Roh diam tetap di dalam hati-hati orang yang percaya.
Dengan langkah yang sangat besar ini Allah memulai suatu Perjanjian Baru. Nabi Yoel telah menubuatkannya dengan kata-kata berikut: ”Kemudian dari pada itu akan terjadi, bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia, maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat; orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi, teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan. Juga ke atas hamba-hambamu lakilaki dan perempuan akan Kucurahkan Roh-Ku pada hari-hari itu. Aku akan mengadakan mujizat-mujizat di langit dan di bumi: darah dan api dan gumpalan-gumpalan asap. Matahari akan berubah menjadi gelap gulita dan bulan menjadi darah sebelum datangnya hari Tuhan yang hebat dan dahsyat itu. Dan barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan, sebab di gunung Sion dan di Yerusalem akan ada keselamatan, seperti yang telah difirmankan Tuhan; dan setiap orang yang dipanggil Tuhan akan termasuk orang-orang yang terlepas” (Yl. 2:28-31).
Kata-kata Yoel hanya dapat dimengerti dengan baik jika kita memahami konteksnya yang pertama. Kunci untuk mengerti arti kata-kata Yoel ini adalah istilah ”Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia”. Sampai hari itu Roh Kudus hanya datang kepada satu atau dua orang saja (lih. di atas), dan kepada satu bangsa saja (Israel). Yoel bernubuat bahwa akan ada waktu yang di dalamnya Roh Kudus datang kepada semua manusia. Kata ”semua manusia” mencirikan perbedaan yang sangat besar antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Yoel bernubuat mengenai hari kiamat yang dekat bagi bangsa Israel (Yl 1:15), ”Suatu hari gelap gulita dan kelam kabut, suatu hari berawan dan kelam pekat” (Yl. 2:2). Dalam konteks sengsara itu, Yoel dapat berjanji adanya perubahan dan pembaruan perjanjian-Nya. Yang Lama akan diganti dengan Yang Baru (lih. juga Yer. 31:31-34). Petrus, walaupun ia sendiri pada waktu itu belum mengerti (bnd. Kis. 10) hebatnya perubahan ini, mengutip Yoel dalam khotbahnya pada Hari Pentakosta (Kis. 2:17-21; bnd. juga nubuat Yesaya mengenai kedatangan Juru Selamat: ”Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah. Roh Tuhan akan ada padanya, roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan Tuhan; ya, kesenangannya ialah takut akan Tuhan” [Yes. 11:1]) untuk menyatakan perbedaan dengan Perjanjian Lama.
Nubuat Yoel mengenai kedatangan Roh Kudus hanya dapat dimengerti dengan baik jika kita mengerti konteksnya yang pertama.
Dalam bagian ini kami menyoroti Oknum dan Karya Roh melalui penjelasan istilah-istilah alkitabiah yang menamakan oknum dan karya itu: Parakletos, Pembimbing ke dalam kebenaran, Pengajar seluruh kebenaran, Karunia Sulung, dan Roh sebagai Jaminan bagian kita.
Parakletos
”Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya” (Yoh. 14:16). Yesus sendiri juga adalah ”Penolong” (bhs. Yunani: parakletos), sesuai dengan 1 Yohanes 2:1: ”... jika seseorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus yang adil.”
Secara harfiah istilah parakletos berarti ”seorang yang dipanggil pada sesuatu”, yakni untuk menolong. Terjemahan kata ini dalam Bahasa Latin adalah advokat, yang juga secara harfiah mengacu pada ”seorang yang dipanggil pada” seseorang atau sesuatu yang butuh bantuan. Kita mengenal kata ini dari suasana peradilan sebagai fungsi orang yang membela seorang terdakwa. Lepas dari arti ini, kata ini juga berarti penghibur, pembantu, penolong. Di dalam peradilan Allah dengan dunia, Roh Kudus berfungsi sebagai ”advokat”. Dia menyaksikan mengenai keadilan yang disediakan Allah. Di dalam proses peradilan ini, Roh membawa syafaat. Barangkali ”pembawa syafaat” (Juru Syafaat) adalah terjemahan yang paling baik bagi istilah parakletos. Dia menjamin keselamatan yang diadakan Yesus. Dia tidak mengganti Yesus; Dia mengaruniakan semua harta yang diperoleh Yesus kepada manusia. Dia menghubungkan Allah dan dunia, Allah dan Manusia, manusia dan Firman, manusia dan Kristus, manusia dan masa depan.
Orientasi : Paham Yohanes. 14:16 menurut Islam
Yohanes 14:16 adalah ayat yang sering dipakai kaum Islam untuk menekankan bahwa Yesus bernubuat dalam ayat ini mengenai kedatangan Nabi Muhammad.
Karena inti ajaran Islam (Tuhan itu esa) dibawa oleh Nabi Muhammad. Nabi Muhammad akan bersaksi tentang Yesus/Nabi Isa dan akan mengingatkan semua ajaran Yesus/Nabi Isa. Sebagai argumen dipakai pula bahwa Roh Kudus sudah ada (mis. jelas pada waktu Yesus dibaptis: Roh Kudus turun di atas Yesus dalam rupa merpati). Berdasarkan itu ada orang Islam yang mengatakan bahwa yang dimaksud oleh Yesus dengan ”penolong lain” adalah Ahmad, sesuai dengan surat As Shaff: 6. Kita hanya menyebutnya di sini; siapa yang menafsirkan Yohanes 14:16 dalam konteksnya yang dekat (dalam rangka Yoh. 13–17 , mis. Yoh. 16:14-15 ”Ia akan memuliakan Aku”, ”Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku”) dan dalam konteksnya yang lebih luas (seluruh Injil Yohanes, Injil-injil lain, dan seluruh Alkitab), atau mengertinya dalam rangka dogma Allah Tritunggal dan ekonomi Ilahi (yang sangat dibantah kaum Islam), dapat menjelaskan secara mudah bahwa Yesus tidak berjanji dalam kata-kata ini tentang kedatangan Nabi Muhammad.
Kata parakletos bagi Roh Kudus juga dapat mengacu pada tugas Roh Kudus sebagai Pendakwa terhadap dunia dan orang-orang yang tidak percaya: ”kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman; akan dosa, karena mereka tetap tidak percaya kepada-Ku; akan kebenaran, karena Aku pergi kepada Bapa dan kamu tidak melihat Aku lagi; akan penghakiman, karena penguasa dunia ini telah dihukum” (Yoh. 16:8-11). Kata ”menginsafkan akan” (bhs. Yunani: elengei) berarti ”menyatakan bersalah” dengan bukti-bukti yang nyata. Dalam ilmu misiologi, kata elengei dipakai untuk mengacu pada bidang debat antaragama (”elenktik”), yakni untuk menyatakan kesalahan agamaagama lain.
Pembimbing ke dalam kebenaran”... apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran” (Yoh. 16:13). Ayat ini sering dipakai untuk mengatakan bahwa Roh Kudus akan membimbing kita (khususnya pemimpinpemimpin gereja) ke dalam kebenaran. Tetapi Yesus berjanji kepada kesebelas Rasul (Yudas baru ke luar, Yoh. 13:30) bahwa Roh Kudus akan menuntun mereka ke dalam seluruh kebenaran. Mereka akan menjadi fondasi gereja (Ef. 2:20). Pada waktu Yesus hidup, mereka belum tahu dan memahami Yesus secara tuntas. Mereka belum mengerti mengapa Dia harus pergi, menderita, dan mati. Mereka belum memahami bahwa keselamatan akan disediakan bagi semua bangsa. Ada banyak hal lain yang belum mereka pahami. Baru setelah Yesus pergi, melalui Golgota, melalui kubur, kebangkitan-Nya, dan kenaikanNya ke surga, Dia bersama Bapa-Nya mengutus Roh yang menjelaskan seluruh kebenaran kepada mereka. Bayangkanlah apa yang terjadi jika Roh tidak datang membimbing mereka ke dalam kebenaran .... Apakah Petrus akan mengerti mengenai Yesus? Atau mengenai penerimaan orang kafir? Roh Kudus sangat diperlukan untuk menuntun pengertian mereka dan memperkaya pengetahuan mereka! Itulah yang dituturkan secara jelas dalam seluruh Perjanjian Baru, yang di dalamnya Roh Kudus tidak berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang dikatakan-Nya (Yoh. 16:13-14). Roh Kudus membimbing kesebelas murid ke dalam seluruh kebenaran Kristus.
”Pengajar dan penyimpan seluruh kebenaran Kristus”
Kebenaran Kristus, yang telah diajarkan Roh Kudus kepada kesebelas rasul, disimpan Allah secara tertulis di dalam Kitab-kitab Injil dan Kitab-kitab Perjanjian Baru yang lain. Roh Kudus memimpin gereja abad-abad pertama untuk menerima kitab-kitab itu sebagai kanon. Alkitab, menurut pengakuan gereja, tidak disampaikan atau dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus, orang-orang berbicara atas nama Allah (2Ptr. 1:21). Alkitab adalah pedoman, asas, dan penyangga iman gereja. ”Bukan hanya karena Gereja menerimanya, dan menganggapnya begitu, melainkan terutama karena Roh Kudus menyaksikan di dalam hati kita, bahwa kitab-kitab ini berasal dari Allah, dan juga karena bukti tentang hal itu terkandung di dalamnya” (Pengakuan Iman Reformasi, ps. 5). Semua pengetahuan mengenai kebenaran yang diperlukan pada masa kini disajikan Roh Kudus dalam bentuk Alkitab kepada gereja masa kini.
Orientasi: Roh, Alkitab, Yohanes 16 menurut Luther dan Calvin
Dalam hal ini kita mengikuti pandangan Luther bahwa ”Kitab Suci berkuasa penuh (auctoritas), sudah cukup (sufficientia), sudah jelas (claritas) dan mencapai maksudnya (efficacia), yaitu keselamatan manusia” (Becker, 1993, 45). Roh Kudus menyaksikan di dalam hati orang-orang percaya (testimonium Spiritus Sancti internum) bahwa Alkitab mewahyukan secara cukup (sufficientia) semua yang diperlukan untuk diketahui orang percaya pada masa kini.
Calvin, dalam tafsirannya mengenai Yohanes 16:13-14, mengecam para penganut Paus yang menyalahgunakan ayat ini untuk membela ajaran mereka mengenai otoritas Paus: ”Kristus, kata mereka, di sini berjanji pewahyuan-pewahyuan yang baru, jadi tidak cukup apa yang terdapat di dalam Kitab Suci. (...) Tetapi Kristus berjanji Roh kepada rasul-rasul sebagai guru kebenaran yang sempurna. (...) Roh itu telah menuntun mereka ke dalam seluruh kebenaran pada waktu mereka mencantumkan kebenaran itu ke dalam kitab-kitab mereka. Barangsiapa berpendapat bahwa kebenaran itu belum genap, atau bercela, bukan saja menuduhkan para rasul karena mengabaikan tugas mereka, melainkan juga mencacati Roh Kudus. (...) Marilah kita, daripada bersikap kurang bersyukur kepada Allah, tetap puas dengan ajaran yang berasal dari para rasul. Karena di dalamnya telah diwahyukan kesempurnaan yang tertinggi akan hikmat surgawi - supaya tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik (2 Tim. 3:17).”
Sejak kanonisasi, Alkitab adalah sarana ilahi yang terutama dalam pekabaran kebenaran di seluruh dunia. Alkitab (sebagai sumber kebenaran) adalah di tangan kita. Roh Kudus pada masa kini memimpin gereja tetap ke dalam kebenaran. Hanya sekarang arti dan isi janji ini berbeda jika dibandingkan dengan janji Yesus kepada kesebelas murid. Sekarang Roh Kudus memimpin gereja ke dalam seluruh kebenaran yang sudah dinyatakanNya secara sempurna di dalam Kitab-kitab Suci (lih. bagan ”Terjadinya Kanon Aliktab” dl. Bab 1). Karena kepentingannya yang mutlak bagi pengertian karya Roh Kudus di dalam gereja pada masa kita, di bawah ini (di dalam bagian Masa Rasuli dan Roh Kudus dan Masa Kita dan Roh Kudus) kita meneliti proses kanonisasi dan peranan Roh Kudus secara lebih saksama.
Karunia Sulung
Roh Kudus dan segala karunia yang dikerjakan-Nya dalam hati orang-orang beriman, juga diartikan sebagai ”karunia sulung”. Siapa yang membaca Roma 1–8 melalui kaca mata ”redemptive history” (sejarah penyelamatan) akan melihat bagaimana Paulus mengikuti sejarah Allah dengan dunia-Nya secara teliti. Ia menarik garis kesejarahan ini sampai pada kedatangan Roh Kudus. Dengan demikian ia menyoroti secara baik posisi dan karya Roh Kudus. Dalam terang ini, Perjanjian Baru dicirikan oleh kemerdekaan rohani, berdasarkan karya Yesus Kristus. Sehingga pada masa setelah Pentakosta, orang-orang percaya dapat mengetahui: ”... kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: ’ya Abba, ya Bapa!’” (Rm. 8:15). Itulah karya Roh Kudus setelah kenaikan Yesus ke surga. Roh Kudus mewujudkan status orang percaya sebagai anak Allah. Tetapi, Paulus juga melihat ke depan. Ia berbicara mengenai pengharapan yang pasti dalam hati orang percaya. Pengharapan akan dunia baru dan hidup yang kekal. Roh Kudus adalah ”karunia sulung” dalam hati orang percaya dan memungkinkan mereka menikmati karunia-karunia sulung. ”Sulung” mengacu kepada kultus Perjanjian Lama pada saat hasil-hasil panen dipersembahkan kepada Tuhan sebagai tanda bukti bahwa seluruh panen yang diharapkan adalah milik Tuhan. Tetapi ”sulung” juga berarti bahwa seluruh panen belum ada. Buah-buah pertama adalah tanda pengharapan bahwa seluruh hasil sudah dekat. Demikian juga dengan karunia-karunia sulung yang dikerjakan Roh Kudus di dalam kehidupan orang percaya. Buah-buah pertama berisi janji akan kesempurnaan nanti. Di dalam dunia yang penuh keluhan dan penderitaan, orang-orang Kristen menerima kepastian bahwa semuanya akan menjadi sempurna di kemudian hari. Buah-buah sulung itu adalah garansi dan ”penyedap rasa” akan kemuliaan yang dijanjikan itu: ”... kita yang telah menerima karunia sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita” (Rm. 8:23). Roh Kudus sudah membuat kita hidup sebagai anak-anak Allah, tetapi sekaligus membuat kita menantikan realitasnya dalam kebangkitan dari antara orang mati, kemuliaan kekal dan hidup di bumi baru. Berdasarkan ini, buah Roh Kudus (lih. Gal. 5:22!) dapat disebut karunia eskatologis kepada gereja dan dunia. Barangkali juga dapat dikatakan bahwa Roh Kudus sebagai karunia sulung membuat orang percaya sendiri menjadi karunia sulung yang dipersembahkan kepada Allah untuk memenuhi dunia baru.
Jaminan Bagian Kita
Kemudian, Roh Kudus juga dilukiskan sebagai meterai dan jaminan yang diberikan Allah kepada orang yang percaya. Apakah yang dimeteraikan dan dijamin? Janji kesempurnaan dan kemuliaan yang tersedia dalam Yesus Kristus. Kata ”jaminan” yang berhubungan dengan Roh Kudus, dipakai tiga kali seperti yang berikut ini:2 Korintus 1:21-22 ”Sebab Dia yang telah meneguhkan kami bersama-sama dengan kamu di dalam Kristus, adalah Allah yang telah mengurapi, memeteraikan tanda milik-Nya atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan (dari semua yang telah disediakan untuk kita).”
2 Korintus 5:2-5 ”Selama kita di dalam kemah ini, kita mengeluh, karena kita rindu mengenakan tempat kediaman sorgawi (...) kita mau mengenakan pakaian yang baru itu tanpa menanggalkan yang lama, supaya yang fana itu ditelan oleh hidup. Tetapi Allahlah yang justru mempersiapkan kita untuk hal itu dan yang mengaruniakan Roh, kepada kita sebagai jaminannya Dia mengaruniakan Roh kepada kita.”
Efesus 1:13-14 ”Di dalam Dia kamu juga (...) dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu. Roh Kudus itu adalah jaminan warisan kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya.”
Buah Roh Kudus dapat disebut karunia eskatologis bagi gereja dan dunia.
Beberapa terjemahan kurang tepat. Dalam bahasa asli 2 Korintus 1:22, ”dari semua yang telah disediakan bagi kita” sama sekali tidak ada. Sedangkan terjemahan Efesus 1:14 sangat tepat. Bahasa asli kedua terjemahan ini adalah ”jaminan warisan kita”. Dalam kedua ayat ini, satu hal yang sangat jelas: Roh Kudus diberikan sebagai garansi, sebagai deposit, sehingga rencana Allah tidak gagal tetapi menjadi realitas surgawi dan (akhirnya, dalam penggenapan [bhs. Yunani: pleroma]) di bumi baru. Garansi untuk siapa dan untuk apa? Di mana ada pembicaraan mengenai ”garansi”, biasanya ada dua pihak yang terlibat. Di sini demikian juga, yakni Allah dan manusia. Allah, melalui Roh Kudus, mewujudkan rencana-Nya dari kekal sampai kekal. Di satu segi, Roh Kudus adalah jaminan bagi Allah sendiri, karena dengan mencurahkan Roh-Nya, Dia tahu dengan pasti bahwa perwujudan rencana-Nya akan diselenggarakan secara tidak salah. Dia tahu dengan pasti bahwa semua orang pilihan-Nya, tanpa perkecualian akan dipanggil, bertobat dan masuk kota Yerusalem Baru. Bagi pihak lain (gereja, semua orang percaya) pemberian Roh Kudus adalah juga jaminan dan bukti bahwa Allah sudah membeli umat-Nya dengan darah Anak-Nya. Pembelian itu adalah fakta yang pasti bagi semua orang percaya. Pembelian itu berarti juga restorasi dan pemulihan semua orang percaya. Realisasi pemulihan itu menunggu kedatangan Yesus. Maka pada waktu itu semua pekerjaan Roh Kudus pasti akan bermuara pada kemuliaan (glorificatio) orang-orang yang percaya. Selama hidup ini tangan kita tidak kosong. Kita mulai hidup dalam kehidupan yang baru, oleh Roh. Buah Roh (Gal. 5:18-23) dalam kehidupan orang percaya, itu merupakan tanda bukti dan ”persekot” kemuliaan yang kelak akan datang. Persekot itu menjamin kepastian terhadap penebusan kita yang komplet.
Roh yang diam di dalam hati orang percaya
Pada waktu orang percaya masuk ke kerajaan Allah dan menjadi anggota jemaat Kristus, ia menerima Roh Kudus (hal ini ditandai dalam baptisan kudus, juga dalam baptisan anak-anak). Roh Kudus tinggal bersama-sama dengannya, tetapi juga di dalamnya. Tubuhnya menjadi bait Allah, Roh Allah diam di dalamnya (Yoh. 14:17; 1Kor. 3:16-17).
1 Korintus 6:19-20: ”Atau tidak tahukah kamu bahwa tubuh kamu semua adalah bait Roh Kudus yang tinggal di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!”
Artinya, Roh Kudus secara kontinu bersaksi di dalam hatinya. ”Kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru, ”Ya Abba, ya Bapa!” (Rm. 8:15-16; bnd. Ef. 3:16-17). Roh Kudus memang adalah meterai dan jaminan bagi orang percaya, tetapi kehidupannya belum sempurna. Roh Kudus memang adalah persekot, tetapi orang percaya masih tetap berdosa, ia membutuhkan pengendalian oleh Roh sampai akhir hidupnya. Walaupun tubuhnya adalah bait Allah, ia selalu harus bergumul untuk hidup sesuai dengan status itu. Dalam pergumulan itu, ia boleh mengetahui bahwa Roh adalah garansinya, bahwa Allah akan menggenapkan pekerjaan-Nya di dalamnya. Roh itu tidak akan cepat ke luar jika ia berdosa. Itu tidak berarti bahwa Roh tidak pernah akan meninggalkannya. Orang percaya dapat memadamkan Roh (1Tes. 5:19) dan ”mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan” (Ef. 4:30). Orang beriman mendukakan Roh jika ia mengabaikan nasihat Roh (=nasihat firman Allah), jika ia tetap melekat pada segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian, fitnah dan kejahatan (lih. Ef. 4:31). Kediaman Roh tidak berarti bahwa Roh Kudus mengontrol kehidupan orang percaya sedemikian rupa sehingga ia tidak bisa berdosa lagi. Kediaman Roh dan kontrol terhadap kehidupannya adalah dua hal yang berbeda. Karena didiami Roh, orang percaya tahu (walaupun dosanya masih ada) bahwa ia adalah anak Allah. Pengetahuan ini membuat ia berseru bersama dengan Paulus, ”Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? Syukur kepada Allah! melalui Yesus Orang beriman mendukakan Roh jika ia mengabaikan nasihat Roh =nasihat (seorang pelayan) firman Allah.
Kristus, Tuhan kita. Jadi, aku sendiri melayani hukum Allah hanya dengan akal budiku, sedangkan sebagai manusia yang bersifat daging aku melayani hukum dosa” (Rm. 7:24-25).
Di atas kita telah menentukan dua perspektif mutlak untuk menanggapi ajaran alkitabiah mengenai Roh Kudus. Dua perspektif yang saling terkait secara erat, seperti dua sisi mata uang, yakni perspektif kesatuan Allah Tritunggal dan perspektif Sejarah Penyelamatan. Melalui dua perspektif ini kita melihat bahwa Roh Kudus secara saksama memilih sarana dan cara yang diperlukan untuk mewujudkan rencana Allah. Cara dan sarana itu berbeda dengan logis, yakni sesuai dengan kebutuhan masa. Berdasarkan titik tolak ini kita misalnya melihat bahwa karunia berbahasa lidah dipilih secara tepat sekali sesuai dengan kebutuhan masa. Setelah masa itu selesai dan tujuan Roh Kudus tercapai, tanda bahasa itu tidak diulang lagi.
Di bawah ini kita akan mengikuti alur keberadaan Oknum dan Karya Roh Kudus melalui sejarah penyelamatan. Kita akan belajar tentang adanya dua jenis pekerjaan Roh Kudus, yang satu diacukan pada kata kosmologis (mengenai keseluruhan hidup di kosmos) dan yang lain pada kata soteriologis (mengenai penyelamatan manusia). Pertama, kami memberikan ikhtisar tentang pekerjaan Roh Kudus menurut fase-fase kesejarahan (6.3.1); kemudian kami menarik kesimpulan dari ikhtisar itu (6.3.2, Karya Roh Kudus adalah Kristosentris dan Patrisentris) dan mempelajari setiap masa secara tersendiri untuk menguraikan sifat dan bentuk karya Roh dalam masa itu (6.3.3.). Roh Kudus dalam karya-Nya selalu mengikuti kebutuhan masa. Pendapat itu menjadi landasan keyakinan teologis bahwa pada masa kini gereja tidak boleh menuntut, mengharap atau mendoakan cara, atau sarana, atau karunia yang dipakai atau yang diberikan oleh Roh pada masa-masa dahulu, khususnya dalam karya-Nya yang soteriologis. Sedangkan karya Roh yang kosmologis tidak mengikuti masa-masa yang sama; karya itu meliputi segala masa sejarah duniawi.
Roh Kudus dalam karyaNya selalu mengikuti kebutuhan masa.
Tinjauan aktivitas Roh Kudus melalui Sejarah Penyelamatan (seperti di bawah ini), sangat penting untuk mengerti karya dan oknum Roh. Data-data alkitabiah ini menentukan dan memperbaiki (jika perlu) ide mengenai Roh Kudus.
Sering kali ide mengenai Roh Kudus dilandaskan pada pengharapan manusiawi. Misalnya, adanya pengharapan bahwa Roh Kudus yang menjadikan segala sesuatu pada masa-masa sejarah suci dahulu, seperti mukjizat, kuasa, gejala, dan tanda-tanda-Nya. Pengharapan manusiawi seperti ini dikecam oleh Yesus sebagai sifat yang mencari kepentingan jasmani atau ”perut kenyang” (lih. mis. Yoh. 6–7. ”Yesus menjawab mereka, ”Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kenyang.” [6:26]). Melawan orang Farisi Dia berkata: ”Orang-orang yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda” (Mat. 16:4). Sifat ini juga dikecam oleh Rasul Yohanes dalam suratnya yang pertama. ”Mengenal Roh Kudus,” menurutnya hanya benar asal roh itu mengakui,” bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah” (1Yoh. 4:2). Roh semata-mata dimengerti sebagai pengantar kepada Yesus Kristus, dan sebagai pembina kepercayaan kepada Yesus Kristus. Dalam keseluruhan rencana Allah, jelas bahwa Roh memainkan peran utama dalam realisasi rencana Allah, bukan rencana manusia. Rencana ini sungguh teosentris (Allah berada di titik pusat) dan bukan antroposentris (manusia di titik pusat). Ajaran mengenai Roh Kudus harus selalu mengakui kedaulatan Allah dalam rencana-Nya untuk memulihkan dunia. Sebagai ”kunci” rencana ini, Dia telah mengaruniakan Yesus sebagai Penebus dan Pengantara, yang menjamin restorasi segala sesuatu.
Jadi, rencana ini disifatkan dengan kata kristosentris (Kristus berada di titik pusat). Seluruh sejarah dunia, mulai dari janji induk Kejadian 3:15, dengan pimpinan Allah sampai ke kelahiran Yesus Kristus dan kematianNya di Golgota. Dari perspektif Allah, janji dan pengharapan akan seorang Mesias adalah benang merah dalam seluruh sejarah dunia sebelum Kristus. Cirinya adalah orientasi kepada Mesias yang akan datang. Sampai pada saat kedatangan-Nya dalam kelahiran dan kehidupan Yesus Kristus di bumi ini.
Setelah kenaikan Yesus ke surga, orientasi pada hakikatnya tidak berubah, tetapi tetap kepada Yesus Kristus, sampai Dia kembali. Dalam semuanya ini, Roh memainkan peran utama. Dia mendorong sejarah dan rencana Allah ke kepenuhannya. Dia mengemudi proses ini sehingga tetap kristosentris. Sifat pekerjaan Roh Kudus adalah kristosentris. Tetapi, kristosentris secara implisit juga berarti patrisentris (diarahkan kepada Bapa). Melalui Yesus Kristus, Allah memperdamaikan segala sesuatu dengan Allah Bapa itulah tujuan yang terutama. Secara singkat kita dapat mengungkapkannya sebagai berikut ini, ROH KUDUS > YESUS KRISTUS > ALLAH BAPA Pandangan alkitabiah ini sangat menolong untuk mencegah pemahamanpemahaman yang salah mengenai Roh Kudus. Misalnya, berdasarkan kisah mengenai panggilan Samuel, kita tidak dapat menuntut atau mengharap bahwa Allah melalui Roh-Nya atau malaikat-Nya masih tetap memanggil saya atau orang lain. Kita juga tidak dapat menuntut atau mengharap bahwa Allah masih tetap bekerja melalui hakim-hakim yang Dia penuhi dengan Roh dan kuasa. Kita juga tidak dapat menuntut atau mengharap bahwa Allah masih tetap memakai raja-raja atau nabi-nabi yang secara langsung menerima sabdaNya. Di dalam Candlestand Statement hal ini ditekankan dalam definisi karismata (=karunia-karunia Allah), sebagai berikut:
”Roh Kudus, yang kita muliakan, melengkapi Gereja dengan berbagai karunia, yang disebut ’karismata’. Karismata secara harfiah berarti karunia-karunia, anugerah yang Allah berikan secara cuma-cuma kepada Gereja-Nya . Karismata tidak dapat diperoleh atau dituntut oleh manusia. Allah memberikannya atau mengaruniakannya sesuai dengan kehendak-Nya dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan aktual umat-Nya serta menggenapi rencana-Nya mengenai pendamaian, mengikuti pola sejarah penebusan. Ini berarti bahwa karunia-karunia itu selalu diberikan untuk memenuhi sebuah kebutuhan yang khusus, menuntun umat Allah dan mempersekutukan serta memperluas Gereja-Nya. Dengan demikian Dia telah memberikan karuniakarunia ini selama Perjanjian Lama dan pada masa Perjanjian Baru dan juga pada masa kini,” CS art. 21 (IRTT, 2011).
Mengikuti Roh melalui Masa Sejarah
Penyelamatan
Di bawah ini akan diberikan ikhtisar pekerjaan Roh sesuai garis besar ini: KOSMOLOGIS
Penciptaan dan pemeliharaan (dari penciptaan sampai penciptaan baru)
SOTERIOLOGIS
1. Masa Perjanjian Lama (dari ”janji induk” sampai kelahiran Yesus);
2. Masa Kehidupan Kristus (dari kelahiran Yesus sampai kenaikan-Nya ke surga);
3. Masa Rasuli (dari Hari Pentakosta sampai penuntunan ke dalam kebenaran selesai);
4. Masa Pekabaran Injil (dari Hari Pentakosta sampai genaplah jumlah orang pilihan fase ini berakhir dengan kedatangan Kristus kembali, kebangkitan daging dan penciptaan Bumi Baru).
Ikhtisar Pekerjaan Roh pada Masa Penciptaan dan Pemeliharaan
KOSMOLOGIS: MASA PENCIPTAAN DAN PEMELIHARAAN (dari penciptaan sampai kepada penciptaan baru)
Kreasi - Penciptaan Bumi dan Langit dan Roh Kudus | Pemberi Hidup |
---|---|
- melayang-layang di atas permukaan air - "mengatur Roh" (Yes. 40:13) - membuat manusia hidup (Mzm. 104:30; Why. 11:11) - Mazmur 33:6; Ayub 33:4 |
"energi ilahi" alur kuasa firman Allah nafas hidup "firman kreatif" |
Roh Kudus pada Masa Kejatuhan sampai Kristus Kembali | |
Pemeliharaan Alam - memberi kehidupan; menjaga kehidupan - menjaga harmoni alam - mengembangkan penciptaan (evolusi) - bersemayam di atas segala sesuatu - (”apabila Engkau mengambil roh, mereka mati binasa dan kembali menjadi debu” Mzm. 104:29) - membuat segala makhluk mengeluh dan merindu kepada pembebasan (Rm. 8:21, 26) |
Penjaga Hidup - nafas - angin - kuasa - bersemayam - memberi kesuburan - udara, hujan, matahari, dst - obat-obatan (alami / alopati) |
Penganugerahan Talenta Khusus - ”keahlian dan pengertian dan pengetahuan, dalam segala macam pekerjaan” (Kel. 31:3; 1Raj. 7:14) - talenta untuk membuat kemah, memelihara ternak, memainkan kecapi, mengolah besi (Kej. 4:19-21) - semua yang terdapat di dunia ini adalah pemberian Allah untuk diolah dan dipakai manusia |
Pemberi Karunia - karunia-karunia alam - estetika, kesenian, ilmu, dst. - ”anugerah umum” - gratia umum |
Bimbingan Sejarah Dunia - Kendati ”kerusakan total” manusia, Roh memelihara segala sesuatu dan menuntun sejarah dunia kepada tujuannya yang terakhir; sejarah ini merupakan alur bagi pekerjaan Allah yang soteriologis. |
Pembimbing Dunia - raja-raja - pemerintah-pemerintah (Yes. 45; Bil. 24:2) - hikmat umum manusia - norma dan nilai etis |
Oknum dan Pekerjaan Roh Kudus | |
Pewahyuan Kekuatan Allah - Memperkenalkan kekuatan dan keilahian Allah melalui penciptaan, pemeliharaan, - dan pemerintahan seluruh alam (PIGB ps. 2; Rm. 1:20, Mzm. 8; 19) - Persiapan pertobatan manusia - (sensus divinitatis) |
Manifestasi Allah - Keindahan seluruh alam - mukjizat-mukjizat alam - flora dan fauna |
Allah yang kekal merencanakan dan melaksanakan penciptaan langit dan bumi. Untuk itu Dia menyuruh Roh-Nya melayang-layang di atas permukaan air dan Allah berfirman sehingga ”apa yang kelihatan telah jadi dari apa yang tidak kelihatan” (Ibr. 11:3).
Keterkaitan Roh dan Firman pada awal dunia sudah jelas. Rasul Yohanes memperlihatkan bahwa hubungan ini sebenarnya adalah hubungan Anak dan Roh. Karena Firman itu yang ada pada mulanya, ada bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah (Yoh. 1:1). Segala sesuatu dijadikan oleh Dia. ”Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia” (Yoh.1:4). Siapakah Dia yang disebut Firman itu? Tentu saja Yohanes mengacu kepada Yesus Kristus, Anak Allah: ”Firman itu telah menjadi manusia, dan tinggal di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh anugerah dan kebenaran” (Yoh. 1:14). Melalui Roh dan Firman-Nya (atau Roh dan AnakNya!) Allah telah menciptakan segala sesuatu, ”Oleh firman Tuhan langit telah dijadikan, oleh nafas dari mulut-Nya segala tentaranya” (Mzm. 33:6); dan ”Melalui Dia Allah telah menjadikan alam semesta” (Ibr. 1:2). Selanjutnya Dia menjaganya dengan tetap memberikan Roh dan Firman-Nya (Mzm. 104:2930). Calvin menyebut Roh Kudus secara tepat: kuasa dan tenaga (”efektor”)Allah (Institutio I, 13,18). Dalam penciptaan dan penjagaan segala sesuatu (yang di atas kita sifatkan sebagai karya kosmologis), kita memandang satu aspek Roh Kudus yang tetap sama melalui seluruh sejarah, dari penciptaan sampai ke penciptaan kembali dunia. Melalui penciptaan dan pemeliharaan segala sesuatu, Roh memimpin penciptaan ke kodratnya. Pekerjaan ini sangat menyifatkan Roh Kudus.
Abraham Kuyper telah mengungkapkannya begini: ”Dalam kepemimpinan penciptaan ke kodratnya, dalam menghidupkan dan menjaga segala sesuatu sesuai dengan jenisnya, dalam memperlengkapi segala makhluk, itulah keistimewaan pekerjaan Roh Kudus itu”. Di dalam semuanya ini Tuhan Allah bertindak dalam kedaulatan-Nya: ”Siapa yang menakar air laut dengan lekuk tangannya dan mengukur langit dengan jengkal, menyukat debu tanah dengan takaran, menimbang gunung-gunung dengan dacing, atau bukit-bukit dengan neraca? Siapa yang dapat mengatur Roh Tuhan atau memberi petunjuk kepada-Nya sebagai penasihat?” (Yes. 40:12,13).
Terkutuknya dunia ini (karena dosa manusia pertama) tidak mengubah aktivitas Roh secara prinsipial; Dia memelihara semuanya secara tetap, juga sejak semuanya itu ditaklukkan Allah pada kematian. Dalam hal ini (penaklukan kepada kematian) Roh juga memainkan peran yang penting. Roh yang menghidupkan itu ”tidak akan tinggal di dalam manusia selama-lamanya, karena manusia itu adalah daging, tetapi umurnya akan seratus dua puluh tahun saja” (Kej. 6:3).
Ayub juga mengakui ketergantungannya kepada Roh Allah untuk hidup manusia, pada waktu ia berkata ”selama nafasku masih ada padaku, dan roh Allah masih di dalam lubang hidungku...” (Ayb. 27:3). Dalam pekerjaan yang kosmologis ini, Roh Kudus membuat segala sesuatu rindu kepada akhir zaman. Paulus menerangkan bahwa penderitaan alam ditaklukkan pada tujuan rencana Allah untuk memperbarui segala sesuatu. Di dalamnya Allah memberikan prioritas kepada panggilan segala orang pilihan-Nya. Karena ”seluruh makhluk menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan” (Rm. 8:19).
Dalam Perjanjian Alam, Allah berkata kepada Nuh ”Sesungguhnya Aku mengadakan perjanjian-Ku dengan kamu dan dengan keturunanmu, dan dengan segala makhluk hidup yang bersama-sama dengan kamu: burungburung, ternak, dan binatang-binatang liar di bumi yang bersama-sama dengan kamu, segala yang keluar dari bahtera itu, segala binatang di bumi. Maka Kuadakan perjanjian-Ku dengan kamu, bahwa sejak ini tidak ada yang hidup yang akan dilenyapkan oleh air bah lagi, dan tidak akan ada lagi air bah untuk memusnahkan bumi” (Kej. 9:9-11). Sebagai tanda perjanjian Allah dan segala makhluk yang hidup, Tuhan memberikan pelangi, ”Busur-Ku Kutaruh di awan, supaya itu menjadi tanda perjanjian antara Aku dan bumi” (Kej. 9:13).
Karya kosmologis Roh Kudus mempunyai hubungan yang erat dengan karya soteriologis. Air Bah bahkan menjadi kiasan penyelamatan oleh Yesus (1Ptr. 3:20). Sebenarnya karya kosmologis (alam, sejarah, kesenian, ilmu-ilmu) menciptakan alur dan suasana bagi karya soteriologis. Karya soteriologis tidak terbatas kepada manusia, tetapi kepada seluruh makhluk: Allah akan merestorasikan seluruh penciptaan-Nya! Pada hakikatnya pekerjaan Roh Kudus selalu adalah eskatologis, artinya: Dia memimpin keadaan dunia ini (alam, sejarah, perkembangan) dan mendorongnya ke kesudahannya dan klimaksnya: bumi yang baru dan yang amat indah adanya.
Seluruh pencipta alam adalah ”objek” soteriologis bagi Roh Kudus. Juga, seluruh alam memainkan peran yang sangat penting dalam karya soteriologis Roh. Keterjalinan karya kosmologis dan soteriologis selalu ada. Dalam karya pengudusan, segala makhluk dan seluruh penciptaan Allah cari hingga tidak binasa, tetapi dipulihkan kembali untuk selama-lamanya.
Ikhtisar Pekerjaan Roh pada Masa Perjanjian Lama
FASE SOTERIOLOGIS 1: MASA PERJANJIAN LAMA
Kejatuhan Manusia Penutupan Firdaus Pemulihan Dunia |
Pelaksana Rencana Allah |
---|---|
Bangsa-Bangsa Dunia dan Roh Kudus | |
- Penyebaran bangsa-bangsa di seluruh bumi - Penyataan Allah melalui alam sebagai karya Ilahi (Rm. 1:18-20) - Pemeliharaan hidup pada umumnya. |
Pengacauan bahasa Mujizat-mujizat alami Keraksasaan alam |
Israel dan Roh Kudus | |
Patriark-patriark Aktivitas Roh tidak disebut secara eksplisit (atau bolehkah kita melihat-Nya dalam aktivitas malaikat Tuhan / malaikat Allah? |
Malaikat Tuhan |
Musa/Yosua - Roh yang hinggap atas mereka dan atas para tua-tua (orang-orang yang dicatat Bil. 11:17, 29) - Yosua, seorang yang penuh Roh (Bil. 27:18) - Roh yang mengajar di padang gurun (Neh. 9:20) - Bezaleel dipenuhi dengan Roh Allah, dengan keahlian dan pengertian dan pengetahuan, dalam segala macam pekerjaan (Kel. 31:3; bnd. 28:3; 35:31) |
Presensi Tuhan - nubuat - berbicara hikmat kebijaksanaan, - ajaran, keahlian, inspirasi, kesenian, talenta khusus - alur komunikasi Allah>bangsa |
Hakim-Hakim - Roh sebagai kuasa Allah untuk memberikan kuasa supra-alami kepada Samson (Hak.14:6,19; 15:14,15). - Roh untuk berperang melawan musuh-musuh Israel (Hak. 3:10; 6:34; 11:29). |
Pahlawan Tuhan - penyelamat bangsa Tuhan - penghukum musuh-musuh - Pahlawan nasional |
Nabi-Nabi - Roh Allah sebagai kuasa Allah untuk mengangkat, menegakkan, menggerak, membawa seorang nabi (mis. 1Raj.18:12, 2Raj. 2:16; Yeh. 2:2; 3:12/14; Yeh. 11:24). - Nabi sebagai pembawa kabar ilahi kepada raja atau bangsa Tuhan, dalam bentuk nubuat, nasihat, Firman Allah, diterimanya secara langsung atau melalui mimpi, penglihatan, gejala luar biasa, peristiwa mustahil (Yes. 61:1-3) - Mikha penuh dengan kekuatan, dengan Roh Tuhan, dengan keadilan dan keperkasaan, untuk memberitakan kepada Israel dosanya (Mi. 3:8; Yes. 48:16; 61:1-3) ...pengajaran dan firman yang disampaikan Tuhan semesta alam melalui roh-Nya dengan perantaraan para nabi (Za. 7:12) |
Pembawa Kabar Tuhan - Penggerak Transpor ajaib - Pemberi hikmat alur komunikasi roh nubuat alur ajaran, hikmat, kehendak pembawa kabar ilahi pembawa kabar baik pengurapan mimpi, penglihatan, ”firman” pengajaran firman Allah |
Raja-Raja - Saul (1 Sam. 10:1-11) dikuasai Roh Tuhan sebagai tanda bahwa Allah menyertainya dan memberi hikmat untuk memerintah Israel (lihat Mzm. 51:10)) - Keberanian untuk ikut raja yang dipilih Tuhan (2Taw. 15:1) - Sejak hari pengurapannya dan seterusnya berkuasalah Roh Tuhan atas Daud (1Sam. 16:13) - Pengantara Allah untuk berfirman (2 Sam. 23:2) |
Pengantara - Kuasa - Tanda panggilan khusus - Hikmat kebijaksanaan raja - Pembawa Firman Allah - Keberanian dalam perang - Penjaga hidup |
Perspektif - Perkembangan dinubuatkan bahwa akan datang waktunya Roh tidak hanya diberikan kepada pribadi- pribadi khusus (hakim, nabi, raja) melainkan kepada semua orang (Yl. 2:28, dst; bnd. Bil. 11:29) - Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku (Yer. 31:34; bnd. Yes 32:15; 44:3; Yeh. 39:29). Pengharapan bahwa Roh Tuhan akan memperbarui hati umat manusia sampai kepada ketaatan yang sempurna (Yer. 31:31-40; Yeh. 36:24-29; bnd. Mzm. 51:10-14; Yes. 44:3-5) - Bumi akan penuh dengan pengetahuan tentang kemuliaan Tuhan, seperti air yang menutupi dasar laut (Hab. 2:14) |
Pembimbing Sejarah - Pencurahan kepada semua - Pemenuhan Bumi - Pengenalan Allah |
Analisis Pekerjaan Roh pada masa
Perjanjian Lama
Titik sentral dalam masa ini adalah penyataan Allah sebagai Allah satusatunya, Pencipta semesta alam, Allah di atas segala allah lain, Allah yang tidak kelihatan, Allah yang mengadakan perjanjian dengan manusia dan tetap menetapkannya (Adam, Nuh, Abraham, Musa, Daud), Allah yang menyatakan diri dalam perbuatan-perbuatan-Nya yang besar. Penuturan kisah-kisah PL masih tetap merupakan sumber yang sangat penting bagi Roh Kudus untuk memperkenalkan Allah kepada gereja masa kini. Pengisahan itu (dan bukan pengulangan perbuatan-perbuatan Allah!) cukup untuk menyatakan siapakah Allah bagi bangsa-Nya dan bagaimana Dia mengendalikan sejarah ke penyataan yang sempurna di dalam Yesus Kristus (Ibr. 1:1). Inti pokok Perjanjian Anugerah (pendamaian dan penebusan) dibayangi dengan upacaraupacara dan lambang-lambang hukum Taurat. Semua itu telah mendapat penggenapannya dalam Yesus. ”Namun kebenaran dan hakikatnya tinggal tetap bagi kita dalam Kristus Yesus. Dalam pada itu, kita tetap memakai kesaksiankesaksian yang diambil dari hukum Taurat dan dari para Nabi, supaya olehnya kita makin diteguhkan dalam Injil, dan mengatur hidup kita dalam segala kesopanan” (PIGB pasal 25). Seluruh masa PL diarahkan ke kedatangan Mesias. Roh Kudus aktif bekerja dalam ibadat di kemah suci dan kemudian di Bait Allah, melalui pelayanan para imam dan menjamin orientasi yang tetap kepada Mesias yang akan datang. Roh Kudus menjamin bahwa semua orang yang hidup dalam lingkungan perjanjian dengan Allah tetap terlindung ”dalam naungan sayap-Nya”.
Orientasi: Individual /Kolektif
Kita sering menemukan pandangan bahwa Roh di dalam Perjanjian Lama hanya diberikan kepada beberapa orang secara khusus dengan tugas yang khusus (mis. raja, hakim, nabi–secara individual dalam jabatan khusus). Hal ini, menurut pandangan ini, mencirikan perbedaan besar antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Tetapi, kita harus berbicara secara lebih teliti mengenai aktivitas Roh dalam PL dan perubahan yang terjadi pada PB. Menurut keyakinan kami, semua orang Israel (kolektif) hidup berlindung dalam lingkungan Perjanjian. Itu berarti, secara implisit, semua orang Israel hidup dalam suasana kuasa Roh Kudus. Jika Daud dalam Mazmur 51 berdoa, ”janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku!” (ay. 11), sebagai individu ia berdoa supaya ia tidak dibuang Allah karena dosanya. Tetapi di dalam Mazmur yang sama, ia memperlihatkan kesadarannya akan posisinya sebagai Raja Israel. Kepentingan ”janganlah mengambil roh-Mu dariku” pada dasarnya adalah kepentingan kolektif bangsa Israel. Itu sebabnya ia berkata: ”Lakukanlah kebaikan kepada Sion menurut kerelaan hati-Mu, bangunkanlah tembok-tembok Yerusalem!” sehingga pelayanan pendamaian dapat diteruskan di dalam Kemah Suci bagi seluruh umat Tuhan! Perubahan yang menonjol pada waktu pencurahan Roh (Hari Pentakosta) ialah bahwa Roh Allah dicurahkan ”di atas semua manusia” tanpa perkecualian (Kis. 2:17) dan tidak saja kepada orang Israel (mengenai Kis. 2:17-18 lih. di bawah).
Aktivitas Roh melalui nabi, imam, hakim dan raja dimaksudkan untuk memimpin, melindungkan, menasihatkan, menghukum, mengendalikan bangsa pilihan Tuhan. Dalam aktivitas ini juga dapat dilihat hubungan yang erat antara karya kosmologis dan soteriologis Roh Kudus. Jika memang Roh Kudus memainkan peran utama dalam pemeliharaan dan pengendalian semesta alam, Dia juga memainkan peranan utama dalam perbuatan alami Allah. Misalnya dalam kisah Nuh, ketika Allah mengadakan air bah untuk menghukum kejahatan umat manusia: ”terbelah segala mata air samudra raya yang dahsyat dan terbukalah tingkap-tingkap di langit. Dan turunlah hujan lebat meliputi bumi empat puluh hari empat puluh malam lamanya” (Kej. 7:11). Dia juga menutup kembali mata air-mata air samudra raya dan tingkaptingkap di langit (Kej. 8:2). Dan bagaimana dengan penghentian matahari dan bulan sehingga keduanya tidak bergerak lagi di atas Gibeon dan Ayalon? (Yos. 10, lihat juga Yes. 63:11-14).
Dalam Perjanjian Lama, secara kontinu Roh aktif (dalam pemeliharaan alam) dan secara konkret ”dalam pemerintahan dan pengendalian, sambil mengatur dan menetapkan dengan sekehendak-Nya segala sesuatu yang terjadi dalam dunia ini” (Pengakuan Iman Gereja Perancis, pasal 8). Dia secara efektif bekerja di semua bidang kehidupan manusia dan khususnya kepada bangsa Israel, di bidang pengajaran, ibadat, nasihat ilahi, melawan musuh Tuhan, karunia khusus, ilmu, kesenian, kesastraan, bahasa, dan lainlain.
Roh Kudus bekerja secara efektif di Perjanjian Lama dalam semua bidang kehidupan manusia, khususnya kepada bangsa Israel.
Ikhtisar Pekerjaan Roh pada Masa Kehidupan Kristus
FASE SOTERIOLOGIS 2: MASA KEHIDUPAN KRISTUS
Kristus dan Roh Kudus
Roh menunjuk Kristus sebagai Mesias yang dijanjikan PL Sifat mutlak: Kristosentris
Kelahiran Kristus | "Penaung" Ibu Yesus |
---|---|
- Maria mengandung dari Roh Kudus (Mat. 1:18; Luk. 1:35). - Yohanes Pembaptis penuh dengan Roh Kudus untuk mendahului dan menunjuk Kristus (Luk. 1:15-17). - Elisabet penuh dengan Roh (Luk. 1:41). - Zakharia dan Simeon penuh dengan Roh Kudus untuk menunjukkan Yesus sebagai Kristus (Luk. 1:67; |
Petunjuk Mesias turun di atas Maria Memenuhi orang, mewahyukan Kristus, Bentara Kristus, Imam, dan orang tua yang percaya |
Pembaptisan Yesus - Roh turun di atas Yesus (Yoh. 2:31, 33) - Yesus diurapi dengan Roh Kudus (Kis. 10:38) |
Burung Merpati |
Kehidupan Kristus - Pencobaan Yesus di padan gurun (Mat. 4:1; Luk. 4:1) - Mengabarkan Kerajaan Surga - Mengusir setan dengan kuasa Roh (Mat. 12:28) - Bergembira dalam Roh (Luk. 10:21) - Berjanji Roh Kudus ( Luk 11:13; 12:10) - Yesus akan membaptis dengan roh (Mar. 1:8; Yoh. 1:33) dan api (Mat. 3:11) - Diurapi dengan Roh Kudus dan kuasa (Kis. 10:38) |
Kuasa Ilahi Pembawa Yesus Transpor ajaib (Luk. 4:14) Rasul-rasul disuruh sebagai penginjil Pengusir setan Mukjizat-mukjizat Tanda-tanda |
Kebangkitan Kristus - menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati bahwa Dialah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita (Rm. 1:4) |
Pembangkit Yesus |
Ajaran Kristus Mengenai Roh - Yoh. 3:5-8 (kelahiran kembali) - ”Allah itu Roh” (Yoh. 4:24) - Roh ”belum datang” (Yoh. 7:39) |
Pengajar, Penuntun Pembawa kabar Yesus Penghibur (parakletos) Pendamping, Advokat Pemberi kuasa untuk menyaksikan |
Benang merah dalam sejarah perjanjian anugerah adalah penebusan melalui seorang Mesias. Aktivitas Roh melalui sejarah PL adalah mempersiapkan kedatangan Mesias itu. Menurut penyataan Roh Kudus sendiri, yang memenuhi Maria sehingga ia menafsirkan keadaan hamilnya dan berkata: ”Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya, seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya” (Luk. 1:54-55). Dan Zakharia, yang penuh dengan Roh Kudus berkata setelah kelahiran Yohanes Pembaptis: ”Ia menumbuhkan sebuah tanduk keselamatan bagi kita di dalam keturunan Daud, hamba-Nya itu, seperti yang telah difirmankan-Nya sejak purbakala oleh mulut nabinabi-Nya yang kudus untuk melepaskan kita dari musuh-musuh kita dan dari tangan semua orang yang membenci kita, untuk menunjukkan rahmatNya kepada nenek moyang kita dan mengingat akan perjanjian-Nya yang kudus, yaitu sumpah yang diucapkan-Nya kepada Abraham” (Luk. 1:69-73).
Aktivitas Roh dalam kehidupan Yesus dapat dimengerti dengan mudah.
Karena di dalam Yesus, sejarah penyelamatan mencapai klimaksnya dan memenuhi targetnya. Tetapi siapa yang dapat mengerti bahwa anak itu, yang lahir di dalam kandang di Betlehem, anak dari Maria dan Yusuf, tukang kayu dari Nazaret itu adalah Dia ”yang dijanjikan itu”, Sang Mesias? Di sini kita sudah menjumpai satu karakteristik mutlak pekerjaan Roh Kudus dalam Perjanjian Baru. Injil Kristus sama sekali tidak dapat dimengerti tanpa bimbingan Roh. Kehidupan Yesus (mulai dari palungan di Betlehem sampai kematian-Nya di kayu salib Golgota) bersifat mengejutkan orang, sulit diterima, dan tidak dimengerti. Bahkan rasul-rasul tidak dapat mengertinya tanpa pertolongan (paraklesis) dari atas. Rasul Petrus, yang menyangkal Yesus dan tidak mengerti inti-pokok ajaran-Nya, kemudian mengajar gereja secara jelas mengenai paradoks ini dalam kehidupan Yesus, yakni bahwa Ia adalah suatu batu sandungan (1Ptr. 2:7-8, ”petra skandalou”).
Roh Kudus memenuhi Yohanes Pembaptis ”sejak dari rahim ibunya”
(Luk. 1:15). Pada waktu pembaptisan Yesus oleh Yohanes, ia melihat ”Roh turun dari langit seperti merpati, dan Ia tinggal di atas-Nya” (Yoh. 1:32; bnd. Luk.3:22, Mrk. 1:10, Mat. 3:16). Siapa yang akan percaya tanpa pertolongan Roh Kudus bahwa ”sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya” (Yes. 53:4)?
Kepercayaan terhadap kebenaran Injil bertentangan dengan keinginan dan rencana manusia, serta tidak masuk akal. Yang masuk akal itu adalah semua argumen Iblis untuk tidak percaya kepada Yesus. Di sini jelas, sifat mutlak pekerjaan Roh Kudus pada masa itu: menunjukkan Yesus sebagai Juru Selamat yang luar biasa, atau, dengan kata-kata alkitabiah: ”Pemberitaan tentang Yesus Kristus, sesuai dengan penyingkapan rahasia, yang tersembunyi berabad-abad lamanya, tetapi yang sekarang telah dinyatakan” (Rm. 16:25-26).
Apakah rasul-rasul akan mengerti kebenaran Yesus? Selama mereka mengikuti Yesus dalam seluruh perjalanan-Nya, mereka belum banyak mengerti. Sebetulnya mereka sering salah mengerti! Segala tanda mukjizat yang dibuat Yesus, baru mereka mengerti setelah Yesus mati, dikuburkan dan bangkit kembali dari orang mati. Karena Roh Kudus, menurut janji Yesus, menuntun mereka ke dalam seluruh kebenaran.
Satu-dua aspek lain mengenai Roh Kudus sangat menonjol dalam penuturan kehidupan Yesus. Terutama, ketika Roh Kudus menaungi Maria sehingga ia hamil dan mengandung Yesus. Peran dan maksud Roh Kudus dalam peristiwa ini jelas. Sekali lagi, Roh berfungsi sebagai ”efektor” Allah untuk merealisasikan sesuatu yang sangat sentral dalam rencana penyelamatan: kelahiran seorang Juru Selamat yang adalah ”seorang manusia sejati’ dan benar dan juga ”Allah sejati’ (lih. KH Mg. ke-6). Melalui Roh Kudus-Nya, Allah menjamin kepastian bahwa ”Anak Allah yang kekal itu, yang tetap tinggal Allah sejati dan kekal, telah mengenakan tabiat manusia sejati dari daging dan darah anak dara Maria oleh karya Roh Kudus, supaya Dia juga menjadi keturunan Daud yang sejati, yang dalam segala hal serupa dengan saudara-saudara-Nya, terkecuali dalam hal dosa” (KH Mg. Ke-14, lih. juga Kol. 1:15; 1Yoh. 5:20; Gal. 4:4; Luk. 1:35; Rm. 1:3; Ibr. 2:17; Ibr. 4:15). Jawab malaikat atas pertanyaan Maria ”Bagaimana caranya, padahal aku belum bersuami?” menjelaskan karya Roh Kudus sebagai berikut: ”Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah” (Luk. 1:35-36). Aktivitas Roh Kudus ini ditetapkan dalam perkataan malaikat Tuhan dalam mimpi Yusuf: ”Janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai istrimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus (Mat.1:20).
Hal kedua yang menonjol adalah interaksi Anak dan Roh dalam kehidupan Yesus. Terutama dalam pencobaan terhadap Yesus di padang gurun. Roh Kudus membawa Yesus ke padang gurun untuk dicobai Iblis (Mat. 4:1). Cerita ini juga membuktikan betapa Roh Allah merintis jalan dan menyuruh Yesus sebagai anak manusia, untuk melawan Iblis dan menang atasnya sehingga dia mundur. Di sini Roh Allah menyatakan diri sebagai aktor pertama dalam kehidupan Yesus di bumi.
Roh Kudus mengendalikan kehidupan Yesus sampai kepada tujuannya dan penyelesaian tugas-Nya di Golgota.
Hal terakhir yang kita sebut di sini adalah fakta bahwa Yesus sebagai manusia sejati dipenuhi oleh Roh Kudus. Sebenarnya, menurut saya, hal ini menggarisbawahi fakta bahwa Yesus, Allah jadikan sebagai manusia. Walaupun Yesus dalam rupa Allah, Dia ”mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia”.
Tetapi, manusia ini membutuhkan kuasa-kuasa yang luar biasa untuk melakukan pekerjaan yang melampaui kuasa manusia. Apakah mungkin kita dapat mengatakan bahwa Roh di dalam manusia Yesus menganugerahkan kodrat Ilahi. Hal itu dimulai pada waktu Roh Kudus yang membuat Maria mengandung sehingga anak yang lahir tidak berdosa. Itu pun juga jelas dari nas-nas yang mengisahkan mengenai Yesus yang membuat tanda-tanda mukjizat, misalnya Matius 12:28: ”Aku mengusir setan dengan kuasa Roh Allah”; Lukas mengisahkan bahwa Yesus ”diurapi dengan Roh dan kuasa” (lih. Kis. 10:38). Yesus juga ”bergembira dalam Roh Kudus” (Luk. 10:21). Penulis Ibrani berkata bahwa Yesus ”melalui Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tidak bercacat” (Ibr. 9:14). Aktivitas Roh juga dapat dibaca dalam kebangkitan-Nya dari antara orang mati. Hal itu ditunjukkan Paulus ketika ia menulis dalam suratnya kepada jemaat di Roma: ”menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bahwa Dialah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita” (Rm. 1:4). Jadi, dalam semuanya ini kita melihat Roh Kudus sebagai aktor (subjek) dan Yesus sebagai objek.
Roh Kudus mengendalikan kehidupan Yesus, sampai ke tujuannya. Dia mendorong Yesus sampai ke penyelesaian tugas-Nya di Golgota. Roh Kudus menunjuk Dia sebagai Mesias yang dijanjikan itu, Roh Kudus menyanggupi Dia untuk mengadakan tanda-tanda mukjizat sehingga ke-Ilahi-an dan otoritasNya dinyatakan. Roh Kudus dalam masa kehidupan Yesus mengadakan segala sesuatu yang pas untuk fase sejarah penyelamatan ini, menurut kehendak dan rencana Allah Tritunggal.
Ikhtisar Pekerjaan Roh pada Masa Rasuli
FASE SOTERIOLOGIS 3: MASA RASULI
Perjanjian Baru dan Roh Kudus
Pentakosta Simbolik pesta Pentakosta Yahudi adalah hal yang penting untuk mengerti Pentakosta Perjanjian Baru: lima puluh hari (arti harfiah ”Pentakosta”) sesudah Paskah pertama Tuhan memberikan hukum-Nya di Gunung Sinai. Dengan demikian Dia menyatakan kerinduan-Nya untuk diam di tengah bangsa-Nya. Pentakosta itu juga adalah pesta alam untuk merayakan hasil panen yang pertama. Roh Kudus dicurahkan pada Hari Pentakosta berarti: kemuliaan Allah diam secara lebih sempurna di tengah bangsa Israel yang baru, yaitu semua orang yang percaya kepada Yesus Kristus.
- Rasul-rasul yang dipilih Yesus (Kis. 1:2) harus menantikan janji Roh di Yerusalem (Kis. 1:4), akan ”dibaptis dengan Roh Kudus” (Kis. 1:5; Kis. 11:16), akan menerima kuasa waktu Roh turun, akan menjadi saksi Yesus (Kis. 1:8). - Roh turun ”dicurahkan” kepada orang percaya (Yl. 2:28-32, Kis. 2:17-18). - Penerimaan Roh Kudus dijanjikan kepada semua orang yang menerima Yesus sebagai Penebus (Kis. 2:38,39). - Ciri dan arti Roh Kudus dalam zaman yang baru ini (lih. Rm. 8!) - ... yang pada zaman orang-orang dahulu tidak diberitakan kepada anak-anak manusia, tetapi yang sekarang dinyatakan di dalam Roh kepada rasul-rasul dan nabi-nabi-Nya, yaitu bahwa orang-orang bukan Yahudi, karena Berita Injil, turut menjadi ahli-ahli waris dan anggota-anggota tubuh dan peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus Yesus (Ef. 3:5-6). |
- Inisiator Zaman Baru - Roh Nubuat melalui penglihatan, mimpi, kata-kata, gejala hikmat, gembira - TANDA-TANDA - Nyala api, angin keras, mujizat Bahasa, mujizat penyembuhan |
Rasul-Rasul - Keberanian untuk berbicara (Kis. 4:8; 6:10; 11:24, 28; Kis. 13: 9) - Kuasa-kuasa, tanda-tanda untuk mendorong para rasul dalam karya kesaksian mereka (Kis. 4:31) dan membuktikan otoritas mereka - Berfungsi sebagai saksi-mata kehidupan Yesus (Kis. 5:32 - Orang Samaria menerima Roh Kudus (Kis. 8)! - Roh : menyuruh Filipus mendekati orang Etiopia (Kis. 8:29). mengangkat Paulus dan Barnabas (Kis. 2,4). mencegah mereka untuk jalan (Kis. 16:6,7). menunjuk jalan kepada Paulus (Kis. 20:22,23). - Membuat jemaat dibangun dan bertambah besar (Kis. 9:31) - ”Semua orang percaya dari golongan bersunat yang menyertai Petrus, tercengang-cengang, karena melihat karunia, yaitu Roh Kudus dicurahkan ke atas bangsa-bangsa lain juga” (Kis. 10:45)! Roh Kudus telah turun ke atas mereka, sama seperti dahulu ke atas kita! (Kis. 11:15; Kis. 15:8). - Murid-murid Apolos menerima Roh Kudus (Kis. 19) - Menetapkan penilik jemaat (Kis. 20:28) - ”Tanda-tanda seorang rasul telah diperlihatkan di tengah-tengah kamu dengan segala kesabaran melalui tanda-tanda, mukjizat-mukjizat dan kuasa-kuasa” (2Kor. 12:12) - Kata-kata hikmat (1Kor. 2:4) - Mereka diajarkan oleh Roh (1. Kor. 2:14) - ... Yang sekarang dinyatakan di dalam Roh kepada rasul-rasul dan nabi-nabi-Nya (Ef. 3:5) |
Penghibur, Penginjil - rasul=rasul, bahasa lain - penerjemah bahasa, pemimpin-pemimpin, nabi-nabi, gembala-gembala, penginjil-penginjil, penilik, tua-tua. |
Pribadi Orang Percaya - Mendiami tubuh orang percaya (1Kor. 6:19) - Meyakinkan orang percaya bahwa mereka adalah anak-anak Allah (Rm. 8; Gal. 4:6) - Melawan keinginan daging (Gal. 5:16-26)br> - Menghasilkan buah-buah Roh (Gal. 5:22) - Menabur dalam Roh - menuai hidup yang kekal (Gal. 6:8) - Roh Kudus adalah meterai dan jaminan akan penebusan yang menjadikan kita milik Allah (lih. Ef. 1:13, 14) - Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar (Ef. 1:17) |
Pembaru - Kemerdekaan - Buah-buah roh - Penghargaan - Kepastian, kepercayaan - Pengampunan dosa |
Titik sentral dalam ajaran mengenai aktivitas Roh Kudus dalam masa rasuli adalah kitab Injil Yohanes pasal 14–17 . Dalam penuturan ini, Yesus Kristus menerangkan karya Roh Kudus dalam kehidupan para rasul-Nya setelah kepergian-Nya ke surga. Yesus menjelaskan apa yang akan terjadi setelah Dia pergi. Yesus masih berbicara sebagai Yesus yang hidup di bumi, yakni sebelum kematian-Nya. Semua Kitab Injil menyatakan bahwa para rasul belum dapat mengerti atau menerima kematian, kebangkitan dan kenaikan Yesus kembali ke surga. Yesus sering berbicara mengenai kematian-Nya kelak. Mereka tidak mengerti, bingung dan terkejut. Mengapa Dia berbicara mengenai kembali kepada Bapa-Nya di surga? Dia menerangkannya dengan berkata: ”Lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penolong itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu” (Yoh. 16:7). Baru setelah kepergian Yesus, menurut janji-Nya, kesebelas murid akan dituntun untuk mengerti dan menerima kebenaran Injil.
Yang menonjol di sini adalah perubahan dalam interaksi Anak dan Roh setelah kenaikan Yesus ke surga. Dalam kehidupan Yesus sebagai manusia sejati, Roh Kudus yang menyuruh, membawa, mendorong dan memberi kuasa. Setelah kenaikan-Nya ke surga, Anak (dan Bapa) mengutus Roh Kudus sebagai Parakletos, Penolong. Di dalam semuanya itu, Kristus dan pekerjaanNya tetap berada di pusat perhatian, sesuai dengan inti pokok ajaran mengenai Roh Kudus. Titik orientasi-Nya tetap sama. Pekerjaan-Nya tetap bersifat kristosentris.
Kenaikan Yesus merupakan semacam ”batas air” antara dua masa dalam sejarah penyelamatan. Setelah penyelesaian karya Yesus di bumi, Roh Kudus mengubah sifat dan cara kerja-Nya. Setelah kenaikan Yesus, hasil kehidupan dan kematian Kristus harus diaplikasikan dan diamankan. Sebagai saranaNya yang pertama, Dia memilih (untuk menghasilkan dan mengamankan kebenaran Yesus) para rasul. Mereka dipanggil untuk menjadi saksi mata dan telinga dari segala sesuatu yang diperbuat Yesus. Mereka harus menyaksikan terbunuh-Nya di kayu salib dan kebangkitan-Nya dari kematian (Kis. 10:3940). Mereka ”telah makan dan minum bersama-sama dengan Dia, setelah Ia bangkit dari antara orang mati” (Kis. 10:41). Kendati ada pengalamanpengalaman intens itu, mereka belum mengerti arti yang sebenarnya dari semua yang telah mereka saksikan itu. Kematian-Nya membuat mereka sangat terkejut dan ragu-ragu. Mereka harus dipimpin untuk mengerti tahap demi tahap segala sesuatu yang telah mereka saksikan itu. Secara perlahanlahan mereka mulai mengerti. Pengertian tidak muncul dari pikiran manusiawi mereka. Roh Kudus membuka mata, akal budi, dan hati mereka serta menuntun mereka ke kebenaran mengenai Yesus. Inilah Roh Kudus dalam tugas-Nya yang baru, pada masa yang baru. Apakah tujuan masa ini? Mempersiapkan rasul-rasul Yesus untuk menjadi dasar gereja Kristus di masa yang akan datang (Ef. 2:20).
Kendati adapengalaman-pengalaman intens, para rasul belum mengerti apa pun dari semua yang telah mereka saksikan itu. Roh Kudus menuntun mereka ke kebenaran mengenai Yesus.
Orientasi: Target kata-kata Yohanes 14–16
Dalam banyak tulisan, khotbah dan pembicaraan Yohanes 14–17 dipakai secara salah. Yang sering dilupakan adalah fakta bahwa Yesus di bagian ini berkata mengenai Roh Kudus dalam situasi yang khusus, yaitu kepada muridmurid-Nya dan bukan kepada semua orang percaya. Kata-kata Yesus mengenai kedatangan Roh Kudus semata-mata dapat dimengerti jika kita menafsirkannya secara bertanggung jawab. Karena Yesus tidak berbicara kepada kita, Dia tidak berbicara kepada gereja pada umumnya, Dia juga tidak berbicara kepada pemimpin-pemimpin gereja masa kini. Kita sering mendengar atau membaca bahwa Yesus telah berjanji bahwa Roh Kudus akan menuntun kita ke dalam kebenaran. Walaupun perkataan itu masuk akal, pada dasarnya janji Yesus mengenai Parakletos, Penolong itu (kata-kata ini hanya terdapat dalam tiga pasal ini, dan tidak ada di tempat lain dalam Alkitab) ditujukan kepada kesebelas rasul itu. Di atas kita sudah menekankan hal ini dengan bagan mengenai tugas para rasul. Merekalah (dan bukan kita atau kamu) yang dipimpin Roh Kudus ke dalam seluruh kebenaran. Cara dan sarana karya Roh Kudus untuk menuntun para rasul ke dalam kebenaran itu, sangat berbeda dengan cara dan sarana yang dipakai-Nya untuk menuntun gereja pada masa kini ke dalam kebenaran Kristus (lihat di bawah). Setiap orang yang berdasarkan Injil Yohanes mengklaim bahwa ia telah menerima janji bahwa Roh akan memimpin dia ke dalam seluruh kebenaran, pada dasarnya omong kosong! Kita patut bertanya kepada orang itu, ”Apakah Anda juga hadir pada saat itu, di ruang itu?” Ia tentu bukan salah seorang yang hadir di situ, ia bukan rasul Kristus. Kalimat ”Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya” (14:14) adalah janji Yesus kepada rasul-rasul-Nya. Mereka pada waktu itu sangat membutuhkan segala sesuatu yang menguatkan dan memberanikan mereka dalam tugas khusus rasuli.
Tujuan-tujuan Karya Roh dalam Masa Rasuli
Dalam masa rasul-rasul setelah kenaikan Yesus, karya Roh mempunyai tiga tujuan yang spesifik untuk masa kehidupan para rasul (1–3 ), sedangkan ada dua istilah yang mencirikan tujuan karya Roh setelah kematian para rasul (4 dan 5):
1. Penuntunan rasul-rasul ke dalam seluruh kebenaran FORMASI
2. Peneguhan kebenaran itu dengan tanda-mukjizat OTORISASI
3. Penerimaan dan penetapan kebenaran itu oleh gereja KONSOLIDASI
4. Pekabaran kebenaran itu di dalam dunia PROKLAMASI
5. Penghayatan kebenaran itu dalam kehidupan kristen MANIFESTASI
Formasi, otorisasi dan konsolidasi adalah aspek karya Roh yang semata-mata ditujukan kepada para rasul dan jemaat perdana. Masa ini mempunyai awal dan akhir yang jelas. Proklamasi dan manifestasi kebenaran Kristus mempunyai awal yang sama (lih. di bawah: 6.4. Pekerjaan Roh pada Gereja Masa Kini), tetapi mempunyai akhir yang sangat berbeda dan belum ditetapkan (kedatangan Kristus kembali).
Formasi, Otorisasi dan Konsolidasi Kebenaran”Formasi, Otorisasi, dan Konsolidasi kebenaran Injil” adalah tujuan ”tritunggal” pekerjaan Roh Kudus dalam masa rasuli. Tujuannya satu, yaitu dalam usaha Roh untuk menyimpan kebenaran Injil sebagai sumber kebenaran sampai kedatangan Kristus kembali. Dilihat dari perspektif Allah, Allah mengonsentrasikan rencana-Nya di dalam Yesus Kristus. Untuk itu, hal ”penyataan Allah” sangat penting.
”Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dengan berbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan para nabi” (Ibr. 1:1). Penyataan-Nya mencapai puncaknya dan kecukupannya di dalam Yesus Kristus: ”maka pada zaman akhir ini Ia berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya yang telah Ia tetapkan sebagai ahli waris segala sesuatu. Melalui Dia Allah telah menjadikan alam semesta” (Ibr.1:2). Kebenaran Yesus mudah dilupakan, dihilangkan, atau dirusak manusia, karena Si Ular masih tetap mencoba ”untuk menelan Anak” (Why. 12:4), juga setelah kemenanganNya di kayu salib. Yesus sendiri mengangkat kedua belas rasul-Nya dan memberikan kepada mereka posisi yang istimewa (lih. Ef. 3:4-5).
Paulus berbicara mengenai ”rahasia” yang sekarang dinyatakan kepada rasul-rasul dan nabi-nabi. Karena mereka bersama para nabi menjadi fondasi gereja (Ef. 2:20). Yang dimaksudkan Paulus adalah mereka. Dan ajaran mengenai kebenaran Allah ada dalam Yesus Kristus. Dalam Roma 16:25-26, Paulus juga berbicara mengenai rahasia itu, yang ”tersembunyi berabad-abad lamanya, tetapi yang sekarang telah dinyatakan dan yang menurut perintah Allah yang abadi, telah diberitakan oleh kitab-kitab para nabi kepada segala bangsa untuk membimbing mereka ke ketaatan iman.” ”Injil” dan ”Pemberitaan Yesus Kristus” merupakan inti rahasia itu. Roh menuntun para rasul ke pengetahuan, pengertian, dan penerimaan suatu ”rahasia” yang dahulu belum dimengerti atau dinyatakan, tetapi yang sekarang dinyatakan. Mengenai ”para nabi” Paulus mungkin juga mengacu kepada nabi-nabi dari Perjanjian Lama.Tetapi yang terutama ia maksudkan di sini adalah nabi-nabi yang aktif pada masa rasuli. Roh Kudus masih memakai nabi-nabi itu untuk menuntun para rasul dan Gereja Perdana pada kebenaran.
Kitab-kitab PB diterbitkan untuk menjadi sarana utama dalam karya pekabaran Injil kepada semua bangsa. Kitab-kitab itu mengandung ”rahasia yang telah dinyatakan”
mengenai Yesus Kristus. Kitab-kitab dipilih Roh sebagai sarana komunikasi untuk membimbing segala bangsa ke ketaatan iman.Roh Kudus berhasil meletakkan dasar bagi gereja segala abad sebagai berikut: Formasi: Dia menyelesaikan dasar itu dengan memimpin para rasul ke dalam seluruh kebenaran. Dasar itu adalah ajaran Yesus Kristus yang mereka mengerti.
Otorisasi: Dia memakai tanda-tanda khusus untuk menguatkan dasar ini dan menjamin otoritas ilahi kepadanya, sehingga gereja menerimanya sebagai fondasi yang mutlak.
Kitab-kitab PB dikembangkan untuk menjadi sarana utama dalam karya Roh Kudus, dan merupakan karunia yang paling istimewa untuk Gereja.
Konsolidasi: Dia mengatur penyimpanan kebenaran di dalam kitab-kitab tertentu dan memimpin gereja agar Kitab-kitab Rasuli itu diakui sebagai kanon kebenaran pada masa pasca-Rasuli. Paulus sudah mengajak Timotius dengan kata-kata: ”...bertekunlah dalam membaca Kitab-kitab Suci, dalam membangun dan dalam mengajar” (1Tim. 4:13).
Roh Kudus mencapai tujuan masa rasuli dan jemaat perdana dengan meletakkan dasar kebenaran bagi gereja masa depan. Dia memimpin gereja sampai genaplah kanon Alkitab.
Otorisasi Penyataan Kebenaran dengan tanda-
tanda dan mukjizat-mukjizat
Mengenai aspek otorisasi, kita perlu memberi perhatian secara khusus. Karena mengenai tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat yang dipakai Roh Kudus untuk mengiringi proses formasi dan konsolidasi kebenaran, ternyata ada banyak ajaran-ajaran yang berbeda-beda, khususnya di kalangan Karismatik.
Di dalam pekerjaan-Nya (baik di dalam masa Israel, kehidupan Yesus, dan masa rasuli), Roh Kudus sering memakai gejala khusus untuk memberi kuasa kepada hakim, nabi, raja, Yesus, dan rasul. Dia memakai tanda-tanda khusus untuk membuktikan sumber ilahi perkataan atau perbuatan mereka. Dia juga memakai tanda-tanda khusus yang menerangkan sesuatu yang kebenarannya sukar untuk dapat diterima tanpa tanda itu.
Musa sebenarnya tidak berani menyampaikan firman Allah kepada Firaun. Ia diyakinkan dan dikuatkan melalui suatu tanda khusus. Seorang hakim membutuhkan dorongan khusus untuk membebaskan Israel (mis. Gideon). Samuel baru mengerti atas panggilannya setelah mengerti bahwa Allah sendiri yang berbicara kepadanya. Banyak nabi menerima penglihatanpenglihatan khusus untuk mengakui tugas ilahi mereka (antara lain Yesaya dan Yeremia) atau untuk mengerti isi nubuat mereka kepada raja atau bangsa Israel. Mereka sering diberi kuasa-kuasa khusus untuk membuktikan status mereka sebagai nabi yang benar (Musa, Elia).
Segala mukjizat dan tanda yang dibuat Yesus juga mempunyai fungsi untuk membuktikan bahwa Dia berasal dari Allah dan bertindak sebagai Anak Allah. Yesus sendiri sudah menunjukkan bahaya atas segala tanda-mukjizat itu, yang memang membuktikan ke-Allahan-Nya (”Tetapi supaya kamu tahu bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa” lalu berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu, ’Bangunlah, angkat tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!’” [Mat. 9:6]). Dari konteks ini jelas bahwa inti pokok pekerjaan-Nya adalah untuk mengampuni dosa (lih. juga seluruh sejarah mengenai pemberian makan kepada lima ribu orang, Yoh. 6–7 ).
Yesus menyebut orang yang mengharap atau menuntut, menandakan orang yang lemah, jahat dan tidak setia: ”Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda Nabi Yunus” (Mat. 12:39). Dengan demikian Yesus menetapkan sifat dan dasar kepercayaan bagi masa depan, pada waktu Dia berkata kepada Tomas: ”Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya” (Yoh. 20:29). Dalam masa setelah Yesus, sifat kepercayaan yang benar ialah percaya tanpa melihat. ”Iman timbul dari apa yang didengar, dan apa yang didengar itu berasal dari pemberitaan tentang Kristus” (Rm. 10:17).
Untuk menerima firman yang disampaikan oleh para rasul sebagai firman Kristus, maka Roh Kudus memberikan tanda-tanda khusus sehingga orang mengakui otoritas rasuli. Itu sebabnya Perjanjian Baru menyebutkan segala tanda-mukjizat dan gejala istimewa yang menyertai jalan para rasul. Paulus menuntut otoritas sebagai rasul Yesus (ia telah melihat Yesus yang dimuliakan di surga [Kis. 9]) dengan menunjuk ke ”tanda-tanda rasul” (ta semeia tou apostolou), yang dibuatnya: ”Tanda-tanda seorang rasul telah diperlihatkan di tengah-tengah kamu dengan segala kesabaran melalui tandatanda, mukjizat-mukjizat dan kuasa-kuasa” (2Kor. 12:12). Roh Kudus pada masa itu mengaruniakan kuasa-kuasa khusus kepada beberapa orang khusus untuk membuktikan dan menegaskan hak kerasulan mereka. ”Pada masa itu” dan ”kepada beberapa orang”. Untuk menjadi fondasi gereja, ajaran rasulrasul diiringi Roh Kudus dengan tanda dan gejala ajaib. Sehingga semua orang tahu: rasul-rasul ini berbicara dengan kuasa firman Kristus. Kuasa-kuasa rasuli itu membuktikan bahwa Yesus berbicara melalui seorang rasul. Paulus menekankan bahwa ia tidak berkata-kata tentang sesuatu yang lain, kecuali tentang apa yang telah dikerjakan Kristus ”yaitu untuk memimpin bangsabangsa lain ke ketaatan, oleh perkataan dan perbuatan, oleh kuasa tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat, dan oleh kuasa Roh” (Rm. 15:18-19).
Pekabaran dan perbuatan mukjizat berjalan bersama-sama pada masa rasuli. Injil tidak disampaikan dalam bentuk kata-kata saja, tetapi juga dengan kekuatan oleh Roh Kudus (1Tes.1:5). Dalam surat Ibrani terlihat hubungan yang erat antara pekerjaan rasul-rasul (”mereka yang telah mendengar kabar Injil dari Tuhan”) dan tanda-tanda mukjizat: ”Allah juga meneguhkan kesaksian mereka oleh tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat dan dengan berbagai-bagai penyataan kuasa dan pemberian Roh Kudus...”(Ibr. 2:4).
Roh Kudus meneguhkan kesaksian para rasul sebagaimana Dia telah meneguhkan perkataan Yesus Kristus yang, sesuai dengan Kisah Para Rasul 2:22, ”dinyatakan kepadamu dengan kekuatan-kekuatan dan mukjizatmukjizat dan tanda-tanda ajaib yang dilakukan oleh Allah dengan perantaraan Dia di tengah-tengah kamu, seperti yang kamu ketahui”. Pada masa yang pertama itu, semua orang yang bertobat bertekun dalam pengajaran rasulrasul dan dalam persekutuan. Mereka semua ketakutan, karena ”rasulrasul itu mengadakan banyak mukjizat dan tanda ajaib” (Kis. 2:43; lihat 5:15). Iblis, melalui pemimpin-pemimpin Yahudi serta tua-tua dan para ahli Taurat, mencoba untuk mematikan pekabaran Injil. Melawan hal itu, jemaat perdana berdoa: ”Ulurkanlah tangan-Mu untuk menyembuhkan orang, dan adakanlah tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat oleh nama Yesus, Hamba-Mu yang kudus” (Kis. 4:30). Dalam lingkungan para rasul, Stefanus dan Filipus juga melakukan mukjizat-mukjizat (Kis. 6:8; 8:6, 13). Masa keselamatan ini dibandingkan dengan masa Musa, tatkala bangsa Israel dibawa Allah keluar ”dengan mengadakan mukjizat-mukjizat dan tanda-tanda di tanah Mesir, di Laut Merah dan di padang gurun selama empat puluh tahun” (Kis. 7:36).
Sebagai kuasa-kuasa yang dibuat oleh para rasul pada masa pertama ini, terdapat informasi di dalam penuturan Lukas dalam Kisah Para Rasul: penyembuhan (Kis. 4:16, 22; 9:33-35; 14:10), kebangkitan dari orang mati (Kis. 9:40-41; 20:10-12), pengusiran roh jahat dan setan (Kis. 16:18). Lukas dalam penuturannya tidak menyebutkan semua hal yang dilakukan para rasul. Ia juga hampir tidak menceritakannya secara panjang lebar. Semua acuan kepada mukjizat-mukjizat itu pasti mengacu pada peristiwa-peristiwa yang luar biasa dan yang pada waktu itu mengherankan orang.Mukjizat-Mukjizat itu mempunyai satu fungsi saja, yaitu meneguhkan otoritas pekabaran Injil sebagai Injil. Pembuktian itu sudah terjadi dan direkam bagi gereja kemudian hari, yakni dalam kitab-kitab Perjanjian Baru.
Pada waktu kehidupan Yesus, para rasul sudah diberi kuasa-kuasa khusus untuk bekerja di tengah bangsa Israel (Mat. 10:8; Luk. 10:17, 19-20). Kuasa itu tidak dapat dibeli atau dituntut (Kis. 8:20). Karunia-karunia khusus untuk membuat mukjizat-mukjizat diberikan Yesus secara langsung kepada rasul-rasul-Nya (Kis. 1:4; 2:33).
Dalam Markus 16:17-18, kita membaca mengenai janji Yesus ”Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: Mereka akan mengusir setansetan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun yang mematikan, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh.” Nas ini sering dipakai untuk membuktikan bahwa pada masa kini Roh Kudus masih tetap memberikan kuasa-kuasa khusus kepada orang Kristen, sama seperti yang dituturkan oleh para rasul.
Roh Kudus meneguhkan kesaksian para Rasul dengan memberikan kepada merekakuasa-kuasa khusus dan dengan mengiringi karya mereka dengan tanda-tanda istimewa.
Janji Yesus ditujukan kepada siapa? Kata ”menyertai” dalam bahasa Yunani berarti: mengikuti, menyusul. Dalam ayat 20 berbunyi: ”Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya”. Seluruh konteks itu membuktikan bahwa tanda-tanda khusus itu akan ”mengikuti” di mana pekabaran Injil tiba. Dalam ayat 15, Yesus menyuruh kesebelas rasulNya (!) untuk pergi ke seluruh dunia untuk memberitakan Injil kepada segala makhluk. ”Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum” (Mrk. 16:16). Dengan demikian Yesus menjamin keselamatan kepada orang yang percaya pada firman kesebelas rasul (ay. 15). Pengikatan kepada firman rasul-rasul ini juga sudah diungkapkan Yesus dalam Matius 16:19: ”Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di surga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di surga.” Pekabaran Injil oleh rasul-rasul mempunyai sifat mengikat dan menentu.
Ayat 17 tidak berisi janji bahwa semua orang percaya mendapat kuasa untuk melakukan tanda-tanda. Kata ”menyertai” mengacu pada fakta bahwa sejarah pekabaran Injil oleh para rasul disertai oleh tanda-tanda. Tanda-tanda itu mempunyai efek ”otorisasi” kabar yang dibawakan. Penuturan semua tanda itu (sebagaimana kita terima dalam Kisah Para Rasul) mempunyai efek bukan saja untuk generasi pertama ini, melainkan juga untuk semua generasi orang Kristen kemudian, sampai masa kini.
Sudah di dalam rangka Alkitab sendiri, ingatan akan tanda-tanda itu (dan bukan pengulangannya) dipakai untuk mengikat kepercayaan orang Kristen pada kesaksian para rasul (Ibr. 2:4). Kami memang tidak berani mengatakan bahwa pada masa kini Allah tidak lagi menambahkan tanda-tanda. Tetapi janji Markus 16, tidak secara otomatis adalah janji yang berlaku bagi semua zaman dan situasi. Allah tetap akan menyertai para pembawa Injil di dunia. Dia akan memberikan kuasa melalui Roh Kudus sesuai dengan kehendakNya. Kadang-kadang akan ada mukjizat atau tanda yang Dia berikan untuk membantu mereka. Sering juga menjadi nyata bahwa justru dalam generasi pertama orang Kristen di salah satu tempat, Si Iblis juga aktif melawan dengan mengutus Si Pendurhaka yang juga ”disertai berbagai perbuatan ajaib, tandatanda dan mukjizat-mukjizat palsu” (2Tes. 2:9).
Tanda untuk orang Yahudi: Bahasa Asing/Bahasa Lidah
Untuk mengerti dan menerima kebenaran Yesus, rasul-rasul sendiri juga membutuhkan tanda-tanda yang jelas. Trayek ke penerimaan dan pengertian Injil bagi mereka sama sekali tidak mudah. Kesebelas rasul (dan juga Paulus) adalah orang Yahudi. Pada dasarnya mereka tidak memahami sedikit pun mengenai Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka pertama-tama tidak mengerti kematian Yesus, atau kebangkitannya. Mereka ragu-ragu (Yoh. 13:22). Pada hari Paskah mereka terkejut dan kacau-balau. Satu hal yang sangat sulit untuk orang Yahudi mengerti ialah perubahan perjanjian Allah. Mereka kurang dapat menerima bahwa Allah dalam Yesus mulai mencari semua bangsa (dan bukan bangsa Israel saja). Perubahan itu sangat bertentangan dengan perasaan dan darah-daging mereka. Dalam Kisah Para Rasul, kita melihat bagaimana Roh Kudus menuntun mereka langkah demi langkah ke pengertian dan penerimaan perubahan itu. Roh Kudus memakai tanda-tanda khusus dan penglihatan, dimulai pada Hari Pentakosta. Semuanya untuk meyakinkan orang Yahudi bahwa status Israel di hadapan Tuhan berubah sama sekali. Setelah Pentakosta, Allah mengarahkan langkah-langkah-Nya ke ujung bumi, kepada semua suku-bangsa dan bahasa: ”Kamu akan menjadi saksi-saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi” (Kis. 1:8). Mereka memang sudah mendengar dengan telinga mereka, perintah Yesus untuk pergi dan menjadikan semua bangsa murid-Nya (Mat. 28:19), tetapi mereka belum memahaminya dengan pikiran atau menerimanya dengan hati. Roh Kudus datang kepada mereka dengan tanda-tanda khusus, terutama untuk meyakinkan dan mengajar rasul-rasul; juga untuk orang-orang Kristen pertama yang semuanya orang Yahudi atau penganut agama Yahudi, (Kis. 2:10). Dari Israel kepada semua bangsa, dari satu bahasa (Ibrani) ke semua bahasa, dari Hukum Taurat ke Injil, dari sunat ke baptisan.
Tanda bahasa lidah harus dilihat sebagai tanda. Roh Kudus, melalui tanda itu perubahan strategi Allah diperlihatkan dengan sangat baik: dari satu bangsa kepada semua bangsa, dari satu bahasa kepada semua bahasa. Keselamatan bukan saja bagi orang Yahudi, melainkan juga bagi orang Samaria (Kis. 9);
bukan saja untuk orang Yahudi dan Samaria, melainkan juga bagi orang kafir (Kis. 10). Sejak Hari Pentakosta, Allah boleh dipuji dalam semua bahasa dunia. Tanda bahasa itu adalah tanda khusus bagi orang Yahudi, tidak untuk orang kafir. Karena orang Yahudi enggan menerima dan mau mengerti fakta bahwa di dalam Yesus Kristus ”tembok pemisah” (Ef. 2:14) antara orang Yahudi dan orang kafir telah dirubuhkan. Di dalam Yesus semua menjadi anak-anak Abraham oleh kepercayaan yang utuh. Petrus sendiri tercengang terhadap ide itu. Roh Kudus memberi penglihatan kepadanya untuk meyakinkannya bahwa Kornelius sebagai orang kafir boleh dibaptis (dan tidak usah menerima sunat). Dan Allah meneguhkan pengertiannya dengan tanda turunnya Roh Kudus dan berbicara dalam bahasa lidah: ”Sementara Petrus berkata demikian, turunlah Roh Kudus ke atas semua orang yang mendengarkan pemberitaan itu. Semua orang percaya dari golongan bersunat yang menyertai Petrus, tercengangcengang, karena melihat karunia, yaitu Roh Kudus dicurahkan ke atas bangsabangsa lain juga, sebab mereka mendengar orang-orang itu berkata-kata dalam bahasa lidah dan memuliakan Allah.” (Kis.10:44-46).
Tanda ini tidak diulangi Petrus atau didoakan sehingga terjadi lagi, misalnya ketika ia menceritakannya di Yerusalem. Tanda ini sama sekali bukan merupakan perbuatan Petrus, melainkan karunia Allah (Kis. 11) dimulai dengan kata-kata yang menunjukkan tujuan Allah dengan tanda ini: ”Rasulrasul dan saudara-saudara seiman di Yudea mendengar bahwa bangsa-bangsa lain juga menerima firman Allah”. Fakta itu mustahil bagi mereka. Pada waktu Petrus datang di Yerusalem, teman-temannya berselisih dengan dia. Lalu Petrus menceritakan semua yang sudah terjadi, mulai dari penglihatan yang telah ia lihat mengenai binatang-binatang haram.
Puncak pembelaannya terdapat dalam ayat 15, 17: ”Ketika aku mulai berbicara, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, sama seperti ke atas kita dahulu. Jadi, jika Allah memberikan karunia yang sama kepada mereka sama seperti kepada kita pada waktu kita percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, bagaimana mungkin aku mencegah Dia?” Kuasa argumennya terletak dalam kata ”sama seperti kepada kita”. Kuasa tanda bahasa pada saat itu sangat jelas dan masuk ke hati mereka sehingga mereka mengerti dan menerima (mereka ”menjadi tenang”) sambil memuliakan Tuhan, katanya: ”Jadi kepada bangsa-bangsa lain juga Allah mengaruniakan pertobatan yang memimpin kepada hidup” (Kis. 11: 18, 19).
Konklusinya jelas. Dalam Kisah Para Rasul, Roh Kudus memakai tanda bahasa lidah untuk menuntun para rasul pada kebenaran bahwa Injil Kristus adalah untuk semua bangsa dunia dan bukan untuk satu bangsa saja. Setelah mereka mengakui kebenaran itu dan menuliskannya di dalam kitab-kitab mereka, tanda itu sendiri hanya masih berfungsi di dalam penuturan masa krusial itu. Tanda bahasa itu (sebagaimana dituturkan di dalam Kisah Para Rasul) tidak perlu diulang lagi, karena gereja pada masa kini sudah mengerti dan menerima sepenuhnya bahwa kebenaran Yesus harus dikabarkan di dalam semua bahasa kepada semua bangsa dunia. Hanya orang bodoh dan jahat akan memohon tanda itu sekali lagi.
Tanda bahasa lidah tidak perlu diulang lagi di gereja pada masa kini.
Layak kalau kami masih membahas secara singkat apa yang disebut karuniakarunia khusus. Di atas kami sudah menekankan satu dua kali bahwa Roh Kudus menganugerahkan karunia-karunia menurut kerelaan-Nya dan hikmat-Nya, sesuai dengan kebutuhan setiap zaman. Sudah kita lihat bahwa Roh memakai berbagai karunia khusus untuk meletakkan fondasi kebenaran (rasul-rasul dan nabi-nabi). Setelah meletakkan fondasi itu (yang terkonsolidasikan dalam Kitab-kitab Suci) karunia-karunia itu tidak diperlukan lagi dan akan berakhir. Paulus menyebut pelbagai karunia yang akan berakhir: ”nubuat akan berakhir; bahasa lidah akan berhenti; pengetahuan akan lenyap” (1Kor. 13:8). Di sini jelas bahwa dalam sejarah penyelamatan ada perkembangan, ada hal-hal yang berakhir dan yang mulai, ada hal yang masih berlaku dan yang tidak berlaku lagi.
Paulus menyebut berbagai karunia-karunia: ”Pertama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar. Selanjutnya mereka yang mendapat karunia untuk mengadakan mukjizat, untuk menyembuhkan, untuk melayani, untuk memimpin, dan untuk berkata-kata dalam berbagai jenis bahasa lidah” (1Kor. 12:28). Itu bukan daftar yang lengkap atau berlaku mutlak untuk selama-lamanya. Misalnya, daftar ini masih menyebut rasul. Tetapi rasul-rasul (artinya sebagai saksi mata dan telinga Yesus Kristus) tidak ada lagi; kesaksian dan ajaran mereka tetap ada dan telah menjadi dasar gereja.
Pada generasi pertama itu, Roh juga memberi karunia-karunia lain sesuai dengan kebutuhan pada situasi tertentu itu. Demi otorisasi dan legitimasi firman para rasul, perlu juga ada nabi-nabi yang menyatakan kehendak Tuhan pada waktu pertama itu. Pada waktu itu mereka belum mempunyai Alkitab sebagai petunjuk mutlak dalam segala keputusan hidup mereka. Pada permulaan itu, kesanggupan untuk berbahasa asing juga sangat penting, yaitu untuk mengabarkan Injil kepada orang yang berbahasa lain.
Orientasi: Gerakan Karismatik
Dalam TB-2 LAI, bahasa Yunani ”gloossa” diterjemahkan dengan ”bahasa lidah”, juga dapat diterjemahkan dengan ”bahasa asing”. Menurut Fernand Legrand, dalam All about Speaking in Tongues, terjemahan ”bahasa lidah” sangat mengelirukan pembaca. Karena sebenarnya arti kata dalam bahasa Yunani itu adalah bahwa Paulus dalam 1 Korintus berbicara mengenai orang yang berbahasa asing. Keterangan ini sangat masuk akal karena di kota pelabuhan itu, jemaat membuka pintu bagi orang-orang yang berbahasa lain, yaitu bahasa mereka masing-masing. Bacalah seluruh 1 Korintus 14 dari perspektif ”bahasa asing” ini, maka akan timbul pengertian bahwa pendekatan itu sangat masuk akal.
Pada masa kini ”gerakan Karismatik” merajalela di dunia. Dalam rangka buku ini kita tidak akan menguraikan gerakan ini secara khusus.Ajaran Alkitabiah mengenai oknum dan pekerjaan Roh Kudus (seperti yang disajikan dalam bab ini) sangat menolong untuk menilai ajaran dan fenomena gerakan Karismatik. Ciri Karismatik yang terutama adalah manipulasi Allah, khususnya Roh. Ajaran ini mengabaikan kedaulatan Allah yang memberikan sesuai hikmat-Nya apa yang diperlukan untuk mencapai tujuan-Nya dalam masa penyelamatan tertentu. Misalnya, berbahasa lidah tidak mempunyai fungsi lagi karena fungsi tanda itu sudah jelas dan mencapai tujuan-Nya. Hal yang ditandainya sudah tidak dipersoalkan lagi, Allah hendak memulihkan hubungan dengan semua bangsa dan bahasa dunia. Ajaran Karismatik adalah ajaran yang tidak dapat dipeluk oleh seorang yang yakin akan ajaran Reformasi. Kedua ajaran itu tidak sama dan saling berlawanan. Salah dasar adalah bahwa perubahan masa dalam sejarah penyelamatan diabaikan Karismatik. Oleh sebab itu, mereka masih mengharap, berdoa dan menuntut untuk masa kini pengulangan semua gejala, kuasa, tanda dan mukjizat yang dituturkan dalam Alkitab (penglihatan, lidah api, bahasa lidah, menginjak ular, berjalan di atas air, pembangkitan orang mati, angin, keturunan Roh Kudus, nubuat khusus, kuasa menyembuhkan). Bersama-sama dengan itu mereka berfokus kepada kepentingan manusia dan kesukaan manusia untuk kehidupan ini: kesehatan, kesejahteraan, sukses, kemakmuran. Kami mengacu kepada beberapa buku yang secara jelas melawan gerakan ini, terutama buku-buku Herlianto: Toronto Blessing (BPK, 1995), Teologi Sukses (BPK, 1996), Tenaga Dalam dan Penyembuhan Holistik (BPK, 1999). Kemudian Hans Maris, Gerakan Karismatis dan Gereja Kita (Momentum, 2004) dan Candlestand Statement (BPK Gunung Mulia, 2011).
Konklusi
Roh Kudus memberikan karunia-karunia khusus untuk mencapai tujuanNya dalam masa tertentu. Setelah mencapai tujuan-Nya, Ia berfokus kepada tujuan-Nya yang berikut dengan memakai karunia-karunia yang menolong untuk mencapai tujuan itu. Tujuan-Nya pada masa rasuli ialah penuntunan ke kebenaran (formasi, otorisasi dan konsolidasi kebenaran). Roh Kudus menuntun masa ini kepada penerbitan Alkitab sebagai sumber kebenaran bagi gereja semua masa depan. Alkitab adalah karunia istimewa bagi gereja sampai hari di mana Kristus akan kembali. Pada hari itu fungsi Alkitab akan berakhir. Karena di bumi baru pengetahuan orang percaya akan sempurna dan lengkap. ”Sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal” (1Kor. 13:12).
FASE SOTERIOLOGIS 4: GEREJA DI MASA AKHIR ZAMAN DAN ROH KUDUS
(= Dari Pentakosta sampai kedatangan Kristus kembali)
Jemaat-jemaat Masa Kini
• ”... nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah” (2Ptr. 1:20-21)
• ”Akhir Zaman” - Pada waktu yang mana ”akhir zaman” mulai?
Kedatangan Kembali Bumi Baru Penjaga Gereja Penjaga Kebenaran Rasuli Inspirasi Kitab Suci Penafsir-penafsir Kitab Suci Pelayanan Firman (=Nubuat)
Pembina Jemaat Pengharapan Restorasi Kehidupan jemaat Kebangkitan Daging Hidup yang kekal
Jika Roh Kudus pada masa kini tidak lagi menuntun ke kebenaran sama seperti tuntunan yang Dia lakukan kepada para rasul, apakah pada masa kini Roh Kudus masih menuntun manusia ke kebenaran? Masih tetap! Tetapi saranaNya dan cara-Nya sangat berbeda, karena pada masa rasuli dan gereja perdana, Dia memproduksi bundel Kitab-kitab Ilahi yang kedua (Perjanjian Baru) di samping Perjanjian Lama. Roh mempercayakan Kitab-kitab ini kepada gereja Kristus. Dengan adanya Alkitab di tangan gereja, cara dan ciri pekerjaan Roh Kudus fokus pada tuntunan ke kebenaran Alkitab (yang adalah kebenaran Kristus). Apakah tujuan Roh Kudus pada masa Alkitab ini, masa gereja, masa pekabaran Injil? Apa maksud-Nya dengan masa kita dalam rangka sejarah penyelamatan sampai Yesus kembali?
Jawaban atas pertanyaan ini dapat kita berikan hanya dari Alkitab sebagai sumber yang terutama untuk mengenal Allah dan pekerjaan-Nya. ”Masa kini” pada hakikatnya sudah mulai pada masa rasuli tadi. Karena sejak awal masa rasuli (Hari Pentakosta), orang-orang dari segala bangsa mulai bertobat dan gereja sudah mulai terbangun. Bagan yang berikut memperlihatkan hal ini:
Proklamasi dan Manifestasi
Di atas, kita menyifatkan pekerjaan Roh pada masa Perjanjian Baru dengan: Formasi, Otorisasi, Konsolidasi, Proklamasi dan Manifestasi. Ketiga yang pertama telah diuraikan di atas. Tiga pekerjaan Roh itu mendapat penyelesaiannya dalam penerbitan dan pengumpulan Kitab-kitab Suci dalam Alkitab (kanonisasi). Pada saat tertutupnya kanon Alkitab, sifat dan ciri masa berubah secara radikal. Setelah penyelesaian Alkitab, Roh fokus ke fase yang baru. Setelah gereja perdana, gereja-gereja ditinggalkan oleh para rasul karena mereka semua meninggal dunia. Gereja mewarisi semua kitab mereka yang pada abad-abad pertama (melalui pimpinan Roh Kudus) dikumpulkan dan diakui gereja sebagai kitab-kitab kanonik. Gereja tidak ditinggalkan oleh rasul-rasul dengan tangan kosong. Gereja mewarisi ajaran mereka sebagai ajaran yang benar, ajaran rasuli. Gereja perdana sangat bersikap ”bertekun dalam pengajaran rasul-rasul” (Kis. 2:42). Dari awal, gereja menyadari bahwa kehidupan dalam anugerah Allah tergantung pada kesaksian para rasul tentang kebangkitan Tuhan Yesus (Kis. 4:33). Karena keprihatinan Roh Kudus, kesaksian rasul-rasul tersimpan dan terjaga dalam kitab-kitab mereka. Dalam proses ini terlihat pekerjaan Roh Kudus yang menuntun rasul-rasul ke kebenaran sambil menjaga proses perekaman ajaran mereka. Kepemimpinan ini disebut inspirasi (lih. Bab 1 tentang Kitab Kudus). Roh Kudus juga memimpin gereja ke penerimaan semua kitab Alkitab sebagai Firman Tuhan, sebagai Penyataan Allah. Setelah kanonisasi, pada hakikatnya Roh Kudus memimpin gereja ke fase sejarah yang berikutnya, yang dapat disifatkan dengan dua kata:
Roh untuk mengumpulkan semua Roh Kudus telah memimpin gereja ke penerimaan Alkitab sebagai satu-satunya sumber kebenaran Allah.
Proklamasi: Alkitab dijadikan Roh Kudus menjadi karunia (”karisma”) yang paling berharga bagi gereja. Roh Kudus mulai memakai Alkitab sebagai sumber pengetahuan untuk mengetahui keselamatan. Pekabaran Injil (proklamasi) sampai ke ujung bumi adalah strategi orang pilihan dari segala bangsa, tempat, dan abad. Penginjil-penginjil dalam melakukan pekerjaan mereka harus selalu bertitik tolak dari Alkitab, artinya, melayankan firman Allah berdasarkan Alkitab. Mereka harus membaca dan menerangkan isi Alkitab. Roh Kudus membantu semua pengajar dan pengkhotbah dalam karya pokok mereka. Pimpinan dan bantuan ini disebut iluminasi, terang Roh Kudus yang mengiringi karya manusia untuk membaca, menafsirkan, dan mengaplikasikan Firman Allah. Melalui proklamasi dan iluminasi, Roh Kudus merealisasikan rencana Allah untuk mengumpulkan gereja di atas satu dasar, sampai genaplah jumlah orang yang terpanggil. Proklamasi adalah menceritakan seluruh sejarah penyelamatan dan penyataan Allah (=isi Alkitab) dengan maksud untuk mengundang orang untuk masuk ke ”kapal keselamatan”, gereja yang berlayar melalui abad sampai kedatangan Kristus kembali (bandingkanlah kiasan ini dengan bahtera Nuh).
Manifestasi: Pekerjaan Roh Kudus dalam Proklamasi dan Iluminasi menghasilkan buah-buah yang positif atau yang negatif, ”Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam daripada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk sangat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup menilai pikiran dan niat hati kita ” (Ibr. 4:12). Positif dalam reaksi manusia untuk menerima firman Allah, negatif dalam reaksinya untuk menolak firman Allah. Karena pasti, ”firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya” (Yes. 55:11). Hasil itulah yang kita sebut ”manifestasi kebenaran” sebagai hasil proklamasi. Di bawah ini akan kita lukiskan karya Roh ini dalam panggilan (vocatio), kelahiran kembali (regeneratio), iman (fides), pembenaran (iustificatio), pertobatan (penitentia/metanoia), pengudusan (sanctificatio) dan ketekunan (perseverentia). Paulus menyebut sebagai manifestasi pekerjaan Roh, ”buah Roh”: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri (Gal. 5:22-23).
Proklamasi dan Manifestasi dalam Praktik Kehidupan Gereja Masa Kini
Masa antara kanonisasi Alkitab dan kedatangan Kristus kembali adalah masa yang di dalamnya Roh Kudus memanggil orang satu demi satu untuk mengaku Yesus Kristus sebagai Juru Selamat yang sejati. Setiap orang yang menerima iman, Dia jadikan sebagai anggota dari tubuh Kristus. Dia memberikan kepada ”tiap-tiap orang beriman secara perseorangan, sebagai anggota Tuhan Kristus, mendapat bagian dalam Dia dan dalam semua harta-Nya serta semua karunia-Nya seluruh karunia Kristus” (KH Mg. Ke-21, p/j 55; bnd. Mg. Ke-7). Pekerjaan Roh Kudus pada masa kini terutama difokuskan pada pemberian (karunia, karisma) iman kepada orang dan semua hal yang terhubung dengan iman orang dan iman gereja. Sesuai dengan Katekismus Heidelberg (p/j 21) ”iman yang sejati adalah keyakinan atau pengetahuan yang pasti, yang membuat aku mengakui sebagai kebenaran segala sesuatu yang dinyatakan Allah kepada kita di dalam Firman-Nya, dan juga kepercayaan yang teguh, yang dikerjakan dalam hatiku oleh Roh Kudus, melalui Injil.”
Hubungan ”iman”, ”Firman”, dan ”Roh” sangat jelas. Dalam ajaran Reformasi, hubungan ini ditekankan juga dalam soal/jawab 22 dari Katekismus Heidelberg: ”Apa yang perlu diimani oleh seorang Kristen? Jawaban: Segala sesuatu yang dijanjikan kepada kita dalam Injil. Isi pokoknya diajarkan kepada kita melalui Pasal-pasal Pengakuan Iman Kristen yang am dan pasti.”
Bagaimana Roh Kudus mengerjakan karya ini? Alat-alat apa yang dipakaiNya? Yang terutama adalah Alkitab. Kemudian para pembaca dan pengajar Alkitab. Orang tua, seorang teman akrab, saudara-saudari jemaat, penginjilpenginjil, dan gembala jemaat-gembala jemaat (tua-tua), khususnya mereka yang berkhotbah. Dalam kehidupan orang percaya ada banyak pengajar karena jemaat adalah bengkel Roh Kudus. Alkitab adalah alat-Nya yang terutama. Kemudian semua orang yang memakai Alkitab. Apa yang dikerjakan-Nya di dalam bengkel itu? Iman. Katekismus menjawab pertanyaan ”Dari manakah datangnya iman yang demikian itu?” dengan ”Dari Roh Kudus, yang bekerja menciptakan iman itu dalam hati kita melalui pemberitaan Injil yang kudus, dan yang menguatkannya melalui penerimaan Sakramen” (p/j 65). Roh Kudus memimpin orang memperoleh iman di dalam Kristus. Dia mengaplikasikan karya Kristus dalam jemaat dan dalam kehidupan orang percaya. Di dalamnya ada komponen-komponen tertentu: panggilan, kelahiran kembali, iman, pertobatan, pembenaran, pengudusan,dan ketekunan. Dalam Bab VII mengenai Keselamatan, komponen-komponen ini disoroti dari perspektif karya Kristus. Yang berikut ini adalah penyorotan dari perspektif karya Roh Kudus.
Panggilan (vocatio)
Roh Kudus memakai berbagai sarana untuk ”berbicara” kepada manusia. Dia memakai penyataan Allah yang umum (yaitu penyataan Allah dalam alam, sejarah, situasi, dan peristiwa) serta penyataan Allah yang khusus (yang terdapat dalam Alkitab). Di atas kita sudah mengritik penyalahgunaan konsep penyataan umum. Di sini kita memakainya secara terbatas. Melalui ”penyataan umum” Roh Kudus merintis jalan bagi orang untuk mencari Allah. Allah memperlihatkan kepada semua orang yang hidup tentang kebesaranNya, kekuatan-Nya, hikmat-Nya dan kemuliaan-Nya (Mzm. 8, 19, 29, 104). Demikianlah manusia dipersiapkan oleh Roh Allah untuk mendengar dan menerima penyataan khusus yang terdapat dalam (pelayanan) Alkitab. Melalui Alkitab, Roh Kudus menganugerahkan semua yang dibutuhkan manusia untuk diselamatkan secara cukup (sufisientia Alkitab). Panggilan ini memicu reaksi yang berbeda, lihat Matius 13:1-9 (perumpamaan mengenai seorang penabur). Ada orang yang percaya, ada juga orang yang tidak percaya. Yang tidak percaya tidak dapat memahami hal ihwal Roh Kudus. ”Manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah” (1Kor. 2:14). Hal itu baginya adalah suatu kebodohan. Karena hal itu hanya dapat dinilai secara rohani. Firman Allah tetap berkuasa dalam proses ini, karena firman Allah ”tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya” (Yes. 55:11). Melalui pelayanan firman Allah, Roh Kudus merealisasikan keputusan Allah tentang pemilihan dan pembuangan orang. Sejumlah besar orang yang mendengar firman Allah, tetapi tidak menerimanya. Menurut perkataan
Yesus sendiri: ”Siapa saja yang percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi siapa saja yang tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap tinggal di atasnya” (Yoh. 3:36).
Kelahiran kembali (regenerasio)
Melalui ”regenerasio” Roh Kudus memulai kehidupan baru di dalam hati orang yang bertobat. Kelahiran kembali semata-mata dimulai oleh Alah melalui Roh Kudus-Nya (Yoh. 1:13; Yak. 1:18; Yoh. 2:29; 5:1; 1Ptr. 1:23; Tit. 3:5). ”Karena rahmat-Nya yang besar telah membuat kita lahir kembali melalui kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada hidup yang penuh pengharapan” (1Ptr. 1:3).
Kelahiran kembali bukan dari manusia sendiri. Kelahiran kembali adalah karunia kepada semua orang yang dipilih Allah. Kelahiran kembali adalah dari atas, dari surga (lih. Yoh. 3). Roh Kudus tetap memakai alat-alat-Nya yang sama: Alkitab, pelayanan Firman, penginjil-penginjil, gembala-gembala, dan orang kristen biasa (yang dalam kehidupannya adalah surat dari Yesus Kristus (2Kor. 3:3).
Setiaporang kristen yang membuka Alkitab dan membacanya dan menerangkannya kepada orang lain, adalah alat di tangan Roh Kudus. Siapa yang siap sedia pada segala waktu untuk memberi pertanggungjawaban kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungjawaban dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu (1Ptr. 3:15) adalah instrumen yang dipakai Roh Kudus. Firman Allah adalah kunci utama di tangan Roh Kudus untuk membuka pintu hati manusia. Bagaimana orang dapat percaya kepada Allah ”yang belum pernah mereka dengar? Bagaimana orang mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya?” (Rm.10:14).
Melalui pelayanan Firman, Roh Kudus bekerja terus di dalam hati orang yang percaya. Dia bekerja melalui pembacaan firman Allah di dalam rumahrumah orang Kristen, melalui ayah yang sebagai kepala keluarga memimpin ibadat keluarganya, atau melalui ibu yang berdoa dengan anaknya dan menceritakan kepadanya cerita-cerita Alkitab.
Hal ini bagaikan biji yang disebarkan ke dalam hati orang. ”Kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, melalui firman Allah, yang hidup dan yang kekal” (1Ptr. 1:23). Firman Allah adalah benih bagi kehidupan baru, juga bagi kelahiran kembali setiap hari. Karena seorang Kristen akan bertobat dan kembali kepada Allah setiap hari.
Banyak orang Kristen dilahirkan kembali dalam kehidupan mereka, bukan pada satu hari yang dapat disebut lengkap dengan tanggalnya, atau melalui suatu peristiwa istimewa yang dapat diceritakan secara menakjubkan. Siapa saja sebagai anak telah dibaptis dan dididik sejak awal kehidupannya, dipimpin Roh Kudus ke penerimaan dan pengalaman segala harta Kristus, menurut janji-Nya pada saat pembaptisannya. Baginya kelahiran kembali biasanya adalah proses yang perlahan-lahan. Kadang-kadang saat kelahiran kembali dapat dikenali orang. Sering kali kelahiran kembali adalah proses tersembunyi yang akhirnya bermuara ke pengakuan iman.
Iman (fides)
Setelah Roh Kudus menuntun orang melalui kelahiran kembali ke pengakuan iman, Dia tidak akan membiarkan orang itu. Pekerjaan-Nya diteruskan di dalam kehidupan orang percaya. Dengan memakai sarana-sarana yang sama, Dia sibuk menguatkan iman seseorang dan iman jemaat. Iman ini dicirikan dengan kata-kata kunci yang berikut ini,
Iman adalah pemberian Allah.
Setelah kelahiran kembali, Roh Kudus menuntun ”manusia baru” untuk menerima dan mengerti perubahan yang mustahil ini. Orang itu harus menerima pemberian iman sebagai hal yang dikerjakan di dalamnya; ia juga harus menerima konsekuensinya. Kelahiran kembalinya itu bukan hasil pekerjaannya. Jangan ada orang yang memegahkan diri (Ef. 2:8-9). Roh Kudus mengajarnya untuk mengakui bahwa ia adalah buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus ”...untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya”(Ef. 2:10, bnd. Flp. 1:29). Dengan kata lain, melalui regenerasi awal, Roh Kudus membawa manusia ke regenerasi sehari-hari; regenerasi ini akan berjalan terus sampai harinya yang terakhir dalam kehidupan ini. Manusia baru mulai mengarahkan kehidupannya kepada Allah secara bertahap.
Iman adalah aktivitas manusia.
Walaupun iman dianugerahkan Roh kepada manusia, setelah penerimaan itu manusia adalah aktor yang percaya. Pemberian iman harus diterima secara aktif oleh manusia. Hal ini diakui secara tepat dalam Pasal-pasal ajaran Dordrecht, III/IV, 14. Setelah menerangkan secara tegas dan jelas bahwa iman adalah karunia Allah (bukan karena iman itu ditawarkan Allah kepada manusia, agar manusia berbuat sekehendaknya, melainkan karena iman itu sesungguhnya diberikan, diilhamkan, dan dicurahkan kepada manusia ... Allah tidak hanya memberikan kemampuan untuk percaya … Dia mengerjakan baik kemauan maupun pekerjaan). Kelahiran kembali itu juga tidak bekerja di dalam manusia ”seolah-olah ia adalah sebatang kayu dan sebongkah batu”. Karunia itu tidak memusnahkan kehendak manusia, dan tidak memaksa manusia bertentangan dengan kehendaknya. Karunia ilahi itu menghidupkan kehendak secara rohani. Maka ketika dahulu ada kedegilan dan perlawanan daging merajalela, sekarang oleh Roh mulai berkuasa ketaatan yang rela dan tulus. (lih PAD III/IV, 17). Artinya, ada indikatif (fakta penyelamatan sebagai pemberian Allah) dan imperatif (suruhan untuk percaya dan menerima penyelamatan itu). Manusia baru diberi kuasa oleh Roh untuk bertahan dalam iman. Dia mengaruniakan segala yang diperlukan untuk percaya dan untuk memperbarui kehidupan. Kedegilan hati manusia diubah menjadi kesediaan untuk mengenakan Yesus Kristus. Dalam proses ini manusia terlibat secara aktif. Ia menanggalkan manusia lama (Ef. 4:22) serta kelakuannya (Kol.3:9) dan memperbarui seluruh kodrat manusiawinya.
Iman adalah ketaatan.
Orang yang beriman dibimbing oleh Roh Kudus ke keinginan untuk taat. Ketaatan ini adalah siap mendengar dan mengikuti sesuai dengan kehendakNya. Siap ”mendengar firman Allah’ berarti: jika penafsiran Firman Allah berhasil di bidang ajaran, atau di bidang kehidupan gereja dan kehidupan pribadi seseorang, maka gereja atau orang itu bersikap menyerah pada petunjuk itu dan siap bertindak sesuai dengannya. Itulah ketaatan. Ketaatan tidak bersifat statis, tetapi dinamis. Roh memimpin Gereja Kristus melalui perubahan zaman dan perubahan situasi. Setiap konteks membutuhkan petunjuk berdasarkan firman Tuhan agar gereja tahu apakah taat dalam konteks dan waktunya.
Iman adalah kepastian.
Iman adalah pemberian Allah yang dikerjakan oleh Roh Kudus. Itu berarti bahwa iman merupakan kepastian yang pada hakikatnya tidak dapat digoyangkan. Kepastian ini tidak bergantung pada perasaan batin manusia. Asalnya adalah Roh Kudus, yang mengerjakan kepastian iman ini melalui pelayanan Firman. Manusia secara alami selalu digoda oleh kebingungan dan kelemahan. Kepastian iman dijamin dalam hati manusia jika ia menyerahkan diri pada pelayanan Firman yang benar. Manusia harus selalu melihat ke atas, kepada Tuhan Allah yang setia dalam segala perbuatan-Nya dan perkataan-Nya.
Jika manusia mencari kepastian akan keselamatannya di dalam dirinya sendiri, ia akan tetap gagal dan kecewa. Kepastian ini tidak bergantung pada perasaan, atau pada gejala-gejala (seperti pengalaman-pengalaman ajaib, berbahasa lidah dan sebagainya). Berdasarkan pewartaan Firman Allah, manusia dipersiapkan untuk mengaku dan yakin akan pemilihan dan panggilannya (Rm. 8:30). Ia boleh tahu dengan pasti bahwa ia diterima sebagai anak Allah (Rm. 8:16). Ia menyerahkan diri kepada janji-janji Allah bahwa ia boleh masuk ke dalam tempat kudus oleh darah Kristus (Ibr. 10:19), dan bahwa ia boleh menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh. Sebab hatinya telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni (Ibr. 10:22). Roh Kudus mengerjakan iman melalui pelayanan Firman dan menguatkannya melalui sakramen-sakramen. Berdasarkan itu ia boleh tahu dengan pasti bahwa ia akan pindah dari maut ke dalam hidup (1Yoh. 3:14). Allah bekerja secara aktif di dalam kehidupan anak-anak-Nya. Dia meneguhkan orang yang percaya di dalam Kristus. Dia telah mengurapi dan memeteraikan tanda milik-Nya atasnya. Dia telah memberikan Roh Kudus di dalam hatinya sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita (2Kor. 1:21-22).
Iman adalah kemuliaan Allah.
Orientasi manusia semata-mata harus berpaling kepada Allah. Kekuatan imannya terletak di dalam orientasi ini (Mat. 15:28, 8:10, 9:22; Luk. 7:9; 1Yoh. 5:14; Mrk. 2:5, 5:34). Dalam semuanya ini Allah dimuliakan dan nama-Nya dibesarkan, menurut Rasul Paulus manusia di dalam Kristus dibenarkan dan dikuduskan. Karena itu kita berada dalam Kristus. Dalam Dia kita menerima penebusan. ”Karena itu seperti ada tertulis: ’Siapa saja yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan’” (1Kor. 1:31).
Pembenaran (iustificatio)
Sebagaimana akan diuraikan dalam Bab 7, pembenaran manusia adalah keputusan Allah, bukan keputusan manusia untuk hidup benar. Terjemahan TB-2 LAI dalam Roma 8:33 berbunyi: ”Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka?” Tanda tanya di belakang ”Allah yang membenarkan mereka” dalam bahasa Yunani tidak ada. Banyak terjemahan di sana memakai tanda seru!
Paulus mengatakan di sini, bahwa semua orang yang dipilih Allah (ay. 28), juga ditentukan-Nya untuk menjadi serupa dengan Kristus (ay. 29). Mereka yang Dia panggil, juga dibenarkan-Nya. Mereka juga akan dimuliakan-Nya (ay. 30). Pekerjaan Allah melalui Roh-Nya merupakan satu paket: pilihan, penentuan, panggilan, pembenaran, pemuliaan. Kebenaran Kristus diperhitungkan kepada orang pilihan Tuhan. Dan hal ini terjadi dalam kehidupan manusia sola fide dan sola gratia. Hal itu secara baik diungkapkan oleh Paulus dalam suratnya kepada Jemaat di Filipi: Oleh karena Yesus Kristus, aku ”dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena menaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan” (Flp. 3:9).
Bagaimana Roh Kudus mengerjakan pembenaran saya di dalam kehidupan saya? Sekali lagi, Roh Kudus bekerja melalui pekabaran Injil dan pelayanan Firman. Yakni melalui pelayan-pelayan Firman itu, orang tua, tua tua, penginjil-penginjil, pendeta-pendeta, gembala-gembala, dan para orang kudus yang lain, saudara-saudari di dalam Yesus Kristus. Seseorang yang dipanggil, bertobat dan dilahirkan kembali, pada saat yang sama mendengar keputusan Allah untuk membebaskannya. Dan Roh Kudus sebagai kuasa firman Allah mulai diam di dalam manusia, sehingga manusia itu terus hidup sebagai orang yang tidak lagi ditaklukkan pada keputusan mati.
Orientasi: ”second blessing”
Ada banyak teolog (khususnya yang menganut ide karismatis) yang menceraikan berbagai aktivitas Roh Kudus secara tajam, sebagai tahap-tahap pada berbagai momen khusus. Menurut ide ini, aktivitas pertama adalah pertobatan dan kelahiran kembali manusia. Di dalamnya manusia memang mendengar mengenai iustificatio (pembenaran).
Menurut John Wesley, hal ini belum cukup. Setelah mengakui Yesus, manusia harus menunggu suatu pengalaman khusus (experience) untuk menerima kepastian akan pembenarannya. Mengaku dan bertobat adalah berkat pertama, tetapi experience khusus itu adalah ”berkat kedua” (second blessing). Teologi Pentakosta-Karismatik memakai ide ini untuk menuntut adanya pengalaman-pengalaman istimewa, sebagai bukti bahwa Roh Kudus memang bertindak dalam kehidupan orang itu. Bukti terunggul (bagi kaum Pentakosta) adalah bahasa lidah.
Aktivitas Roh dalam pemberian keyakinan iman dipisahkan menjadi dua: Pertama, pertobatan atau kelahiran kembali. Kedua, kedatangan Roh untuk diam di dalam seseorang yang sudah dilahirkan kembali, tetapi yang masih menunggu berdiamnya Roh dalam tubuhnya. Tahap kedua itu, menurut pandangan ini, tidak secara otomatis menyusuli tahap pertama.
Teolog-teolog ini membedakan antara Roh sebagai kuasa dan Roh sebagai Oknum. Dalam kelahiran kembali, Roh hanya aktif sebagai kuasa. Pada awal berdiamnya Roh di dalam diri seseorang, Roh masuk sebagai oknum. Hal ini juga disebut: baptisan dengan Roh Kudus, atau pemeteraian dengan Roh. Momen kedua harus dibedakan dengan momen pertama. Menurut kami, konstruksi ini tidak berdasarkan Alkitab. Memang, Alkitab berbicara mengenai dibaptis dengan Roh dan dimeteraikan dengan Roh (kami masih akan membahasnya secara tersendiri di bawah ini).
Tetapi menurut kami, pembedaan ”kuasa” dan ”oknum” Roh adalah konstruksi yang tidak dapat dipertahankan. ”Kuasa yang Mahatinggi” memang menaungi Maria (Luk. 1:35) dan Yesus berjanji bahwa rasul-rasul akan diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi (Luk. 24:49). Tetapi ”kuasa” ini tidak dapat dibedakan dari Roh sebagai oknum. Gabriel berkata kepada Maria: ”Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau”. Itu pasti bukan dua peristiwa atau dua macam aktivitas. Dan kepada murud-murid-Nya Yesus berkata: ”kamu akan menerima kuasa, bilamana Roh Kudus turun ke atas kamu”, (Kis. 1:8). Paulus berbicara mengenai kuasa Roh Kudus (Rm. 15:19).
Dengan kata lain, kuasa dan oknum tidak dapat dipisahkan tetapi harus dipandang secara terhubung dalam karya Roh Kudus. Dalam Roma 8, Paulus menerangkan bahwa anggota-anggota jemaat Roma ”tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah tinggal di dalam kamu” dan ”Jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, tinggal di dalam kamu, maka ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh RohNya, yang tinggal di dalam kamu”.
Paulus mengikat yang satu dengan yang lain. Kepercayaan kepada Yesus tidak dapat dilihat lepas dari berdiamnya Roh di dalamnya. Siapa yang percaya Yesus boleh tahu dengan pasti: Roh sudah tinggal di dalam saya. Hubungan yang erat ini juga berkenaan dengan firman Tuhan dan penerimaan Firman itu. Pemeteraian dengan Roh ditetapkan Paulus pada saat seseorang mulai percaya: ”… kamu juga karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu” (Ef. 1:13-14).
Jika memang Paulus ingin menerangkan bahwa ada saat-saat tertentu yang harus diharapkan, ditunggu, dan didoakan manusia setelah saat pertobatannya dan pengakuannya, kenapa ia tidak memakai kata-kata yang secara jelas mengungkapkan hal yang penting itu? Tetapi, sekarang ia menghubungkan semua hal itu dalam satu paket dan satu waktu. Orang yang percaya boleh tahu bahwa kuasa Roh bekerja dalam kehidupannya, bahwa Roh mulai tinggal dalam hatinya, bahwa tubuhnya menjadi bait Allah. Pada saat itu ia terhubung dengan jemaat yang di dalamnya ”perkataan Kristus tinggal dengan limpahnya” (Kol. 3:16).
Dengan kata lain, berdiamnya Roh Kudus adalah anugerah yang kita terima pada saat kita mulai percaya. Kita tidak menyamakan semuanya ini, tetapi kita yakin bahwa baik penerimaan iman, berdiamnya Roh, dan penerimaan karunia-karunia-Nya semua mendapatkan awalnya pada saat yang sama. Karena fakta ini, kita memperoleh suatu keyakinan yang sungguhsungguh (deep-down assurance) bahwa Allah menerima kita sebagai anak-anakNya. Bukan karena suatu peristiwa khusus, suatu second blessing, suatu ekstra yang harus kita tunggu. Kita tidak mendapatkan keyakinan akan keselamatan kita pada saat second blessing atau pada saat kita mulai berbahasa lidah. Ajaran itu, yang dianut kaum Karismatik, tidak sesuai dengan Alkitab.
Orientasi: ”baptisan dalam Roh”
Sejajar dengan itu (dan sering dalam hubungan dengan ”berkat kedua” tadi), ada orang yang berbicara mengenai suatu peristiwa khusus yang disebut ”baptisan dalam Roh”. Peristiwa ini juga harus dialami oleh orang percaya sebagai peristiwa khusus. Baptisan dengan air juga dapat ditetapkan secara persis sebagai peristiwa yang jelas. Tanggal dan tempat pelayanannya juga dapat disebutkan. Demikianlah, menurut pandangan ini, baptisan dengan Roh harus jelas dan ditetapkan orang secara persis.
Pendapat ini mendapat akarnya dalam Markus 1:8, di situ Yohanes Pembaptis berkata: ”Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus.” Yang ia maksudkan ialah Yesus. Janji ini diulangi oleh Yesus sendiri tatkala Dia berkata: ”Sebab Yohanes membaptis dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus” (Kis.1:5).
Orang-orang aliran Pantekosta mengklaim bahwa mereka sudah menerima baptisan dengan Roh itu secara nyata. Biasanya mereka dapat menyebut tanggal dan tempat di mana mereka mulai berbahasa lidah untuk pertama kali. Sebagai jawaban dan penolakan terhadap ajaran ini, kita kembali ke Alkitab. Karena dalam Alkitab istilah ”baptisan dengan Roh” tidak ada. Istilah ”baptisan” (bhs. Yunani ”baptisma”) sama sekali tidak terdapat dalam Alkitab dalam hubungan dengan Roh Kudus.
Yang dimaksudkan dengan ungkapan ”dibaptis dengan Roh” adalah aktivitas Yesus yang akan ”membaptis’ semua orang yang percaya dalam Roh. Artinya, Yesus akan mencurahkan Roh, Dia akan ”menyelamkan” semua orang percaya di dalam Roh. Pada waktu orang mulai percaya, mereka ”diselamkan di dalam Roh” sedemikian rupa, sehingga Roh tidak akan meninggalkan mereka lagi selama mereka hidup dan percaya. Frasa ”dibaptis dengan Roh” mengacu pada situasi baru, dibandingkan dengan Perjanjian Lama. Dahulu hanya beberapa orang dan hanya pada saat-saat tertentu menerima Roh. Tetapi, karena karya Yesus Kristus, keadaan ini akan berubah secara hebat: semua orang (bnd. Yl. 2; Yeh. 37:14) dan seluruh jemaat akan ”dibaptis dalam Roh”, artinya ”diselamkan dalam Roh”. Bukan pada saat tertentu, tetapi ini merupakan realitas setiap hari dalam Perjanjian Baru.
Pada Hari Pentakosta, penyelaman ini mendapat awalnya, tetapi bukan akhirnya. Di mana ada orang yang percaya dan menerima firman Allah, di situ mereka diselamkan dalam pekerjaan Roh Kudus. Roh Kudus tetap bekerja secara setia untuk menuntun, memimpin, dan menggembalakan. Dia memakai sarana-sarana dan karunia-karunia yang sudah kami sebut di atas, artinya yang sesuai dengan masa sejarah penyelamatan masa kini.
Jadi, ”dibaptis” adalah suatu metafora (kiasan) untuk melukiskan kehebatan perubahan pada saat kita mulai percaya. Sejak saat itu, orang yang percaya (dan seluruh jemaat) secara kontinu menikmati pembaptisan ini dalam semua karunia yang Yesus karuniakan kepada jemaat-Nya. Di dalamnya jemaat merasakan persekutuan sebagai satu tubuh (bnd. 1 Kor. 12:13: ”Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh”).
Pertobatan (penitentia/metanoia)
Dalam panggilan, kelahiran kembali, dan pembenaran, Roh Kudus adalah aktor utama. Dalam pertobatan, manusia adalah aktor, seperti di dalam iman. Manusia sebagai objek pekerjaan Roh Kudus, sekarang menjadi subjek dan aktif sendiri. Pekerjaan Roh di dalam, teruntuk, dan mengenai manusia, secara berangsur-angsur menjadi pekerjaan yang dilakukan oleh manusia. Manusia sendiri semakin lama semakin lebih bergerak dan bekerja dalam pertobatan dan dalam pengudusan. Tetapi, tetap saja bahwa pertobatan adalah buah karya Roh Kudus di dalam hati manusia. Manusia merenungkan dosadosa dan kutuk yang telah menimpa dirinya. Melalui renungan itu, ia akan membenci diri dan merendahkan diri di hadapan Allah. Pertobatan adalah langkah mutlak untuk mengarah kepada Yesus Kristus dan ke pembaruan kehidupannya dalam pengudusan. Melalui pembencian dirinya, manusia akan berpaling dari dirinya sendiri dan hanya mengarahkan diri kepada Yesus Kristus. Ia terdorong untuk memeriksa kekuatan imannya akan segala janji Allah. Ia akan memeriksa diri apakah ia sungguh-sungguh mengharapkan pengampunan atas segala dosanya.
Buah Roh Kudus adalah bahwa ia akan menanggalkan segala rasa permusuhan, kebencian, dan kedengkian. Manusia di dalam proses ini tidak pasif, tetapi aktif. Hatinya akan penuh dengan niat untuk hidup dalam kasih dan dalam persekutuan yang benar dengan sesamanya manusia. Pertobatan adalah syarat untuk boleh masuk ke dalam Kerajaan Allah (Mat. 3:2; 4:17) dan untuk pengampunan dosa (Mrk. 1:4; Luk.13:3; Mat. 3:7). Pertobatan adalah syarat untuk menerima penyucian dosa. Pertobatan adalah perintah Allah untuk manusia. Manusia dalam pertobatannya adalah subjek dan pelaksana pertobatan seratus persen. Roh Kudus adalah sekaligus subjek dan inisiator pertobatan serartus persen. Seperti diungkapkan Yeremia: ”Bawalah aku kembali, supaya aku berbalik” (Yer.31:18; bnd. Rat. 5:21). Berpaling dari dirinya sendiri, manusia dituntun Roh untuk mengarah kepada Yesus Kristus. Karena Dialah inti pusat segala pekerjaan Roh, Yesus adalah Gerbang, Jalan satu-satunya, Kebenaran, dan Kehidupan (Yoh. 3:36; 14:6).
Pertobatan berarti perubahan total manusia. Pertobatan adalah aktivitas manusia satu kali dan terus-menerus. Artinya, ada pertobatan pertama (saat ketika manusia menyadari segala dosa dan keburukannya, dan kemudian berpaling kepada Yesus Kristus sebagai Juru Selamat) dan pertobatan seharihari (duka karena dosa-dosa harian, kelemahan, kekurangan kasih, kesalahan, kebencian, fitnah, haus uang, pelanggaran-pelanggaran di bidang seksual dan moral, dan sebagainya. Melalui pertobatan manusia siap untuk metanoia dan metamorfose di segala bidang kehidupannya.
Pengudusan (sanctificatio)
Istilah kudus secara harfiah bermakna: dikhususkan, diistimewakan, diabdikan kepada. Sesuatu yang ”kudus” tergolong dalam kategori atau jenis lain. Allah adalah Kudus. Dan semua orang yang dipanggil-Nya juga dijadikan-Nya kudus. Melalui Roh Kudus Dia mengkhususkan mereka dan membuat mereka milik-Nya, di dalam Yesus Kristus. Proses ini disebut pengudusan manusia. Melalui proses ini, Roh Kudus memulihkan dan memperbarui manusia sesuai dengan rupa dan gambar Allah, menjadi seorang manusia yang seluruhnya mempercayakan dirinya kepada Yesus Kristus dan anugerah Allah; seorang manusia yang siap untuk mengikut Yesus Kristus secara taat. Di dalam proses pengudusan dapat kita tinjau berbagai motif yang bersama-sama menentukan pola pengudusan Alkitabiah.
1. Indikatif: Pengudusan adalah status manusia yang percaya
Yang terpenting adalah fakta pengudusan manusia pada saat kelahirannya kembali dan penerimaan Kristus. Di dalam Kristus, orang itu diterima Allah sebagai orang kudus. Status kudus orang percaya, dan status kudus umat Tuhan tidak dapat dipersoalkan atau diragukan. Kristus sendiri kudus (Luk. 1:35), dan semua orang yang percaya adalah kudus di dalam Dia (1 Kor. 1:30). Petrus berseru kepada jemaat-jemaat di Asia Kecil: ”… kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat Allah sendiri!” (1Ptr. 2:9). Dalam segala godaan dan keragu-raguan, status ini bagaikan batu di tengah gelora samudra.
2. Imperatif: Pengudusan adalah perintah bagi manusia yang percaya
Indikatif pengudusan (status kudus bagi setiap orang beriman) mengandung imperatif pengudusan (perintah untuk bekerja dan hidup suci). Pengudusan mengimplisitkan tugas yang wajib. Seorang percaya dikuduskan (=dikhususkan) untuk hidup saleh, untuk hidup sebagai surat Kristus yang dapat dibaca orang. Pengakuan Nicea mengaku adanya gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolis. Pengakuan ”kudus” tidak berarti bahwa gereja dan setiap anggotanya secara perseorangan harus hidup terkucil di dunia. Mereka berada di tengah dunia sebagai ”orang asing” (karena dikuduskan), tetapi dengan tugas untuk mengabarkan Injil, untuk mengasihi, untuk berdiakonia, dan seterusnya. Status kudus memicu hidup kudus. ”Kuduslah kamu, sebab Aku, Tuhan, Allahmu, kudus” (Im. 19:2; 1Ptr. 1:15-16; bnd. 1 Tes. 4:7). Kekudusan dalam Kristus mengimplikasikan imperatif di bidang etis, seksual, sosial, politik, dan bisnis. Tidak ada satu pun bidang kehidupan manusia yang dikecualikan. Paulus menyebut pengudusan ini persembahan tubuh ”sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati” (Rm. 12:1). Roh Kudus harus diberi ruang yang luas sehingga kehidupan manusia berubah oleh pembaruan budi, ”sehingga kamu dapat membedakan mana kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan sempurna” (ay. 2).
3. Realitas: Pengudusan sebagai status dan proses adalah realitas yang serbarumit
Dalam proses ini, iman manusia memainkan peran utama. Tanpa iman, pengudusan ini tidak mempunyai fungsi dan tetap akan gagal. Iman meletakkan dasar pengudusan dan merupakan inspirasi yang terus-menerus. Dalam pergumulan manusia untuk menguduskan diri, secara keseluruhan manusia bergantung pada Yesus Kristus. Inilah realitas kehidupan kristen, menurut kata-kata Paulus, orang percaya menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat ada padanya. Di dalam batinnya ia suka akan hukum Allah, tetapi di dalam anggota-anggota tubuhnya ia melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budinya dan membuatnya menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhnya. Dia manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskannya dari tubuh maut ini? Yesus Kristus, Tuhan kita (lih. Rm. 7:21-25).
4. Sinergi: Pengudusan sebagai kerja sama Allah dengan manusia yang percaya
Karena berdiamnnya Roh Kudus dalam hati orang yang percaya (Ef. 3:17), maka dalam kehidupan orang percaya tetap ada arus lalu lintas antara Kristus dan orang percaya. Dalam pengudusan, manusia mengalami suatu pengakaran yang baru. Statusnya yang baru (melalui kelahiran kembali, regeneratio), dan posisinya yang baru (melalui pembenaran, iustificatio) digabung dengan dimensi etika yang baru (melalui pengudusan, sanctificatio). Penerimaan orang di dalam Kristus, disusul penerimaan Kristus dan firman-Nya di dalam dia. Melalui pembenaran, Roh menuntun kita dalam kehidupan saleh, kehidupan syukur.
5. Mortificatio: Pengudusan adalah kematian manusia lama
Tidak ada kata-kata yang dengan lebih jelas mengartikan mortificatio dibandingkan dengan kata-kata Paulus dalam suratnya kepada Jemaat di Roma (Rm. 6:3-11). Orang percaya harus mematikan manusia lamanya, ia harus membuang segala hawa nafsu dan keinginannya. Dalam surat Paulus kepada Jemaat di Galatia, ia menekankan bahwa perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percekcokan, perpecahan, kedengkian, bermabuk-mabukan, pesta pora dan sebagainya (Gal.5:19-20). Seseorang yang mengabaikan ”mortificatio” akan dihukum. Orang itu ”tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah” (Gal. 5:21).
6. Vivificatio: Pengudusan adalah kebangkitan manusia baru
Hubungan vivificatio dengan mortificatio jelas. Status orang percaya sebagai orang yang sudah dilahirkan kembali memaksa orang itu untuk ingin hidup sesuai dengan status itu. Karena ia telah mati bagi dosa, maka ia hidup bagi Allah. Ia sudah bangkit dalam Kristus, maka ia bebas dari dosa. Roh bersaksi di dalamnya secara kontinu. Karena itu, ia tidak hidup lagi menurut daging, tetapi oleh Roh ia mematikan perbuatan-perbuatan tubuhnya (Rm. 8:13). Di sini kita sampai pada pusat pekerjaan Roh Kudus pada masa kini. Siapa yang menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya. Jika ia hidup oleh Roh, baiklah hidupnya juga dipimpin oleh Roh (Gal. 6:24-25). Sehingga kehidupan orang percaya penuh dengan buah Roh (kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri, Gal. 5:22,23).
7. Imitatio: Pengudusan adalah mengikut Yesus KristusKehidupan baru juga disifatkan sebagai Imitatio Kristus. Di dalam ”imitatio” ada dorongan dan penghiburan. Pergumulan dengan segala dosa adalah pergumulan yang tidak ringan. Sebaliknya. Surat Ibrani berbicara mengenai pergumulan melawan dosa ”sampai mencucurkan darah” (Ibr. 12:4). Di sini pergumulan orang percaya dibandingkan dengan perlombaan yang seru. Orang percaya harus berlomba dengan tekun untuk mengikut Yesus Kristus. Untuk mencapai kemenangan, ia harus melepaskan semua beban dan dosa yang merintanginya, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan (Ibr. 12:2). Mata orang yang berlomba harus tertuju kepada Yesus, yang memimpinnya dan membawa imannya ke kesempurnaan. Yesus sendiri berkata: ”Akulah terang dunia; siapa saja yang mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang kehidupan” (Yoh. 8:12; bnd. 12:26; Mrk. 1:17, 18, 20). Orang percaya harus menjadi penurut Allah (Ef. 5:1). Rupa Kristus harus menjadi nyata di dalam kehidupannya (Gal. 4:19), serupa dengan tubuh Kristus yang mulia (Flp. 3:21; Rm. 8:29). Berdasarkan kata-kata Alkitab yang bagus ini (kita di dalam Kristus, dan Kristus di dalam kita!
2Kor.13:4,5; Rm. 8:1,10), orang percaya akan mengalami hubungan yang misterius. Dalam hubungan spiritual ini terdapat suatu penembusan timbalbalik, suatu simbiosis (kehidupan bersama) yang ajaib. Oleh Roh Kudus, seorang percaya dapat berkata: ” Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku” (Gal. 2:19-20). Bersama dengan Roh Kudus, pengantin perempuan (jemaat) berseru: Marilah! Datanglah, Yesus Kristus! (Why. 22).
8. Obedientia: Pengudusan adalah ketaatan kepada undang-undang Kerajaan Allah Pengudusan pada dasarnya adalah ketaatan. Ketaatan adalah sikap prinsipial bagi orang percaya. Setelah panggilan, kelahiran kembali, dan pengalaman karya Roh Kudus sebagaimana dilukiskan di atas, tidak mungkin ia akan murtad lagi dan kembali ke ketidaktaatan manusia lama. Kesadaran statusnya, disertai pengalaman proses pengudusannya, menuntunnya ke satu posisi dan satu sikap. Ia berniat dan siap untuk taat kepada Tuan-nya, Yesus Kristus.
Sikap ini mencirikan seorang Kristen yang benar-benar ”reformed”. Kata ”reformed” mengimplisitkan sikap dan kesediaan untuk selalu taat dan kembali ke firman Tuhan. Kata ”ketaatan” tidak berarti bahwa gereja mempunyai daftar lengkap dengan hukum-hukum dan petunjuk-petunjuk dari surga yang harus ditaati di bumi ini. Firman Allah tidak berisi sebuah daftar seperti itu. Ketaatan jangan dianggap sebagai moral yang statis dan tetap sama bagi setiap generasi dan segala tempat. Dalam kehidupannya, manusia wajib memutuskan apa yang harus dilakukan sesuai dengan kehendak Tuhan. Ketaatan adalah sikap yang siap untuk mendengar dan mengaplikasikan firman Tuhan.
Sekali lagi, pekerjaan Roh Kudus terlihat dalam hal-hal yang biasa, dalam diri penginjil-penginjil, pendeta-pendeta, tua-tua, teman-teman, orang tua, saudara-saudara, dan adik-kakak. Mereka yang membuka, membaca, menerangkan, mengabarkan, dan memberitakan firman Allah. Mereka, dalam waktu yang baik atau tidak baik, menyatakan apa yang salah, menegur dan menasihati dengan kesabaran dan pengajaran (2Tim. 4:2-5).
Orientasi: Dosa menentang Roh Kudus
Dalam rangka ”ketaatan” tadi, ”dosa menentang atau melawan Roh Kudus” dapat dimengerti dengan jelas. Pada intinya dosa ini mengacu pada sikap orang yang setelah diterangi oleh Roh Kudus, menjadi murtad dan tidak mau mendengar lagi, tidak mau taat lagi. Untuk orang seperti ini, sulit sekali bahkan tidak mungkin untuk kembali kepada terang. Ia sudah memilih jalannya kembali ke dalam kegelapan. Kegelapan ini secara konkret berarti bahwa ia secara sengaja menjauhkan diri dari semua tempat, dari perhimpunan dan semacamnya yang di dalamnya firman Allah dibuka dan diterangkan. Ia menutup telinganya bagi Firman Allah demikian juga bagi Roh Kudus. Ia membuka telinganya bagi semua bisikan Iblis dan perkataan-perkataan manusiawi, filsafat, dan agama lain.
Ucapan Yesus ”Semua dosa dan hujat manusia akan diampuni, tetapi hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni” (Mat. 12:31) menjadi serbasulit. Apakah dalam ayat ini Yesus menyatakan bahwa pengampunan dosa terbatas? Alkitab sangat jelas menyatakan bahwa Allah mengampuni segala dosa, Dia menghapus segala kesalahan-kesalahan kita (Mzm. 103:2) dan melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut (Mi. 7:19). Bagaimana dengan dosa menentang Roh Kudus? Ada beberapa naskah lain yang berbicara mengenai dosa yang paling hebat itu: Markus 3:28-29 dan Lukas 12:10. Selain itu juga dalam Ibrani 10:26-29 terdapat perkataan mengenai ”berdosa dengan sengaja”. Untuk orang itu tidak ada kurban lagi. Dan Ibrani 6:4-6 mengatakan bahwa mereka yang pernah diterangi hatinya, yang pernah mengecap karunia surgawi, dan yang pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus, dan yang mengecap firman yang baik dari Allah dan karunia-karunia dunia yang akan datang, namun yang murtad lagi, tidak mungkin dibarui sekali lagi sedemikian rupa, sehingga mereka bertobat. Sebab mereka kembali menyalibkan Anak Allah bagi diri mereka dan menghina-Nya di muka umum.
Dalam konteks bab ini, tidak mungkin kita menguraikan dan menerangkan semua ayat ini secara dalam. Hal itu tidak berarti bahwa di dalam semua ayatayat ini tidak ada satu garis yang sangat penting. Kata Yesus menurut Matius, Markus dan Lukas (mengenai hujat terhadap Roh Kudus) harus ditafsirkan dalam rangka sejarah penyataan Allah, yang sudah diterangkan secara jelas dalam bab ini. Yesus menasihati orang-orang Yahudi, khususnya orang-orang Farisi. Pada saat itu mereka menghujat Yesus. Tetapi, pada waktu itu orang-orang Farisi belum dapat memahami secara jelas siapa Yesus itu. Bahkan rasulrasul dan murid-murid Yesus belum mengerti pekerjaan Yesus. Jadi, pada saat itu hujat terhadap Anak Allah masih dapat diampuni.
Tetapi nasihat Yesus menerangkan: Roh Kudus akan datang. Roh itu akan menyatakan siapakah Yesus sebagai Anak Allah dan Anak Manusia. Dia akan menuntun ke dalam seluruh kebenaran. Siapa yang pada saat itu (yakni setelah Pentakosta dan turunnya Roh ke dalam kebenaran) masih tetap menghujat Kristus (artinya tidak mau menerima penyataan melalui Roh Kudus), dosa itu tidak dapat diampuni.
Begitu pula dengan nas-nas lain itu. ”Tidak mungkin dibarui lagi” tidak mengacu pada Allah yang tidak bersedia menerima seseorang yang bertobat. Kata itu mengacu pada proses manusia yang murtad. Siapa yang mulai memadamkan terang Injil, terang Roh dalam hatinya dan dalam kehidupannya, akan masuk ke suatu proses yang sulit dibalik. Ia dengan sengaja melawan pekerjaan Roh Kudus dalam kehidupannya, ia menutup telinganya bagi segala nasihat yang diucapkan orang lain, tua-tua, orang tua, dan teman-teman. Ia menutup Firman Allah dan tidak membacanya lagi, ia menutup diri bagi semua pelayanan Firman, tidak lagi mengikuti kebaktian-kebaktian, dan sebagainya. Orang itu dinasihati Alkitab dengan kata-kata yang sangat jelas: Janganlah masuk ke dalam jalan itu, karena pada akhirnya Roh Kudus akan dipadamkan (1Tes.5:19) dan meninggalkannya. Bagaimana mungkin orang itu masih akan kembali? Karena itu janganlah mengundurkan diri dan binasa (Ibr. 10:39), jangan ada seorang pun yang menjauhkan diri dari anugerah Allah (Ibr. 12:15), dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan (Ef.4:30).
9. Ketekunan (perseverentia): Pasal V dari Pasal-pasal Ajaran Dordrecht, dengan baik menguraikan hal ketekunan orang kudus. Ketekunan yang terutama adalah ketekunan Allah.Dialah yang bertekun dengan tidak melepaskan orang yang telah dilahirkan kembali oleh Roh Kudus. Allah Tritunggal mengakui karya Roh Kudus di dalam manusia dan di dalam gereja dan menganggapnya berlaku untuk selama-lamanya. Dalam kehidupan mereka, makin lama mereka semakin lebih mematikan daging dengan berdoa dalam Roh dan dengan latihan-latihan suci. Jika mereka berdosa lagi, Allah adalah setia dan diteguhkan-Nya mereka dalam anugerah.
Kesetiaan Allah tidak berarti kebebasan untuk berdosa. Khususnya mereka yang berbuat dosa yang hebat, artinya yang mendukakan Roh Kudus, mungkin untuk sementara waktu mereka tidak merasakan lagi anugerah. Tetapi, bahkan dalam hal yang sedemikian hebat itu, Allah setia, sehingga Dia tetap siap menerima mereka kembali. Pada saat mereka berbalik oleh pertobatan yang sungguh-sungguh, wajah Allah kembali menyinari mereka. Sebab Allah, sama sekali tidak menjauhkan Roh Kudus dari orang-orang milikNya, bahkan tidak juga apabila mereka telah jatuh ke dalam dosa. Allah tetap memelihara mereka yang berdosa, karena benih-Nya yang tidak fana. Dan sudah pasti mereka diperbarui-Nya oleh Firman dan Roh-Nya. Pemeliharaan Kristus tidak mungkin ditiadakan. Pemeteraian dengan Roh Kudus tidak dapat digagalkan atau dimusnahkan.
Ketekunan itu sungguh-sungguh menjadi akar kerendahan hati, keseganan seorang anak, kesalehan yang sejati, kesabaran dalam segala perjuangan, doadoa yang berapi-api, ketabahan dalam memikul salib, dan dalam mengakui kebenaran, serta sukacita yang teguh di dalam Allah. Melalui Roh-Nya yang Kudus, Allah tetap memelihara, meneruskan, dan menyelesaikan pekerjaan itu. Caranya, dengan memperdengarkan, membaca, dan merenungkan Injil, dan dengan nasihat-nasihat, ancaman-ancaman, janji-janji, juga dengan menggunakan sakramen-sakramen kudus.
Tidak ada rencana yang dapat dilaksanakan untuk melawan Allah dan tidak ada satu kuasa pun yang dapat bertahan terhadap Dia. Hanya Allah, yaitu Bapa dan Anak, dan Roh Kudus, yang patut menerima hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya.