0. Doa | Doa mohon penerangan Roh Kudus | |
PERSIAPAN | 1. Bahasa |
|
---|---|---|
2. Isi |
|
|
3. Situasi dan Sejarah |
|
|
PENELITIAN | 4. Analisis & Sintesis |
|
5. Hubungan |
|
|
6. Bantuan |
|
|
PENETAPAN | 7. Tafsiran |
|
8. Situasi masa kini |
|
|
PEMBERITAAN | 9. Renungan |
|
10. Khotbah |
|
© Haak/Venema 2001 PEMBERITAAN
Proses pembacaan dan penafsiran (langkah 1 s/d 7), lalu pemberitaan Alkitab (langkah 8 s/d 10) sebaiknya dijelaskan dengan model-model yang konkret (lih Tafsiran Percontohan dalam bagian kedua: "Selamat berbahagia!" untuk setiap orang yang takut akan TUHAN).38 Di bawah ini saya menjelaskan penggunaan kartu "Proses Membaca dan Menafsirkan Kitab Suci" yang terlampir dalam buku ini. Sebaiknya Anda menyimpan kartu ini dalam Alkitab Anda, sehingga selalu siap dipakai.
Sebelum membaca dan menafsirkan Kitab Suci, kita perlu menyadari bahwa kita membutuhkan penerangan dari Roh Kudus. Sama seperti para penulis Kitab Suci diinspirasikan oleh Roh Kudus, demikian juga kita sebagai pembaca dan penafsir diiluminasikan-Nya. Jadi, hal pertama yang kita lakukan ialah berdoa kepada Tuhan, agar Dia mencerahkan dan mengarahkan hati dan akal budi kita melalui Roh-Nya. Sekaligus pula kita menyadari bahwa kita sendiri bertanggung jawab akan penafsiran Kitab Suci yang sesuai kehendak Allah (2Ptr 1:20-21; bnd Ul 4:2; 12:32; Why 22:18-19). Penerangan Roh Kudus tidak mengabaikan tanggung jawab kita sendiri. Pengkhotbah yang naik mimbar tanpa persiapan serius sama dengan bermain api!
- Syukur, jika Anda mampu membaca Alkitab dalam bahasa aslinya, yakni bahasa Ibrani (dan Aram) untuk PL, dan bahasa Yunani untuk PB. Penerjemahan langsung dari bahasa asli memberi banyak informasi yang sangat berguna untuk analisis/tafsiran.
- Untuk penerjemahan teks, gunakanlah kamus/leksikon/tata bahasa Ibrani/
Yunani; tutuplah semua versi terjemahan Alkitab, agar Anda tidak dipengaruhi olehnya.
- Carilah arti kata-kata dan susunlah konsep terjemahan yang harfiah.
- Arti kata selalu bervariasi; arti sebenarnya ditentukan oleh kalimat dan konteks (dan bukan oleh interpretasi atau prasangka!).
- Catatlah kata-kata atau kalimat yang belum jelas terjemahannya, lihat langkah 7.1.
- Bandingkan terjemahan Anda dengan TB LAI dan catatlah perbedaan-perbedaan (kalau ada).
- Kebanyakan gereja di Indonesia menggunakan TB LAI sebagai terjemahan standar. Terjemahan ini umumnya akurat dan terpercaya, karena harfiah dan sekaligus sesuai tata bahasa Indonesia. Memang kadang terjadi salah terjemahan, mungkin karena keragu-raguan atau interpretasi.
- Bacalah teks TB LAI berkali-kali (sambil memperhatikan perbedaannya dengan terjemahan Anda), lalu telitilah semua kata dan kalimat secara linguistik:
a) Kata-kata sulit :
– Carilah arti kata-kata bahasa Indonesia yang tidak langsung jelas, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
b) pengalimatan :
– Gunakanlah sistem SPOK (Subjek, Predikat, Objek, Keterangan) untuk memahami struktur setiap kalimat dan melihat hubungan antara semua unsur kalimat. Perhatikan: kata sandang mengacu ke oknum atau benda yang mana? Secara khusus perhatikan kalimat-kalimat majemuk dan kata-kata penghubungnya.
c) Jenis dan gaya :
– Ingatlah bahwa Kitab Suci mengandung berbagai jenis (seperti sejarah, nubuat, syair, perumpamaan, surat) dan gaya (seperti prosa, puisi, ironi, retorika, janji, diskursus). Ada kitab yang seluruhnya sejarah/prosa atau syair/puisi, tapi kadang jenis dan gaya juga berbeda dalam perikop yang sama (msl kutipan mazmur dalam cerita sejarah; atau amsal dalam khotbah).
– Tentukanlah jenis dan gaya teks yang Anda tafsirkan.
d) Kosa kata :
– Dalam Alkitab, ada kata-kata yang mempunyai arti khusus (istilah/jargon, misalnya kata syalom); ceklah apakah kata-kata seperti itu ada dalam teks yang Anda tafsirkan.
– Kadang ada juga metafor yang membuat kalimat memiliki arti figuratif atau perbandingan.
e) Alur pikiran/struktur : – Akhirnya telitilah urutan dan logika pikiran dalam teks, dari awal sampai akhir. Cobalah melihat struktur teks: ayat-ayat yang Anda tafsir kan mungkin dapat dibagi dalam beberapa bagian.
Mungkin tema atau inti ayat-ayat tersebut sudah mulai terlihat.
- Gunakanlah Konkordansi Alkitab untuk melihat penggunaan kata dan kalimat dalam konteks-konteks lain.
- Khususnya bagi Anda yang tidak mampu membaca Alkitab dalam bahasa aslinya (tapi juga bagi mereka yang mampu), sangat bermanfaat untuk membandingkan TB LAI dengan beberapa terjemahan lainnya.
- Dalam bahasa Indonesia, terdapat sekurang-kurangnya empat terjemahan Alkitab, yakni TB/TB 2, TL (Terjemahan Lama yang juga disebut Terjemahan Klinkert-Bode; bahasanya sudah agak kuno), KB BIS (Kabar Baik Bahasa Indonesia Sehari-hari; bahasanya agak modern), dan FAH (Firman Allah yang Hidup, dari The Living Bible). Karena perbedaan metode penerjemahan, antara TL dan KB terdapat banyak perbedaan. TL disebut konkordan, karena mengikuti teks asli secara harfiah (sehingga paling dekat dengan bahasa asli), sedangkan terjemahan KB dan FAH disebut dinamis-ekuivalen, karena juga menggantikan secara bebas kosa kata bahasa asli dengan kosa kata bahasa Indonesia. Bahkan, sering kali KB/FAH terlalu bebas, sehingga lebih bersifat tafsiran ringkas ketimbang terjemahan.
- Selain terjemahan Alkitab bahasa Indonesia ada juga terjemahan-terjemahan bahasa daerah, atau bahasa asing, misalnya bahasa Inggris atau Belanda.
- Bandingkanlah beberapa terjemahan ayat-ayat yang sedang Anda tafsirkan dan perhatikan perbedaan-perbedaannya. Jika hanya kata yang berbeda, tetapi artinya sama (sinonim), itu tidak masalah. Dan karena yang paling harfiah adalah TL, pakailah terjemahan itu sebagai patokan.
- Teks yang Anda tafsirkan adalah sebagian dari kitab tertentu. Untuk menentukan tempat nas dalam settingnya, Anda perlu meneliti latar belakang kitab itu. Artinya, Anda berturut-turut memeriksa penulis kitab, penerima kitab, waktu dan tempat penulisannya, alasan, tujuan, isi, struktur, dan ciri-ciri kitab. Data-data kanonik tersebut mengandung banyak informasi sebagai latar belakang bagi teks yang ditafsirkan.
- Selanjutnya periksalah isi teks dalam konteks lite rernya, dari dekat sampai jauh. Untuk itu, sebaiknya Anda menggunakan sistem lingkaran-lingkaran konsentris (karena konteks adalah teks luas di sekitar teks).39
- Yang dimaksud konteks dekat-yang biasanya dibagi tiga: a) perikop atau pasal; b) [sub] bagian kitab; c) seluruh kitab-adalah isi teks dalam kitab itu sendiri, sedangkan konteks jauh-yang juga dibagi tiga: a) ba gian Alkitab; b) PL/PB; c) seluruh Alkitab-adalah isi teks dalam seluruh Kitab Suci.
- Penelitian dan penetapan konteks dekat dan jauh memberi penafsir pandangan yang luas karena teks yang ditafsirkan memiliki tempat istimewa dalam keseluruhan Kitab Suci. Penafsir akan melihat hubungan teks dengan ba nyak nas lain (msl: nas paralel, nas kutipan, lihat langkah 5 di depan). Arti sebenarnya dari sebuah teks akan diperoleh bila ia ditempatkan dalam keseluruhan Kitab Suci, dan ini sekaligus melindungi penafsir dari bahaya pencopotan teks dari konteks serta dari perolehan arti yang tidak benar.
- Tentu saja, prasyarat untuk dapat menentukan konteks ialah bahwa penafsir mengenal Kitab Suci. Sebenarnya, orang yang tidak mengenal seluruh Kitab Suci tidak mampu dan tidak boleh melakukan penafsiran!
- Cara untuk menentukan lingkaran-lingkaran konteks dari dekat sampai jauh adalah berdasarkan pembacaan isi teks dan konteksnya. Karena itu, tidak cukup jika Anda hanya membaca satu dua ayat sebelumnya dan sesudahnya. Bacalah pasal-pasal di sekitar teks yang ditafsirkan (juga judul-judul yang diberikan LAI kepada setiap perikop). Dan gunakanlah konkordansi untuk melihat hubungan teks dengan bagian-bagian Alkitab lainnya.
- Akhirnya Anda secara halus menetapkan awal dan akhir teks yang ditafsirkan, yang merupakan kesatuan terkecil karya penafsiran Anda.
- Untuk menetapkan kesatuan eksegese, sebaiknya Anda menggunakan kunci-kunci seperti oknum, waktu, tempat, peristiwa, dan pokok. Di mana terjadi peralihan oknum atau peristiwa, misalnya, tariklah garis pemisah antara teks dan bagian sebelum dan sesudahnya.
Kunci: 1. Oknum 2. Waktu 3. Tempat 4. Peristiwa 5. Pokok |
- Penetapan kesatuan teks terkecil biasanya agak gampang jika teks yang ditafsirkan diambil dari buku-buku sejarah dan injil. Tapi, penetapan demikian akan lebih sulit bila teks itu berjenis syair atau surat. Umumnya, dalam Kitab Mazmur, setiap mazmur merupakan kesatuan terkecil.
- Jangan mengikuti begitu saja pembagian perikop yang terdapat dalam TB LAI (lih msl, Luk 2:40; Kis 2:41-42). Perhatikanlah teks dalam bahasa aslinya (mungkin ada kata sambung pada awal atau akhir teks itu yang hilang dalam terjemahan)!
- Setelah menentukan kesatuan teks terkecil, kembalilah ke langkah 1 dan lakukanlah apa yang belum Anda lakukan (mungkin tadi Anda hanya menerjemahkan, msl, Yoh 14:13-14 [tentang doa], tapi sekarang Anda mengerti bahwa kesatuan teks terkecil adalah Yoh 14:1-14, dan karena itu langkah 1 perlu diulangi lagi).
- Setiap teks yang ditafsirkan juga memiliki konteks sejarah, situasi, dan kebudayaan, baik secara umum maupun khusus. Artinya, teks yang Anda tafsirkan ditulis pada waktu tertentu, tempat tertentu, dan dalam pandangan hidup (world view) tertentu.
Termasuk: - alam - geografi - politik - ekonomi - kebudayaan - agama |
Penafsir masa kini hidup dalam situasi yang sangat berbeda. Karena itu, untuk dapat memahami isi teks, kita perlu menyelidiki konteks situasi dan sejarah masa lampau itu.
Konteks itu turut menentukan arti teks. Misalnya, ada aturan PL yang menetapkan bahwa orang yang tak mampu membayar utang besar akan menjadi budak dari si pemberi utangan. Aturan seperti itu tidak ada lagi sekarang, sehingga untuk memahami perumpamaan Yesus tentang "anak yang hilang", penafsir perlu memahami konteks sejarah teks itu.
- Situasi di sini dapat dibedakan menjadi situasi/sejarah umum (Israel/Gereja Kristus di tengah-tengah bangsa-bangsa) yang disebut "dunia nas", dan situasi/sejarah khusus yang berhubungan dengan fakta Israel/Gereja Kristus sebagai umat Tuhan.
- Situasi umum dapat dibedakan menjadi beberapa lapisan situasi dan sejarah umum. Di samping sejarah, perlu pula diperhatikan: alam (msl, yang berkuasa di wilayah padang gurun ialah orang yang memiliki sumur air atau Sungai Yordan), geografi (letak kota-kota), politik (msl, Israel di bawah kekuasaan Babel atau Roma), ekonomi (peralihan Israel dari masyarakat dengan struktur sosial nomadis menjadi struktur permanen di Kanaan sangat mempengaruhi ekonominya), kebudayaan (msl, pera yaan pesta pernikahan [Yoh 2] atau kebiasaan mandi [Mrk 6:13]), dan agama (Israel hidup di tengah bangsa-bangsa yang menganut berbagai agama).
- Untuk penelitian situasi dan sejarah umum, gunakanlah atlas Alkitab, ensiklopedi Alkitab, dan juga buku-buku arkeologi Alkitab.
- Israel pada masa PL dan Gereja Kristus pada masa PB adalah umat perjanjian TUHAN. Sejarah Israel yang dikisahkan dalam Kitab Suci biasanya dinamai "Sejarah Suci" (bahasa Latin Historia Sacra), karena umat TUHAN diasingkan dari bangsa-bangsa lain yang tidak mengenal Allah (bahasa Ibrani ‘am lawan goiim; bahasa Yunani laos lawan ethnoi).
- Untuk menentukan arti teks, sangat penting melihat posisi teks dalam Sejarah Suci itu. Untuk itu, penafsir harus menetapkan "lokasi" peristiwa teks pada garis Sejarah Suci, antara Awal (Penciptaan) dan Akhir (akhir abad ke-1-sejarah selanjutnya hingga Hari Kiamat disebut "Sejarah Gereja"). Dengan demikian, Anda akan melihat perbedaan, misalnya, antara mukjizat yang dilakukan Elisa yang memberi makan seratus orang (2Raj 4:42-44) dan yang dilakukan Yesus yang memberi makan lima ribu orang (Yoh 6).
- Perhatikan: Sejarah Suci bukanlah sejarah perkembangan umat Tuhan (manusiawi), melainkan sejarah perbuatan-perbuatan besar Tuhan (Ilahi), yakni bahwa Dia tetap setia terhadap umat-Nya.
- Janganlah berpikir a-historis mengenai pergaulan Tuhan dan umat-Nya.
Tuhan melaksanakan rencana keselamatan-Nya dalam sejarah. Ini penting disadari agar penafsir tidak keliru memahami arti Firman Tuhan yang dialamatkan kepada orang tertentu pada waktu tertentu dan dalam situasi tertentu. Perintah Tuhan kepada Israel untuk menguduskan diri "sebab besok TUHAN akan melakukan perbuatan yang ajaib di antara kamu" (Yos 3:5), janganlah secara langsung-tanpa memperhatikan konteksnya yang sangat khas-diterapkan kepada kita yang hidup ribuan tahun sesudah peristiwa itu, seakan-akan tidak ada sejarah antara kita sekarang dan orang Israel dulu. Situasi kita sangat berbeda dari situasi mereka.
- Di samping Sejarah Suci, ada juga Sejarah Penyataan Allah (bahasa Latin Historia Revelationis), yang khusus memperhatikan posisi teks yang ditafsirkan dalam perkembangan penyataan Allah. Artinya, Tuhan tidak langsung menyatakan seluruh Firman-Nya, tapi tahap demi tahap. Dalam menafsirkan Kejadian 15, misalnya, janganlah kita bicara tentang kepercayaan Abram, seakan-akan dia telah mengenal seluruh Kitab Suci (seperti kita); mungkin, karena pada masa itu buku belum ada, dia hanya mengetahui Kejadian 1–11. Kedatangan Juruselamat memang telah dijanjikan, tetapi bagaimana hal itu terjadi, masih rahasia. Kepercayaan Abraham jauh berbeda dari kepercayaan Tomas yang telah melihat penggenapan janji TUHAN (Yoh 20:29).
- Sejarah Penyataan Allah dapat dibagi menjadi tiga periode, yaitu 1)
Penciptaan-Babel (manusia/semua orang); 2) Abram-Pentakosta (satu keluarga/satu bangsa, yaitu Israel); 3) Pentakosta-Hari Kiamat (manusia/semua bangsa). Di sini, penafsir akan meneliti termasuk ke dalam periode manakah teks yang ditafsirkan, dan sudah sampai di mana perkembangan penyataan Allah saat itu. Pengetahuan kita tentang Tuhan dan rencana keselamatan-Nya jauh lebih banyak dibandingkan dengan pengetahuan Abram, Daud, dan lain-lain, karena kita telah memiliki seluruh Kitab Suci di mana kebanyakan rahasia telah disingkapkan.
Dengan demikian, langkah 1 s/d 3 telah selesai. Anda sudah pasti memperoleh banyak informasi tentang bagian Alkitab yang sedang Anda tafsirkan. Informasi itu sangat bermanfaat sebagai persiapan untuk melakukan analisis dan sintesis teks selanjutnya. Setelah meneliti dan memahami berbagai konteks, Anda tidak mungkin lagi mencopot teks dari konteksnya. Terjaminlah eksegese yang akurat dan benar.
- Sekarang Anda berkonsentrasi penuh pada ayat-ayat penafsiran yang telah Anda tetapkan sebagai kesatuan terkecil (lih langkah 2.3.). Bacalah ayat-ayat tersebut hingga beberapa kali (baik dalam bahasa asli maupun dalam terjemahan Anda sendiri), dan setelah memahami struktur dan alur pikirannya, sekarang Anda mendalami setiap kata dalam setiap kalimat. Jangan sampai ada satu kata pun yang terlewatkan.
Semua data: - oknum - perbuatan - tempat - waktu - benda - flora/fauna - kebiasaan - istilah |
- Analisis dapat dibandingkan dengan pemeriksaan mesin mobil: montir membongkar mesin dan memeriksa setiap onderdil dengan teliti (sampai ia menemukan onderdil rusak yang menyebabkan mobil mogok). Demikian pula penafsir "membongkar" kalimat dan meneliti setiap unsurnya.
- Penelitian dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama: kalimat demi kalimat. Ini berarti, setiap kata diperiksa sesuai urutannya dalam kalimat. Misalnya, dalam Markus 6:7-13, setiap kata, satu demi satu, ayat demi ayat, diteliti. ("Ia [= Yesus] | memanggil | kedua belas | murid | itu | dan | mengutus | mereka | berdua-dua", dan seterusnya.) Cara ini memang baik, tapi bisa menghasilkan pengertian yang kurang utuh dan jelas karena data-data tentang, misalnya, oknum atau perbuatan yang sama menjadi terpisah-pisah.
- Cara penelitian kedua lebih gamblang karena lebih sistematis. Di sini yang diteliti adalah bagian demi bagian (sesuai struktur teks), kelompok demi kelompok, dan kata demi kata menurut jenisnya dalam setiap kelompok. Markus 6 di atas, misalnya, dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu 1) ayat 7 (tugas); 2) ayat 8-11 (instruksi); dan 3) ayat 12-13 (pelaksanaan). Analisis dilakukan bagian demi bagian. Dalam setiap bagian, semua oknum, perbuatan/kegiatan, dan seterusnya diteliti.
- Gunakanlah kamus (bahasa, teologi, analitis), tata bahasa, dan ensiklopedi untuk melakukan analisis.
- Perhatikan: dalam tahap ini belum saatnya memikirkan penerapan teks (lih langkah 8 dan 9). Yang menentukan di sini adalah konteks asli teks yang ditafsirkan (lih langkah 2 dan 3).
- Setelah meneliti semua kata satu demi satu, sesuai pengelompokannya masing-masing, sekarang Anda memeriksa semua kata itu dalam hubungan nya satu sama lain: oknum siapa yang melakukan apa terhadap siapa? Kalau misalnya ada dua oknum dan satu perbuatan, maka Anda harus tahu dengan jelas siapakah oknum pelaku (subjek) yang melakukan sesuatu (predikat) terhadap oknum penderita (objek)? Kapan perbuatan itu terjadi (waktu), di mana (tempat), dan dengan cara apa? Apa akibatnya?
Semua data: - dalam - keseluruhan - kalimat - dan teks |
- Sama seperti analisis, sintesis dapat dibandingkan dengan pemeriksaan mesin mobil: setelah montir memeriksa setiap onderdil, ia memasangnya kembali, lalu meneliti setiap onderdil dalam hubungannya dengan keseluruhan mesin. Dengan demikian, penafsir memeriksa setiap kata dalam keseluruhan kalimat, dan setiap kalimat dalam keseluruhan teks.
- Perhatikan: banyak penafsir lupa melakukan sintesis. Mereka hanya menganalisis, tanpa menarik kesimpulan tentang arti kata dalam teks yang ditafsirkan! Padahal, sintesislah yang akhirnya menentukan arti kata.
- Bukan kamus yang menentukan arti kata dalam teks, melainkan kalimat dan teks di mana kata itu muncul. Kamus hanya memberi daftar arti yang bervariasi, lepas dari konteks kata. Misalnya, dalam 1 Korintus 15:29, arti kata bahasa Yunani baptizo ditentukan oleh kalimat "... apakah faedahnya perbuatan orang-orang yang dibaptis bagi orang mati?" Dengan mengingat kesatuan teks terkecil, yakni ayat 12-34, maka kata ini seharusnya tidak diterjemahkan dengan "dibaptis" (di sini TB LAI salah), melainkan "sangat sibuk" (salah satu arti kata tsb ialah "berselam" atau "menenggelamkan diri" yang berarti "sangat menyibukkan diri untuk").
- Akhirnya, cari dan tariklah kesimpulan tentang makna teks yang ditafsirkan dalam konteks yang dekat maupun jauh, yaitu dalam hal alasan, tujuan, akibat, dan dampak:
- Sudah jelas, langkah 4.3. adalah jembatan ke penerapan teks yang akan Anda tentukan kemudian (langkah 9). Sekali lagi, janganlah Anda dipengaruhi atau bahkan dikuasai oleh prasangka mengenai penerapan teks ketika mengerjakan analisis dan sintesis. Bukan penerapan yang menentukan arti teks, tapi sebaliknya, arti kata-kata dalam tekslah yang menentukan pene rapannya! Contoh: janganlah menafsirkan 1 Timotius 2:8-15 untuk membuktikan bahwa wanita boleh menjadi pendeta, melainkan sebaliknya, tafsirkanlah teks itu dalam konteksnya, lalu cari maknanya dan tariklah kesimpulan apakah sekarang ini wanita boleh menjadi pendeta atau tidak.
- Salah satu aturan penafsiran ialah: Alkitab-Firman Tuhan!-menafsirkan dirinya sendiri. Karena itu Alkitab adalah buku tafsiran pertama dan utama ke mana Anda berkonsultasi untuk memperoleh tafsiran yang baik dan benar. Rasul Petrus telah menulis bahwa hendaklah Firman Tuhan ditafsirkan bukan menurut kesukaan penafsir, tapi menurut kehendak Allah sendiri (2Ptr 1:20).
- Penelitian konteks (langkah 2.2.) pasti sudah memunculkan kata-kata atau juga teks-teks lain yang berhubungan dengan teks yang sedang Anda tafsirkan, yakni nas paralel yang merupakan kisah serupa (dapat juga agak berbeda) tentang peristiwa serupa (Keluaran s/d Bilangan–Ulangan; Raja-raja–Tawarikh; Kitab-kitab Para Nabi; ke-4 Kitab Injil) atau nas sejajar yang merupakan cerita yang kira-kira sama tentang peristiwa berbeda; atau pokoknya sama tetapi ceritanya berbeda (msl, Mzm 1 dan 128). Seyogianya Anda meneliti semua nas sejajar dan paralel itu.
- Dapat juga terjadi bahwa teks yang ditafsirkan mengandung kutipan langsung atau tak langsung dari kitab lain. Dalam PB khususnya, terdapat banyak kutipan dari PL. Hendaklah Anda menafsirkan kutipan dalam konteks aslinya lebih dulu, lalu mendalami kesamaan atau perbedaannya sebagai kutipan dalam teks yang ditafsirkan.
- Mungkin dalam teks terdapat kata atau istilah yang sangat berarti dalam seluruh Kitab Suci, seperti "damai", "berbahagia", atau "anugerah". Periksalah apakah kata itu dipakai dengan maksud khusus.
- Penelitian nas sejajar/paralel/kutipan mempunyai beberapa fungsi. Pertama-tama kita memberi kesempatan penuh bagi Alkitab untuk menafsirkan dirinya sendiri (lih di atas). Kemudian melalui penelitian ini, tafsiran yang Anda buat dikontrol dan dikoreksi (Alkitab mutlak benar, sedangkan Anda dapat salah mengerti). Akhirnya penelitian ini mendahului dan juga mengontrol tafsiran-tafsiran lain yang nanti Anda baca dalam buku-buku tafsiran (lih langkah 6.2.).
- Hukum penafsiran lainnya didasarkan atas fakta bahwa seluruh Alkitab berpusat pada Kristus (Kristosentris) (lih bab 5, Aturan 2, hlm 27).
Artinya, penafsir mencari Kristus dalam teks yang ditafsirkan. Dengan kata lain, penafsir mencari jawaban atas pertanyaan: dengan cara apakah teks yang ditafsirkan itu berhubungan dengan keselamatan yang dikerjakan oleh Yesus Kristus? Sering kali hubungan dengan Kristus sangat jelas, terutama dalam PB, tapi kadang hubungan itu kurang jelas atau tak langsung, terutama dalam PL. Walaupun demikian, hendaklah penafsir tetap mengikuti Kristus yang mengatakan sendiri bahwa seluruh Kitab Suci adalah tentang Dia (Luk 24:44; Yoh 5:32; bnd Kis 2:30; Rm 1:2; Ibr 2; 1Ptr 1:10-11).
- Bisa saja sifat Kristosentris teks yang ditafsirkan itu muncul melalui kata tertentu, misalnya kata "anugerah" atau "damai sejahtera". Bisa juga melalui peristiwa yang dibahas dalam teks, misalnya Pesta Paskah (Kel 13–14). Atau, lebih luas, dalam konteks yang dekat (pengurapan Yehu dalam 2Raj 9 berhubungan dengan dosa Ahab dan Izebel, sehingga tugas Yehu mendapat arti perang melawan Iblis. Tapi, janganlah penafsir berlebihan dengan memaksakan setiap kata dalam teks terarah kepada Kristus. Tidak setiap kata mengacu kepada Kristus, melainkan keseluruhan teks dalam konteksnya).
- Ketika membaca buku-buku tafsiran, hendaklah Anda memperhatikan bahwa ada penafsir yang menolak sifat Kristosentris Kitab Suci, sehingga mereka, misalnya, menganggap PL tidak penting lagi sebagai "pedoman hidup" untuk jemaat Kristen pada masa PB. Di sini, kita perlu mengingat penyataan Yesus Kristus tentang diri-Nya sendiri, sehingga tak ada jalan lain kecuali mengakui bahwa seluruh Alkitab berpusat pada Dia.
Setelah melaksanakan langkah 1 s/d 5 dengan serius dan penuh tanggung jawab, Anda sudah selesai mengerjakan konsep tafsiran Anda. Sampai saat ini Anda belum membaca satu buku tafsiran pun, kecuali Alkitab. Di samping itu, Anda hanya menggunakan kamus, konkordansi, tata bahasa, dan ensiklopedi sebagai sumber data. Baru sekarang Anda siap membaca beberapa buku, baik buku ajaran maupun buku tafsiran, dengan tujuan untuk mengecek tafsiran Anda, dan untuk mencari bantuan bagi hal-hal yang mungkin belum jelas.
- Anda bukanlah penafsir pertama. Nas yang kini Anda tafsirkan pasti telah pernah ditafsirkan oleh penafsir-penafsir lain. Tapi, ini tidak berarti bahwa Anda tidak perlu melakukan penafsiran lagi, atau Anda boleh saja mengutip karya orang lain. Anda tetap wajib untuk menafsirkan sendiri Kitab Suci, dengan sikap rendah hati dan jujur.
- Janganlah langsung mengikuti tafsiran orang lain dan membuang tafsiran Anda sendiri. Mungkin saja tafsiran Anda lebih tepat dibandingkan tafsiran orang lain. Di samping rendah hati, Anda juga boleh bangga terhadap upaya Anda yang dicerahkan oleh Roh Kudus.
- Anda juga jangan lupa bahwa ilmu penafsiran selalu berkembang (sama seperti semua ilmu lainnya). Karena itu, secara umum, pengetahuan kita jauh lebih banyak dibandingkan pengetahuan para penafsir abad-abad lalu. Sekarang, orang telah mampu membaca bahasa Akad ("bahasa paku") dan bahasa Mesir (hieroglif). Para ahli arkeologi telah mendapat banyak informasi baru yang sangat membantu bagi kegiatan penafsiran dari penggalian di wilayah Timur Tengah (msl gulungan-gulungan Kitab Suci di Gua Qumran).
- Sebelumnya (langkah 5) Anda telah memberi kesempatan penuh kepada Alkitab untuk berbicara sendiri mengenai arti teks yang sedang Anda tafsirkan. Sekarang Anda memeriksa sejarah gereja (riwayat pergaulan gereja dengan Firman Tuhan), termasuk sejarah dogma dan sejarah misi.
- Pemeriksaan sejarah dimaksudkan untuk mengetahui apakah sudah ada tafsiran atau ajaran tertentu yang didasarkan atas teks yang kini Anda tafsirkan itu? Jika sudah, bagaimana tafsiran/ajaran itu? Jika Anda menafsirkan 1 Timotius 2:8-15 tentang posisi wanita dalam gereja, Anda meneliti ajaran Kristen tentang masalah tersebut. Atau, jika Anda menafsirkan Yesaya 2:1-5 (dan nas paralelnya, Mi 4:1-3!) tentang kedatangan semua bangsa ke Sion, jangan lupa memeriksa buku-buku Misiologi yang pasti membahas ayat-ayat itu.
- Yang penting secara khusus adalah sejarah Gereja Purba (abad ke-1 dan ke-2) dan zaman Reformasi (abad ke-16 dan ke-17).
- Sejak abad-abad lampau hingga kini telah terbit banyak buku tafsiran dalam berbagai bahasa. Dalam bahasa Indonesia juga tersedia banyak buku tafsiran yang ditulis oleh penafsir WNI atau yang diterjemahkan dari bahasa lain.
- Tidak perlu Anda menghabiskan banyak waktu untuk membaca semua buku tafsiran itu. Yang penting adalah menyadari bahwa Anda adalah satu mata dalam rantai panjang penafsir yang sama-sama menafsirkan Kitab Suci, dari dulu sampai sekarang.
- Buku-buku tafsiran dapat membantu Anda untuk menentukan tafsiran yang baik. Tapi, perhatikan, setiap buku tafsiran memperlihatkan teologi dan keyakinan penulisnya. Ada penafsir reformed, liberal, kharismatik, dan seterusnya. Hendaklah Anda membaca setiap buku secara kritis. Janganlah menerima begitu saja apa yang dikatakan penulisnya.
- Umumnya buku tafsiran yang menjelaskan Kitab Suci dengan teliti berdasarkan bahasa aslinya, lebih bermanfaat dibandingkan buku renungan yang dengan cepat menerapkan ayat-ayat Alkitab ke situasi masa kini, tanpa penafsiran yang rinci.
- Jika ada kesempatan untuk mengkonsultasikan karya tafsiran Anda dengan rekan sekerja, silakan. Diskusi seperti itu sangat bermanfaat. Mungkin teman Anda pernah menafsirkan teks yang sama atau ia dapat menyarankan buku-buku yang dapat membantu Anda.
Anda telah mengumpulkan banyak data sebagai "unsur-unsur penafsiran". Berdasarkan semua data itu, Anda kini sudah mengerjakan konsep tafsiran (yang mungkin belum seluruhnya pasti; Anda masih perlu memikirkannya). Anda juga telah mendapat bantuan dari sejarah gereja dan dari beberapa penafsir lain yang mengoreksi, memperhalus, dan memperkaya konsep tafsiran Anda. Sekarang saatnya Anda mengatur semua data dari langkah 1 s/d 6, dan menyusun tafsiran rinci dan lengkap, dari awal hingga akhir teks yang ditafsirkan dalam konteksnya.
- Mungkin hingga tahap ini Anda masih ragu tentang arti beberapa kata atau kalimat dari teks asli yang Anda tafsirkan. Atasilah keraguan itu dengan menetapkan terjemahan Anda sendiri (yang mungkin menyimpang dari terjemahan Alkitab TB, TL, KB). Rumuskanlah terjemahan Anda, ayat demi ayat.
- Jika semua data yang telah dikumpulkan itu tidak diatur secara sistematis, maka tafsiran Anda akan kacau dan compang-camping. Karena itu, susunlah tafsiran yang rinci, bagian demi bagian, ayat demi ayat, dengan mempertimbangkan semua data yang telah Anda kumpulkan.
- Penetapan tafsiran rinci bukan berarti pengulangan karya yang telah selesai, melainkan penyempurnaannya. Pelaksanaan langkah 1 s/d 6 dapat diumpamakan dengan "karya dapur", tempat semua bahan makanan dikumpulkan, diolah, dan akhirnya dimasak menjadi satu masakan. Tahap terakhir, yakni penetapan tafsiran rinci, sama dengan penyajian makanan yang telah selesai dimasak di meja makan. Bandingkan dengan tafsiran yang Anda baca dalam buku-buku tafsiran. Yang disajikan dalam buku itu adalah "hidangan" yang telah selesai diolah.
- Boleh jadi, masih ada beberapa hal yang belum jelas. Tidak apa-apa. Catatlah masalah-masalah yang belum jelas itu dan cari lagi penjelasannya dari buku-buku tafsiran atau ensiklopedi. Jika Anda telah berusaha mencari, tetapi tidak menemukan penjelasan yang cukup, biarkan saja. Itu tidak apa-apa. Tapi, hendaklah Anda jujur mengakui dalam tafsiran Anda (dan juga dalam khotbah) bahwa masih ada masalah yang belum jelas atau yang Anda ragukan.
- Dalam langkah 1.2.e, Anda telah menetapkan struktur teks penafsiran. Mungkin Anda juga telah merumuskan tema/pokok, judul, dan sub-subnya. Tapi, semuanya itu masih bersifat konsep. Sekarang Anda menetapkan tema, judul, dan sub-sub itu (yang mungkin menyimpang sedikit dari konsep yang tadi dirumuskan sebelum Anda menafsirkan secara mendalam). Ringkaskanlah juga tafsiran yang rinci dan luas itu hanya dalam satu atau dua kalimat.
- Akhirnya Anda menarik kesimpulan-kesimpulan tentang inti dan pesan teks yang Anda tafsirkan, tentang posisinya dalam konteks dekat/jauh, tentang artinya (khususnya kalau tafsiran Anda berbeda dari terjemahan dan tafsiran lain), dan lain-lain.
- Kesimpulan-kesimpulan ini akan bermanfaat dalam penerapan teks itu nanti.
Tujuan Anda menafsirkan tentu bukan hanya untuk menafsirkan saja. Tujuan Anda adalah untuk memberitakan Firman Tuhan kepada jemaat yang hidup pada masa kini di tempat ini. Jadi, Anda ingin menerapkan teks Alkitab ke dalam kehidupan jemaat yang Anda layani. Untuk pemberitaan yang tepat dan benar, penafsiran yang telah dikerjakan dalam langkah 1 s/d 7 bersifat mendasar. Tafsiran rinci (langkah 7.2) mengarahkan penerapan dan pemberitaan Firman Tuhan. Tidak mungkin Anda memberitakan Injil tanpa membaca dan menafsirkan lebih dahulu. Janganlah naik mimbar tanpa persiapan serius dan rasa tanggung jawab. Sekalipun kita dicerahi oleh Roh Kudus, itu tidak berarti kita tidak perlu mempersiapkan diri sebelum naik mimbar.
- Sebagai orang Kristen, khususnya sebagai pemberita Injil, kita disuruh oleh Kristus bukan untuk mengundurkan diri dari dunia (seperti dilakukan oleh aliran atau golongan agama tertentu, misalnya Anabaptis dan Mistik), tapi justru untuk pergi ke dunia dan menjadikan semua bangsa murid Kristus. Dunia adalah sasaran Gereja!
- dunia - negara - masyarakat - agama - dan lain-lain |
- Jika Anda sungguh-sungguh ingin memberitakan Firman Tuhan berdasarkan keyakinan bahwa Tuhan juga sekarang berkuasa atas langit dan bumi dan bahwa Dia berkenan/berkehendak memberi rahmat-Nya kepada manusia abad ke-21 ini, Anda perlu selalu memperbaharui pengetahuan Anda menge nai keadaan dunia masa kini. Tak mungkin memberitakan Injil secara tajam dan tepat kalau Anda tidak memiliki banyak pengetahuan mengenai hal ihwal yang terjadi di dunia ini (kebangsaan/kesukuan, politik, sosial, kebudayaan, agama, etika, dll).
- Media massa dapat membantu Anda untuk mengetahui dan mengevaluasi perkembangan kontemporer. Dengan berada di tengah-tengah masyarakat, mata Anda akan terbuka untuk melihat apa yang menyibukkan orang.
- Singkat kata: agar mampu menyajikan pemberitaan yang aktual, Anda perlu berdiri di dunia dengan mata dan telinga yang terbuka. Setiap hari terjadi peristiwa, baik lokal maupun global, yang dapat menjadi titik-tolak pemberitaan Anda (msl kecelakaan, kematian, gempa bumi, pengeboman, atau perayaan tertentu, sukses ekonomi, panen yang berlimpah).
Sungguh benar, Tuhan yang memerintah melalui providensi-Nya.
- Jikalau Anda sendiri adalah anggota tubuh Kristus yang hidup dan aktif, Anda tentu terkait erat dengan kehidupan anggota tubuh Kristus lainnya. Agar dapat memberitakan Firman Tuhan dengan tepat dan tajam kepada seluruh jemaat, maka Anda perlu mengenal mereka semua.
- jemaat - keluarga - pribadi - misi - dan lain-lain |
Cobalah selalu untuk mengikuti masalah-masalah keluarga (pernikahan, pendidikan, dll) dan pribadi setiap orang (baik sukacita dan dukacita, kesakitan, depresi, kekecewaan).
- Melalui pemberitaan, jemaat bertumbuh dalam iman. Setiap anggota jemaat membutuhkan makanan rohani yang cocok agar dapat berkembang dan bertumbuh.
Setelah memahami situasi aktual di dunia maupun dalam jemaat Kristen-mungkin ada hal-hal konkret yang sangat menyusahkan orang saat ini-kini Anda mengemban tugas berat, yakni menggabungkan situasi aktual itu dengan bagian Alkitab yang telah Anda tafsirkan. Ini bukan pekerjaan gampang. Anda mungkin membutuhkan satu atau dua hari untuk merenungkan arti teks bagi keadaan aktual itu. Proses ini biasanya disebut refleksi atau renungan. Tafsiran dan renungan merupakan dua input untuk khotbah yang benar-benar bisa disebut pemberitaan Firman Tuhan.
Tafsiran + Renungan > Khotbah
- Anda tidak langsung merenungkan arti dan pesan teks yang telah Anda tafsirkan bagi jemaat dan dunia masa kini, melainkan terlebih dahulu bagi orang yang hidup pada zaman ketika teks itu diungkapkan. Seluruh Kitab Suci diberikan dalam keadaan konkret dan aktual, sehingga setiap teks/bagian Alkitab pertama-tama mempunyai arti bagi para pendengar pertama (msl para pembaca surat 1 Petrus yang tinggal di Pontus, Galatia, dst pada pertengahan abad ke-1).
- Keadaan para pendengar pertama (masa Alkitab) tentunya sangat berbeda dari keadaan para pendengar abad ke-21 (masa kontemporer). Namun, banyak juga kesamaan. Kesamaan terbesar ialah status kita semua sebagai orang yang mati karena dosa, tetapi yang diberi hidup baru oleh Yesus Kristus, Juruselamat dunia. Jadi, dalam hal dasar hidup baru, tak ada perbedaan apa-apa. Setiap orang di segala zaman dan tempat hanya dapat hidup karena Nama Yesus Kristus (bnd Kis 4:12). Jadi, keadaan sama.
- Dalam kehidupan konkret memang banyak perbedaan. Namun, melalui analogi kita dapat melihat banyak kesamaan, misalnya tentang masalah perzinaan, perceraian, poligami yang semuanya berhubungan dengan Hukum ke-7 dari 10 Firman TUHAN. Tak sulit juga untuk melihat kaitan masalah narkoba dengan Hukum ke-6. Jadi, keadaan berbeda, tapi inti/dasarnya sama.
- Dalam segala hal (termasuk bahasa dan kebudayaan) dunia ini selalu berubah dan berkembang karena ia dinamis, tidak statis. Perkembangan itu berlangsung sesuai Kitab Suci, Kejadian 1–2. Dalam perkembangan itu, Kitab Suci merupakan dasar yang tetap dan mutlak. Jadi, keadaan berubah, tapi dasar tetap sama.
- Cobalah membayangkan kesamaan dan perbedaan antara zaman teks yang telah Anda tafsirkan dengan zaman Anda sendiri, misalnya melalui wawan cara dengan orang lain.
- Perhatikan: perbandingan antara masa lalu dan masa kini tidak akan mengubah isi tafsiran Anda, melainkan mempengaruhi cara pemberitaan isi tafsiran itu.
- Setelah menyelesaikan renungan tentang perbedaan dan kesamaan antara masa teks dan masa kini, sekarang Anda menarik kesimpulan tentang penerapan teks ke situasi masa kini: Apa pesan teks itu untuk jemaat/dunia masa kini?
- Ingatlah bahwa penerapan ini adalah kesimpulan Anda sendiri dan bukan merupakan isi teks yang telah Anda tafsirkan. Hendaklah penerapan ini betul-betul cocok dengan teks dan tafsirannya.
- Mungkin saja pelaksanaan langkah 1 s/d 7 lebih cepat selesai dibandingkan langkah 9. Untuk renungan dan penerapan, ambillah waktu yang cukup.
- Kini tahap terakhir tiba: perumusan dan pembagian tema, pembuatan kerangka, dan konsep khotbah, lalu pemberitaan itu sendiri.
- Setelah Anda membuat ringkasan tafsiran (langkah 7.4./7.5.; bnd langkah 1.2.e. dan langkah 4.3.) dan penerapannya setelah renungan (langkah 9.3.), pasti sudah tidak sulit lagi untuk merumuskan tema/pokok dan pembagiannya untuk khotbah Anda.
- Tidak perlu setiap khotbah mempunyai tema dan pembagiannya, tapi untuk mengarahkan pikiran Anda sendiri sebagai pengkhotbah dan juga pikiran para pendengar, khotbah hendaknya mempunyai struktur yang gamblang. Dengan adanya tema dan pembagiannya, Anda mendisiplinkan diri untuk berkhotbah secara teratur dan sistematis, sesuai tafsiran dan penerapan yang telah Anda tetapkan.
- Setelah merumuskan tema/pokok dan pembagiannya, buatlah sketsa atau kerangka khotbah. Dengan mencatat kata-kata kunci, Anda menyusun ringkasan khotbah yang nanti berfungsi sebagai benang merah. Katakata kunci itu mengingatkan Anda akan semua hal yang perlu dijelaskan dalam khotbah.
- Mungkin kerangka khotbah sudah memadai untuk memberitakan Firman Allah dengan teratur dan sistematis. Tapi, ada juga pengkhotbah yang merasa lebih aman dengan membuat konsep khotbah. Artinya, ia menyusun kurang lebih seluruh khotbah dari awal sampai akhir. Tidak apa-apa, asal saja di mimbar ia tidak terikat dengan kertas dan hanya membacakan khotbahnya, sehingga jemaat bosan dan tertidur.
- Perhatikan: Firman Tuhan adalah Firman yang hidup, yang diberitakan dengan semangat dan sukacita.
Buku-buku yang dapat dipakai, selain Alkitab:
L 1 Kamus bahasa/tata bahasa
L 2 Buku kanonik dan isi Alkitab/konkordansi Alkitab
L 3 Buku-buku sejarah umum, Sejarah Suci, Sejarah Penyataan Allah, ensiklopedi Alkitab
L 4 Ensiklopedi Alkitab/kamus teologi/buku dogmatik
L 5 Konkordansi Alkitab
L 6 Buku-buku sejarah gereja dan dogmatik/buku-buku tafsiran
L 8 Buku-buku sejarah masa kini
L 10 Buku Homiletik
L = Langkah
Setelah melaksanakan semua langkah penafsiran di atas, pasti Anda puas dan gembira. Anda telah menyelesaikan karya besar yang mungkin menghabiskan waktu beberapa hari, tetapi Anda tetap menyadari kehadiran Roh Kudus. Adakah karya yang lebih indah daripada memberitakan Firman Tuhan? Baca Yesaya 52:7 dan Roma 10:14-15 (dalam konteksnya masing-masing)!
Jangan lupa, pemberitaan adalah sarana khas yang digunakan oleh para nabi PL, kemudian oleh Yesus Kristus sendiri dan oleh para rasul-Nya untuk membuka mata orang yang sudah lama menjadi umat Tuhan (PL: Umat Israel; PB: Gereja Kristen). Pemberitaan juga sarana khas untuk memanggil orang yang tidak percaya supaya bertobat. Pemberitaan Injil tak mungkin digantikan oleh drama, kesaksian, vokal grup, atau mukjizat (di banyak gereja pemberitaan Injil sangat dikesampingkan atau dipersempit waktunya: "Cukup 15 menit saja, ya, Pak! Jemaat tidak menyukai khotbah yang lama-lama!").
Tanpa pemberitaan Injil, Gereja Kristen akan hilang! Oleh sebab itu, siapkanlah pemberitaan Anda dengan serius, karena khotbah adalah "penjelasan Firman Tuhan yang diterapkan pada kebutuhan dan masalah masa kini". Melalui khotbah, jemaat dikuatkan untuk melanjutkan hidupnya yang kudus di hadapan Tuhan.
Semoga Tuhan memberkati Anda dalam karya penafsiran dan pemberitaan Firman-Nya, demi kehormatan nama-Nya dan pembangunan jemaat-Nya di dunia.
Contoh penafsiran dengan menggunakan Metode Historis-Kristologis atas
"Selamat berbahagia!" untuk setiap orang yang takut akan TUHAN!
Mazmur 128 Calvin’s Bible - Bahasa Ibrani BHS
1. A Song of Degrees.
Blessed is the man who feareth Jehovah, Who walketh in his ways
wykrdb ûlhh hwhy aryëlk yra twl[mh ry 1
2. The labor of thy hands when thou shalt eat thou shalt be blessed, And it shall be well with thee.
ûl bwfw ûyra lkat yk ûypk [ygy 2
3. Thy wife shall be as a vine fruitful on the sides of thy house: Thy children as plants of olives around thy table.
ûnjll bybs µytyz yltk ûynb ûtyb ytkryb hyrp ÷pgk ûta 3
4. Lo! surely, thus blessed shall be the man who feareth Jehovah.
hwhy ary rbg ûrby ÷këyk hnh 4
5. Bless thee shall Jehovah from Zion; And thou shalt see the good of Jerusalem all the days of thy life.
ûyyj ymy lk µl wry bwfb harw ÷wyxm hwhy ûkrby 5
6. And thou shalt see thy children’s children, And peace upon Israel.
lar yëlx µwl ûynbl µynbëharw 6
ayat 1 hl[m, plur. twl[m – kepergian ke atas, pendakian (juga: tangga-tangga)
yra
– beruntunglah, berbahagialah, syukurlah ary
– takut akan (Kej 42:18, dll) ayat 2 [ygy
– jerih payah > hasil kerja, hasil kebun yk
– sudah tentu ayat 3 ÷pg
– ranting pohon anggur hrp
– berbuah; ptc fem hyrp berarti subur hkry
– sebelah dalam (rumah, kapal, kubur, dan lain-lain) > di dalam rumah (lih analisis)
lyt
– tunas (jamak) < lt, menanam tyz
– zaitun
÷jl
– meja ayat 4 ûrb pu’al
– diberkati rbg
– orang laki-laki
a) Kata-kata sulit
ayat 1 ziarah:
Umum: kunjungan ke tempat keramat atau suci (kuburan, pohon beringin, kuil dewa, dll) di mana dapat diadakan sesuatu yang ajaib (ump menyembuhkan orang sakit, memohon berkat).
Alkitab: terjemahan kata "Hamaalot" (TL) yang berarti kunjungan ke Bait Allah di Yerusalem untuk berbakti kepada TUHAN dan menerima berkat-Nya.
ayat 2 jerih payah: sukar, berat (maksudnya: untuk memperoleh hasil perlu kerja keras)
ayat 5 kebahagiaan: kesenangan, ketenteraman hidup, kebaikan, keuntungan, kemakmuran
b) Pengalimatan
Tidak ada kesulitan lain kecuali dua masalah yang nanti dijelaskan dalam butir 1.3., yaitu tentang: ayat 2 Kalimat bertingkat atau setara.
ayat 5/6 Kata "kiranya" (yang mengimplikasikan harapan) atau "maka" (yang menekankan kepastian).
c) Gaya dan jenis
Mazmur 128 adalah sebagian Kitab Mazmur yang bergaya puisi dan berjenis syair.
Gaya puisi biasanya mempunyai aturan-aturan bahasa khusus. Dalam Mazmur 128 misalnya terdapat "kalimat kembar", artinya satu ayat disusun dari dua bagian yang sejajar. Ini disebut paralelisme, sebagai berikut:
ayat 1 "Berbahagialah setiap orang
(a) yang takut akan TUHAN,
(b) yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya."
Lagi pula puisi sering menggunakan perumpamaan dan perbandingan (metafora), misalnya:
ayat 3 Istrimu – seperti pohon anggur yang subur
anak-anakmu – seperti tunas pohon zaitun (paralelisme)
d) Kosa kata
ayat 1 berbahagialah : ucapan selamat yang berdasarkan berkat TUHAN.
takut akan TUHAN : percaya kepada TUHAN; kata ini sudah sangat tua, karena telah dipakai Yusuf (Kej 42:18); dalam PB, kata ini mengacu khusus kepada orang bukan Yahudi yang percaya kepada TUHAN tanpa menerima sunat (bahasa Yunani sebomenoi)
ayat 5 Sion : Bait Suci di Yerusalem, tempat tinggal TUHAN
ayat 6 Damai sejahtera : Bahasa Ibrani syalom, dalam penggunaan sehari-hari makna kata ini sama seperti sapaan "Selamat pagi". Tapi, dalam kombinasi dengan "kebahagiaan" dan "berkat", kata ini mendapat arti khas.
e) Alur pikiran
Mazmur 128 merupakan kesatuan yang tersusun secara logis dari awal sampai akhir. Yang menonjol adalah strukturnya: dari "engkau" ke "setiap orang" hingga ke "Israel". Artinya, kebahagiaan "engkau" dan "setiap orang" terwujud dalam persekutuan "Israel". "Setiap orang" tidak dilihat sebagai individu, melainkan sebagai "warga umat TUHAN". Lagi pula, dalam ayat 1 diberi salah satu
A | 1 Nyanyian ziarah | ||
Berbahagialah setiap orang yang takut akan TUHAN yang berjalan pada jalan-jalan-Nya |
|||
B | 1 | a | 2 Pasti engkau makan hasil kerja berat tanganmu. |
b | Berbahagialah engkau dan baiklah keadaanmu! |
||
2 | a | 3 Istrimu seperti pohon anggur yang subur di dalam rumahmu, anak-anakmu laki-laki seperti tunas pohon zaitun sekeliling mejamu. |
|
b | 4 Sesungguhnya demikianlah akan diberkati orang laki-laki yang takut akan TUHAN! |
||
3 | a | 5 TUHAN <akan> memberkati engkau dari Sion. Engkau akan melihat kebaikan Yerusalem seumur hidupmu |
|
6 dan akan melihat anak-anak dari anak-anakmu lelaki. | |||
b | Damai sejahtera atas Israel! |
ketetapan atau pernyataan tentang kebahagiaan yang kemudian dijelaskan dengan tiga contoh berkat, yakni hasil kerja (makanan), keadaan keluarga, dan kebaikan Yerusalem.
TB LAI | TL (TKB) | KB BIS | nilai |
---|---|---|---|
TUHAN | Tuhan | Allah/Tuhan | TB* |
ziarah takut akan TUHAN yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya |
Hamaalot takut akan Tuhan yang berjalan pada jalannya |
ziarah takwa dan hidup menurut perintah Allah |
sama sama* TL |
Apabila ... makan hasil jerih payah tanganmu baiklah keadaanmu |
Karena ... mengenyangkan diri dengan hasil pekerjaan tanganmu engkau pun akan beruntung |
makan dari hasil kerjamu hidup makmur dan sejahtera |
TL/BIS* TB TL/BIS: Tafsiran TB TL/BIS: tafsiran |
di dalam rumahmu | pada sebelah dalam rumahmu | di dalam rumahmu | TB/BIS |
Sesungguhnya demikianlah orang laki-laki | Bahwasanya demikianlah orang | Begitulah orang | TB/TL* |
Kiranya ... supaya ... |
Maka ... dan engkau akan ... |
Semoga ... Semoga ... |
TL* |
dan <supaya> ... Israel | dan engkau akan ... Israel | Semoga ... umatmu | TB/TL |
Catatan untuk tanda-tanda * di atas:
umum Nama TUHAN adalah terjemahan dari YHWH. TL konsisten tidak memakai huruf kapital, sedangkan BIS semenamena mencampurkan nama TUHAN (Yahweh) dengan nama Allah. Biasanya, terjemahan yang baik adalah:
- YHWH (Yahweh/Yahua) > TUHAN
- Adonai (Tuan) > Tuhan
- Elohim > Allah
ayat 1 Walaupun "takwa" berarti "takut akan Allah", tapi perkataan terakhir ini lebih jelas karena telah biasa dipakai dalam Alkitab. Kata "takwa" berasal dari bahasa Arab.
ayat 2 TB memakai kalimat bertingkat: Apabila ... <maka> .... Namun, sesuai bahasa asli, kalimat setara lebih tepat, karena justru hal makan hasil kerja adalah berkat TUHAN yang mendatangkan kebahagiaan dan kebaikan. Jadi, TL lebih tepat.
ayat 4 Dalam bahasa asli dipakai dua kata untuk menekankan kepastian berkat TUHAN, yaitu "Sesungguhnya demikianlah". Kombinasi ini jelas menekankan bahwa pemberian berkat TUHAN tak perlu diragukan.
ayat 5/6 Bahasa asli tidak menggunakan bentuk doa atau harapan "kiranya" (TB) atau "semoga" (BIS). Ditegaskan lagi kepastian berkat TUHAN sebagai fakta.
Kendati tidak diketahui pasti, tapi mungkin Mazmur 128 dinyanyikan secara bergiliran, sebagai berikut:
Pemimpin biduan/paduan suara | Semua |
---|---|
Berbahagialah setiap orang yang takut akan TUHAN yang berjalan pada jalan-jalan-Nya. |
|
Pasti engkau makan hasil kerja berat tanganmu. | |
Berbahagialah engkau dan baiklah keadaanmu! |
|
Istrimu seperti pohon anggur yang subur di dalam rumahmu, anak-anakmu laki-laki seperti tunas pohon zaitun sekeliling mejamu. |
|
Sesungguhnya demikianlah akan diberkati orang laki-laki yang takut akan TUHAN! |
|
TUHAN <akan> memberkati engkau dari Sion. Engkau akan melihat kebaikan Yerusalem seumur hidupmu dan akan melihat anak-anak dari anak-anakmu lelaki. |
|
Damai sejahtera atas Israel! |
Perhatikan: nyanyian pemimpin biduan/paduan suara bertambah setiap kali satu barisan (1/2/3 barisan), sedangkan nyanyian seluruh peserta lainnya tetap satu kalimat.
Di bawah ini saya mencantumkan Mazmur 128 seperti terdapat dalam buku MAZMUR, 150 Mazmur Jenewa, gubahan baru oleh Yayasan Musik Gerejawi:
Mazmur 128 diambil dari Kitab Mazmur, jilid 5 (Mzm 107–150). Inilah satu dari kelompok nyanyian ziarah (Mzm 120–134) yang biasanya dinyanyikan oleh umat Israel dalam perjalanan mereka ke Yerusalem untuk menghadap TUHAN serta merayakan pesta tertentu (lih 3.2. hlm 125). Nama pencipta mazmur ini tidak disebut.
Beberapa penafsir berpendapat bahwa mazmur ini dikarang sesudah bangsa Israel kembali dari Pembuangan (post exilic), artinya setelah tahun 538 SM. Bait Allah yang diruntuhkan sedang/sudah dibangun kembali, maka ziarah ke Sion diutamakan oleh mereka yang mengalami rahmat TUHAN sesudah penindasan yang hebat itu. Inilah zaman Ezra/Nehemia, Hagai, Zakharia, dan lain-lain .
Terus terang, mengenai tahun penulisan Mazmur 128 ini memang tidak ada bukti apa pun. Namun, pembubuhan tanggal sesudah Pembuangan kurang meyakinkan karena argumentasinya lemah. Pendapat para penafsir tadi hanya berdasarkan asumsi semata. Tapi, jika isi Mazmur 128 dibandingkan dengan Mazmur 127, maka penetapan tarikh yang lebih dini dapat juga dibenarkan. Isi Mazmur 127 sangat mirip dengan Mazmur 128 (Makan roti yang diperoleh dengan susah payah [127:2] dan makan hasil jerih payah tanganmu [128:2]; anak-anak lelaki adalah milik pusaka daripada TUHAN [127:3] dan anak-anakmu seperti tunas pohon zaitun [128:3]). Padahal, Mazmur 127 menyebut penyairnya, yaitu Salomo (sehingga syair ini dikarang sekitar 950 SM). Beberapa nyanyian ziarah lain dikarang oleh Daud.
Melihat isi Mazmur 128 yang mirip dengan nyanyian-nyanyian ziarah lainnya, penulisan mazmur ini lebih tepat ditarikhkan pada masa Daud dan Salomo ketimbang pada zaman sesudah Pembuangan. Mazmur ini agaknya telah dinyanyikan sebelum Pembuangan ke Babel. Bisa saja sesudah Israel kembali dari Babel mazmur ini memperoleh arti baru, karena pada saat itu mereka jelas memahami isi mazmur tersebut (bnd Za 8). Mereka baru-selama masa Pembuangan-merasakan kebalikannya, yakni bahwa orang yang tidak takut akan Allah mengalami hukuman-Nya dan kutuk-Nya! Tapi "arti baru" itu berlaku untuk semua nyanyian ziarah.
Mazmur 128 adalah "nyanyian ziarah". Jadi, konteks yang pa ling dekat ialah kelompok mazmur-mazmur ziarah (120 –134) yang semuanya memba has pokok yang sama. Lalu Kitab Mazmur, jilid V (107–150; dalam bagian ini juga terdapat ke lompok "Nyanyian Hallel" yang biasa nya dinyanyikan pada Pesta Paskah, 113–118). Konteks yang lebih jauh ialah seluruh Kitab Mazmur (gaya/sastra tersendiri di samping misalnya masyal dalam Kitab Amsal, namun isinya sangat mirip), lalu Kitab-kitab Syair (Ketubim), seluruh PL (Thora dan Nebiim), akhirnya seluruh Alkitab. Mazmur 128 adalah inti semua lingkaran konteks itu.
Jika bahan penafsiran diambil dari Kitab Mazmur, penetapan kesatuan teks terkecil biasanya tidak sulit, karena setiap mazmur menunjukkan diri sebagai kesatuan, kendatipun di antara mazmur-mazmur itu banyak satu kesamaan dalam semua bidang kunci (oknum, waktu, tempat, peristiwa, pokok). Tentang waktu dan tempat, Mazmur 128 tidak memberi informasi eksplisit. Tapi, dalam bidang oknum, peristiwa/pokok (isi mazmur), mazmur ini memiliki banyak kesamaan dengan mazmur ziarah lainnya, khususnya Mazmur 127.
Data-data situasi umum sedikit. Masalah politik, misalnya penguasaan Israel oleh bangsa lain, tidak ada. Ada beberapa data dalam bidang geografi dan alam (flora). Juga data tentang kebudayaan dan agama yang berkaitan dengan kehidupan Israel sebagai umat Tuhan. Soal-soal itu akan dibahas dalam langkah 3.2.
a) Geografi
Kata "ziarah" (lih langkah 1.2a) adalah terjemahan kata bahasa Ibrani hamaalot (kata sandang ha dengan bentuk jamak kata maale). Arti harfiahnya adalah "pendakian". Karena Yerusalem terletak di atas bukit, biasanya orang yang berjalan ke sana dikatakan "naik ke Yerusalem" dan bila berjalan dari sana, "turun dari Yerusalem" (bnd 2Raj 2:1 di mana Elia dan Elisa "turun" dari Gilgal-bukti bahwa Gilgal yang dimaksud ialah Gilgal yang dekat Sikhem dan bukan Gilgal di tepi Sungai Yordan-dan 2:23 di mana Elisa "naik" ke Betel).
Ketika para peziarah berjalan menuju Yerusalem, Bait Suci telah kelihatan dari jauh. Pasti pemandangan indah itu menggerakkan hati mereka sehingga mereka bersorak-sorai (bnd Mzm 84; Mat 5:14 dan 24:1).
b) Flora
Dalam mazmur ini disebut dua jenis pohon buah-buahan, yakni anggur dan zaitun.
Pohon anggur
Buah anggur sudah terkenal sejak zaman Nuh (Kej 9), Abram (Kej 14), dan Musa/Yosua (Bil 13). Tampaknya Raja Mesir juga minum anggur (Kej 40). Jelas dari Alkitab bahwa anggur adalah minuman yang lazim bagi kaum Israel, walaupun ada juga yang tidak memi numnya, seperti orang Rekhab dan orang nazir (Simson, Hak 13:14; Yohanes Pembaptis, Luk 1:15).
Banyak orang Israel yang mempunyai dan mengelola kebun anggur, khususnya di daerah Selatan (daerah Engedi dan Hebron). Kebun anggur biasanya terletak di lereng bukit yang subur dan banyak kena sinar matahari. Pengusahaan kebun anggur menuntut banyak kerja ("jerih payah tanganmu", ay 2): tanah perlu dicangkul; pagar batu, menara jaga, dan tempat pemerasan anggur perlu dibangun (bnd Yes 5). Pohon anggur harus dirawat, khususnya bila sudah mulai berbuah. Petani yang bekerja keras layak menantikan hasil yang berlimpah. Pohon anggur yang subur menghasilkan tandan-tandan besar dan berat karena jumlah buahnya (bnd Bil 13:23-24). Pohon anggur yang subur tepat dianggap sebagai berkat besar dari Tuhan.
Dalam Alkitab, pohon anggur sering digunakan sebagai perumpamaan, khususnya karena kelimpahan buahnya:
- Istri seperti pohon anggur yang subur, dalam arti dia melahirkan banyak anak (= buah; Mzm 128:3; bnd Yeh 19:10). Dengan konotasi: hen daklah suami merawat istrinya dengan baik.
- Israel dibandingkan dengan kebun anggur yang menghasilkan banyak buah. TUHAN sendiri yang memelihara kebun itu dan mencari buah-buah yang enak (Yes 5; bnd Luk 13:6-9).
- Yesus berkata, "Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya." Sebagai akibatnya, "kamu" itu berbuah banyak (karena menyatu dengan pokoknya dan dirawat dengan baik, Yoh 15:1-8; bnd Flp 1:22).
Pohon zaitun
Selain pohon anggur (dan pohon ara) ada lagi jenis pohon yang sangat disukai oleh orang Israel karena buahnya, yaitu zaitun.
Pohon ini juga telah terke nal sejak awal langit dan bumi (Kej 8:11) dan sudah terdapat di Kanaan sebelum bangsa Israel memasukinya (Ul 8:8). Pohon zaitun termasuk kekayaan "tanah pusaka" yang dijanjikan TUHAN kepada umat perjanjian-Nya, dan tepat digelari "raja pohon" (Hak 9:8).
Pohon zaitun tumbuh lambat dan dapat mencapai usia sangat panjang. Pohonnya bisa menjadi sangat besar sampai batangnya sering terpecah-pecah. Daunnya tetap hijau dan tidak layu (bnd Yeh 47:12!). Pohon zaitun sulit mati. Kalau pohonnya ditebang, tunas-tunas baru akan tumbuh lagi. Sama seperti pohon pisang dan pohon sagu di Indonesia, pokok pohon zaitun dikelilingi banyak tunas muda.
Menjelang usia 30 tahun, pohon zaitun mulai menghasilkan buah berlimpah. Sekitar September/Oktober buah dipanen. Umumnya hasil dari satu pohon saja cukup untuk kebutuhan satu keluarga. Hasil dari pohon-pohon lain dapat dijual sehingga rezeki orang Israel terjamin. Tak mengherankan, hasil pohon zaitun sering dibandingkan dengan emas. Bukan karena warna minyaknya, tapi karena orang yang memiliki kebun zaitun termasuk orang kaya.
Buah zaitun, sama seperti buah kelapa sawit, mengandung minyak (lebih dari 30 persen). Minyak itu dipakai untuk berbagai kebutuhan: minyak goreng, minyak lampu, dan minyak harum (yang biasanya dioleskan di sekujur tubuh seusai mandi). Minyak zaitun betul-betul sangat penting bagi orang Israel. Tuhan juga menggunakannya. Minyak harum digunakan untuk mengurapi raja (1Sam 10:1; 16:3, 13), imam (Kel 28:41; 40:13), dan nabi (1Raj 19:16). Minyak lampu yang digunakan untuk menora (lampu kandil di Kemah Suci/Bait Allah) adalah minyak zaitun tumbuk yang tulen (Im 24:1-4; bnd Za 4:1-14; Why 11:4). Orang Israel suka menanam pohon zaitun dan pohon ara di halaman rumah atau di kebun anggur mereka karena kerindangan daun pohon tersebut membuat orang dapat beristirahat dengan nyaman di bawahnya (msl Natanael, Yoh 1:48).
Dalam Alkitab, pohon zaitun juga digunakan sebagai perumpamaan:
- Anak-anak dibandingkan dengan tunas zaitun, sebagai petunjuk bahwa orang diberkati dengan keluarga besar (Mzm 128:3).
- Israel dibandingkan dengan pohon zaitun yang harum (Hos 14:7; Yer 11:16).
- Daud mengumpamakan dirinya dengan pohon zaitun yang menghijau di dalam rumah Allah (Mzm 52:10).40
Ada dua soal kebudayaan/agama yang perlu diteliti, yaitu kebiasaan ziarah, dalam hubungannya dengan hari-hari raya Israel, dan pentingnya keluarga serta keturunan bagi orang Israel.
Ziarah dan hari-hari raya
Karena Mazmur 128 adalah "nyanyian ziarah" maka perlu dicari informasi tentang (a) arti dan kebiasaan ziarah dan (b) pesta-pesta yang dirayakan Israel dengan mengadakan ziarah ke Kemah Suci/Bait Allah. Dan mungkin (c) jawaban atas pertanyaan "Pada pesta manakah nyanyian Mazmur 128 dinyanyikan?"
a) Arti dan kebiasaan ziarah
Kebiasaan untuk melakukan ziarah, yakni kunjungan ke Bait Allah di Yerusalem, tidak baru dimulai setelah Israel pulang dari Babel, melainkan sudah sejak mereka hidup sebagai umat perjanjian TUHAN. Dalam Kitab-kitab Musa (lih Kel 23:14-19; Im 23:1-43; Bil 28:16-29, 40; Ul 16:1-17) TUHAN telah memberi perintah kepada umat Israel untuk berkumpul bersama-sama di tempat tinggal-Nya. Selama di padang gurun mereka juga selalu dekat ke Kemah Suci. Setelah memasuki Kanaan, mereka berkumpul setahun tiga kali di sekitar Kemah Suci, kemudian Bait Suci. Dalam Alkitab, tidak banyak informasi tentang ziarah Israel, tapi bukti-bukti yang ada sudah mencukupi (pada zaman Yosua, Eli/Samuel, Daud, Salomo, dan Yosia). Yang paling signifikan adalah penahbisan Bait Suci di Yerusalem pada Pesta Pondok Daun (1Raj 8). Sebenarnya isi Mazmur 128 sangat cocok dengan peristiwa itu.
b) Pesta-pesta Israel
Tiga kali setahun, setiap laki-laki Israel (kepala keluarga) harus "menghadap hadirat TUHAN, Allahmu, ke tempat yang akan dipilih-Nya". Dan, "Janganlah ia menghadap hadirat TUHAN dengan tangan hampa, tetapi masing-masing dengan sekadar persembahan, sesuai dengan berkat yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allah mu" (Ul 16:16-17).
Kenyataan bahwa hanya laki-laki yang disuruh berziarah setahun tiga kali, tidak berarti istri dan anak-anak tidak ikut serta. TUHAN memberi peraturan praktis dan realistis: Hendaklah bapak pergi mewakili seluruh keluarga. Jika sempat, keluarga ikut serta (Ul 16:14). Jika ada halangan, keluarga tinggal di rumah (msl karena istri baru melahirkan, atau karena anak sakit). Bandingkan dengan 1 Samuel 1 dan Lukas 2:41-52.
Melalui Musa, TUHAN memberikan Israel berbagai aturan mengenai perayaan hari-hari raya mereka. Ia menentukan tiga hari raya utama, yakni:
1. Hari Raya Paskah/Roti Tidak Beragi-bulan ke-1, tanggal 14.
2. Hari Raya Menuai/Tujuh Minggu-7 minggu sesudah Paskah (hari ke-50 = Pentakosta).
3. Hari Raya Pondok Daun-bulan ke-7, tanggal 15.
Semua orang Israel wajib berziarah menghadap hadirat TUHAN pada ketiga hari raya ini. Ketiga pesta ini mempunyai arti ganda, yakni dalam bidang pertanian dan perjanjian TUHAN, sebagai berikut:
Hari Raya | Arti 1 | Arti 2 |
---|---|---|
Pesta Paskah = Pesta Roti tidak Beragi |
- Buah bungaran dari hasil jelai yang pertama - Permulaan musim panen |
- Peringatan akan Keluaran (Exodus): keselamatan Israel dari Mesir - Peringatan akan Keluaran |
Pesta Menuai/Tujuh Minggu = Hari Pentakosta |
- Buah bungaran dari hasil ladang (hari hulu hasil) - Penutup musim panen |
- Peringatan akan pembaruan perjanjian TUHAN di Gunung Horeb/Sinai |
Pondok Daun |
- Syukur karena pengumpulan hasil tempat pengirikan dan pemerasan telah selesai - Selesai panen buah-buahan |
- Peringatan akan hidup Israel di padang gurun, sebelum memasuki Kanaan |
Jadi, ketiga pesta yang dirayakan Israel sebagai pesta panen untuk mengucap syukur kepada TUHAN karena berkat-Nya atas ladang dan kebun itu juga sekaligus memiliki arti khusus berdasarkan Sejarah Penyelamatan. Setiap tahun, saat orang Israel menabur dan menuai, mereka menyadari dan bahkan memperingati anugerah TUHAN yang melepaskan mereka dari Mesir dan yang membawa mereka ke tanah pusaka Kanaan. Semuanya ini hanya atas dasar perjanjian-Nya. Ziarah ke Sion menekankan kebahagia an Israel karena berkat TUHAN atas seluruh hidup mereka. c) Mazmur 128 berkaitan dengan pesta mana?Manakah dari ketiga pesta tersebut yang paling cocok dengan Nyanyian Mazmur 128? Menurut kami: Pesta Pondok Daun. Pada akhir tahun, ketika umat Israel berziarah ke Yerusalem dengan membawa hasil buah-buahan untuk dipersembahkan kepada TUHAN ("Janganlah kamu datang dengan tangan kosong!"), mereka amat senang. Mereka bersukacita karena telah mengumpulkan "hasil jerih payah" mereka ke dalam gudang-gudang. Tak mengherankan, dalam suasana seperti itu keluarga diumpamakan dengan kelimpahan buah yang baru dipetik dan diperas. Isi Mazmur 128 persis cocok dengan arti Pesta Pondok Daun.
Tapi ini tidak berarti bahwa Mazmur 128 hanya dinyanyikan pada kesempatan Hari Raya Pondok Daun. Mungkin sekali semua nyanyian ziarah dinyanyikan pada setiap pesta. Namun, kalau isi Mazmur 128 dibandingkan dengan arti pesta yang dirayakan, maka mazmur ini berhubungan paling erat dengan Hari Raya Pondok Daun. Ini diperkuat lagi oleh peristiwa Penahbisan Bait Suci oleh Raja Salomo (1Raj 8; 2Taw 5). Bait Allah ditahbiskan pada Pesta Pondok Daun. Betapa indahnya: persis pada hari orang Israel lagi mendirikan pondok-pondok daun untuk memperingati kehidupan me reka di kemah-kemah di padang gurun, TUHAN berpindah dari kemah ke rumah tetap! Pada hari itu Salomo berdoa kepada TUHAN a.l., "Apabila langit tertutup, sehingga tidak ada hujan, sebab mereka berdosa kepada-Mu, lalu mereka berdoa di tempat ini dan mengakui nama-Mu dan mereka berbalik dari dosanya, sebab Engkau telah menindas mereka, maka Engkau pun kiranya mendengarkannya di surga dan mengampuni dosa hamba-hamba-Mu, umat-Mu Israel, karena Engkaulah yang menunjukkan kepada mereka jalan yang baik yang harus mereka ikuti ... supaya mereka takut akan Engkau selama mereka hidup di atas tanah yang telah Kauberikan kepada nenek moyang kami" (1Raj 8:35-40 dan Mzm 128:1).
Mzm 128
paling tepat dinyanyikan pada kesempatan
Pesta Pondok Daun
dan khususnya pada
Penahbisan Bait Suci oleh Raja Salomo
Pentingnya keturunan bagi orang Israel Satu hal yang teramat jelas dalam Mazmur 128 ialah penerusan keluarga sebagai berkat TUHAN. Mazmur ini menekankan keberlangsungan nama keluarga. Kelahiran anak dan anak cucu menjamin penerusan keluarga dan "dusun". Keluarga tidak akan hilang dan milik pusaka tidak akan diambil orang lain. Keberadaan anak laki-laki sangat penting di Israel (bnd Kej 1:28 "Beranakcuculah dan bertambah banyak"; Kej 15/17; 1Sam 1; 2Sam 6). Istri yang tidak memberi anak laki-laki kepada suaminya tidak dihormati, sedangkan suami yang meninggal dunia tanpa keturunan, akan dilupakan (kutuk bagi Raja Yoyakhin, Yer 22:30).
Keberadaan keturunan berkaitan langsung dengan perjanjian TUHAN, "Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau serta keturunanmu turun-temurun menjadi perjanjian yang kekal" (Kej 17:7). Bagaimana jika keturunan tidak ada? Abraham dan Sara tentunya berpikir banyak tentang hal itu karena mereka telah lanjut usia. Kemudian, pada masa Musa, TUHAN memberi peraturan tentang "perkawinan ipar" agar nama orang Israel tidak hilang (Ul 25:5-10; Rut 4:11-12). 3.3. Situasi Khusus 2: Sejarah/Perkembangan Penyataan Allah
Nyanyian-nyanyian ziarah dinyanyikan pada zaman PL. Pada masa itu, janji TUHAN mengenai kedatangan Juruselamat belum genap.
Allah yang memberikan berkat-Nya atas kehidupan dan keluarga setiap orang Israel yang takut akan Dia, juga akan memberikan kebahagiaan kekal dan damai sejahtera yang tidak layu, yakni melalui Anak-Nya yang Tunggal, Yesus Kristus. Tapi, pada saat mazmur ini dinyanyikan, akibat-akibat dosa masih sangat terasa: melahirkan anak dengan susah payah dan mencari rezeki dengan bekerja berat (Kej 3:16-19). Namun, semua itu mengacu ke janji Allah. Dia memberkati segala jerih payah kita sebagai jaminan penggenapan janji keselamatan-Nya.
Mazmur 128 menggambarkan TUHAN sebagai Allah perjanjian yang memberkati umat-Nya. Dialah yang berkuasa atas segala sesuatu dan yang menjamin kelangsungan hidup Israel.
Setiap orang yang Dengan "setiap orang" dimaksud:
Takut akan
– individu (perseorangan);
TUHAN
– laki-laki sebagai kepala keluarganya (yang mempunyai istri dan anak-anak);
– orang di lingkungan umat Israel;
– ENGKAU!
Jadi: Engkau dalam keseluruhan umat yang percaya.
Pada prinsipnya tidak seorang Israel pun dikecualikan dari kebahagiaan yang dijanjikan oleh TUHAN. Namun ada syarat, yaitu, yang diberkati adalah orang "yang takut akan TUHAN" (lih di bawah, istilah "takut akan TUHAN" dan "berkat").
Istrimu/
Yang dimaksud adalah istri dan anak-anak "setiap anak-anakmu orang yang takut akan TUHAN". Bersama kepala keluarga, seluruh anggota keluarganya akan selalu mengalami berkat Allah. Keluarga merupakan satu ke satuan, inti atau sel umat TUHAN.
Anak-anak cucu Generasi ketiga! Orang yang melihat anak cucunya berarti mencapai umur panjang. Itu bukti bahwa TUHAN memberkatinya dengan hidup lama dan de ngan penerusan keluarganya, turun temurun.
Perbuatan
1. Nyanyian Waktu orang Israel berziarah ke Yerusalem untuk me Ziarah rayakan pesta, mereka bersorak-sorai dan menyanyi-nyanyi. Di samping nyanyian ziarah, mereka pasti mengangkat mazmur-mazmur lain, seperti Mazmur 84 dan 100.
Takut akan Hal "takut akan TUHAN" boleh disebut sifat atau keTUHAN adaan, tapi sifat itu akan menjadi nyata dalam kelakuan dan perbuatan yang sesuai dengan itu. Percaya kepada TUHAN adalah hal aktif, yakni "hidup menurut jalan TUHAN" (paralel dengan ay 1b).
Hidup menurut TL: "berjalan pada jalannya". Perkataan ini menjelasjalan kan bahwa hidup manusia tidak dapat dipisahkan antara bagian rohani dan jasmani. Hidup adalah satu kesatuan: dalam seluruh kehidupannya, manusia "takut akan TUHAN". Dari ayat 1 sudah langsung jelas bahwa mazmur ini tidak boleh dirohanikan, karena ia justru menegaskan kesatuan seluruh hidup manusia.
Yang ditunjukkan- TUHAN sendiri juga aktif: Dia memimpin umat-Nya
Nya dengan menunjukkan jalan yang benar kepada mereka.
Dia memberikan Firman-Nya dan hukum-Nya melalui Musa, dan lain-lain, agar Israel hidup atas dasar Firman itu. Dalam PB, Yesus dengan tepat mengatakan bahwa Dialah jalan dan kebenaran dan hidup (Yoh 14:6).
2. Makan hasil Orang yang makan hasil kerjanya tentunya tidak akan lapar. Ini sungguh-sungguh berkat TUHAN: setiap orang menantikan hasil jerih payahnya sendiri. Dan hasil itu ada! Gudangnya penuh dengan makanan (rezeki). Bukankah Kanaan "berlimpah-limpah susu dan madu?"
Tapi kebalikannya bisa juga terjadi!
Jerih payah BIS: hasil kerjamu. Orang harus bekerja keras dengan tanganmu tangannya. Orang malas tidak akan memperoleh apa-apa sehingga ia lapar dan miskin. Orang Israel harus selalu bekerja keras untuk mendapatkan hasil dari ladang dan kebun. Kerja itu diberkati dengan kebahagiaan: makanan secukupnya.
3. Tidak disebut perbuatan, tapi perumpamaan yang mengandaikan perbuatan seperti: melahirkan dan mendidik anak, memelihara keluarga (istri/anak).
4. Diberkati: TUHAN memberkati setiap orang yang hidup berda sarkan Firman-Nya. Artinya, TUHAN menjamin hidup yang tenang dan bahagia, tanpa kesusahan dan keku rangan.
Berkat TUHAN ini jangan diragukan ("Sesungguhnya demikianlah"). Tapi, jangan juga menyimpulkan bahwa orang yang mengalami kesulitan, berarti tidak diberkati
TUHAN.
5. Kiranya ... memberkati
TL tepat: Maka ...! Berkat bukanlah reaksi TUHAN yang diharapkan, melainkan tindakan-Nya yang benar-benar terjadi. Berkat TUHAN itu sangat konkret: usia lanjut. Melihat
Dengan mata sendiri. TUHAN memberi umur lanjut sehingga orang menyaksikan penerusan pekerjaan TUHAN (kebahagiaan Yerusalem) dan-di dalamnya-penerusan nama keluarganya sendiri.
Tempat
Sion/Yerusalem : Tempat tinggal TUHAN. Ini juga tujuan ziarah umat Israel. Yerusalem adalah pusat pertemuan bangsa Israel dengan TUHAN. Tempat untuk berbakti kepada-Nya.
Juga tempat imam memberikan berkat (ay 5; Mzm 134:3; Bil 6:22-27). Ini penting untuk menentukan arti "melihat kebahagiaan Yerusalem" (ay 5): pertama-tama kebahagiaan Sion/Bait Allah, dan oleh karena itu juga kebahagiaan seluruh kota Yerusalem, dan seluruh tanah Kanaan.
Waktu
Tidak ada informasi tentang waktu penulisan Mazmur 128 ini. Tapi, menurut kami, mazmur ini ditulis pada masa pemerintahan Daud atau Salomo. Mazmur ini agaknya dinyanyikan pada waktu ziarah Israel ke Sion untuk merayakan Pesta Pondok Daun (bulan ke-7).
Benda
Rumah : "Di dalam rumahmu" atau "di pedalaman rumahmu": rumah-rumah orang Israel berbentuk benteng kecil. Sering ada ruangan dalam yang dikelilingi oleh kamar-kamar.
Atau ada kamar-dalam yang tidak mempunyai pintu atau jendela yang terbuka langsung ke luar rumah. Maksud perkataan "di dalam rumahmu" ialah bahwa istri tidak hidup di muka umum, tetapi di tempat terlindung sebagai harta suaminya. Barang-barang mahal disimpan di kamardalam yang tidak dapat dimasuki sembarang orang.41
Meja : Tempat makan. Biasanya anak-anak bermain di luar rumah, tapi pada waktu makan mereka duduk bersama di sekeliling meja. Saat itulah kelihatan kebesaran dan kesehatan keluarga: ini adalah harapan dan jaminan untuk masa depan. Keturunan ini adalah penggenapan janji TUHAN. Apalagi tersedia makanan secukupnya untuk semua anak itu. Keindahan suasana anak-anak di sekeliling meja dapat dibandingkan dengan tunas-tunas di sekeliling pohon zaitun.
Flora/fauna
Pohon anggur/Lihat 3.2; pohon zaitun
Peraturan, kebiasaan
Ziarah Lihat 1.2. dan 3.2.
Istilah
Kebahagiaan : Pada 1.2. telah dijelaskan arti kata kebahagiaan, yaitu keuntungan, kesenangan, dan lain-lain. Orang yang berbahagia merasa senang, enak, gembira. Tak ada kesusahan atau kekurangan yang menyulitkan hidupnya. Dalam Mazmur 128 (juga dalam ayat-ayat Alkitab lainnya) kata ini dengan tepat dipadankan dengan kata-kata lain, seperti berkat dan damai sejahtera.
Berkat/damai : Semua kata ini menunjuk kepada TUHAN, Allah perjanjian, yang memberikan damai dan kebahagiaan. Situasi yang senang dan tenang bukanlah hasil usaha manusia, melainkan berkat dari TUHAN. Itu hadiah yang sebenarnya tidak patut kita terima. Sebagai contoh (artinya: masih ada berkat-berkat lain), Mazmur 128 menyebut sejumlah berkat TUHAN yang membuat ke hidupan umat Israel bahagia, yaitu:
– Makan hasil Memakan hasil jerih payah tangan adalah berkat atas kerja sehari-hari. Orang Israel selalu sibuk di ladang dan kebun. Hasil yang diperolehnya adalah pemberian TUHAN. Makanan yang cukup di gudang membuat mereka hidup baik dan senang karena tidak terancam kelaparan.
– Berkeluarga Mempunyai istri yang melahirkan banyak anak yang sehat adalah berkat atas keluarga. Artinya, ada keturunan yang akan meneruskan nama keluarga. Dalam perjanjian TUHAN, nama orang tidak terhapus. Dalam keluarga kelihatan berkat Allah: perjanjian-Nya dilanjutkan. Setiap kali suami dan istri bersetubuh, tanda sunat mengingatkan mereka akan perjanjian TUHAN: Dialah yang memberikan berkat keturunan!
– Melihat cucu Melihat "anak-anak dari anak-anakmu" adalah berkat atas keluarga dan suku. Umur lanjut adalah berkat besar. Dan menjadi kakek-nenek adalah hal yang sangat indah.
Dari Sion Semua berkat TUHAN itu datang dari Sion, dari tempat kediaman TUHAN, pusat bangsa Israel. Berkat yang diberikan imam kepada semua orang Israel menandai Nama TUHAN yang diletakkan atas mereka sebagai anggota perjanjian-Nya. Sion adalah sumber berkat TUHAN (Yeh 47). Israel Nama-nama Sion, Yerusalem, dan Israel langsung menjelaskan bahwa "setiap orang" diberkati bukan sebagai oknum pribadi (individu), melainkan sebagai warga umat perjanjian TUHAN. Setiap orang Israel memiliki tempatnya masing-masing dalam seluruh Israel. Hanya dalam keseluruhan Israellah setiap orang mendapat posisi yang berbahagia (PB: Orang Kristen dalam persekutuan orang kudus sebagai anggota tubuh Kristus). Tanggung jawab setiap orang tetap ada, tapi keadaannya hanya baik dalam "kebahagiaan Yerusalem". Penutup mazmur ini sangat tepat: "Damai sejahtera atas Israel".
Lain-lain
4. Sesungguhnya : Dalam ayat 2 dan 4 digunakan kata bahasa Ibrani ki yang menekankan kepastian janji-janji yang disebut dalam ayat-ayat itu. Penggenapan janji tidak dapat diragukan sama sekali:
ayat 2: Pasti engkau memakan hasil jerih payah tanganmu;
ayat 4: Sesungguhnya demikianlah akan diberkati orang ...; (Kata "demikianlah" memperkuat kata "sesungguhnya")
5-6. Kiranya : Kata "kiranya" (TB; BIS: "semoga") tidak ada dalam bahasa asli. TL tepat: "Maka". Ayat ini tidak berbentuk doa atau pengharapan, melainkan ketetapan. Ditekankan lagi kepastian penggenapan janji TUHAN. Jadi, mengapa penerjemah melemahkan makna ayat ini dengan menambahkan kata "kiranya" itu?
Sesudah analisis, yakni penelitian setiap kata dan istilah, maka sekarang semua kata diselidiki dalam kesatuannya.
Yang bertindak/bergiat (pelaku)
TUHAN : TUHAN memberkati dari Sion (ay 5). Dialah yang memberikan kebahagiaan dan kebaikan kepada orang yang takut akan Dia. Dari mazmur ini menjadi nyata bahwa TUHAN, Allah perjanjian, tidak membiarkan manusia berusaha sendirian, melainkan Dia sendiri aktif memberkatinya dalam hal-hal yang paling biasa, yaitu hal-hal yang-menurut pikiran manusia-tidak perlu mendapat pertolongan sama sekali. Mazmur ini mengajar umat TUHAN untuk menantikan segala sesuatu dari Dia saja. Dia sanggup menolong, bahkan Dia suka menolong menurut providensi-Nya (lih Katekismus Heidelberg [KH], Minggu ke-9). Dia pasti akan memberkati umat-Nya yang percaya. Tindakan TUHAN sesuai kesetiaan-Nya.
Dia tinggal di tengah-tengah bangsa-Nya di Sion. Dia selalu ada sesuai nama-Nya Yahweh. Sion adalah sumber segala berkat TUHAN bagi seluruh Israel, dan bagi setiap orang dalam keseluruhan Israel. TUHAN menghadiahkan kebahagiaan, kemakmuran, damai, singkatnya: berkat (prosperity) kepada umat-Nya.
Setiap orang ... : Dari pihak orang percaya ada juga perbuatan sebagai tanggapan kepada tindakan TUHAN: ia berjalan pada jalan TUHAN. Dia memakan hasil kerjanya dan mencapai usia lanjut di tengah keluarganya turun temurun. Tindakan manusia ini berdasarkan tindakan TUHAN. Yang diutamakan dalam mazmur ini adalah TUHAN sebagai Pelaku.
Yang menerima/mengalami tindakan (objek/penderita)
Setiap orang ... : Siapa yang diberkati TUHAN? Jawab: setiap orang yang takut akan TUHAN. Tidak seorang pun dikecualikan dari berkat-Nya itu. Tapi, ada syarat: takut akan Allah.
Tindakan TUHAN terhadap orang yang tidak takut akan Dia lain dari tindakan-Nya terhadap orang percaya (lih 4.3.).
Dengan "setiap orang" dimaksud setiap orang Israel, setiap orang perjanjian, setiap anggota umat TUHAN. Yang diacu dalam mazmur ini adalah orang yang sudah diterima-Nya dalam perjanjian-Nya, orang yang sudah mendapat berkatNya dari kelahirannya sebagai anak perjanjian. Siapa yang menyanyikan mazmur ini? Orang Israel yang sedang berziarah ke Sion untuk memuliakan Nama TUHAN! Jadi orang yang sudah "takut akan TUHAN". Orang yang beribadah kepada TUHAN.
Alasan
Mazmur ini bersifat pengakuan iman. Orang Israel sedang berjalan menuju kota Yerusalem untuk merayakan pesta bagi TUHAN, seperti Pesta Pondok Daun, atau khususnya untuk turut merayakan Penahbisan Bait Suci. Mereka telah mengalami berkat TUHAN dalam kehidupan mereka masing-masing. Karena itu, mereka memuji Allah karena kebaikan-Nya. Dia yang memberi kebahagiaan kepada mereka. Mazmur ini muncul dari hati yang percaya, dari keyakinan bahwa TUHAN bertindak menurut nama-Nya: "Aku adalah Aku." Bagi orang percaya selalu ada alasan untuk memuliakan Nama TUHAN.
Maksud
Mazmur ini bermaksud memperkuat kepercayaan orang Israel. Sekarang mereka menuju Sion. Nanti mereka akan mempersembahkan kurban dan merayakan pesta (Pondok Daun) bagi TUHAN. Dan setiap orang akan mengaku: "Sesungguhnya, kita diberkati dari Sion." Itu tak mungkin diragukan. Kepercayaan mereka akan bertambah kuat.
Dan nanti, ketika musim menabur dan menuai datang lagi, mereka tetap berharap kepada TUHAN. Jika mereka harus bekerja keras, jika ada kesulitan dalam keluarga atau dalam kehidupan diri sendiri, mereka tidak akan putus harapan, karena TUHAN akan memelihara setiap anak-Nya. Memang, tidak berarti bahwa tidak akan ada lagi yang susah. Tapi, dalam tangan TUHAN, anak-Nya aman dan tenang.
Umat TUHAN hidup dalam damai sejahtera. Itulah maksud TUHAN.
Akibat/hasil
Untuk menentukan apakah mazmur ini menimbulkan akibat tertentu, perhatikan kata-kata "pasti" (ay 2) dan "sesungguhnya demikianlah" (ay 4). Hendaklah kata "kiranya" (ay 5-6) dicoret karena mazmur ini justru menekankan bahwa TUHAN pasti mengaruniakan berkat-Nya. Orang Israel yang menyanyikan mazmur ini telah mengalami sendiri kepastian janji TUHAN itu. Dan mereka akan mengalaminya lagi. Tidak perlu khawatir. Setiap orang yang percaya kepada TUHAN pasti diselamatkan. Anugerah TUHAN tidak perlu diragukan, ka rena sudah teramat pasti. Akibat mazmur ini, si penyanyi dan si pen dengar akan memuji TUHAN karena kepastian janji-Nya.
Dampak: pengembangan pikiran nas
Nas dibuka dengan ketetapan, "Berbahagialah setiap orang yang takut akan TUHAN." Artinya, "Selamat beruntung, orang percaya!" Mazmur ini menggambarkan orang dalam berbagai lingkungannya: dia sendiri, keluarganya, dan akhirnya Israel. Dalam semua bidang kehidupannya, orang percaya menerima berkat TUHAN. Bukan "boleh" atau "harap", melainkan "pasti"! Mazmur ini menegaskan kepastian berkat Allah. Melalui berkat itu orang yang hidup dalam perjanjian TUHAN (Sion, Israel), tidak perlu mengkhawatirkan kehidupannya. Kebahagiaan dan damai sejahtera diberikan dari Sion sebagai jaminan hidup orang percaya.
Mungkin ada orang yang dengan gampang menyimpulkan sebaliknya: Jika demikian, setiap orang yang tidak memakan hasil jerih payah tangannya, yang tidak punya istri dan tidak punya anak-anak, serta yang tidak hidup lama melainkan meninggal dalam usia muda, ternyata tidak sungguh-sungguh percaya. Bukankah kesulitan yang dialaminya menjadi bukti ketidakpercayaannya? Kesusahan itu adalah hukuman TUHAN, bukan?
Kesimpulan demikian persis sama dengan pikiran Yahudi (msl Kitab Ayub; juga Yoh 9), dan dengan filsafat serta adat-istiadat banyak suku di dunia ini. Menurut adat suku Dayak dan Papua, misalnya, penyakit dan kematian adalah akibat kesalahan orang.
Mungkin orang tersebut melanggar pemali-pemali adat, sehingga dewa marah dan menghukumnya, atau orang lain menyusahkannya melalui sihir atau santet. Setiap kesulitan ada penyebabnya, sehingga orang tidak akan tenang sampai betul-betul menemukan dan menetralisir penyebab kesalahannya.
Pikiran seperti ini tidak sesuai Alkitab. Jelas dari jawaban Yesus atas pertanyaan murid-murid-Nya mengenai orang yang buta itu:
"Siapa yang berbuat dosa, orang tuanya atau dia sendiri?" Jawab Yesus: "Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia" (Yoh 9:3).
Kemudian Yakobus, adik Yesus, menjelaskan bahwa Allah dapat menguji orang Kristen dengan tujuan agar kepercayaannya menjadi lebih kuat (Yak 1:12-18). Juga PL memberi contoh jelas: Apa maksud bahwa Abraham harus mengurbankan anaknya yang tunggal (Kej 22)? Dan mengapa serta untuk apa Ayub mengalami kesulitan?
Khususnya Kitab Ayub menjelaskan, bahwa kesimpulan kawan-kawan Ayub, yaitu bahwa kesulitan merupakan hukuman atas dosa, tidak tepat. Dalam Kitab Ayub, TUHAN mengizinkan umat-Nya melihat di balik segala macam kesulitan yang terjadi dalam hidup manusia.
Kadang seakan-akan orang percaya mengalami kesusahan semata, sedangkan yang tidak menaati Tuhan berbahagia (bnd Mzm 37 dan 73). Orang cepat menyimpulkan bahwa Allah itu pemarah dan pendendam. Tapi, Daud dengan tepat mengatakan, "Serahkanlah hi dupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak; Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang" (Mzm 37:5-6).
Jadi kita jangan menyalahkan orang yang tidak memperoleh hasil kebun, atau orang yang tidak memperoleh keturunan atau yang meninggal dalam usia muda. Orang yang takut akan Allah akan sungguh -sungguh menerima berkat-Nya. Mazmur 128 hanya menyebut beberapa berkat saja. Sementara itu, orang yang tidak (mau) percaya: awas, TUHAN akan benar-benar menghukumnya. Tapi, kita tidak mungkin menyimpulkan bahwa orang yang tidak pu nya keturunan pasti telah melanggar hukum Tuhan. Pikiran TUHAN jauh lebih tinggi dari pikiran manusia. Dia memanfaatkan kesulitan bukan hanya untuk menghukum, tapi juga untuk me nguatkan iman orang percaya. Orang yang takut akan TUHAN tidak perlu mengkhawatirkan hidupnya. Dia pasti berbahagia. Mungkin hari ini belum, tapi besok atau tahun depan pasti. Karena ada janji tentang hidup dan kebahagiaan yang kekal (Ibr 4).
Perhatikan juga: yang diutamakan adalah keseluruhan Israel. Setiap pribadi diberkati dalam keseluruhan umat TUHAN. Demikianlah, suami-istri yang tidak memperoleh keturunan diberkati dalam keluarga orang lain.
Nas sejajar/pokok yang sama
Berbahagialah : Kata pertama Mazmur 128 sering terdapat dalam Kitab Mazmur dan Amsal, umpamanya Mazmur 1:1 ("Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik ..."); 32:1-2; 41:1; 112:1-3 ("Haleluya! Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya. Anak cucunya akan perkasa di bumi; angkatan orang benar akan diberkati. Harta dan kekayaan ada dalam rumahnya, kebajikannya tetap untuk selamanya"); 119:1-2 ("Berbahagialah orang-orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat TUHAN"); Ams 3:13; 8:32-34 ("... karena berbahagialah mereka yang memelihara jalan-jalan-Ku"); 16:20 ("... dan berbahagialah orang yang percaya kepada TUHAN"). Dalam PB: Yesus memulai Khotbah-Nya di Bukit dengan kata "Berbahagialah" (Mat 5:3-12).
Takut akan TUHAN Berkat, dan lain-lain : Umpama Kejadian 42:18; Ulangan 25:18; 2 Raja-raja TUHAN 4:1; 17:32; Yunus 1:9. Sama dengan: percaya. Mazmur 128 sangat cocok dengan apa yang dinyatakan Tuhan dalam Kitab Ulangan (terutama 7:12-26; 11; 28) tentang berkat dan kutuk. Bandingkan 1 Raja-raja 8 dan 2 Tawarikh 6. Semua ini terkandung dalam perintah Hukum Pertama tentang mengikut TUHAN: "Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku" ("takut akan TUHAN" sama dengan "berjalan pada jalan TUHAN" dan bukan pada jalan dewa-dewi, Mzm 128:1).
Seluruh sejarah Israel-umat TUHAN!-menjelaskan bahwa TUHAN menggenapi janji-Nya, dan juga ancamanNya. Contoh-contoh yang disebutkan dalam Mazmur 128 ada juga dalam ayat-ayat lain:
– Makan hasil Orang yang takut akan TUHAN akan memakan hasil kerjanya. Orang yang tidak menaati Firman-Nya akan berusaha dan bekerja, tapi hasilnya akan dirampas atau dimakan oleh orang lain (Ul 28:33; contoh: Hak 6) atau oleh binatang (Mzm 78:46; contoh: Kel 10; Yl 1:4). Orang yang setia akan menerima berkat dua kali lipat: ia memperoleh hasil tanah dan kepunyaan bangsa lain dengan tidak perlu membayar apa-apa (Yes 45:14; 55:1-2).
– Keluarga Untuk keluarga yang takut akan TUHAN ada janji-janji yang indah, seperti yang disebut dalam Mazmur 128:3. Tapi, untuk orang yang tidak menaati hukum TUHAN ada kutuk (Ul 28:18, 30, 32, 41; Yer 22:30; Yeh 19:10-14). Setiap penghapusan nama seseorang dari bumi-karena tidak mempunyai keturunan-dianggap sebagai kutuk yang teramat besar (2Sam 6:23; Yer 22:30).
– Seumur hidup Usia lanjut adalah berkat Allah (Kel 20:12; Mzm 90:10). Orang yang tidak percaya tidak akan hidup lama, karena akan dipukul dan dimatikan oleh penyakit (Yeremia sering bicara tentang "pedang, kelaparan, dan sampar").
Sion : TUHAN tinggal di Sion, di tengah-tengah umat-Nya. Dari Sion Dia bergaul dengan Israel, atau sebaliknya, Israel datang ke Sion untuk bergaul dengan TUHAN. Tapi, TUHAN juga dapat mengundurkan diri dan pergi sehingga aliran berkat tidak berjalan lagi (Yeh 10; bnd ps 43!). Dalam rangka berkat dan kutuk TUHAN, istilah "berbahagialah" mendapat arti yang dalam: untuk orang percaya tersedia hidup yang aman, makmur, dan tenang. Dalam Khotbah-Nya di Bukit, Yesus Kristus menyinggung lagi hal berkat ini, "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu" (Mat 6:25-34). Artinya, orang yang sungguh-sungguh percaya tidak perlu mengkhawatirkan hidupnya, karena dia tetap dilin dungi TUHAN. Khususnya umat TUHAN akan selalu mengalami providensi-Nya.
Dia yang memelihara dan melindungi mereka, sehingga kesusahan menjadi kebaikan.
Nas paralel/cerita yang sama
Tidak ada.
Kutipan
Tidak ada.
Orang Israel berziarah ke Yerusalem untuk merayakan dua hal, yaitu (1) berkat TUHAN yang nyata dalam hasil kerja mereka, yaitu panen yang berlimpah, dan (2) peringatan akan perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan TUHAN pada masa lampau di Mesir dan di padang gurun Sinai. TUHANlah yang melepaskan umat perjanjian-Nya dari kesusahan dan kesengsaraan, lalu memberi mereka ke bahagiaan di tempat yang "berlimpah-limpah karena susu dan madu". "Peringatan" dan "berkat" itu bersatu. Baik pembebasan dari Mesir dan kehidupan di Kanaan mengacu ke penggenapan janji selanjutnya, yaitu keselamatan dari dosa dan Iblis dan damai sejahtera di bumi baru. Kebahagiaan yang kekal itu dikerjakan oleh Anak Allah, Yesus Kristus. Pada saat Mazmur 128 dinyanyikan, janji itu belum genap. Tapi, setiap kali umat TUHAN berziarah ke Sion, mereka menerima berkat dari imam. Dengan demikian, nama TUHAN diletakkan atas semua orang Israel, "maka Aku akan memberkati mereka" (Bil 6:24-27). Ucapan berkat itu mengacu kepada Mesias yang datang kelak. Demikianlah kebahagiaan yang disebut dalam Mazmur 128. Dalam keseluruhan umat TUHAN, setiap orang serta keturunannya diberkati dengan berkat yang bersifat sementara dan kekal. Yesus Kristus merealisasikan "damai sejahtera atas Israel".
Kebahagiaan dan damai sejahtera yang dialami oleh "setiap orang yang takut akan Allah" dalam keseluruhan Israel berhubungan dengan providensi Allah. Mengenai hal ini, gereja sudah dari awal merumuskan ajaran Kitab Suci, khususnya untuk melawan ajaran-ajaran sesat seperti epikurisme dan deisme (yang berpendapat bahwa sesudah menciptakan langit dan bumi, Tuhan tidak peduli lagi akan ciptaan-Nya itu). Sekularisme dan ateisme pun menolak hubungan antara Tuhan dan kelanjutan kehidupan di bumi. Menurut "ismeisme" tersebut, khususnya malapetaka yang terjadi (gempa bumi, tsunami, perang, kecelakaan, dll) membuktikan bahwa Allah tidak ada. Banyak penafsir yang dipengaruhi oleh filsafat-filsafat seperti itu, menafsirkan pengakuan Mazmur 128 itu sebagai salah satu kerinduan atau ideal manusia yang tak pernah dipenuhi (kepastian dalam bahasa asli digantikan dengan harapan "kiranya" atau "semoga"). Selain itu, untuk dapat menikmati hasil kerja sendiri, memperoleh istri dan anak, serta mencapai usia lanjut, manusia masa kini tidak membutuhkan Tuhan. Manusia mampu mengurus dirinya sendiri!
Akhir-akhir ini muncul lagi satu teologi baru, yakni Teologi Kemakmuran (Prosperity Theology). Menurut teologi ini, setiap orang dapat menjadi kaya dan makmur, asal kuat berdoa. Doa Yabes (1Taw 4:9-10) digunakan sebagai contoh. Teologi ini tidak memandang kebahagiaan sebagai berkat Tuhan kepada orang percaya, tapi sebaliknya, meminta kemakmuran agar orang percaya.
Teologi ini menganggap kemakmuran sebagai bukti kepercayaan kepada Tuhan; iman disalahgunakan untuk tujuan-tujuan duniawi.
Pada zaman Reformasi (abad ke-16–17; cirinya antara lain. Sola Scriptura, back to the Bible) Gereja merumuskan kembali ajaran Alkitab, antara lain tentang pemeliharaan dan pemerintahan Allah.
Ringkasannya diungkapkan dalam Pengakuan-pengakuan Iman Reformasi (lih buku Enam Belas Dokumen Dasar Calvinisme). Katekismus Heidelberg (KH) misalnya-dalam Minggu ke-10-dengan tepat mengakui providensi Allah dan menjelaskannya sebagai berikut:
"Kekuatan Allah, Yang Mahakuasa dan yang hadir di segala tempat. Dengannya Dia memelihara langit dan bumi serta semua makhluk seakan-akan dengan tangan-Nya sendiri, dan memerintahnya, sehingga daun dan rumput, hujan dan kemarau, masa kelimpahan dan kekurangan, makanan dan minuman, sehat dan sakit, kekayaan dan kemiskinan, dan segala hal tidak menimpa kita secara kebetulan, tetapi datang dari tangan Bapa saja."
Ilmu Dogmatik biasanya membedakan tiga jenis providensi Allah:
– umum:
Tuhan memelihara dan memerintah semesta alam;
– khusus:
Tuhan memelihara dan memerintah manusia;
– sangat khusus: Tuhan memelihara dan memerintah umat-Nya.
Jadi, setiap orang yang takut akan Allah mengalami pemeliharaan-Nya yang sangat khusus. Providensi-Nya (arti harfiah: melihat sebelumnya; lalu: menyediakan) terfokus pada Israel, umat pilihanNya.42 Khusus bagi mereka, Tuhan menyediakan kebahagiaan dan damai sejahtera. Mazmur 128 sangat mendukung kebenaran ajaran seluruh Kitab Suci tentang pemeliharaan Tuhan.
Tapi, sekali lagi perlu diperhatikan bahwa providensi Allah ini tidak berlangsung secara otomatis. Ada orang percaya yang tidak menerima berkat-berkat tersebut, sedangkan yang tidak percaya diberkati dengan hasil kebun dan keluarga besar (bnd Mzm 73).
Dari sini kita tidak boleh menyimpulkan bahwa orang yang tidak diberkati itu berdosa atau tidak percaya, atau menyimpulkan bahwa dalam memberikan berkat-Nya, Tuhan bertindak semena-mena.
Orang yang sungguh-sungguh percaya pasti tidak dihukum, tapi mungkin diuji agar kepercayaan mereka bertambah kuat.
Perhatikan juga bahwa Mazmur 128 menyebut nama "Yahweh" (hwhy). Nama itu berkaitan dengan perjanjian Allah. Artinya, TUHAN bergaul dengan umat-Nya Israel. Di antara Dia dan umat-Nya terjalin hubungan akrab. Untuk menjelaskan relasi itu, PL sering menggunakan perumpamaan pernikahan: TUHAN memelihara umat-Nya, sama seperti suami memelihara istrinya.
Sebelum kita membaca beberapa buku tafsiran, sebaiknya kita menyusun daftar masalah yang perlu dicek atau yang belum jelas, yang kita temui dalam pembahasan langkah 1 s/d 5. Ada beberapa hal: Langkah 1.3. : ayat 2, kata yang mana tepat: "Apabila ..." (TB) atau "Karena ..." (TL)? ayat 5, apakah kata "kiranya ..." (TB) perlu dicoret? Langkah 2.1. : penanggalan Mazmur 128: zaman Daud/Salomo atau zaman sesudah Pembuangan (Ezra, dll)? Langkah 3.2. : penjelasan tentang konteks historis; Langkah 4.1. : siapakah persisnya "setiap orang yang takut akan TUHAN"? Apa maksudnya berkat "dari Sion", "kebahagiaan Yerusalem", "damai sejahtera atas Israel"? Langkah 4.3. : kesimpulan tentang berkat yang diberikan TUHAN: – ada orang percaya yang tidak menerimanya, – ada orang tidak percaya yang menerimanya. Langkah 5. : hubungan dengan seluruh Alkitab dan dengan Kristus Dalam bahasa Indonesia tersedia dua buku tafsiran Kitab Mazmur. Pertama, tafsiran ringkas dalam seri Tafsiran Alkitab Masa Kini (TAMK), jilid 2, Ayub–Maleakhi. Dalam buku tersebut, Kitab Mazmur ditafsirkan oleh Leslie S. M’Caw dan J.A. Motyer (TAMK adalah terjemahan The New Bible Commentary [Revised] yang diterbitkan di London; terjemahan bahasa Indonesia oleh YKBK
"Karena ..." (TL)?
ayat 5, apakah kata "kiranya ..." (TB) perlu dicoret?
Langkah 2.1. : penanggalan Mazmur 128: zaman Daud/Salomo atau zaman sesudah Pembuangan (Ezra, dll)?
Langkah 3.2. : penjelasan tentang konteks historis;
Langkah 4.1. : siapakah persisnya "setiap orang yang takut akan TUHAN"?
Apa maksudnya berkat "dari Sion", "kebahagiaan Yerusalem", "damai sejahtera atas Israel"?
Langkah 4.3. : kesimpulan tentang berkat yang diberikan TUHAN:
– ada orang percaya yang tidak menerimanya,
– ada orang tidak percaya yang menerimanya.
Langkah 5. : hubungan dengan seluruh Alkitab dan dengan Kristus Dalam bahasa Indonesia tersedia dua buku tafsiran Kitab Mazmur. Pertama, tafsiran ringkas dalam seri Tafsiran Alkitab Masa Kini (TAMK), jilid 2, Ayub–Maleakhi. Dalam buku tersebut, Kitab Mazmur ditafsirkan oleh Leslie S. M’Caw dan J.A. Motyer (TAMK adalah terjemahan The New Bible Commentary [Revised] yang diterbitkan di London; terjemahan bahasa Indonesia oleh YKBK
Jakarta, 200610). Kedua, buku tafsiran dari Marie Claire Barth dan B.A. Pareira, Kitab Mazmur 73–150 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 19993). Di samping itu ada juga buku-buku tafsiran dalam bahasa Inggris, misalnya tafsiran dari Calvin.
Latar belakang penafsir TAMK
Banyak penafsir TAMK yang dipengaruhi oleh "Teologi Alkitab" (Teologi Injili).43 Metode-metode penafsiran yang sering dipakai oleh mereka adalah eksemplarisme, biblisisme, dan alegori. Teks Alkitab kadang dicopot dari konteksnya lalu "dirohanikan". Informasi baruSebenarnya dalam tafsiran Mazmur 128, TAMK tidak memberi informasi yang belum kita peroleh dalam pembahasan langkah 1 s/d 5. Tafsiran TAMK terlalu ringkas. Dari semua masalah yang disebut di atas, hanya satu yang mendapat perhatian, yaitu pertanyaan tentang "berkat dari Sion". Apalagi disebut beberapa nas sejajar yang penting, yaitu Matius 6:31-33; Ulangan 8:6-10.
Tukar pikiran
Komentar berikut muncul setelah membaca tafsiran ringkas TAMK:44
1. Apakah judul yang diberikan oleh penafsir-"Karya yang berhasil"- tepat? Hasil kerja hanyalah satu dari berbagai berkat TUHAN yang disebutkan dalam mazmur ini. Pokok Mazmur 128 disebutkan dalam ayat 1, yaitu "Berbahagialah setiap orang yang takut akan TUHAN."
2. Penafsir dalam TAMK membalikkan titik-tolak dan tujuan Mazmur 128. Untuk penafsir TAMK, titik-tolak itu adalah syarat-syarat agar orang dapat menerima berkat Allah: orang yang ingin diberkati-harus takut akan TUHAN. Padahal, mazmur ini sama sekali tidak berbicara tentang kebahagiaan yang hanya dapat diperoleh jika orang lebih dahulu memenuhi kriteria tertentu. Sebaliknya, titik tolak mazmur ini ialah kebahagiaan yang sudah dimiliki oleh orang yang takut akan TUHAN, dan berkat TUHAN yang sedang/sudah diberikan kepada orang itu. Mazmur 128 tidak membicarakan keuntungan yang diharapkan oleh orang percaya, melainkan kemakmuran yang telah diberikan kepadanya. Bukan manusia yang diutamakan dalam usaha memenuhi syarat-syarat tertentu, melainkan TUHAN yang memberi kebahagiaan dan damai sejahtera kepada siapa saja yang percaya. TAMK menafsirkan penutup mazmur ini seakan-akan itu adalah doa. Kesalahan ini bisa dipahami karena-seperti disebutkan di atas-penafsir TAMK ini menganggap bahwa semua berkat itu masih berupa harapan. Tapi, dalam bahasa asli tidak ada kata "kiranya" atau "semoga". Berkat TUHAN tidak perlu diharapkan karena berkat itu telah diterima. Yang ditekankan oleh mazmur ini adalah kepastian berkat TUHAN itu.
3. Ada gejala bahwa penafsir TAMK merohanikan Mazmur 128. Berdasarkan Mazmur 127:2 ia berbicara tentang "beristirahat di dalam Allah". Apa maksudnya dengan perkataan yang berbau mistik itu? Ayat tersebut tidak membenarkan kesimpulan seperti itu. Kesimpulan penafsir sangat berbeda dari apa yang dikatakan dalam Mazmur 127, yaitu, "TUHAN memberi berkat-Nya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur". Menerima berkat TUHAN "pada waktu tidur" tidak sama dengan "beristirahat di dalam Allah".
4. Sama halnya dengan kata-kata penafsir: "mengerahkan segala daya spiritual" (tenaga rohani). Mungkin penafsir mau membedakan antarausaha jasmani (bekerja dengan tangan) dan usaha rohani (menaati). Tapi, kedua hal itu tak mungkin dibedakan. TUHAN memberi berkat-Nya dalam situasi dan kondisi yang konkret. Untuk orang Israel (dan setiap orang) kebutuhan-kebutuhan hidup yang utama adalah makanan atau rezeki dan kesehatan (keadaan keluarga yang baik). Itu adalah hal-hal yang biasa. Tapi, itu tidak salah! Anggapan banyak teolog Injili bahwa TUHAN tidak mempedulikan hal-hal biasa, bersumber dari filsafat manusia yang salah. Filsafat bahwa TUHAN terlalu tinggi untuk menyibukkan diri-Nya dengan hal-hal duniawi memang sa ngat berpengaruh. Tapi, itu adalah filsafat yang tidak sesuai Alkitab. Filsafat ini berasal dari Plato: hanya jiwa manusialah yang penting, tubuh hanya sampah, atau penjara jiwa.45 Menurut filsafat ini, yang harus diutamakan ialah hal-hal rohani. Semua upaya duniawi atau jasmani tidak berguna, karena itu bersifat sementara saja. Filsafat seperti ini menunjukkan bahwa manusia mau lebih berhikmat dari Tuhan. Kitab Suci tidak pernah memisahkan yang jasmani dari yang rohani, karena seluruh kehidupan dalam semua bidangnya adalah kesatuan. Tuhan memberkati kita seutuhnya.
5. Penafsir TAMK juga merohanikan perumpamaan istri dengan pohon anggur yang subur dan anak-anak dengan tunas pohon zaitun. TAMK berbicara tentang anggur yang disukai manusia. Demikian pula istri menjadi kesukaan untuk suami. Tapi, perhatikan, istri tidak disebut "anggur", melainkan "pohon anggur"! Keduanya sangat berbeda. Sama halnya dengan pohon zaitun. Menurut penafsir, zaitun melambangkan daya hidup dan kelanjutannya. Mungkin penafsir TAMK beranggapan bahwa hal-hal "jasmani" itu-keluarga besar, karena istri melahirkan banyak anak yang sehat-membuat mazmur ini menjadi terlalu sederhana, sehingga mau tidak mau harus ada arti yang rohani.
6. Setuju dengan penutup tafsiran TAMK: ... kesejahteraafn pribadinya sangat terikat dengan kebahagiaan Yerusalem. Orang percaya tidak hidup sendiri, karena dia adalah anggota seluruh umat Tuhan. Bandingkan apa yang dikatakan Paulus dalam 1 Korintus 12 tentang jemaat sebagai tubuh Kristus. Di situ pun Paulus tidak membahas "hal-hal rohani" saja!
Kecuali beberapa hal, tafsiran TAMK tidak tepat. TAMK mengangkat Mazmur 128 dari kehidupan sehari-hari dan memberinya arti yang rohani: untuk dapat menerima berkat TUHAN, hendaklah orang menggunakan segala tenaga rohaninya. Padahal bukan itu pokok dan isi Mazmur 128 ini! Akibatnya, tafsiran TAMK yang hendak menunjukkan arti yang mendalam (arti spiritual atau rohani) justru menjadi terlalu dangkal.
Tafsiran Barth dan Pareira
Latar belakang penafsir Barth dan PareiraDari buku tafsiran jelas bahwa kedua penafsir ini mengikuti metode penafsiran historis-kritis. Metode ini mengacu ke Teologi Liberal yang tidak ragu-ragu mengkritik isi Kitab Suci dan yang mengabaikan inspirasi Roh Kudus. Menurut Teologi Liberal, Kitab Suci berisi
Firman TUHAN, atau bahkan bukan Firman TUHAN, melainkan pandangan/pengalaman manusia tentang Tuhan. Jika demikian, tak mengherankan bila penafsir berani mengkritik Alkitab. Informasi baruMenurut penafsir, Mazmur 128 adalah satu dari kelompok mazmur
kebijaksanaan (hikmat). Tentang hal itu, kedua penafsir menjelaskan bahwa:
"Mazmur-mazmur ini bersifat mengajar atau merenungkan salah satu tema kesayangan kebijaksanaan, seperti arti dan tempat Taurat dalam hidup seorang beriman (Mzm 1; 19:8-15; 119), penderitaan orang benar dan kebahagiaan orang fasik (Mzm 37; 49; 73), berkat bagi kepala keluarga yang takut akan Tuhan (Mzm 112; 127; 128), berkat takut akan Tuhan (Mzm 34) dan berkat persaudaraan (Mzm 133)."46
Gaya mengajar tampak dalam beberapa bentuk, antara lain dalam "seruan atau salam ’berbahagialah’ yang mengandung unsur mengajak". Dalam tafsiran Mazmur 128, penafsir menulis, "Guru kebijaksanaan hendak mengajarkan cara hidup yang baik". Artinya, ayat 1 bersifat nasihat atau pengajaran.
Dalam tafsiran Mazmur 120-nyanyian ziarah yang pertama-penafsir membahas seluruh kumpulan nyanyian kenaikan.47 Penafsir dengan tepat menjelaskan bahwa Israel biasanya menyanyikan nyanyian-nyanyian ini dalam perjalanan ke Yerusalem untuk merayakan hari raya besar di kota tersebut. Tapi, maksud perkataan penafsir bahwa 15 mazmur ziarah "mencerminkan situasi umat Yahudi yang kebebasannya terbatas, namun dapat berkumpul untuk memenuhi panggilan TUHAN," adalah kurang jelas karena penafsir tampaknya menolak "tradisi kuno" bahwa "orang buangan yang pulang ke Yerusalem adalah penyanyi pertama kelima belas syair ini"-tradisi ini bersumber dari pandangan Bapak Gereja Theodoretus, abad ke-3, berdasarkan Ezra 5:9 dan terjemahan LXX.
Menurut penafsir, isi syair ini tidak mendukung pendapat Theodoretus. Kendati demikian, dalam tafsiran atas Mazmur 128, penafsir tanpa argumentasi apa pun mengulang kata-kata tadi, "Mazmur ini mencerminkan suasana sesudah pembuangan". Sehingga tidak jelas, apakah penafsir menerima atau menolak pendapat bahwa mazmur ini ditulis pada masa sesudah pembuangan.
Penafsir menjelaskan ayat 2-4 secara konkret:
- Kenyataan bahwa orang menikmati hasil kerjanya berarti panen sukses (bnd Mrk 4:26-29), dan itu juga menunjukkan bahwa tidak ada tuan tanah, pemungut pajak/utang (bnd 2Raj 4:1), atau musuh yang mengambilnya (bnd Hak 6).
- Ia menafsirkan perkataan "baiklah keadaanmu" dengan tepat, yakni bahwa kebahagiaan tidak identik dengan kemakmuran dan kemewahan, tapi sama dengan "kecukupan". Sesuai Kitab Suci, makanan secukupnya adalah berkat TUHAN (bnd doa "Bapa Kami", "Berikanlah kami pada hari ini makanan yang secukupnya").
- Istri "di dalam rumahmu" (di bagian belakang rumah) tepat diperbandingkan dengan kebudayaan Jawa: perempuan tinggal di serambi belakang.
Dalam penjelasan ayat 5-6, penafsir dengan tepat menekankan bahwa berkat semua orang masing-masing "terjalin dengan kesejahteraan dan kebahagiaan Yerusalem". Berkat bukan "milik pribadi yang dapat dinikmati sendiri-sendiri, melainkan kebaikan yang meluas ke dalam persekutuan".
Dalam renungannya tentang mazmur ini, penafsir menulis, "Mazmur ini harus direnungkan dalam terang Firman Yesus: ’Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran/keadilannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu’" (Mat 6:33). Tukar pikiran Beberapa hal perlu dicatat:
1. Mengenai penanggalan Mazmur 128, tanpa argumentasi apa pun, kedua penafsir (Barth dan Pareira) mengikuti saja pendapat bahwa mazmur ini ditulis sesudah Pembuangan (zaman Ezra). Kemungkinan mazmur ini ditulis oleh Daud atau Salomo bahkan tidak disebut. Padahal, penanggalan pada masa Daud/Salomo jauh lebih sesuai dengan isi mazmur ini (bnd mazmur-mazmur ziarah lainnya, khususnya Mzm 127).
2. Ayat 1, menurut saya, bukan dorongan (belum merupakan fakta), melainkan ucapan selamat (fakta) yang merupakan tema seluruh mazmur.
3. Setuju dengan penjelasan ayat 2-6. Tapi, tidak diberi informasi tentang masalah "kiranya" dalam ayat 5-6 (TB), sehingga penafsir tidak menegaskan kepastian kebahagiaan dan damai sejahtera.
Penilaian atas tafsiran Barth dan Pareira Umumnya tafsiran Barth dan Pareira cukup baik, tapi agak kabur mengenai soal kanonik dan situasi/sejarah. 6.3. Lain Bantuan dari teman sekerja atau kolega biasanya diberikan secara lisan. Atau mungkin pendeta jemaat pernah berkhotbah tentang Mazmur 128, misalnya pada pemberkatan nikah (itu sangat tepat!).
Terjemahan yang telah dibuat pada awal proses penafsiran (langkah 1.1.) sekarang dapat difinalisasi dengan memperhatikan ayat 2 (kata TB "apabila" dicoret) dan ayat 5-6 (kata TB "kiranya" dicoret, dan kata "supaya" diganti dengan "dan"). Bandingkan dengan langkah 1.3; 4.1.
- Evaluasi pentingnya data-data Pada langkah 1 s/d 6 kita telah mengumpulkan dan menata secara teratur semua data yang berhubungan dengan arti Mazmur 128.
Sekarang saatnya untuk menentukan pentingnya semua informasi itu dan menatanya dalam sebuah tafsiran rinci:
Catatan 1:
Khusus untuk persiapan khotbah tentang mazmur ini (langkah 8–10), data-data yang berkaitan dengan pokok atau inti mazmur ini perlu diseleksi. Penafsiran dapat dibandingkan dengan proses mengolah makanan di dapur, sedangkan khotbah adalah makanan yang dihidangkan di meja. Ketika juru masak menghidangkan makanan, dia biasanya tidak menjelaskan panjang lebar bahan-bahan yang digunakan atau caranya memasak.
Catatan 2:
Untuk membedakan data-data yang penting dari yang kurang penting, sebaiknya bacalah sekali lagi semua catatan tentang langkah 1 s/d 6. Perhatian: berilah tanda * (bintang) atau ! (tanda seru) di pinggir kertas di mana ada data penting. Lihat di bawah, daftar hal-hal yang, menurut saya, penting.
- Tafsiran Mazmur 128Nyanyian ziarahSama seperti nyanyian-nyanyian ziarah lainnya, Mazmur 128 dinyanyikan pada waktu kaum Israel berjalan ke kota Yerusalem untuk merayakan pesta bagi TUHAN yang sudah melepaskan mereka dari penindasan di Mesir (Pesta Paskah) dan yang memelihara mereka di padang gurun (Pesta Pondok Daun). Inilah TUHAN yang mengadakan perjanjian dengan Israel di Pegunungan Sinai (Pesta Tujuh Minggu). TUHANlah Allah mereka yang selalu memberkati mereka. Itu sebabnya Israel keluar dari kampung dan kota mereka masing-masing untuk "naik" ke Yerusalem setahun tiga kali (istilah "ziarah" adalah terjemahan kata bahasa Ibrani hamaalot (bentuk jamak) yang berarti "pendakian-pendakian" atau "perjalanan-perjalanan ke atas"). Dari jauh mereka telah melihat Bait Suci di atas Bukit Sion.
Sion adalah tempat tinggal TUHAN. Dari situlah Ia memberkati seluruh Israel (ay 5). Berkat TUHAN itu telah mereka alami.
Mereka datang ke Yerusalem sebagai orang yang berbahagia-itu bukan harapan, melainkan fakta-dengan membawa hulu hasil dari jerih payah tangan mereka. Hulu hasil itu akan mereka serahkan kepada TUHAN yang selalu memelihara mereka (bnd Kel 23:14-19; Im 23:1-43; Bil 28:16-29; Ul 16:1-17). Pada Pesta Paskah mereka membawa hasil pertama jelai; pada Pesta Menuai (Pesta Tujuh Minggu = Pentakosta) mereka membawa hulu hasil gandum; dan pada Pesta Pondok Daun mereka membawa hulu hasil buah-buahan.
Mereka bersyukur kepada TUHAN, karena Dia telah memberi kemakmuran kepada mereka. Isi Mazmur 128 sangat cocok dengan perayaan Pesta Pondok Daun karena dalam nyanyian ini disebut pohon anggur dan pohon zaitun. Setelah memetik tandan buah anggur dan buah zaitun serta me merasnya, gudang mereka kemudian penuh dengan air anggur dan minyak zaitun. TUHAN benar-benar memberi hasil yang berlimpah.
Alangkah indahnya perumpama an yang menggambarkan istri dan anak-anak seperti dua pohon yang biasanya menghasilkan buah yang tidak terhitung itu. Kedua pohon itu menentukan kemakmuran umat Israel.Waktu penulisanTidak jelas kapan persisnya Mazmur 128 ditulis dan oleh siapa.
Karena isinya sangat mirip dengan Mazmur 127 yang ditulis oleh Salomo, dan juga berkaitan erat dengan beberapa nyanyian ziarah yang ditulis oleh Daud, maka mazmur ini paling tepat ditarikhkan kepada zaman yang sama, yaitu pada masa pemerintahan Daud dan Salomo. Kendati demikian, banyak penafsir-misalnya Barth dan Pareira-yang berpendapat bahwa Mazmur 128 berasal dari zaman setelah Pembuangan (zaman Ezra/Nehemia). Sayangnya mereka tidak memberi argumentasi atau bukti untuk itu. Padahal, untuk menarikhkan mazmur ini pada zaman Daud/Salomo terdapat argumentasi yang cukup kuat. Hubungan mazmur ini dengan Penahbisan Bait Suci di Yerusalem pada masa pemerintahan Raja Salomo sangat masuk akal (1Raj 8). Pergaulan perjanjianMazmur ini merupakan "nyanyian perjanjian" tentang berkat yang diberikan oleh TUHAN (Yahweh) kepada umat-Nya yang "takut akan TUHAN". Hal ini juga kita baca antara lain dalam Kitab Ulangan. Dalam Ulangan 8:6-10 Nabi Musa berkhotbah kepada umat Israel yang siap untuk memasuki Tanah Kanaan, sebagai berikut:
"Oleh sebab itu haruslah engkau berpegang pada perintah TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan dengan takut akan Dia. Sebab TUHAN, Allahmu, membawa engkau masuk ke dalam negeri yang baik, suatu negeri dengan sungai, mata air, dan danau, yang keluar dari lembah-lembah dan gunung-gunung; suatu negeri dengan gandum dan jelainya, dengan pohon anggur, pohon ara, dan pohon delimanya; suatu negeri dengan pohon zaitun dan madunya; suatu negeri, di mana engkau akan makan roti dengan tidak usah berhemat, di mana engkau tidak akan kekurangan apa pun; suatu negeri, yang batunya mengandung besi dan dari gunungnya akan kau gali tembaga. Dan engkau akan makan dan akan kenyang, maka engkau akan memuji TUHAN, Allahmu, karena negeri yang baik yang diberikan-Nya kepadamu itu."
Dalam Ulangan 28, pemberitaan tentang berkat TUHAN itu diulangi lagi. Tapi, ada syaratnya: "Jika engkau baik-baik mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan dengan setia segala perintah-Nya ...." Dan, "Segala berkat ini akan datang kepadamu dan menjadi bagianmu, jika engkau mendengarkan suara TUHAN, Allahmu: ...." Lalu dijelaskan bahwa akan datang kutuk sebagai pengganti berkat jika Israel tidak mendengarkan suara TUHAN.
Hasil kerja mereka akan dimakan orang lain, keluarga akan dibunuh habis, dan seterusnya (bnd Ul 7:12-26; 11:8-32).
Pergaulan perjanjian antara TUHAN dan umat-Nya selalu mempunyai dua sisi: janji dan tuntutan. Nyata dari sejarah Israel bahwa mereka tidak selalu setia menaati perintah TUHAN, sehingga mereka benar-benar dihukum dengan kelaparan, kematian, perang, dan berbagai malapetaka lainnya. Kitab Raja-raja dan Tawarikh menjelaskan bahwa kaum Israel malas berziarah ke Yerusalem karena mereka percaya bukan hanya kepada TUHAN tapi juga kepada banyak dewa-dewi. Sesudah perpecahan kerajaan, Israel Utara bahkan dilarang berziarah ke Yerusalem. Raja Yerobeam mendirikan bagi mereka pusat-pusat ibadah di Betel dan di Dan dan menyuruh mereka senantiasa melayani TUHAN di sana (1Raj 12-13). Nehemia 8:18 memberitahukan bahwa Pesta Pondok Daun tidak dirayakan sejak zaman Yosua! Semua penyanyi Mazmur 128 mengerti bahwa kebahagiaan dan berkat TUHAN tidak diperoleh secara otomatis, sebab hal itu terkait dengan kesetiaan mereka sebagai anak TUHAN.
Namun Mazmur 128 tidak menunjukkan hal "takut akan TUHAN" sebagai syarat yang harus dilaksanakan lebih dahulu, baru kemudian TUHAN memberi berkat-Nya. Kenyataannya, "setiap orang" sudah takut akan TUHAN dan sudah berbahagia serta diberkati. Hal "takut akan TUHAN" adalah akibat dalam bentuk fakta. TUHAN berprakarsa sebagai yang pertama. Dia memberi berkat yang
----------- TUHAN/Yahweh -----------
MEMBERKATI ↓ ↑ MENAATI
----------- umat Israel -----------
beraneka ragam. Kemudian Israel meresponsnya de ngan kesetiaan dan kepercayaan. Dalam perjanjian-Nya, TUHANlah yang bertindak: Dia memberi janji-janji kepada umat-Nya. Lalu umat Israel percaya. Selanjutnya, karena percaya (sebagai syarat) mereka diberkati lagi oleh TUHAN. Dan karena itu, mereka tetap percaya. Hubungan atau pergaulan perjanjian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Mazmur ini melukiskan realitas kebahagiaan bagi setiap orang yang takut akan TUHAN: dia sedang berada dalam keadaan bahagia itu (bnd Rm 5:1-2). Dia orang yang beruntung. Pemberian berkat oleh TUHAN ditekankan sebagai hal yang tidak dapat diragukan. Mazmur ini menegaskan kepastian berkat TUHAN (lih ay 4: "Sesungguhnya demikianlah ...").PembagianMazmur 128 dapat dibagi sebagai berikut:
1. Ucapan Berbahagialah setiap orang yang takut akan TUHAN, karena berkat-Nya. | (1) |
2. Penjelasan | (2-6) |
2.1. a. Berkat atas kerja tanganmu b. Ucapan bahagia diulang: ENGKAU |
(2) |
2.2. a. Berkat atas keluargamu b. Ucapan bahagia diulang: Setiap orang laki-laki |
(3) (4) |
2.3. a. Berkat atas engkau/keluargamu dalam keseluruhan umat Israel b. Ucapan bahagia diulang: Israel |
(5/6a) (6b) |
Kemungkinan besar para penyanyi menyanyikan mazmur ini secara bergantian. Semuanya (paduan suara) menyanyikan ucapan bahagia yang kemudian diulang sebagai refrein (bagian b), sedangkan pemimpin nyanyian khusus menyanyikan ketiga sampiran tentang berkat TUHAN (bagian a). Bandingkan dengan cara orang Papua Selatan menyanyi: satu orang memimpin nyanyian, lalu semuanya mengangkat refrein: "Woh, woh, woh!"
Ayat 1 mengandung pokok mazmur ini: ucapan bahagia kepada orang yang percaya kepada TUHAN dan yang hidup setia dalam perjanjian-Nya. Beruntunglah dia karena TUHAN pasti memberkatinya. Kemudian dalam ayat 2-6 ucapan ini dijelaskan secara konkret.
Kebenarannya dibuktikan.
1. Ucapan: Berbahagialah setiap orang yang takut akan TUHAN karena berkat-Nya (1)
Berbahagialah ... Mazmur ini dibuka dengan ucapan "Selamat berbahagia!" Arti kata "berbahagia" ialah beruntung, sejahtera, makmur. Orang yang berbahagia adalah yang berada dalam keadaan baik dan tenteram. Ia sentosa. Hidupnya tenang dan baik-baik. Tidak ada kekurangan atau kesusahan, tidak ada kelaparan atau kesakitan, kematian atau perang. Semuanya dalam keadaan baik.
Ada mazmur-mazmur lain yang mulai dengan perkataan yang sama, misalnya:
- Mazmur 1: "Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik ... tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN";
- Mazmur 32: "Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi";
- Mazmur 112: "Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya";
- Mazmur 119: "Berbahagialah orang-orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat TUHAN".
Dalam Kitab Amsal, kata "berbahagialah" juga muncul berulang kali. Dan Tuhan Yesus juga, dalam khotbah-Nya di bukit, mengatakan "berbahagialah" untuk semua orang yang dengan rendah hati percaya kepada TUHAN (Mat 5).48
Setiap orang yang takut akan TUHAN. Ucapan bahagia dalam ayat 1 berlaku untuk setiap orang yang takut akan TUHAN. Tidak seorang pun yang dikecualikan. Nanti dalam ayat 2 "alamat" ucapan bahagia itu diarahkan secara konkret kepada "engkau". Sudah jelas: "engkau" adalah satu dari "setiap orang" itu. Lalu: "engkau" sebagai orang Israel, anak perjanjian, warga umat TUHAN. Tentang setiap orang itu dikatakan bahwa ia "takut akan TUHAN". "yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan TUHAN." TL lebih tepat menerjemahkan: "yang berjalan pada jalan TUHAN". KB BIS lebih bersifat keterangan ketimbang terjemahan: "... hidup menurut perintah Allah". Yang dimaksud di sini ialah percaya. Kata "takut akan TUHAN" menunjukkan sifat orang percaya yang hidup saleh dan setia kepada hukum-hukum TUHAN. Dia memenuhi semua "tuntutan" perjanjian TUHAN. Artinya, ia berjalan pada jalan TUHAN. Dalam segala kelakuannya dia hidup sesuai Firman Allah. Yang menerima ucapan bahagia ini adalah orang yang hidup tenang dan baik dalam hubungan akrab dengan TUHAN. Dengan menggunakan kata-kata Yesus dalam Matius 6:33, dia "mencari Kerajaan Allah." Karena itu ia tidak mengkhawatirkan bahaya apa pun. Ia hidup aman di bawah perlindungan TUHAN. Keadaan orang percaya sungguh luar biasa!
2. Penjelasan: Berkat TUHAN bagi engkau dalam keseluruhan keluarga dan Israel (2-6)
Dalam ayat 2-6 diberi bukti bahwa ucapan bahagia itu benar dan tak mungkin diragukan. Mengapa setiap orang percaya dikatakan orang yang berbahagia? Karena TUHAN (telah) memberinya banyak berkat. Semua orang dapat melihat itu dengan mata kepalanya sendiri: makanan di mejanya cukup, keadaan keluarganya baik, dapat beribadah kepada TUHAN di Yerusalem, tidak ada gangguan seperti perang atau penyakit, hidupnya panjang sehingga ia dapat melihat anak cucunya. Dalam semua bidang hidupnya, dia senang.
Banyak bukti yang meyakinkan bahwa TUHAN pasti memberikan berkat-Nya kepada setiap orang yang takut akan Dia.
Mazmur memberi tiga contoh tentang berkat TUHAN kepada setiap orang yang takut akan Dia. Setiap contoh itu diaminkan dengan pengulangan ucapan bahagia itu.
Karena ... (ay 2). TB LAI berbunyi: "Apabila engkau memakan ..."
Tapi TL lebih tepat: "Karena ... dan ...." Dalam ayat 2-6 diberi pen jelasan tentang alasan-alasan yang mengokohkan ucapan bahagia dalam ayat 1. Kata "karena" tidak hanya terikat pada "memakan hasil kerja" dalam ayat 2, melainkan juga pada berkat-berkat lain yang disebut dalam ayat 3 dan 5.
Memakan hasil jerih payah tanganmu .... Berkat yang pertama disebut adalah berkat dalam bidang kerja. Kebanyakan orang Israel bekerja sebagai petani. Mereka mengolah ladang dan kebun. Petani bekerja keras agar memperoleh hasil yang memuaskan. Kerja ta ngan nya membuatnya sangat berkeringat (akibat dosa, Kej 3:17-19). Memperoleh hasil kebun/ladang adalah kepentingan utama manusia. Bagaimana kalau nanti tidak ada makanan dan minuman untuk dirinya serta keluarganya? Kelaparan dan kehausan adalah malapetaka yang paling dahsyat. Petani sering susah karena hama belalang atau binatang lain yang menghabiskan hasil ladang, atau gerombolan musuh datang merampas semuanya. Padahal ia kadang telah berutang kepada orang lain yang nanti menuntut seluruh hasil ladangnya. Apalagi, ia mungkin menanam dan merawat banyak jenis tanaman, tapi hasilnya tidak berada dalam kuasanya. Dia tidak dapat mengatur sinar matahari dan hujan. Dia hanya bisa menunggu (bnd Mzm 127:3; Mrk 4:26-29).
Maka kalau dapat memanen hasil dan memasukkannya ke dalam gudang, dia orang yang paling bersyukur, karena hidupnya terjamin: ada makanan! Untuk orang yang takut akan TUHAN tidak sulit melihat tangan TUHAN dalam panen tersebut. Inilah berkat besar: TUHANlah yang menjamin kelangsungan hidup setiap orang percaya. Ada buktinya: gudang penuh! Persiapan untuk waktu mendatang, cukup! Tersedia makanan secukupnya (Doa "Bapa Kami").
Terjemahan TL di sini mengatakan: "... engkau akan mengenyang- kan dirimu." Kata "mengenyangkan" lebih jelas dari "memakan".
Kata "memakan" hanya menunjukkan adanya makanan, sedangkan kata "mengenyangkan diri" menunjukkan kecukupan, bahkan kelimpahan. Kalau makanan cukup, maka tidak ada kekurangan, tapi mungkin juga tidak ada sisa. Tapi, kalau makanan berlimpah, pasti ada sisa. Jika demikian, berkat TUHAN lebih nyata lagi.
Baiklah keadaanmu! Ucapan bahagia dalam ayat 1 diulangi, tapi dengan satu perbedaan penting: "Berbahagialah engkau!" "Setiap orang" kini diganti dengan kata "engkau". Ucapan bahagia ini jelas sekali diarahkan kepada saya sendiri sebagai orang percaya yang mendengar/membaca mazmur ini. Setiap pembaca disapa, satu demi satu. Penerapan itu diteruskan dalam ayat-ayat berikutnya: ke adaanmu, istrimu, anak-anakmu, seumur hidupmu, anak-anak dari anak-anakmu. Istilah "setiap orang" masih agak umum. Memang artinya dibatasi oleh keterangan "yang takut akan TUHAN". Tapi, di kalangan orang percaya, ucapan bahagia dialamatkan kepada setiap orang, satu demi satu: engkau, engkau, dan engkau. Setiap penyanyi dan pembaca boleh menyadari dan mengaku bahwa kata-kata Mazmur 128 adalah untuk "saya". Dengan demikian mazmur ini menjadi salah satu pengakuan iman yang sangat indah.
Kata-kata "baiklah keadaanmu" berarti tidak ada kekurangan apa pun. Semuanya serba baik.
Perlu disebut satu hal lagi. Ada yang menyangkal bahwa TUHAN mempedulikan hal-hal sederhana dan jasmani, seperti makanan dan minuman. Menurut mereka, TUHAN tidak mau sibuk dengan hal-hal duniawi dan alami demikian. Yang diutamakan TUHAN adalah hal-hal rohani. Jiwa manusia adalah pokok perhatian TUHAN. Akibat dari pikiran demikian adalah bahwa penafsir akan merohanikan mazmur ini. Lihat umpamanya tafsiran dalam Tafsiran Alkitab Masa Kini (TAMK) yang menarik kesimpulan dari ayat 2, bahwa kita yang beristirahat dalam Allah (?) harus menggunakan segala tenaga rohani (daya spiritual) agar dapat menerima keadaan bahagia itu. Padahal, dari seluruh Alkitab jelas bahwa TUHAN sungguh-sungguh memberkati orang percaya juga dalam bidang kehidupan yang paling biasa dan rendah. Makanan di meja adalah berkat dari TUHAN. Dalam buah yang kita makan, dalam air yang kita minum, boleh, bahkan hendaklah kita melihat kebaikan TUHAN terhadap kita dan umat-Nya.
Makanan penting sekali untuk manusia. Makanan adalah kebutuhan dasar setiap orang. Ini langsung berhubungan dengan keadaan keluar ga. Setiap orang ingin memperoleh keturunan agar namanya tidak lenyap dan kehidupannya terjamin. Hal ini juga penting bagi orang Israel dan itu terkait dengan janji yang diberikan TUHAN kepada Abraham. Kelestarian keturunan adalah berkat kedua TUHAN dalam mazmur ini.49
Istrimu seperti pohon anggur yang subur di dalam rumahmu.
Orang yang takut akan TUHAN (engkau!) adalah orang bahagia karena keluarganya juga baik. Dia mempunyai istri yang baik, yang melahirkan banyak anak. Inilah yang dimaksud dengan perumpamaan istri seperti pohon anggur yang subur. Pohon anggur yang dirawat dengan baik oleh pemiliknya akan menghasilkan tandan-tandan besar setiap tahun. Jumlah buahnya tidak terhitung. Dengan demikian, istri yang dipelihara oleh suaminya (artinya: kehidupan perkawin an sesuai hukum TUHAN) akan berbuah banyak. Keluarga akan menjadi besar (lih di bawah, Anak-anakmu seperti ...).
Kata-kata "di dalam rumahmu" hanya dapat dimengerti kalau kita mengetahui bentuk dan keadaan rumah orang Israel. Biasanya mereka membangun rumah seperti benteng. Keempat tembok tinggi melindungi rumah dari setiap kemungkinan bahaya. Jendela-jendelanya kecil saja. Orang dapat keluar masuk rumah hanya melalui pintu. Di dalam rumah terdapat halaman terbuka yang dikelilingi oleh kamar-kamar, kandang, dan gudang. Di halaman biasanya ditanam satu/dua pohon anggur di dekat dinding. Sering juga ada pohon zaitun, di mana orang dapat beristirahat di bawah naungan daunnya yang rindang. Halaman inilah yang disebut "pedalaman rumah". Tempat ini aman dan terlindung. Istri dan anak-anak tinggal di sini. Tak ada kejahatan atau kesusahan yang dapat mengganggu istri yang subur itu. Bandingkan kebiasaan berbagai suku di Indonesia di mana perempuan tinggal di serambi belakang rumah.
Anak-anakmu seperti tunas pohon zaitun di sekeliling mejamu.
Yang dimaksud ialah anak-anak laki-laki. Merekalah yang melanjutkan nama keluarga dan suku, sedangkan anak perempuan akan meneruskan nama keluarga suaminya.
Perumpamaan anak-anak dengan tunas pohon zaitun sangat cocok, sama seperti perumpamaan istri dengan pohon anggur yang subur. Ketika pohon zaitun yang berumur panjang (ada yang usianya lebih seribu tahun) ditebang maka pangkalnya akan mengeluarkan tunas-tunas baru. Pohon itu tak dapat "dibunuh". Tunas baru selalu muncul di sekeliling pangkalnya. Bandingkan pohon sagu atau pisang. Ketika pohon induk ("bapak") kering dan mati, sudah ada tunas-tunas ("anak-anak") yang menjamin kelanjutan hidup pohon itu. Tak ada akhir bagi keturunannya.
Sama seperti tunas-tunas zaitun tumbuh di sekeliling pokoknya, demikian pula anak-anak duduk di sekeliling meja makan. Pada siang hari anak-anak barangkali ke luar untuk bermain atau belajar, tapi pada saat jam makan seluruh keluarga berkumpul dan duduk di sekeliling meja. Alangkah indahnya ketika ayah dan ibu melihat anak-anak mereka makan dan minum. Mereka sehat dan kuat. Jumlahnya banyak. Tak ada yang meninggal dunia. Ini harapan untuk masa depan. Keturunan memberi kebahagiaan kepada orang tua. Anakanak lelaki ini kemudian akan memperoleh keturunan lagi (ay 6).
Kedua berkat ini, persediaan rezeki di gudang dan keluarga yang sehat, adalah jaminan kebahagiaan. Ini "untung" besar untuk setiap laki-laki yang percaya. Syukur kepada TUHAN untuk anugerah-Nya yang tidak terbatas. Di sini para pembaca mengingat "mandat budaya" yang diberikan Allah kepada manusia: berkuasa atas langit dan bumi, dengan cara "memenuhi langit dan bumi" dan "mengusahakan langit dan bumi" (Kej 1).
Sesungguhnya demikianlah .... Diulang lagi ucapan bahagia ayat 1: laki-laki ("engkau") yang mempunyai istri yang kuat dan subur dan yang memiliki anak-anak yang sehat, yang semuanya takut akan TUHAN, adalah yang paling beruntung! Janganlah meragukan berkat-berkat ini! Kepastian berkat TUHAN ditekankan dua kali lipat: "sesungguhnya" dan "demikianlah". Orang percaya hendaknya tidak meragukan berkat TUHAN. Janganlah ia putus asa. Janganlah kehilangan kesabaran. Karena janji TUHAN pasti dan benar.
Berkat TUHAN bukan tipuan, melainkan kepastian dan kebenaran.
Sebelumnya kita telah melihat orang percaya dengan kerja tangannya, kemudian di lingkungan keluarga. Sekarang dia ditempatkan kembali dalam keseluruhannya, yaitu sebagai warga umat perjanjian TUHAN. Dialah orang Israel, atau dengan istilah PB: dia anggota Gereja Yesus Kristus (bnd 1Kor 12: setiap orang Kristen adalah anggota tubuh Kristus).
Baru dalam keseluruhan Israellah setiap orang percaya mencapai puncaknya sebagai anak TUHAN. Ada banyak lingkungan hidup, seperti keluarga, marga, suku, bangsa, dan rakyat. Tapi, ling kungan yang paling bahagia adalah umat perjanjian TUHAN.
Berkat yang diberikan TUHAN dalam bidang kerja: bagus! Syukur kepada TUHAN! Berkat yang diberikan-Nya dalam bidang keluarga: indah sekali. Segala syukur untuk TUHAN! Tapi semuanya itu belum berarti jika tidak dipandang dalam keseluruhan umat TUHAN.
Berkat TUHAN datang dari Sion, tempat tinggal TUHAN di tengah-tengah umat-Nya. Bagaikan sumber mata air besar, dari situ berkat Tuhan mengalir kepada semua warga umat Israel (bnd Yeh 47:1-12).
Pastilah TUHAN memberkati engkau .... Berkat yang diberikan TUHAN kepada setiap warga umat perjanjian-Nya adalah pasti dan tak mungkin diragukan. Buktinya sudah nyata dalam kehidupan setiap orang yang takut akan TUHAN. Tentu saja dia dapat menyebut semua berkat yang telah diterimanya dari tangan TUHAN.
Tapi, dengan kata kiranya, TB menganggap ayat-ayat terak hir Mazmur 128 ini sebagai doa atau permohonan yang belum dikabulkan oleh TUHAN. Bila berkat TUHAN sedang dinantikan, berarti berkat itu belum diterima. Dalam bahasa aslinya, ayat-ayat ini bukan lah doa. Ini bukan berarti orang percaya tidak perlu berdoa untuk menerima berkat TUHAN. Kita tetap perlu berdoa. Tapi, mazmur ini menekankan kepastian berkat yang telah atau sedang diberikan oleh TUHAN. Dalam TB, kata "kiranya" atau "semoga" adalah tambahan. TL tepat menerjemahkan: "Maka ..." yang sama artinya dengan "pasti".
Dari Sion. Berkat yang diberikan TUHAN berasal dari Sion, di mana Bait Suci berada. Sion adalah tempat tinggal TUHAN. Ke situlah semua orang Israel berziarah dengan hati yang senang untuk bersyukur kepada TUHAN (Mzm 122). Mengenai kepercayaan mereka, mereka merasa diri sama seperti Gunung Sion yang tidak goyang (Mzm 125). Di sana juga para imam meletakkan berkat TUHAN ke atas mereka (Mzm 134; bnd Bil 6:24-27).
Sion adalah pusat kehidupan seluruh Israel, jantung yang memberi jaminan hidup kepada setiap mereka. Sion adalah sumber segala berkat TUHAN. Ratusan ribu orang percaya berkumpul di sana untuk beribadah kepada TUHAN. Tidak ada satu orang pun yang tidak menerima berkat TUHAN. Dengan berkat itu dia pulang ke kampung atau ke kotanya untuk melanjutkan kehidupannya sehari-hari. Nama TUHAN telah diucapkan di atasnya. Lalu kehidupan berlangsung terus seperti biasa. Dia bekerja lagi di ladang; dia memelihara keluarganya. Dalam semuanya itu dia menyadari bahwa ia pasti memperoleh berkat TUHAN. Dia mengaku, "Aku orang berbahagia, karena seluruh kehidupan dan kerja saya berada di bawah perlindungan Nama TUHAN."
Melihat kebahagiaan Yerusalem. Kini kata pertama dalam ayat 1, "Berbahagialah ...", mendapat arti yang sesungguhnya. Orang yang takut akan TUHAN adalah orang berbahagia karena ia terikat pada Yerusalem yang berbahagia. Yerusalem berbahagia, dia berbahagia.
Yerusalem adalah ibu kota umat Israel. Tempat kediaman Raja atas segala raja. Ketika seseorang melihat kemakmuran Yerusalem, dia melihat kebaikan TUHAN. Yerusalem adalah tempat kehadiran TUHAN. TUHAN ada di situ sesuai Nama-Nya: Yahweh. Melalui Yerusalem setiap orang percaya mengalami kehadiran TUHAN dalam seluruh hidupnya: Immanuel.
Seumur hidupmu. Ketika orang percaya melihat kebahagiaan Ye rusalem itu seumur hidupnya, dari masa mudanya sampai hari tuanya, dia orang yang selalu hidup dalam keadaan damai. Perjalanan ke Yerusalem dapat terhambat oleh musuh-musuh yang datang merampas kota dan ladang kaum Israel. Atau mungkin malapetaka lain terjadi. Tapi, rupanya malapetaka itu tidak ada: jalan menuju Yerusalem selalu terbuka.
Keadaan dapat berubah ketika kaum Israel tidak lagi percaya kepada TUHAN dan tidak lagi pergi ke Bait Suci untuk bersyukur kepada TUHAN. Banyak contoh dalam sejarah Israel yang menjelaskan bagaimana mereka menarik diri dari TUHAN. Raja-raja Israel-Utara misalnya melarang kaum Israel berziarah ke Yerusalem. Orang Israel sendiri tidak lagi bersemangat untuk pergi ke Bait Suci karena mereka tidak lagi mengutamakan TUHAN dalam kehidupan mereka. Akibatnya, TUHAN meninggalkan Yerusalem (Yeh 10). Dan kota Yerusalem dirubuhkan. Lihat juga Amsal 1:7!
Melihat anak-anak dari anak-anakmu laki-laki. Orang yang sempat melihat cucunya adalah yang mencapai usia lanjut. Menjadi tua adalah berkat besar. Apalagi kalau ia melihat penerus namanya. TUHAN memberi anak kepada anaknya, dan seterusnya, sehingga mereka bersama-sama merupakan umat TUHAN, persekutuan orang kudus.
Damai sejahtera atas Israel! TUHAN memberi berkat-Nya kepada setiap orang yang takut akan Dia. Karena "setiap orang" adalah warga umat Israel maka seluruh Israel diberkati. Seluruh bangsa berada dalam keadaan berbahagia atau damai sejahtera. Kata bahasa Ibrani syalom (= "salam" atau "selamat") menunjukkan ketenteraman dan keseimbangan dalam semua bidang kehidupan.
Dengan demikian, umat TUHAN mencapai perhentian yang telah dijanjikan-Nya kepada Musa dan sebelumnya kepada Abraham. Semua janji TUHAN digenapi. Damai sejahtera diberikan untuk keturunan Abraham di tanah pusaka yang diberikan TUHAN. Bukan karena "setiap orang yang percaya" itu layak dan baik, melainkan karena anugerah TUHAN yang besar.
- Kadang seolah-olah orang percaya terus mengalami kesusahan, sedang kan yang tidak mau mengikuti TUHAN berbahagia (bnd Mzm 73). Lalu orang menyimpulkan bahwa Allah orang Kristen itu pemarah dan dendam. Tapi, benar perkataan Daud, "Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Dia akan bertindak; Dia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang" (Mzm 37:5-6).
- Jadi, janganlah kita mempersalahkan orang yang panennya tidak berhasil, atau yang tidak menikah dan tidak memperoleh anak, atau yang meninggal pada usia muda. Orang yang takut akan Allah pasti akan menerima berkat-Nya. Mazmur 128 hanya menyebut beberapa berkat saja. Orang yang tidak mau percaya, awaslah, karena TUHAN sungguh-sungguh akan menghukumnya, walaupun dia kini hidup makmur. Juga, janganlah menyimpulkan bahwa orang yang tidak punya anak pasti karena ia telah melanggar hukum TUHAN. Pikiran TUHAN lebih tinggi dari pikiran kita manusia. Dia memanfaatkan kesulitan bukan (hanya) untuk menghukum, melainkan (juga) untuk memperkuatkan iman orang percaya, melalui pengujian. Orang yang takut akan TUHAN tidak perlu mengkhawatirkan hidupnya.
Sebaliknya, dia boleh berbahagia dalam TUHAN. Mungkin hari ini belum, tapi besok atau besok lusa pasti. Ditambah lagi, ada janji tentang hidup kebahagiaan yang kekal (Ibr 4).
- Yang diutamakan dalam Mazmur 128 ialah keseluruhan Israel. Setiap warga umat perjanjian TUHAN tentunya diberkati dalam/melalui warga yang lain. Suami-istri yang tidak memperoleh anak diberkati dalam keluarga orang lain. Orang percaya berbahagia dan makmur bersama-sama.
- Semua berkat TUHAN berkaitan dengan "mandat budaya" (Kej 1) dan kejatuhan manusia ke dalam dosa (Kej 3).
Tidak ada. Seluruh mazmur sudah jelas artinya dalam konteksnya.
Inti Mazmur 128 dapat diringkaskan dalam satu kalimat:
"Selamat berbahagia!" untuk setiap orang
yang takut akan TUHAN!
1. Dia diberkati dalam kerjanya;Mazmur 128 sudah berdampak besar pada masa mazmur ini ditulis, dan masih sangat berarti bagi umat TUHAN masa kini, karena menekankan ketergantungan seluruh hidup manusia pada berkat TUHAN. Selanjutnya, mazmur ini menegaskan bahwa berkat-berkat TUHAN pasti akan diberikan-Nya kepada setiap orang yang "takut akan Dia". Akhirnya, kebahagiaan setiap orang percaya berkaitan dengan kebahagiaan Yerusalem, tempat tinggal TUHAN. Pada masa PB, tempat tinggal itu adalah jemaat.
Pada awal abad ke-21, keadaan di banyak wilayah dunia sulit.
Khususnya Indonesia mengalami banyak kesulitan dalam bidang ekonomi dan politik. Setelah krisis moneter (1998), negara kita semakin merosot ke dalam jurang penderitaan. Dalam bidang kehidupan beragama juga banyak kesulitan. Seakan-akan Pancasila tidak lagi menjadi pemersatu bagi semua warga negara atas dasar solidaritas, toleransi, dan sikap saling menghormati. Sebaliknya, yang menonjol adalah radikalisasi dan fundamentalisme. Khususnya agama-agama minoritas mengalami penindasan dari pihak mayoritas.
Banyak gereja dibakar dan orang Kristen di berbagai wilayah yang mayoritas Kristen dipaksa untuk masuk agama lain. Terorisme, seperti yang terjadi di Bali, Oktober 2002, juga berkaitan dengan masalah agama. Sampai sekarang dampaknya masih terasa. Karena itu orang jadi takut, gelisah, dan depresif. Masa depan seperti kabut gelap yang akan mendatangkan hujan deras dan guntur dahsyat.
Melihat dan membayangkan semua kesulitan itu, orang bertanya: "Di manakah Tuhan yang memberi berkat kepada orang yang takut akan Dia?" Apakah Tuhan tidak memerintah lagi atas seluruh langit-dan-bumi? Atau mungkin Dia memberi hukuman karena ketidakpercayaan dunia?
Pada waktu yang sama, ada juga wilayah dunia lainnya yang mengalami kemakmuran dan kemewahan. Mereka sudah mampu mengurus kehidupan dalam segala bidang. Orang di sana tidak lapar, tidak kekurangan uang, hidup mewah, sehat, dan sebagainya. Di wilayah-wilayah itu orang tidak bertanya "Di manakah Tuhan?", tapi sebaliknya, mereka menyatakan bahwa mereka tidak membutuhkan Tuhan. Dunia modern telah meniadakan Allah yang hidup. Tapi, di tengah-tengah mereka hiduplah orang Kristen yang sungguh-sungguh takut akan Tuhan dan yang menerima segala kebahagiaan sebagai berkat besar dari tangan Tuhan. Namun, mereka mengalami kesulitan dari pihak orang yang tidak percaya. Mereka diolok-olok sebagai orang yang ketinggalan zaman, kuno. Kaum ateis dan ateistis berusaha meniadakan gereja dan agama, karena mereka beranggapan dapat menjadi bebas dan merdeka kalau kedua lembaga itu dihapus. Baik di Amerika Utara maupun di Eropa, kaum ateis berusaha menghapuskan segala unsur kekristenan dari kehidupan umum.
Di dunia seperti itu, hiduplah jemaat Kristus. Tapi, justru dalam segala penindasan dan ejekan itu gereja hendaknya mempertahankan iman kepada Tuhan serta tetap mengaku bahwa Tuhan sungguh-sungguh memelihara dan memerintah langit-dan-bumi, sesuai providensi-Nya. Dengan demikian, semua orang yang menolak Tuhan akan merasa akibatnya: hidup mereka tidak berguna.
Akhirnya, berkat berganti kutuk (Mzm 73).
Di dunia masa kini, terdapat banyak gereja. Ada gereja yang menyesuaikan diri dengan ideal-ideal dunia. Cara hidup mereka tidak berbeda dari cara hidup orang duniawi. Tapi, ada juga yang menentang dunia dan yang setia "berjalan pada jalan TUHAN" (Mzm 128:1). Bagaimanapun, semua orang Kristen dalam gereja mereka masing-masing menikmati kebahagiaan atau sebaliknya menderita kesulitan. Sering orang Kristen berkesimpulan bahwa kebahagiaan dan kemakmuran adalah akibat perilaku mereka yang baik, sedangkan kesulitan yang mereka alami-misalnya sakit parah, kematian keluarga atau kelaparan-berarti Tuhan memarahi dan menghukum mereka. Atau mereka berpendirian bahwa Tuhan tidak mempedulikan kehidupan mereka, semua kebaikan dan kesulitan terjadi kebetulan saja atau merupakan nasib yang tak mungkin dihindari.
Ada juga orang percaya yang tepat menginterpretasikan segala kesulitan bukan sebagai hukuman, melainkan sebagai ujian dari Tuhan demi pertumbuhan imannya. Dan segala kebahagiaan mereka anggap sebagai berkat Tuhan yang tak layak mereka terima.
Mereka sadar bahwa seluruh hidup mereka berada di dalam tangan kuasa Tuhan. Baik dalam persekutuan jemaat maupun dalam kesatuan keluarga dan juga dalam kehidupan pribadi, mereka melihat kehadiran Tuhan. Dengan demikian kesulitan besar dapat ditafsirkan sebagai berkat Tuhan! Tuhanlah yang memelihara mereka (bnd Mat 6:25-34; Luk 6:20-26).
Sering terjadi bahwa Mazmur 128 dikutip karena alasan konkret dalam kehidupan orang Kristen misalnya wisuda, kelahiran anak, perayaan hari ulang tahun pernikahan, atau penahbisan gedung gereja baru. Atau mungkin karena hal yang biasa saja, misalnya dapat bangun sehat dan segar pada pagi hari serta tersedia makanan secukupnya.
Lihat langkah 3 dan 7.2., mengenai hubungan Mazmur 128 dengan Pesta Pondok Daun (pesta panen buah-buahan/peringatan kehidupan orang Israel di padang gurun) dan khususnya dengan Penahbisan Bait Suci di Yerusalem pada masa pemerintahan Raja Salomo.
Banyak kesamaan antara masa kita sekarang dan masa ketika mazmur ini ditulis: sama seperti tempo dulu, orang bergantung pada Tuhan, demikian juga sekarang. Orang yang "takut akan TUHAN"-pada masa mana pun ia hidup-akan selalu mengakui kebahagiaan yang dialaminya sebagai berkat Allah. Providensi Allah tetap sama sejak awal, yaitu sejak penciptaan langit-dan-bumi. Dia yang memelihara dan memerintah dari awal sampai akhir. Sama seperti Tuhan memelihara Adam dan Hawa di Taman Eden, kemudian orang Israel dengan segala kebutuhan mereka, demikian juga Dia memelihara kita pada abad ke-21 ini.
Tapi banyak juga perbedaan. Dunia sekarang sudah jauh berubah dari dunia pada masa Alkitab ditulis. Pada waktu itu belum ada mobil, listrik, komputer, dan sebagainya. Belum ada teknologi yang dapat melipatgandakan hasil ladang dan sawah. Belum ada fasilitas medis yang memungkinkan, misalnya, perempuan mandul memperoleh anak (bnd Mzm 113:9). Ekonomi pada masa itu sangat sederhana, dan sekarang sangat kompleks. Di banyak negara telah ada sistem asuransi yang menjamin nafkah hidup pada masa-masa sulit.
Tapi perbedaan-perbedaan tersebut belum berarti ketimbang perbedaan yang disebabkan oleh kedatangan Juruselamat Yesus Kristus di dunia ini. Melalui pengutusan Anak-Nya, Allah membuktikan providensi-Nya sebagai fakta yang tak mungkin disangkal.
Sekarang arti kata-kata "berjalan pada jalan Tuhan" (Mzm 128:1) menjadi jelas terang: Yesus Kristus adalah jalan kebenaran (Yoh 14:6; bnd Kis 4:12)! Melalui Dia orang percaya mencapai kesudahan dan kepenuhan (bahasa Yunani pleroma, Ef 4:13). Melalui Dia datanglah Kerajaan Allah, dan orang percaya diangkat menjadi warga negaranya. Benar sekali kata-kata Yesus: "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu" (Mat 6:33).
Tidak sulit untuk "membawa" nas ini kepada jemaat Kristus masa kini. Abad ke-21 sekarang jauh berbeda dari zaman kuno Israel itu. Walaupun demikian, berkat TUHAN untuk orang yang takut akan TUHAN tetap sama. Dalam semua bidang kehidupan, kita bergantung pada berkat TUHAN. Jika TUHAN tidak memberkati kita, sia-sialah segala pekerjaan dan usaha kita (bnd Mzm 127).
Untuk pekerjaan kita di ladang, di kantor, di sekolah, di pesawat udara, dan seterusnya, selalu penting ucapan bahagia dari Mazmur 128. Demikian pula untuk keluarga. Dan segala berkat itu mencapai puncaknya dalam pekerjaan Yesus Kristus untuk keseluruhan umat TUHAN yang telah dikumpulkan dari segala bangsa. Berkat TUHAN sungguh-sungguh datang dari Sion: Anak TUHAN yang diutus-Nya ke bumi ini. Dialah Anak Allah, keturunan perempuan, keturunan Abraham, anak Daud, yang dijanjikan TUHAN untuk menggenapi segala sesuatu. Dalam Dia, ucapan selamat "Damai sejahtera atas Israel" mendapat arti luar biasa besar. Berbahagialah orang yang percaya kepada Yesus Kristus dan yang melakukan segala Firman-Nya. Dialah orang bijaksana (Mat 7:24-27) yang akan memperoleh perhentian kekal.
Kata-kata di atas masih agak umum. Dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan jemaat selalu terjadi peristiwa konkret yang menunjukkan kebahagiaan dan berkat Tuhan. Semua peristiwa itu dapat digunakan sebagai titik tolak untuk membaca dan memberitakan Mazmur 128.
Lihat langkah 7.4. Di sana Mazmur 128 telah diringkaskan dalam satu kalimat, bersama pembagian-pembagiannya sesuai struktur mazmur. Ringkasan itu tepat menjadi tema bagi khotbah tentang mazmur ini:
"Selamat berbahagia!" untuk setiap orang yang takut akan TUHAN!
1. Dia diberkati dalam kerjanya
2. Dia diberkati dalam keluarganya
3. Dia diberkati dalam umatnya
10.2. & 10.3. Menyusun kerangka khotbah/membuat konsep khotbah Di bawah ini kutipan khotbah yang saya berikan pada pelayanan di Papua (1981–1992), yaitu setelah sepasang suami-istri Kristen memperoleh anak dari Tuhan, sesudah mereka menunggu kira-kira 10 tahun. Akhirnya Tuhan mengabulkan doa-doa mereka!
Saudara-saudari jemaat yang terkasih dalam Kristus, Jika dua orang, suami dan istri, sudah menikah selama tiga atau empat tahun, tapi belum juga mempunyai anak, orang akan selalu bertanyatanya: "Belum ada anak, ya Pak?" atau "Bagaimana, Ibu, kapan akan lahir anak?" Jawaban mereka: "Belum!" Padahal, suami-istri tersebut sangat merindukan agar pernikahan mereka diberkati dengan anak.
Sesuai kebudayaan setempat di Papua, istri yang tidak melahirkan anak untuk suaminya (dan suku suami) akan dicurigai. Bila anak belum ada, atau bila yang dilahirkan adalah anak perempuan, berarti istri tidak bersedia menjamin kelangsungan keluarga suaminya.
Adat-istiadat menuntut bahwa istri harus melahirkan anak laki-laki agar nama keluarga tidak hapus dari muka bumi dan agar dusun nenek moyang tidak terpaksa diwariskan kepada orang lain. Tujuan utama pernikahan adalah penerusan nama keluarga dan suku. Karena itu, mau tidak mau, harus ada anak laki-laki!
Jadi, jika sepasang suami-istri tidak kunjung memperoleh anak selama beberapa tahun, keluarga suami pasti campur tangan dalam kehidupan suami-istri itu. Mereka akan menyelenggarakan upacara-upacara keagamaan tertentu, dengan harapan agar istri melahirkan anak laki-laki. Mungkin suami-istri pernah melanggar aturan-aturan adat sehingga dewa marah. Karena itu, dewa perlu disenangkan.
Atau istri sengaja merusak keluarga suaminya, misalnya karena dia mencintai laki-laki lain dan tidak menerima suaminya. Jika ritus-ritus itu tidak berhasil, orang tua suku akan memaksa suami mengambil istri kedua. Atau mereka mengusulkan agar sang istri diusir dan diganti dengan istri baru. Karena, tak dapat tidak, harus ada anak!
Pasti dalam hati saudara muncul pikiran seperti ini: "Ya memang, itulah cara hidup orang yang tidak mengenal TUHAN. Tapi, kita orang Kristen tidak berbuat demikian lagi. Kita menaruh segala harapan kepada TUHAN semata-mata. Kelahiran anak adalah berkat TUHAN.
Bacalah Mazmur 128:3! Jika TUHAN berkenan memberi anak, baiklah!
Berbahagialah kita! Tapi jika TUHAN tidak memberi anak, baik juga.
Kita menerima kehendak TUHAN dengan senang hati."
Betapa bagusnya jika semua orang Kristen sungguh-sungguh berpendapat demikian dan menaruh segala harapan kepada TUHAN untuk menerima berkat-Nya. Tapi, pengalaman-dan penderitaan!-suami-istri yang kini menyerahkan bayi mereka untuk dibaptis justru menyatakan bahwa banyak orang Kristen di sini yang masih tetap mempertahankan adat istiadat tadi.
Suami-istri ini telah mengharapkan kelahiran bayi mereka selama kira-kira 10 tahun. Sangat lama! Mereka menaikkan doa yang tak terbilang jumlahnya, tapi mereka tidak memperoleh anak.
Harapan mereka hampir putus. Namun, mereka bertahan dalam kepercayaan. Mereka tetap takut akan TUHAN, walaupun kadang mereka merasa sedih dan pahit. Dan TUHAN sendiri memberi kekuatan kepada mereka untuk bertahan. Suami-istri ini tetap "berjalan pada jalan-jalan TUHAN".
Sementara itu, apa yang terjadi pada pihak orang-orang di sekitar mereka, termasuk orang Kristen? Pada tahun-tahun yang lalu mereka mengalami banyak kesusahan, baik yang datang dari sanak saudara mereka, maupun dari orang lain. Orang-orang itu mendesak suami supaya mengambil istri kedua karena menurut dugaan mereka istrinya tidak mau melahirkan anak baginya. Mereka berpendapat istri itu keras kepala. Jujur saja, banyak di antara mereka yang menyiksa suami-istri ini adalah anggota jemaat Kristus! Ternyata, orang Kristen tidak berbeda dari orang bukan Kristen. Padahal, orang Kristen telah belajar mengenal Kristus (Ef 4:20)! Hidup mereka sudah sangat berubah! Atau mungkin tidak berubah?
Kelakuan seperti itu tak dapat dibenarkan. Dengan berbuat demikian, orang Kristen membuktikan bahwa sebenarnya mereka tidak "takut akan TUHAN". Cara hidup seperti ini sangat berlawanan dengan "jalan yang ditunjukkan TUHAN", karena tidak didasarkan atas Firman TUHAN, melainkan manusia: "Jika TUHAN tidak cepat memberi berkat-Nya, akan kita urus sendiri!" Dengan perbuatan itu, mereka mau memaksa TUHAN agar mengikuti adat-istiadat suku.
Bukan mereka yang berjalan pada jalan TUHAN, tapi sebaliknya mereka menghendaki TUHAN berjalan pada jalan mereka.
Mengapa orang-orang Kristen itu tidak berdiri di sekeliling suami-istri ini sambil berdoa kepada TUHAN dan menghibur mereka dengan Firman TUHAN, misalnya Mazmur 128? Mengapa orang Kristen justru memperberat pergumulan mereka dan bukannya mengambil beban itu dari bahu mereka? Mengapa orang Kristen yang harusnya sehati sepikir dan bersatu dalam iman itu justru mencobai suamiistri ini supaya berdosa? Apakah itu tidak masalah? Atau apakah itu diperbolehkan asal kepentingan keluarga dan suku terlayani? Awas! Jika kita sendiri berbuat jahat, kita yang berdosa, karena melawan TUHAN. Jika kita mengajak saudara kita berdosa, dia yang berbuat jahat. Tapi, kejahatan kita menjadi dua kali lipat!
Tapi, oleh kuasa Roh Kudus, suami-istri yang disiksa ini tetap bertahan dalam iman. Mereka tidak menyerah, tidak menaati perintah orang lain. Suami tidak mengusir istrinya atau mengambil istri kedua. Istri tidak memberontak karena tuduhan menyakitkan dari pihak kerabat suaminya. Mereka bertahan. Ini sungguh-sungguh bukan karena kemampuan manusia. Manusia lemah dan gampang putus asa. Syukur hanya kepada TUHAN!
Tak mungkin TUHAN jauh dari setiap orang yang takut akan Dia! Sudah pasti, TUHAN memberi kebahagiaan kepada setiap orang yang percaya! Sesuai nama-Nya, TUHAN (Yahweh), Dia ada! Dia selalu hadir, selalu dekat. Bahkan justru dalam kesulitan dan pergumulan yang kita alami Dia menyertai kita. Dia memberi kita apa saja yang kita butuhkan untuk hidup kita sebagai anak TUHAN.
Dia memberi berkat-Nya kepada setiap kita. Mungkin TUHAN tidak memberi berkat keturunan kepada kita, melainkan berkat lain, seperti kemakmuran ekonomi atau akal yang pintar untuk menjadi pelayan TUHAN.
Mengenai suami-istri ini, apa yang terjadi? Mereka yang tidak memperoleh anak sekarang telah memperolehnya dari tangan TUHAN!
Terjadi mukjizat besar! Pada saat yang ditentukan oleh TUHAN, Dia mendengarkan doa mereka dan memberi mereka berkat-Nya yang besar, yakni anak perempuan. Sesudah 10 tahun mereka memperoleh bayi. Kita jangan berkata: "Ah, itu biasa!" Atau, "Kan cuma anak perempuan!" Lebih baik semua orang Kristen sekarang mengaku kemuliaan TUHAN. Karena melalui kelahiran anak ini TUHAN telah mempermalukan semua orang Kristen yang sebelumnya mendesak suami ini untuk mengambil istri kedua, dan yang menuduh istri seolah-olah dia sengaja menghina keluarga suaminya. Pada saat yang ditentukan-Nya, TUHAN memberi anak! Sama seperti kepada Abraham dan Sara, Manoah dan istrinya, Elkana dan Hana, perempuan Sunem dan suaminya, Zakharia dan Elisabet. Ada banyak contoh dalam Alkitab.
TUHAN menunjukkan kebaikan-Nya kepada bapak/mama ini dan kepada kita semua. Dia memberi kebahagiaan besar kepada mereka, bukan karena mereka layak atau berjasa, melainkan karena anugerah-Nya yang teramat besar. Selama 10 tahun itu, Dia memberi kekuatan: "Hai kamu, percayalah teguh! Aku ada! Jangan putus asa. Kamu orang berbahagia, juga kalau tidak memperoleh anak." Sekarang Dia telah memenuhi doa mereka. Dan dari surga Dia menertawakan orang-orang yang tidak percaya: "Apa kamu mau melawan Aku, Allah yang Mahatinggi?"
TUHAN mengerjakan perbuatan-perbuatan besar dalam hidup kita masing-masing. Dengan demikian orang yang tetap takut akan TUHAN berbahagia dan beruntung! Ini terjadi supaya perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan TUHAN nyata di tengah-tengah kita.
Kepada orang yang percaya TUHAN pasti memberi berkat-Nya. Kita tidak perlu meragukan itu. Melalui kelahiran anak ini kita dihibur sekaligus ditegur.
TUHAN sering menguji iman kita. Kadang kita harus panjang sabar, sampai nyaris putus asa. Mungkin ada juga suami-istri yang akhirnya tidak memperoleh anak. Apakah pernikahan mereka percuma? Kita jangan menarik kesimpulan keliru! Setiap kita yang percaya mempunyai tempat dalam rencana dan urusan TUHAN!
Dalam hidup kita masing-masing, TUHAN melaksanakan rencana keselamatan-Nya, biarpun kita sama sekali tidak memperoleh anak atau anak kita mati pada usia muda atau kita tidak pernah menikah.
Setiap orang percaya berkenan kepada TUHAN. Kita tidak perlu ragu akan berkat TUHAN. Sesungguhnya, orang percaya diberkati. Dalam hidup kita masing-masing, berkat TUHAN kelihatan dan terasa.
Khususnya Mazmur 128 memberi kepastian kepada umat TUHAN.
Kebahagiaan orang yang takut akan TUHAN terbukti dari berbagai berkat, yakni berkat bagi orang itu sendiri, bagi keluarganya, dan bagi seluruh umatnya, yaitu jemaat. Silakan menguji dirimu sendiri!
Siapa yang berani berkata: "Saya belum mendapat berkat apa-apa dari TUHAN?" Saya yakin, tidak ada satu orang pun yang berani, karena Kitab Suci benar: "Berbahagialah setiap orang yang takut akan TUHAN." Dalam kesatuan umat TUHAN, setiap orang percaya bergembira dan berbahagia. Jelas dari Mazmur 128:
Setiap orang yang takut akan TUHAN:
Selamat berbahagia!
Amin!
Catatan: Dalam khotbah ini tidak diberi banyak keterangan eksegese. Yang diutamakan adalah penerapan Mazmur 128 ke situasi konkret para pendengar khotbah. Tapi, khotbah yang berfokus pada penjelasan struktur dan isi mazmur ini juga pasti sangat bermanfaat untuk iman jemaat.
0. Doa mohon penerangan Roh Kudus | |
PERSIAPAN | 1. Bahasa 1.1. Terjemahan dari bahasa asli Ibrani/Yunani 1.2. Terjemahan Baru bahasa Indonesia (LAI) a) kata-kata sulit b) pengalamatan c) gaya dan jenis d) kosa kata e) alur pikiran/struktur 1.3. Perbandingan beberapa terjemahan (TL/BIS/FAH/dan lain-lain) |
2. Isi 2.1. Kanonik Kitab bersangkutan 2.2. Konteks yang dekat dan jauh (lingkaran-lingkaran konsentris) 2.3. Kesatuan teks terkecil (ditentukan oleh waktu, tempat, oknum, peristiwa, pokok) |
|
PENELITIAN | 3. Situasi dan Sejarah 3.1. Umum: situasi & sejarah dunia (termasuk alam, geografi, kebudayaan, agama) 3.2. Khusus 1: Sejarah Suci (Historia Sacra) 3.3. Khusus 2: Sejarah/Perkembangan Penyataan Allah (Historia Revelationis) |
4. Analisis & Sintesis 4.1. Analisis: penelitian semua data-data, seperti oknum (subjek/objek), perbuatan/kegiatan, tempat, waktu, benda, flora/fauna, peristiwa/kebiasaan, istilah 4.2. Sintesis: penelitian semua data dalam keseluruhannya 4.3. Makna: alasan, maksud, akibat, dampak |
|
5. Hubungan 5.1. Nas sejajar, paralel, kutipan 5.2. Yesus Kristus (langsung, tak langsung) |
|
6. Bantuan 6.1. Sejarah Gereja, khususnya pengakuan-pengakuan iman Gereja 6.2. Buku-buku tafsiran 6.3. Lain-lain, misalnya teman |
|
PENETAPAN | 7. Tafsiran 7.1. Penetapan terjemahan yang tepat 7.2. Penetapan tafsiran rinci 7.3. Masalah-masalah yang belum diatasi 7.4. Ringkasan (dalam satu kalimat, pembagian sub-sub) 7.5. Kesimpulan |
PEMBERITAAN | Situasi masa kini 8.1. Umum: dunia, negara, dan lain-lain. 8.2. Khusus: jemaat, keluarga, pribadi |
9. Renungan 9.1. Arti dan pesan untuk orang pada masa Kitab Suci 9.2. Kesamaan/perbedaan antara masa tersebut dan sekarang 9.3. Penerapan ke situasi pendengar masa kini |
|
10. Khotbah 10.1. Merumuskan tema/pembagian 10.2. Menyusun kerangka khotbah 10.3. Membuat konsep khotbah (tafsiran, contoh, aplikasi) |
Buku-buku yang dapat dipakai, kecuali Alkitab:
L/1 Kamus Bahasa/Tata bahasa
L/2 Buku Kanonik dan isi Alkitab/Konkordansi Alkitab
L/3 Buku-buku Sejarah Umum, Sejarah Suci, SPA/Ensiklopedi Alkitab
L/4 Ensiklopedi Alkitab/Kamus Teologi/Buku Dogmatik
L/5 Konkordansi Alkitab
L/6 Buku-buku Sejarah Gereja dan Dogmatik/Buku-buku Tafsiran
L/8 Buku-buku Sejarah Masa Kini
L/10 Buku Homiletik
"Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah." (2Ptr 1:20-21)